Perubahan Dimensi Vertikal Dan Anteroposterior Skeletal Setelah Perawatan Ortodonti Cekat Kombinasi Rapid Palatal Expansion Pada Pasien Non Growing
PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL DAN
ANTEROPOSTERIOR SKELETAL SETELAH
PERAWATAN ORTODONTI CEKAT KOMBINASI
RAPID PALATAL EXPANSION PADA PASIEN NON
GROWING
T E S I S
OLEH
YENNI SUTANTI
Nim : 067028006PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN
(2)
PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL DAN
ANTEROPOSTERIOR SKELETAL SETELAH
PERAWATAN ORTODONTI CEKAT KOMBINASI
RAPID PALATAL EXPANSION PADA PASIEN NON
GROWING
T E S I S
Untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti (Sp.Ort) dalam Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia
pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
OLEH
YENNI SUTANTI
067028006PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN
(3)
PERSETUJUAN TESIS
Judul Tesis : PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL DAN ANTEROPOSTERIOR SKELETAL SETELAH PERAWATAN ORTODONTI CEKAT KOMBINASI RAPID PALATAL EXPANSION PADA PASIEN
NON GROWING
Nama Mahasiswa : YENNI SUTANTI
Nomor Induk Mahasiswa : 067028006
Program Spesialis : PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI
SPESIALIS ORTODONSIA
Menyetujui Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing anggota
Amalia Oeripto, drg.,MS., Sp.Ort (K) Muslim Yusuf, drg.,Sp.Ort (K)
Ketua Program PPDGS-1 Ortodonti
Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)
(4)
Telah diuji
Pada tanggal : 2 Agustus 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Penguji I : Amalia Oeripto, drg., MS.,Sp.Ort (K) Penguji II : Muslim Yusuf,drg.,Sp.Ort (K)
Penguji III : Nurhayati Harahap,drg.,Sp.Ort (K) Penguji IV : Erna Sulistyawati,drg.,Sp.Ort (K)
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis di Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazruddin,drg.,Ph.D.,Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Nurhayati Harahap, drg.,Sp.Ort(K) selaku Ketua Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan penguji.
3. Amalia Oeripto,drg.,MS.,Sp.Ort(K), selaku dosen pembimbing dan sekaligus tim penguji yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Muslim Yusuf,drg.,Sp.Ort(K) selaku dosen pembimbing anggota yang telah mencurahkan fikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
(6)
5. Erna Sulistyawati, drg.,Sp.Ort(K) selaku penguji yang turut menyempurnakan tesis ini.
6. F.Susanto,drg.,FICD.,Sp.Ort(K) yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan tesis ini.
7. Dra. Arnita, selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, atas bimbingannya dalam analisa statistik hasil penelitian.
8. Orang tuaku : Sjafaruddin dan Elmy Soesanti serta adik-adikku : Rinni, Imam dan Puti atas dukungan dan kasih sayangnya.
9. Suami tercinta : M.Fahmy Elmubarak, dr., atas dukungan, kepercayaan, pengertian dan motivasinya.
10. Teman-teman terbaik yang telah memberikan support, Kak Lusi, Hilda, Malayati, Iskandar, Frans, Nina.
11. Kakak dan abang senior, adik-adik yunior yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan tesis ini.
Medan, 5 Agustus 2010 Penulis
(Yenni Sutanti) NIM: 067028006
(7)
DAFTAR ISI
Halaman PERSETUJUAN ---
PERNYATAAN --- KATA PENGANTAR ---
DAFTAR ISI --- i
DAFTAR TABEL --- iii
DAFTAR GAMBAR --- iv
DAFTAR LAMPIRAN --- vi
ABSTRAK--- vii
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang --- 1
1.2.Permasalahan --- 2
1.3.Hipotesis --- 3
1.4.Tujuan Penelitian --- 3
1.5.Manfaat Penelitian --- 4
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rapid Palatal Expansion --- 5
2.1.1. Pengertian --- 5
2.1.2. Jenis-jenis Rapid Palatal Expansion --- 5
2.2. Biomekanik Rapid Palatal Expansion --- 7
2.3. Indikasi dan Kontra indikasi Rapid Palatal Expansion--- 10
(8)
2.5. Pengaruh Rapid Palatal Expansion --- 14
2.5.1. Skeletal --- 14
2.5.2. Dental--- 18
2.6. Kerangka teori --- 19
2.7. Kerangka konsep --- 20
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian --- 21
3.2. Tempat dan Waktu --- 21
3.3. Populasi, Sampel dan Besar Sampel --- 21
3.4. Metode Pengumpulan Data --- 22
3.5. Bahan dan Alat--- 22
3.6. Cara Kerja --- 23
3.7. Identifikasi Variabel --- 24
3.8. Definisi Operasional --- 25
3.9. Metode Analisis Data --- 28
BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Penelitian dan Analisis Data --- 29
BAB 5. PEMBAHASAN --- 32
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan--- 35
6.2. Saran --- 35
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Data hasil pengukuran perubahan dimensi vertikal --- 29 Tabel 4.2. Data hasil pengukuran perubahan dimensi anteroposterior--- 30
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. RPE tipe Haas Expander --- 5
Gambar 2. RPE tipe Hyrax Expander --- 6
Gambar 3. Bonded RPE --- 7
Gambar 4. A. Lokasi pusat resisten dentomaksila, pandangan sagital B. Lokasi pusat resisten dentomaksila, pandangan frontal --- 8
Gambar 5. Sistem gaya ekspansi sutura midpalatal pada bidang frontal --- 8
Gambar 6. Sistem gaya ekspansi sutura midpalatal pada bidang oklusal--- 9
Gambar 7. Bidang frontal, pergerakan mikro (pola fringe)--- 9
Gambar 8. Bidang oklusal, pergerakan mikro (pola fringe) --- 9
Gambar 9. Vertebra servikal Cvs1 - Cvs6 --- 11
Gambar 10. Sutura midpalatal --- 14
Gambar 11. A.Foto oklusal maksila, B.Ekspansi sutura midpalatal pada area radiolucent, C.Dua bulan setelah ekspansi, D.Tiga bulan setelah ekspansi --- 15
Gambar 12. Pengaruh RPE, maksila rotasi ke bawah dan belakang --- 16
Gambar 13. Pengaruh RPE, mandibula bergerak ke bawah dan belakang --- 16
Gambar 14. Pengaruh RPE, sudut SNA berubah --- 18
Gambar 15. Bahan dan alat penelitian --- 23
(11)
Gambar 17. Pengukuran sudut dimensi vertikal --- 27 Gambar 18. Pengukuran sudut dimensi anteroposterior --- 28
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran Alur Penelitian ... 39 2. Lampiran Jadwal Penelitian ... 40 3. Lampiran Hasil Pengukuran Sampel ... 41
(13)
ABSTRAK
Latar Belakang : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan skeletal dimensi vertikal dan anteroposterior setelah perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing.
Metode Penelitian : Sampel penelitian terdiri dari 8 pasien (usia CVM T6) yang
membutuhkan perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing. Perubahan skeletal dimensi vertikal dan anteroposterior diukur dari foto sefalometri lateral sebelum perawatan (T1) dan setelah satu tahun perawatan (T2).
