METODE PENELITIAN Praktek penyelesaian formal dan informal masalah pertanahan, kewarisan dan perwalian pasca tsunami di banda aceh dan aceh besar

4. Mempersiapkan bahan manual pelatihan keterampilan dan teknik mediasi yang berwawasan kesetaraan jender bagi aparat gampong di wilayah yang tertimpa bencana Tsunami. 5. Memperoleh informasi kasus-kasus yang terjadi di tengah masyarakat sebagai masukan untuk pengayaan cerita film dokumenter pendek yang akan diproduksi oleh IDLO.

III. SIGNIFIKANSI PENELITIAN

Sejumlah kegiatan berbentuk publikasi, penelitian, seminar dan lokakarya tentang masalah pertanahan, kewarisan dan perwalian di Aceh pasca Tsunami telah dihasilkan. 2 Akan tetapi, semua karya tersebut lebih banyak menyoroti persoalan pertanahan, kewarisan dan perwalian dari sudut pandang normatif. Dengan kata lain, mereka lebih memberi perhatian pada prinsip-prinsip hukum, prosedur hukum dan skema solusi permasalahan, tetapi tidak menyoroti secara spesifik bagaimana realitas persoalan pertanahan, kewarisan dan perwalian yang terjadi di tengah masyarakat dan bagaimana kasus-kasus seputar hal itu dipecahkan baik di tingkat keluarga maupun gampong. Penelitian ini menjadi signifikan karena ia bermaksud mengisi kevakuman di atas dengan mencoba melihat realitas masalah pertanahan, kewarisan dan perwalian di Aceh pasca Tsunami dari perspektif penyelesaian hukum melalui jalur formal pengadilan dan penyelesaian sengketa secara damai oleh aparat gampong. Selain itu, studi kasus kolektif dalam penelitian ini menjadi kian penting berhubung ia juga bermaksud memotret kecenderungan masyarakat dalam memahami dan memilih di antara berbagai hukum yang tersedia misalnya KHI, hukum adat, dan fikih Syafi’iyah dalam menyelesaikan perkara hukum yang dihadapi oleh mereka.

IV. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena informasi dan data yang dicari melalui penelitian ini lebih banyak dalam bentuk teks, dan juga karena penelitian ini mempelajari sejumlah studi kasus. Untuk itulah, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi, observasi dan wawancara mendalam. Peneliti pertama-tama melakukan penelusuran terhadap sejumlah literatur khususnya yang berkenaan dengan prinsip dan prosedur hukum adat Aceh berkaitan dengan tiga aspek hukum yang menjadi fokus penelitian ini. Peneliti juga menelaah sejumlah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan topik utama penelitian ini. Hasil dari penelusuran dan telaah ini adalah matriks kompilasi peraturan formal dan prinsip hukum adat mengenai pertanahan, kewarisan dan perwalian. Penyusunan matriks ini juga berdasarkan hasil wawancara mendalam bersama 2 Lihat misalnya Daniel Fitzpatrick, “Restoring and Confirming Rights to Land in Tsunami-Affected Aceh,” UNDPOXFAM Report, 14 July 2005; Daniel Fitzpatrick and Myrna A. Safitri, “Bagaimana Melindungi dan Memenuhi Hak-Hak atas Tanah Korban Tsunami di Aceh?”, Oktober 2005; “Laporan Lokakarya Perlindungan Hukum terhadap Perempuan dan Anak Yatim Korban Tsunami sebagai Prasyarat Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD”, Yayasan Putroe Kandee, Mei 2005; “Lokakarya Perwalian Perempuan terhadap Harta Anak Yatim Korban Tsunami menurut Syariat Islam dan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia”, Banda Aceh, September 2005. empat orang narasumber ahli hukum dan sejarah adat Aceh. 3 Selain itu, wawancara mendalam dengan sejumlah hakim Mahkamah Syar’iyah di Banda Aceh dan Jantho juga ikut melengkapi matriks tersebut. 4 Penelitian lapangan ke beberapa gampong sebagian dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan hukum adat yang dicantumkan dalam matriks guna mengetahui seberapa jauh prinsip dan aturan tersebut masih dipraktekkan dalam masyarakat. Selain untuk tujuan verifikasi itu, penelitian lapangan juga mempunyai maksud untuk mengevaluasi posisi dan kedudukan perempuan dalam praktek pelaksanaan hukum yang berkaitan dengan persoalan pertanahan, kewarisan dan perwalian pasca Tsunami. Penelitian ini dibatasi hanya untuk dua wilayah, yaitu kota Banda Aceh dan kabupaten Aceh Besar. Selengkapnya, gampong atau kelurahan yang menjadi target penelitian ini berjumlah dua belas buah sebagai berikut: Tabel 1. KOTAKAB KECAMATAN MUKIM GAMPONGKEL BANDA ACEH MEURAXA Tgk. Chik Lamjabat 1. Cot Lamkuweuh Meuraxa 2. Lambung KUTARAJA Tgk. Dianjong 3. Gampong Jawa Tgk. Dianjong 4. Lampaseh Kota KUTA ALAM Lam Kuta 5. Lampulo Kuta Alam 6. Lambaro Skep ACEH BESAR PEUKAN BADA Lam Teungoh 7. Lamteh Baroh 8. Ajuen LHOKNGA Lampuuk 9. Meunasah Balee Lhoknga 10. Mon Ikeun BAITUSSALAM Klieng 11. Lambada Lhok Silang Cadek 12. Kajhu Gampong-gampong di atas dipilih sebagai lokasi penelitian antara lain karena angka korban Tsunami hilang dan meninggal sangat tinggi jumlahnya dibandingkan dengan gampong-gampong lainnya yang terletak di kecamatan yang sama lihat lampiran 1: Jumlah penduduk sebelum dan sesudah bencana tsunami di enam lokasi kecamatan di Banda Aceh dan Aceh Besar. Penelitian ini memandang bahwa semakin banyak jumlah korban Tsunami di suatu gampong, maka semakin besar pula kemungkinan jumlah perkara pertanahan, kewarisan dan perwalian yang bakal muncul di gampong tersebut. Selain itu, gampong yang dipilih tersebut memiliki kompleksitas masalah yang lebih banyak diakibatkan oleh heterogenitas penduduk yang berdomisili di gampong tersebut. 3 Wawancara dengan T.I. El Hakimy 26 April 2006, T. Djuned 27 April 2006, Rusdi Sufi 27 April 2006 dan Badruzzaman Ismail 8 Mei 2006. 4 Wawancara dengan hakim Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh 26 April 2006 dan Jantho 27 April 2006.

V. TEMUAN PENELITIAN A. Pertanahan