Hasil Penelitian : Test statistik ANOVA terlihat tidak ada perubahan signifikan pada dimensi vertikal dan anteroposterior. Pada SN-ANS.PNS sig 0.857 > alpha 0.05, MP-SN sig 0.883 > alpha 0.05, NS-Gn sig 0.15 > alpha 0.05, ANS.PNS-MP sig 0.737 > alpha 0.05. SNA sig 0.274 > alpha 0.05, SNB sig 0.142 > alpha 0.05, ANB sig 0.233 > alpha 0.05, NAPog sig 0.292 > alpha 0.05.
Kesimpulan : Tidak ada perubahan signifikan pada dimensi vertikal dan
(14)
ABSTRACT
Introduction : The aim of this study was to know the changes of skeletal vertical and anteroposterior dimensions after fixed orthodontic treatment combined with RPE on non growing patients.
Methods : Eight subjects (aged CVM T6) who required fixed orthodontic treatment combined with RPE on non growing patients. Skeletal changes (vertical and anteroposterior dimensions) were measured from standardized lateral cephalometric before treatment (T1) and at one year treatment (T2).
Result : ANOVA test showed a statistically not significant for vertical and
anteroposterior dimension. For SN-ANS.PNS sig 0.857 > alpha 0.05, MP-SN sig 0.883 > alpha 0.05, NS-Gn sig 0.15 > alpha 0.05, ANS.PNS-MP sig 0.737 > alpha 0.05. For SNA sig 0.274 > alpha 0.05, SNB sig 0.142 > alpha 0.05, ANB sig 0.233 > alpha 0.05, NAPog sig 0.292 > alpha 0.05.
Conclusions : Skeletal vertical and anteroposterior dimensions changes were not significant on non growing patients.
(15)
ABSTRAK
Latar Belakang : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan skeletal dimensi vertikal dan anteroposterior setelah perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing.
Metode Penelitian : Sampel penelitian terdiri dari 8 pasien (usia CVM T6) yang
membutuhkan perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing. Perubahan skeletal dimensi vertikal dan anteroposterior diukur dari foto sefalometri lateral sebelum perawatan (T1) dan setelah satu tahun perawatan (T2).
Hasil Penelitian : Test statistik ANOVA terlihat tidak ada perubahan signifikan pada dimensi vertikal dan anteroposterior. Pada SN-ANS.PNS sig 0.857 > alpha 0.05, MP-SN sig 0.883 > alpha 0.05, NS-Gn sig 0.15 > alpha 0.05, ANS.PNS-MP sig 0.737 > alpha 0.05. SNA sig 0.274 > alpha 0.05, SNB sig 0.142 > alpha 0.05, ANB sig 0.233 > alpha 0.05, NAPog sig 0.292 > alpha 0.05.
Kesimpulan : Tidak ada perubahan signifikan pada dimensi vertikal dan
(16)
ABSTRACT
Introduction : The aim of this study was to know the changes of skeletal vertical and anteroposterior dimensions after fixed orthodontic treatment combined with RPE on non growing patients.
Methods : Eight subjects (aged CVM T6) who required fixed orthodontic treatment combined with RPE on non growing patients. Skeletal changes (vertical and anteroposterior dimensions) were measured from standardized lateral cephalometric before treatment (T1) and at one year treatment (T2).
Result : ANOVA test showed a statistically not significant for vertical and
anteroposterior dimension. For SN-ANS.PNS sig 0.857 > alpha 0.05, MP-SN sig 0.883 > alpha 0.05, NS-Gn sig 0.15 > alpha 0.05, ANS.PNS-MP sig 0.737 > alpha 0.05. For SNA sig 0.274 > alpha 0.05, SNB sig 0.142 > alpha 0.05, ANB sig 0.233 > alpha 0.05, NAPog sig 0.292 > alpha 0.05.
Conclusions : Skeletal vertical and anteroposterior dimensions changes were not significant on non growing patients.
(17)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu alat untuk mengoreksi maksila dalam arah transversal adalah Rapid Palatal Expansion/RPE yang bertujuan mengoreksi defisiensi maksila dalam arah transversal disamping untuk menambah panjang lengkung maksila. RPE bekerja secara ortodontik dan ortopedik. Kekuatan yang dihasilkan akan membuka sutura midpalatal, sehingga terjadi peningkatan lebar maksila dalam dimensi transversal disertai perubahan dental.1,2,3,4,5
Alat ini akan memberikan gaya yang dihasilkan oleh Jackscrew melampaui batas resistensi sutura sehingga tidak hanya terjadi pemisahan sutura midpalatal melainkan semua sutura maksila lainnya. Akibat pemisahan sutura ini, maksila terdorong ke bawah dan ke depan dengan rotasi komponen maksila pada bidang horizontal dan frontal.1,2
Penelitian mengenai keberhasilan pemakaian RPE pada pasien non growing masih kontroversi dan sangat sedikit. Pada umumnya, laporan penggunaan RPE dilakukan pada usia bervariasi. Graber mengindikasikan pemakaian RPE pada pasien growing, tidak pada pasien non growing.1,3,4 Respon terbesar penggunaan alat ini terjadi pada usia muda, pada usia tua alat ini menjadi kurang efektif karena tidak terjadi pemecahan sutura midpalatal. Davidovitch dkk, pada penelitiannya memperlihatkan adanya pengaruh skeletal dan dental pada pasien non growing1,4,5
(18)
Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui perubahan dimensi vertikal dan anteroposterior skeletal setelah perawatan ortodonti cekat kombinasi dengan RPE pada pasien non growing di klinik Ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) FKG USU.
1.2. Permasalahan
Apakah ada perubahan dimensi vertikal dan anteroposterior skeletal setelah perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing di klinik Ortodonti RSGMP FKG USU, meliputi :
1. Perubahan dimensi vertikal sebelum perawatan (T1) dan setelah satu tahun perawatan (T2), meliputi :
a. SN-ANS.PNS b. MP-SN c. NS-Gn
d. ANS.PNS-MP
2. Perubahan dimensi anteroposterior sebelum perawatan (T1) dan setelah satu tahun perawatan (T2), meliputi :
a. SNA b. SNB c. ANB d. NAPog
(19)
1.3. Hipotesis
Ada perubahan dimensi vertikal dan anteroposterior skeletal setelah perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU yang meliputi :
1. Perubahan dimensi vertikal sebelum perawatan (T1) dan setelah satu tahun perawatan (T2), meliputi :
a. SN-ANS.PNS b. MP-SN c. NS-Gn
d. ANS.PNS-MP
2. Perubahan dimensi anteroposterior sebelum perawatan (T1) dan setelah satu tahun perawatan (T2), meliputi :
a. SNA b. SNB c. ANB d. NAPog
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perubahan dimensi vertikal skeletal sebelum perawatan (T1) dan setelah satu tahun perawatan (T2) di klinik Ortodonti RSGMP FKG USU, meliputi :
(20)
b. MP-SN c. NS-Gn
d. ANS.PNS-MP
2. Untuk mengetahui perubahan dimensi anteroposterior skeletal sebelum perawatan (T1) dan setelah satu tahun perawatan (T2), meliputi :
a. SNA b. SNB c. ANB d. NAPog
1.5. Manfaat Penelitian
• Sebagai informasi dalam menentukan rencana perawatan. • Sebagai penelitian pendahuluan.
(21)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rapid Palatal Expansion 2.1.1. Pengertian
RPE adalah suatu alat yang digunakan di klinik, bertujuan untuk mengoreksi defisiensi maksila dalam arah transversal dan untuk menambah panjang lengkung maksila.1,3
2.1.2. Jenis-jenis Rapid Palatal Expansion
2.1.2.1. Banded Rapid Palatal Expansion
Gambar 1. RPE tipe Haas
1. Tipe Haas Expander
Tipe ini diperkenalkan oleh Haas pada tahun 1961 terdiri dari band yang dipasangkan pada premolar pertama dan molar pertama maksila pada kedua sisi (RPE-4 band). Di bagian tengah terdapat Jackscrew dan menghubungkan dua bagian akrilik yang menutupi mukosa palatal. Pada bagian bukal dan lingual gigi posterior terdapat wire support untuk menambah rigidity. Alat ini lebih banyak menghasilkan pergerakan gigi secara bodily dan sedikit tipping, kelemahan alat ini sering terjadi inflamasi pada jaringan palatal (Gambar 1).3,9
(22)
2. Tipe Hyrax Expander
Tipe ini terbuat dari stainless steel, di bagian tengah terdapat Jackscrew yang dihubungkan dengan logam ke band dan dipasangkan pada premolar pertama dan molar pertama (RPE-4 band) atau hanya molar pertama (RPE-2 band) pada kedua sisi. Ekspansi screw terletak pada pertengahan palatum sehingga mengikuti kontur palatum. Lingual wire support dapat ditambahkan untuk menambah rigidity alat (Gambar 2).8,9
Gambar 2. RPE tipe Hyrax Expander; A. RPE 4-band, B. RPE 2-band .1
2.1.2.2. Bonded Rapid Palatal Expansion
Bonded RPE atau split expander terdiri dari band yang dipasangkan pada premolar pertama dan molar pertama maksila pada kedua sisi (RPE-4 band). Bagian oklusal gigi posterior ditutup dengan akrilik setebal 3 mm dengan Split Biocryl seperti posterior bite block yang dapat menghalangi erupsi gigi posterior (Gambar 3). Alat ini dapat memisahkan sutura midpalatal dan melebarkan maksila serta mengaktivasi sistem sutura maksila. Pada pasien growing, pengaruh alat ini adalah ortopedik alami. Bonded expander tidak hanya mempunyai pengaruh dalam dimensi
(23)
transversal tetapi juga terjadi perubahan arah vertikal dan anteroposterior. Akrilik oklusal ini juga dapat membuka gigitan posterior sehingga mengoreksi crossbite.8,9
Gambar 3. Bonded RPE.14
2.2. Biomekanik Rapid Palatal Expansion
RPE mampu mengeliminasi diskrepansi transversal lengkung rahang yang disebabkan defisiensi maksila. Nanda telah memperlihatkan bahwa sutura wajah dan jaringan periodontal memiliki respon sama terhadap gaya yang diberikan. Gigi geligi dan tulang kraniofasial adalah hal penting yang melengkapi tubuh, meliputi periodonsium dan sutura.1,7,10
Lee dkk telah mengidentifikasi pada bidang sagital dan frontal, lokasi pusat resisten dari dentomaksila, yang menghubungkan gaya ekspansi sutura midpalatal ke pusat resisten dari struktur osseus. Pada bidang frontal, jika gaya ekpansi Jackscrew (F) digunakan maka akan menghasilkan moment dan gaya sama pada pusat resisten di tiap sisi maksila. Besarnya moment adalah sama tegak lurus terhadap jarak (Y) dari tiap pusat resisten pada garis aksi dari gaya ekspansi, dikalikan dengan gaya ekspansi (F). Moment yang sama cenderung membagi maksila rotasi pada pusat resisten, jika
(24)
gaya ekspansi (F) sama pada pusat resisten maka cenderung membagi maksila (Gambar 4).7
Tiap maksila yang terbagi akan berotasi karena struktur osseus pada sutura frontonasal akan teresorpsi dengan cepat, menyebabkan rotasi dari maksila sekitar satu titik di atas pusat resisten daripada di sutura frontonasal (Gambar 5).7
Gambar 4. A, Lokasi pusat resisten dentomaksila, pandangan sagital. 7 B, Lokasi pusat resisten dentomaksila, pandangan frontal. 7
(25)
Gambar 6.Sistem gaya ekspansi sutura midpalatal pada bidang oklusal. 7
Pada bidang oklusal, pola fringe pada pusat rotasi di bagian distal dari sutura midpalatal maksila sekitar sepertiga distal dari molar ketiga. Hal ini bersamaan dengan rasio moment-gaya adalah FZ/F = Z, cenderung pusat rotasi di bagian distal dari pusat resisten maksila. Ekspansi linier juga dapat diperoleh dengan menempatkan mekanisme pembukaan sutura lebih ke posterior. Hal ini akan mengurangi offset Z sehingga rasio moment-gaya dapat dikurangi sehingga memungkinkan pusat rotasi lebih ke posterior (Gambar 6,7,8).7
Gambar 7.Bidang frontal, pergerakan mikro (pola fringe). Tanda panah menunjukkan pusat rotasi dari tiap maksila yang terbagi. 7
Gambar 8.Bidang oklusal, pergerakan mikro (pola fringe). Tanda panah menunjukkan pusat rotasi dari tiap maksila yang terbagi 7
(26)
2.3. Indikasi dan Kontra indikasi Rapid Palatal Expansion
Indikasi RPE adalah 8,9 :
Defisiensi maksila dengan gigitan terbalik posterior bilateral atau unilateral dengan inklinasi gigi normal
Defisiensi maksila dengan oral breathing dan palatum yang dalam Defisiensi maksila dengan tidak adanya crossbite posterior
Celah bibir dan palatum
Unilateral atau bilateral crossbite posterior dengan retrusi wajah bagian tengah
Crossbite secara keseluruhan
Indikasi medis lain misalnya poor nasal airway, nasal stenosis, nasal deformitas dan adanya nasal resistance
Kontra indikasi RPE adalah 8 :
Pasien tidak kooperatif dan oral hygiene buruk Pada kasus gigitan terbalik unilateral
Pasien dengan dataran mandibula curam dan pola pertumbuhan vertikal Asimetri maksila dan mandibula serta diskrepansi skeletal anterio posterior
yang berat sehingga akan lebih memuaskan bila dirawat secara bedah
2.4. Waktu Perawatan Rapid Palatal Expansion
Maturasi skeletal bervariasi pada setiap individu. Menurut Fernandes dkk (1998) serta Rajagopal dan Kansel (2002), tahap-tahap maturasi skeletal pada
(27)
perempuan terjadi lebih awal dari laki-laki. Maturitas skeletal dapat dinilai dari beberapa indikator biologi, yaitu pertambahan tinggi badan, maturasi skeletal pergelangan tangan, erupsi dan perkembangan gigi, menarche, dada dan perubahan suara serta maturasi vertebra servikal (CVM).11 Metode maturasi vertebra servikal (CVM) mampu mendeteksi penambahan terbesar pada mandibula dan pertumbuhan kraniofasial selama interval dari tahap tiga hingga empat (Cvs 3-Cvs 4), ketika puncak tinggi badan juga terjadi secara bersamaan.8 Lamparski (1972) dan Fernandes dkk (1998) serta Franchi dan Bazetti telah menentukan kriteria tahap-tahap maturasi vertebra servikal sebagai indikator biologis yaitu (Gambar 9):
T1. Inisiasi (tahap awal initiation) T2. Percepatan (accelaration) T3. Masa pergantian (transition)
T4. Penurunan kecepatan (decelaration) T5. Maturasi (maturation)
T6. Akhir pertumbuhan (completion)
(28)
Pada tahap tumbuh kembang juga dikenal adolescent spurt atau percepatan pertumbuhan, yaitu pada wanita usia 11 sampai 12 tahun sedangkan pria 13 sampai 14 tahun, setelah adolescent spurt, pertumbuhan akan menurun.11
Kebanyakan data dari beberapa penelitian mengenai waktu ideal untuk perawatan defisiensi transversal pada maksila dengan menggunakan alat ortopedik adalah tentang pertumbuhan dan maturasi sistem sutura intermaksilaris. Melson menggunakan materi otopsi untuk memeriksa secara histologis maturasi sutura midpalatal pada tahap perkembangan yang berbeda, yaitu 11,12 :
1. Tahap ‘infantil’
Di atas usia 10 tahun, sutura lebar dan mulus. 2. Tahap ‘juvenile’
Usia 10-13 tahun, sutura telah berkembang menjadi bentuk sutura squamosa yang lebih tipikal dengan bagian-bagian overlapping.
3. Tahap ‘adolescence’
Usia 13-14 tahun, sutura lebih bergelombang dan adanya peningkatan interdigitasi.
4. Tahap ‘adult’
Di atas usia 14 tahun, sutura terlihat adanya synostosis dan sejumlah formasi seperti jembatan tulang sepanjang sutura.
Dari data histologis penelitian yang dilakukan Melson (1982), hambatannya adalah pasien pada tahap akhir maturasi skeletal, sutura midpalatal akan sulit dilakukan ekspansi maksila ortopedik.5,12
(29)
Beberapa studi tentang pengaruh RPE jangka panjang menunjukkan bahwa penambahan dimensi transversal maksila relatif stabil.12 Waktu perawatan RPE telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya pada usia yang bervariasi. Namun, respon alat ini lebih efektif digunakan pada usia lebih muda. Hal ini berkaitan dengan bentuk anatomis dari maksila, yaitu pada usia lebih tua telah terjadi penyatuan tulang sepanjang garis sutura midpalatal. Proffit dan Fields menyarankan bahwa defisiensi maksila dilakukan perawatan sedini mungkin. Baccetti dkk mempelajari 46 pasien masa gigi bercampur dan menemukan bahwa perubahan maksila secara signifikan terjadi pada tahap dini masa gigi bercampur dibandingkan tahap akhir.1 Menurut Bacceti dkk, RPE digunakan pada pasien masa prepubertal dan pubertal. Pengaruh RPE yang terjadi pada pasien dewasa sangat kecil.5,12
Pada penelitian Wertz dan Dreskin mencatat dari penemuan histologis yang dilakukan bahwa perubahan ortopedi yang lebih besar dan lebih stabil pada pasien yang dirawat di bawah usia 12 tahun. Namun, Merwin dkk, menemukan bahwa adanya persamaan respon skeletal pada grup pasien usia lebih muda (5 s/d 8 tahun) dengan grup usia lebih tua (9 s/d 12 tahun).6
Dalam bidang Ortodonti, faktor usia sangat mempengaruhi hasil perawatan. Oleh karena itu, berdasarkan tahap tumbuh kembang manusia dengan metode CVM dan penelitian yang dilakukan Melson terhadap sutura midpalatal secara histologis, maka pada penelitian ini yang termasuk usia non growing yaitu usia dengan menggunakan metode maturasi skeletal CVM dimana tepi inferior Cvs3 dan Cvs4 terlihat sangat cekung serta sisi vertikal lebih panjang (T6). 11,12
(30)
2.5. Pengaruh Rapid Palatal Expansion 2.5.1. Skeletal
Terapi ekspansi palatal mempengaruhi struktur skeletal dan dental.17 Pengaruh RPE tehadap sutura midpalatal telah dilaporkan pada penelitian sebelumya pada usia yang bervariasi. Respon yang lebih besar terjadi pada usia muda, sedangkan pada usia tua RPE kurang efektif yaitu tidak terjadi ekspansi pada sutura. Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya usia maka terjadi pembentukan tulang sepanjang garis sutura midpalatal yang disebabkan terjadinya kerapatan tulang dan synostosis (Gambar 10).1,2,3,11,13,14,15
Gambar 10. Sutura midpalatal. 17
2.5.1.1. Perubahan Sutura Midpalatal
Pada bidang horizontal, perubahan maksila ditentukan melalui foto oklusal, yaitu membagi dua maksila di sepanjang sutura palatina median yang akhirnya membentuk daerah segitiga atau “V” dengan ekspansi lebih besar di bagian anterior (Gambar 11).1,5,15,16,17
(31)
Gambar 11. A. Foto oklusal maksila, B. Ekspansi sutura midpalatal pada area
radiolucent, C. Dua bulan setelah ekspansi, D. Tiga bulan setelah ekspansi. 17
Pada bidang frontal, pemisahan maksila juga mengikuti pola triangular, dengan dasarnya ke arah bawah dan pusat rotasi terletak di dekat sutura frontonasalis.3,5,6,13
Pada penelitian yang dilakukan oleh Davidovitch dkk terjadi ekspansi sutura midpalatal sebesar 1,5 mm pada pasien di bawah usia 12 tahun untuk pemakaian RPE 2-band. Namun, pada pemakaian RPE 4-band terjadi ekspansi sutura midpalatal pada pasien usia 17 tahun tapi tidak pada pasien usia 20 tahun.1
2.5.1.2. Perubahan Vertikal dari Basis Apikal dan Tinggi Wajah
Pengaruh RPE menyebabkan pergeseran maksila ke bawah dan belakang yang mempengaruhi langsung pengaturan posisi ruang pada mandibula bila dihubungkan
(32)
dengan dasar maksila anterior (Gambar 12). Mandibula akan berotasi ke bawah dan belakang seperti maksila. Rotasi mandibula ini akan menimbulkan perubahan lain seperti pembukaan gigitan, inklinasi bidang oklusal, pertambahan sudut bidang mandibula dan sumbu Y serta perpindahan menton ke bawah (Gambar 13) .2,3,17
Gambar 12. Pengaruh RPE, maksila rotasi ke bawah dan belakang.2
Gambar 13. Pengaruh RPE, mandibula bergerak ke bawah dan belakang. 2
(33)
Ekspansi RPE juga akan menyebabkan peningkatan dimensi vertikal dari wajah karena rotasi maksila dan mandibula ke bawah dan belakang dan pergeseran gigi-gigi atas yang ekstrusi dan bukoversi. Peningkatan dimensi vertikal wajah diperlihatkan pada : tinggi wajah atas (N-ANS) sebagai hasil posisi maksila ke bawah, tinggi wajah bawah (ANS-Me) sebagai hasil rotasi mandibula, serta total tinggi wajah anterior (N-Me) karena rotasi maksila dan mandibula.2,3,17
Tinggi wajah posterior juga terjadi peningkatan (PNS-PNS’) yang memperlihatkan pergeseran PNS ke bawah, meskipun pergeseran yang terjadi kecil karena terjadinya rotasi bidang palatal ke bawah dan belakang, yang berperan adalah titik ANS (N-ANS).2,3,17
2.5.1.3. Perubahan Anteroposterior dari Maksila
Penelitian yang dilakukan oleh Haas dkk memperlihatkan perubahan anteroposterior maksila yang signifikan pada pasien growing. Sebaliknya, Da Silva dkk memperlihatkan perubahan tidak signifikan pada anteroposterior maksila (Gambar 14). Hal ini dikarenakan pada penelitian yang dilakukan oleh Omar Gabriel dkk menggunakan garis referensi yang berbeda yaitu berdasarkan pada pengukuran angular dan linier sedangkan Haas menggunakan pengukuran linier.1,2,17
Garis referensi yang digunakan oleh Da Silva yaitu SNA, S-A’, S-PNS’, dan PTM-A. Pergeseran kecil dari maksila ke anterior ditandai oleh kenaikan SNA 0.5, tidak signifikan menurut uji t berpasangan. Haas memperlihatkan pergeseran maksila ke anterior (A) sebesar 1-4 mm dengan menggunakan bidang wajah (N-Pog) sebagai garis referensi.1,2
(34)
Gambar 14. Pengaruh RPE, sudut SNA
berubah. 2
2.5.2. Dental
Perubahan panjang lengkung dan lebar lengkung ditandai dengan perubahan lebar premolar dan molar. Gigi premolar dan molar maksila memperlihatkan kemiringan crown bukal yang berbeda secara individual. Ekspansi palatal menghasilkan peningkatan panjang lengkung sekitar 0,7 kali perubahan lebar premolar pertama. Pergeseran palatal dari inisisvus maksila dan kemiringan crown bukal dari gigi penjangkar juga terlihat sebagai akibat dari ekspansi alat.2,6,18
Tipping mahkota bukal gigi penjangkar juga terjadi sekitar 6 + 6°. Namun, tidak ditemukan hubungan signifikan secara statistik antara tipping gigi penjangkar dengan usia, lebar palatal awal dan jumlah ekspansi.6,16,19
(35)
2.6. Kerangka Teori 2.6. Kerangka Teori
RPE
Skeletal Dental
Perubahan
- Dimensi vertikal
- Dimensi anteroposterior
- Panjang lengkung - Lebar lengkung Defisiensi maksila
Growing Non growing
(36)
2.7. Kerangka Konsep
Perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE
Non growing (CVM tahap T6) 11,12
Perubahan
Skeletal
1. Perubahan dimensi vertikal. 2
sudut : SN-ANS.PNS, MP-SN, NS-Gn, ANS.PNS-MP 2. Perubahan dimensi anteroposterior. 2
(37)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Deskriptif dengan desain retrospektif. 20
3.2. Tempat dan Waktu
Tempat penelitian : Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU Waktu penelitian : bulan Agustus 2009 s/d Juni 2010.
3.3. Populasi, Sampel penelitian dan Besar Sampel
3.3.1. Populasi
Pasien yang menggunakan pesawat ortodonti cekat kombinasi RPE tipe Hyrax Expander di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU pada tahun 2005-2009. 3.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah pasien non growing dengan kriteria CVM tahap 6 yang menggunakan pesawat ortodonti cekat kombinasi RPE tipe Hyrax Expander di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU pada tahun 2005-2009.
Besar sampel ditentukan dengan rumus : 21 Besar sampel : n = ( Zα+Zß)2 S
(38)
Dimana : Zα = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya 1,96 Zß = 1,036
S = Standar deviasi xa – xo = selisih rata-rata
maka : n = (1,96 + 1,036)2 x 6,5 7,2
= 8,0 8
3.4. Metode Pengumpulan Data
Persiapan pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan medical record foto sefalometri lateral pasien yang menggunakan pesawat ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing yang datang ke Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU sesuai dengan kriteria inklusi. Kemudian, pada foto sefalometri lateral dilakukan tracing dan pengukuran.
Kriteria inklusi :
• Pasien yang mengunakan pesawat ortodonti cekat kombinasi RPE tipe Hyrax Expander
• Pasien non growing dengan CVM tahap T6 • Foto sefalometri terbaca jelas
3.5. Bahan dan Alat
Bahan penelitian yang digunakan (Gambar 15) : Sefalogram lateral (Pramita)
(39)
Kertas acetat tracing merk Ortho Organizer Box tracing
Alat penelitian yang digunakan :
Pensil 4H, ketebalan 0,35 mm Penghapus merk Faber Castel
Cephalometric protractor Cephalometric protractor merk Ortho Organizermerk Ortho Organizer Jangka sorong merk Krisbow
Jangka sorong merk Krisbow
3.6. Cara Kerja 3.6. Cara Kerja
B A
C
D E
Gambar 15. Bahan dan alat penelitian A. Jangka sorong Krisbow,
B. Cephalometric protractor,alat tulis D. Sefalometri lateral, E. Kertas asetat.
Data diambil dari dokumentasi medical record foto sefalometri lateral pasien non growing (CVM tahap T6) yang menggunakan pesawat ortodonti cekat kombinasi RPE tipe Hyrax Expander di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU pada tahun 2005 – 2010.
Data diambil dari dokumentasi medical record foto sefalometri lateral pasien non growing (CVM tahap T6) yang menggunakan pesawat ortodonti cekat kombinasi RPE tipe Hyrax Expander di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU pada tahun 2005 – 2010.
(40)
3.6.1. Pencatatan Foto Sefalometri Lateral Sebelum Perawatan
Pada sefalometri lateral dilakukan penapakan jaringan keras pada kertas asetat di atas kotak tracing dengan menggunakan pensil 4H yang runcing untuk mendapatkan garis tipis. Apabila terdapat dua bayangan, maka yang dipakai adalah garis tengah antara kedua bayangan. Kemudian dilakukan identifikasi titik referensi pada jaringan keras seperti N dan S. Kemudian ditarik garis dan dilakukan pengukuran sudut dengan menggunakan jangka sorong digital merk Krisbow dan cephalometric protractor merk Ortho Organizer. Pengukuran sudut meliputi: SNA; SNB; ANB; NAPog; SN-ANS.PNS; MP-SN; NS-Gn; ANS.PNS-MP dan dilakukan pencatatan hasil pengukuran. Pencatatan dilakukan dua kali oleh operator yang sama sebanyak 8 sefalogram dalam sehari. Kemudian dilakukan pengulangan pengukuran dengan jarak satu minggu antara pengukuran pertama dan kedua dan diambil rata-ratanya.
3.6.2. Pencatatan Foto Sefalometri Lateral Setelah Satu Tahun Perawatan
Pada sefalometri lateral setelah satu tahun perawatan juga dilakukan hal yang sama seperti pencatatan yang dilakukan sebelum perawatan.
3.7. Identifikasi Variabel Penelitian
3.7.1. Variabel bebas
¾ Pesawat ortodonti cekat kombinasi RPE tipe Hyrax Expander 3.7.2. Variabel tergantung
(41)
¾ Sudut SNA, SNB, ANB, NAPog. 3.7.3. Variabel terkendali
¾ Usia non growing (CVM tahap T6)
¾ Jangka waktu pengambilan foto sefalometri ¾ Alat dan teknik pengambilan foto sefalometri 3.7.3. Variabel tak terkendali
¾ Jumlah dan frekuensi putaran sekrup ¾ Jenis kelamin
VARIABEL BEBAS
Pesawat ortodonti cekat kombinasi RPE
VARIABEL TERGANTUNG
- Sudut SN-ANS.PNS; MP-SN; NS-Gn; ANS.PNS-MP
- Sudut SNA, SNB, ANB, NAPog
VARIABEL TERKENDALI
VARIABEL TAK TERKENDALI
- Jumlah & frekuensi putaran sekrup - Jenis kelamin
pengambilan foto sefalometri (CVM tahap T6)
- Jangka waktu pengambilan foto sefalometri
- Alat & teknik pengambilan - Usia non growing
3.8. Definisi Operasional
RPE tipe Hyrax Expander pada penelitian ini adalah alat ekspansi yang terdiri dari screw ekspansi yang dihubungkan langsung pada molar band danpremolar pada kedua sisi. (Gambar 16). 8,9
(42)
Gambar 16. RPE tipe Hyrax Expander
di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU.
Usia non growing adalah usia dewasa yang ditentukan dengan menggunakan metode CVM tahap 6 dimana tepi inferior Cvs3 dan Cvs4 sangat cekung serta sisi vertikal terlihat lebih panjang daripada sisi horizontal pada foto sefalometri lateral. 11,12
T1 adalah foto dokumentasi sefalometri sebelum perawatan. 1
T2 adalah foto dokumentasi sefalometri setelah satu tahun perawatan.1
Perubahan dimensi vertikal ditentukan berdasar pada perubahan sudut sebelum dan setelah satu tahun perawatan (Gambar 17) : 2
a. SN-ANS.PNS adalah sudut yang dibentuk oleh garis SN-ANS.PNS.
b. MP-SN adalah sudut yang dibentuk oleh garis MP-SN. c. NS-Gn adalah sudut yang dibentuk oleh garis NS-Gn. d. ANS.PNS-MP adalah sudut yang dibentuk oleh garis ANS.PNS-MP.
(43)
c
d a b
Gambar 17. Pengukuran sudut dimensi vertikal 2
Perubahan dimensi anteroposterior, ditentukan berdasar pada perubahan sudut sebelum dan setelah satu tahun perawatan (Gambar 18) : 2
a. SNA adalah sudut yang dibentuk oleh garis SN-A. b. SNB adalah sudut yang dibentuk oleh garis SN-B. c. ANB adalah selisih antara SNA dan SNB
(44)
Gambar 18. Pengukuran sudut
dimensi anteroposterior.
3.9. Metode Analisis Data
Data diolah, diklasifikasikan, diinterpretasikan setiap variabel pengukuran dengan menggunakan alat bantu program uji statistik. Kemudian data dianalisa dengan paired t test.
(45)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil dan Analisis Data
Pada penelitian ini, data hasil pengukuran foto sefalometri lateral untuk melihat perubahan dimensi vertikal dan anteroposterior skeletal pada pasien non growing dapat terlihat pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1. Data hasil pengukuran perubahan dimensi vertikal
Paired differences
95% CI Mean SD SEM
Lower Upper
t df Sig.
Pair 1 Pre
SN-ANS.PNS - post SN-ANS.PNS
.2500 3.77018 1.33296 -2.9020 3.4020 .188 7 .857
Pair 2 Pre
MP-SN - post MP-SN
.1875 3.48402 1.23179 -2.7252 3.1002 .152 7 .883
Pair 3 Pre
NS-GN - post NS-GN
-1.9375 3.38524 1.19686 -4.7676 .8926 -1.619 7 .150
Pair 4 Pre
ANS.PNS -MP - post ANS.PNS -MP
-.5000 4.05322 1.43303 -3.8886 2.8886 -.349 7 .737
*Jika nilai signifikansi < 0.05 artinya variabel nyata berbeda antara pre dan post, signifikan berpengaruh. Jika nilai signifikansi > 0.05 artinya tidak berpengaruh signifikan.
Pada pengukuran SN-ANS.PNS memperlihatkan hasil analisis uji-t dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 terlihat sig 0.857 > alpha 0.05 yang menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pre dan post SN-ANS.PNS.
Pada pengukuran MP-SN memperlihatkan hasil analisis uji-t dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 terlihat sig 0.883 > alpha 0.05 yang menunjukkan tidak ada
(46)
perubahan signifikan pre dan post MP-SN.
Pada pengukuran NS-GN memperlihatkan hasil analisis uji-t dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 terlihat sig 0.15 > alpha 0.05 yang menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pre dan post NS-GN.
Pada pengukuran ANS.PNS-MP memperlihatkan hasil analisis uji-t dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 terlihat sig 0.737 > alpha 0.05 yang menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pre dan post ANS.PNS-MP.
Tabel 4.2. Data hasil pengukuran perubahan dimensi anteroposterior
Paired differences
95% CI Mean SD SEM
Lower Upper
t df Sig.
Pair 1 Pre SNA –
post SNA -.8750 2.08310 .73649 -2.6165 .8665 -1.188 7 .274
Pair 2 Pre SNB -
post SNB 1.0000 1.71131 .60504 -.4307 2.4307 1.653 7 .142
Pair 3 Pre ANB – post ANB
-2.2500 2.18763 .77344 -4.0789 -.4211 -2.909 7 .233
Pair 4 Pre NAPog - post NAPog
-3.7500 3.88219 1.37256 -6.9956 -.5044 -2.732 7 .292
*Jika nilai signifikansi < 0.05 artinya variabel nyata berbeda antara pre dan post, signifikan berpengaruh. Jika nilai signifikansi > 0.05 artinya tidak berpengaruh signifikan.
Pada pengukuran SNA memperlihatkan hasil analisis uji-t dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 terlihat sig 0.274 > alpha 0.05 yang menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pre dan post SNA.
Pada pengukuran SNB hasil analisis uji-t dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 terlihat sig 0.142 > alpha 0.05 yang menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pre dan post SNB.
(47)
Pada pengukuran ANB memperlihatkan hasil analisis uji-t dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 terlihat sig 0.233 > alpha 0.05 yang menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pre dan post ANB.
Pada pengukuran NAPog memperlihatkan hasil analisis uji-t dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 terlihat sig 0.292 > alpha 0.05 yang menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pre dan post NAPog.
(48)
BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil perawatan pasien growing menggunakan RPE setelah satu tahun perawatan menunjukkan perubahan skeletal dan dental yang baik.13 Dalam bidang Ortodonti, faktor usia sangat mempengaruhi hasil perawatan. Pada umumnya, laporan penelitian tentang penggunaan dan waktu perawatan RPE pada usia bervariasi. Respon alat ini lebih efektif digunakan pada usia lebih muda. Hal ini berkaitan dengan bentuk anatomis dari maksila, yaitu pada usia lebih tua telah terjadi penyatuan tulang sepanjang garis sutura midpalatal.1,2 Namun, efek RPE yang terjadi pada pasien non growing sangat kecil.2,3
Efek RPE pada pasien growing menyebabkan perubahan vertikal dari maksila dan tinggi wajah. Hal ini ditandai terjadinya pergeseran maksila ke bawah dan belakang yang mempengaruhi langsung pengaturan posisi ruang pada mandibula bila dihubungkan dengan dasar maksila anterior. Mandibula akan berotasi ke bawah dan belakang seperti maksila. Rotasi mandibula ini akan menimbulkan perubahan lain seperti pembukaan gigitan, inklinasi bidang oklusal, pertambahan sudut bidang mandibula dan sumbu Y serta perpindahan menton ke bawah. Ekspansi RPE juga akan menyebabkan peningkatan dimensi vertikal dari wajah karena rotasi maksila dan mandibula ke bawah dan belakang dan pergeseran gigi-gigi atas yang ekstrusi dan bukoversi.2,3,8 Pada penelitian ini, perubahan dimensi vertikal skeletal setelah perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing, tidak terlihat
(49)
perubahan signifikan pada pengukuran SN-ANS.PNS (sig.0.857), MP-SN (sig.0.883), NS-GN (sig. 0.150) dan ANS.PNS-MP (sig.0.737). Hal ini disebabkan pada pasien non growing telah terjadi penyatuan tulang dan berhentinya masa pertumbuhan skeletal.
Penelitian yang dilakukan oleh Haas dkk memperlihatkan perubahan anteroposterior maksila yang signifikan pada pasien growing. Sebaliknya, Da Silva dkk memperlihatkan perubahan tidak signifikan pada anteroposterior maksila. Hal ini dikarenakan pada penelitian yang dilakukan oleh Da Silva dkk menggunakan garis referensi yang berbeda yaitu berdasarkan pada pengukuran angular dan linier sedangkan Haas menggunakan pengukuran linier.1,2,17 Pada penelitian ini, perubahan dimensi anteroposterior skeletal setelah perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing, tidak terlihat perubahan signifikan pada pengukuran SNA (sig.0.274), SNB (sig.0.142), ANB (sig. 0.233) dan NAPog (sig.0.292). Hal ini disebabkan pada pasien non growing telah terjadi penyatuan tulang dan berhentinya masa pertumbuhan skeletal.
Hasil penelitian pada pasien non growing ini, menunjukkan penggunaan RPE memperlihatkan tidak ada perubahan signifikan skeletal walaupun hasil perawatan dental baik. Hal ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Melson secara histologis terhadap sutura midpalatal yaitu pada tahap ‘adult’ memperlihatkan adanya synostosis dan sejumlah formasi jembatan tulang sepanjang sutura sehingga akan sulit dilakukan ekspansi maksila secara ortopedik, jadi semakin meningkatnya usia maka terjadi kerapatan tulang.5 Sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Baccetti
(50)
dkk, sebaiknya RPE digunakan pada pasien masa prepubertal dan pubertal karena pengaruh RPE yang terjadi pada pasien dewasa sangat kecil.5,12 Begitu pula dengan pendapat yang disampaikan oleh Davidovitch dkk, pemakaian RPE diindikasikan pada pasien growing karena ada efek dental dan skeletal. Selain itu juga, memberikan efek dental dan sedikit perubahan skeletal yang tidak signifikan pada non growing.
(51)
BAB 6 KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari sefalogram lateral untuk perubahan dimensi vertikal dan anteroposterior skeletal setelah perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing, disimpulkan :
1. Pada dimensi vertikal tidak terlihat perubahan signifikan.
2. Pada dimensi anteroposterior tidak terlihat perubahan signifikan.
3. Sulit dilakukan ekspansi maksila secara ortopedik pada pasien non growing karena telah terjadinya penyatuan tulang dan berhentinya masa pertumbuhan.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak pada non growing..
2. Perlu dilakukan penelitian yang murni tentang pengaruh RPE tanpa kombinasi dengan pesawat cekat
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan perubahan dental pada pasien non growing.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengaruh RPE segera selesai ekspansi dan setelah tiga bulan pasif.
(52)
DAFTAR PUSTAKA
1. Davidovitch M, Efstathiou S, Same O and Vardimon AD. Skeletal and Dental Response to Rapid Maxillary Expansion with 2-versus 4-band Appliances, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2005; 127: 483-92.
2. Da Silva OG, Boas MCV, Capelozza L, Rapid Maxillary Expansion in The Primary and Mixed Dentitions: A Cephalometric Evaluation, Am J Orthod Dentofacial Orthop 1991;100:171-81.
3. Saadia M, Torres E, Sagital Changes after Maxillary Protraction with Expansion in Class III Patients in The Primary, Mixed, and Late Mixed Dentitions: A Longitudinal Retrospective Study, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2000;117:669-80.
4. Hesby RM, Marshall SD, Dawson DV, Southard KA, Casko JS, Franciscus RG, Southard TE, Transverse Skeletal and Dentoalveolar Changes During Growth, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2006;130:721-31.
5. Franchi L, Baccetti T, McNamara JA, Postpubertal Assessment of Treatment Timing for Maxillary Expansion and Protraction Therapy Followed by Fixed Appliances, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2004;126:555-68.
6. Sandikcioiu M, and Hazar S, Skeletal and Dental Changes After Maxillary Expansion In The Mixed Dentition. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1997; 111:321-7.
(53)
7. Braun S, Bottrel A, Lee K-G, Lunazzi JJ, Legan HL. The Biomechanics of Rapid Maxillary Sutural Expansion, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2000;118:257-61.
8. Bishara SE, Textbook of Orthodontics, Philadelpia, WB. Saunders Co, 2001;324-74.
9. McNamara JA, dkk, Orthodontic and Dentofacial Orthopedic, Michigan, Needham Press Inc 1994; 75-84.
10.Utomo H, Margaretha MS, The Orthopedic Face Mask Therapy: Is It Effective in Adult Patient? (Case Report), Majalah Ortodontik Suplemen Agustus 2007 Bali Orthodontic Conference:1-5.
11.Koesoemahardja HD, Jenie I, Tumbuh Kembang Kraniodentofasial, FKG USAKTI, 2004; 11-12.
12.Baccceti T, Franchi L, Cameron CG, McNamara JA. Treatment Timing for Rapid Maxillary Expansion, Angle Orthod 2001; 71: 343-350.
13.Jiang J, Lin J, Ji C, Two-Stage Treatment of Skeletal Class III Malocclusion during The Early Permanent Dentition, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2005;128:520-7.
14.Vargo J, Buschang PH, Boley JC, English JD, Behrents RG, and Owen H, Treatment Effects and Short-term relapse of Maxillomandibular Expansion during The Early to Mid Mixed Dentition, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2007;131:456-63.
(54)
15.Geran RG, McNamara JA, Baccetti T, Franchi L, Shapiro LM, A Prospective Long-Term Study on The Effects of Rapid Maxillary Expansion in The Early Mixed Dentition, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2006;129:631-40.
16.Filho L, Ruellas ACO, Long-Term Anteroposterior and Vertical Maxillary Changes in Skeletal Class II Patients Treated with Slow and Rapid Maxillary Expansion, Angle Orthodontist 2005 vol 77,870-74.
17.Da Silva OG, Montes LAP, Torelly LF, Rapid Maxillary Expansion in The Deciduous and Mixed Dentition Evaluated through Posteroanterior Cephalometric Analysis, Am J Orthod Dentofacial Orthop 1995;107: 268-75. 18.Smith SW, English JD, Orthodontic Correction of A Class III Malocclusion in
An Adolescent Patient With A Bonded RPE and Protraction Face Mask, Am J Orthod Dentofacial Orthop 1999;116:177-83.
19.Garib DG, Henriques JFC, Carvalho PEG, Gomes SC, Longitudinal Effects of Rapid Maxillary Expansion, Angle Orthod 2007; 77: 442-447.
20.Budiarto E, Metodologi Penelitian Kedokteran, EGC 2003; 14-17 21.Sudjana, Metoda Statistika, Tarsito Bandung 2005; 168-169.
(55)
ALUR PENELITIAN
Pesawat ortodonti cekat kombinasi RPE
Non growing (CVM tahap T6)
Penjiplakan foto sefalometri lateral
sebelum perawatan) setelah satu tahun perawatan
1. Pengukuran sudut dimensi vertikal
sudut : SN-ANS.PNS, MP-SN, NS-Gn, ANS.PNS-MP 2. Pengukuran sudut dimensi anteroposterior
(56)
JADWAL PENELITIAN
Waktu Pelaksanaan Maret 2009 - Agustus 2010
No Kegiatan
3 4 5 6 7 8
1 Penelusuran kepustakaan xx xx xx xx xx
2 Pembuatan proposal
xx xx xx
3 Seminar proposal xxxx
4 Pengambilan data di lapangan
xx xxx xx
5 Penulisan laporan tesis xx xx xx
6 Seminar hasil xx
7 Perbaikan dan penyerahan laporan
(57)
HASIL PENGUKURAN SAMPEL
Kriteria Sampel
No Umur Jenis kelamin
1 19 tahun Perempuan
2 21 tahun Perempuan
3 20 tahun Laki-laki
4 24 tahun Perempuan
5 19 tahun Laki-laki
6 18 tahun Laki-laki
7 21 tahun Perempuan
8 19 tahun Laki-laki
Perubahan Vertikal SAMPE
L
SN-ANS.PNS
MP-SN NS-Gn ANS.PNS-MP
No Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
1 7 3 27,5 21 64 63 21 22,5
2 3 6,5 38 38 70 72 34 29
3 18 11 47 44 73 73 29 37
4 7 11 43 48 74 77 37 37
5 8 10 42,5 41,5 80 79 35 31,5
6 8 8,5 30 30 69,5 79 21,5 20
7 10 8,5 29 31 69 71 19 22
8 5,5 6 36,5 38,5 68 69 31 32,5
Perubahan Anteroposterior
SAMPEL SNA SNB ANB NAPog
No Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
1 90 93 90 91 0 2 0 6,5
2 81 78,5 81 78 0 0,5 1 0
3 74 78 79 78 -5 0 -10 -2,5
4 79 79 81 78 -2 +1 -6 +1,5
5 77 79 72,5 73 4,5 6 10 12
6 85 84,5 80 81 5 3,5 10 7,5
7 82 82 84 81,5 -2 0,5 -5 1
(58)
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Yenni Sutanti
Tempat/Tgl. Lahir : Pangkalanberandan, 17 Juni 1978 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl.Karya dame, Perumahan Pondok Surya Blok V No.198 Medan
PENDIDIKAN FORMAL
1984 – 1990 : SD I YPDP Pangkalanberandan 1990 – 1993 : SMP YPDP Pangkalanberandan 1993 – 1996 : SMAN 4 Medan
1996 – 2003 : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara 2006 : Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis 1 FKG USU
(1)
7. Braun S, Bottrel A, Lee K-G, Lunazzi JJ, Legan HL. The Biomechanics of Rapid Maxillary Sutural Expansion, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2000;118:257-61.
8. Bishara SE, Textbook of Orthodontics, Philadelpia, WB. Saunders Co, 2001;324-74.
9. McNamara JA, dkk, Orthodontic and Dentofacial Orthopedic, Michigan, Needham Press Inc 1994; 75-84.
10. Utomo H, Margaretha MS, The Orthopedic Face Mask Therapy: Is It Effective in Adult Patient? (Case Report), Majalah Ortodontik Suplemen Agustus 2007 Bali Orthodontic Conference:1-5.
11. Koesoemahardja HD, Jenie I, Tumbuh Kembang Kraniodentofasial, FKG USAKTI, 2004; 11-12.
12. Baccceti T, Franchi L, Cameron CG, McNamara JA. Treatment Timing for Rapid Maxillary Expansion, Angle Orthod 2001; 71: 343-350.
13. Jiang J, Lin J, Ji C, Two-Stage Treatment of Skeletal Class III Malocclusion during The Early Permanent Dentition, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2005;128:520-7.
14. Vargo J, Buschang PH, Boley JC, English JD, Behrents RG, and Owen H, Treatment Effects and Short-term relapse of Maxillomandibular Expansion during The Early to Mid Mixed Dentition, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2007;131:456-63.
(2)
15. Geran RG, McNamara JA, Baccetti T, Franchi L, Shapiro LM, A Prospective Long-Term Study on The Effects of Rapid Maxillary Expansion in The Early Mixed Dentition, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2006;129:631-40.
16. Filho L, Ruellas ACO, Long-Term Anteroposterior and Vertical Maxillary Changes in Skeletal Class II Patients Treated with Slow and Rapid Maxillary Expansion, Angle Orthodontist 2005 vol 77,870-74.
17. Da Silva OG, Montes LAP, Torelly LF, Rapid Maxillary Expansion in The Deciduous and Mixed Dentition Evaluated through Posteroanterior Cephalometric Analysis, Am J Orthod Dentofacial Orthop 1995;107: 268-75. 18. Smith SW, English JD, Orthodontic Correction of A Class III Malocclusion in
An Adolescent Patient With A Bonded RPE and Protraction Face Mask, Am J Orthod Dentofacial Orthop 1999;116:177-83.
19. Garib DG, Henriques JFC, Carvalho PEG, Gomes SC, Longitudinal Effects of Rapid Maxillary Expansion, Angle Orthod 2007; 77: 442-447.
20. Budiarto E, Metodologi Penelitian Kedokteran, EGC 2003; 14-17 21. Sudjana, Metoda Statistika, Tarsito Bandung 2005; 168-169.
(3)
ALUR PENELITIAN
Pesawat ortodonti cekat kombinasi RPE
Non growing (CVM tahap T6)
Penjiplakan foto sefalometri lateral
sebelum perawatan) setelah satu tahun perawatan
1. Pengukuran sudut dimensi vertikal
sudut : SN-ANS.PNS, MP-SN, NS-Gn, ANS.PNS-MP 2. Pengukuran sudut dimensi anteroposterior
(4)
JADWAL PENELITIAN
Waktu Pelaksanaan Maret 2009 - Agustus 2010
No Kegiatan
3 4 5 6 7 8
1 Penelusuran kepustakaan xx xx xx xx xx
2 Pembuatan proposal
xx xx xx
3 Seminar proposal xxxx
4 Pengambilan data di lapangan
xx xxx xx
5 Penulisan laporan tesis xx xx xx
6 Seminar hasil xx
7 Perbaikan dan penyerahan laporan
(5)
HASIL PENGUKURAN SAMPEL
Kriteria Sampel
No Umur Jenis kelamin
1 19 tahun Perempuan
2 21 tahun Perempuan
3 20 tahun Laki-laki
4 24 tahun Perempuan
5 19 tahun Laki-laki
6 18 tahun Laki-laki
7 21 tahun Perempuan
8 19 tahun Laki-laki
Perubahan Vertikal SAMPE
L
SN-ANS.PNS
MP-SN NS-Gn ANS.PNS-MP
No Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
1 7 3 27,5 21 64 63 21 22,5
2 3 6,5 38 38 70 72 34 29
3 18 11 47 44 73 73 29 37
4 7 11 43 48 74 77 37 37
5 8 10 42,5 41,5 80 79 35 31,5
6 8 8,5 30 30 69,5 79 21,5 20
7 10 8,5 29 31 69 71 19 22
8 5,5 6 36,5 38,5 68 69 31 32,5
Perubahan Anteroposterior
SAMPEL SNA SNB ANB NAPog
No Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
1 90 93 90 91 0 2 0 6,5
2 81 78,5 81 78 0 0,5 1 0
3 74 78 79 78 -5 0 -10 -2,5
4 79 79 81 78 -2 +1 -6 +1,5
5 77 79 72,5 73 4,5 6 10 12
6 85 84,5 80 81 5 3,5 10 7,5
7 82 82 84 81,5 -2 0,5 -5 1
(6)
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Yenni Sutanti
Tempat/Tgl. Lahir : Pangkalanberandan, 17 Juni 1978 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl.Karya dame, Perumahan Pondok Surya Blok V No.198 Medan
PENDIDIKAN FORMAL
1984 – 1990 : SD I YPDP Pangkalanberandan 1990 – 1993 : SMP YPDP Pangkalanberandan 1993 – 1996 : SMAN 4 Medan
1996 – 2003 : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara 2006 : Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis 1 FKG USU