Dasar Hukum Wakaf Fungsi dan kewenangan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) terhadap pendaftaran tanah wakaf (studi kasus PPAIW Kecamatan Kebayoran Baru)

Hal ini terjadi dikarenakan sumber pengambilan rujukan mengenai wakaf memang berasal kitab-kitab klasik ulama mazhab, dan memang semua peraturan mengenai perwakafan yang ada di Indonesia sumber pengambilan rujukannya bersumber dari Hukum Islam yang terpetakan dalam berbagi mazhab fiqih. Dapat disimpulkan dari defenisi diatas pada dasarnya mengandung makna yang sama yaitu eksistensi benda wakaf itu harus bersifat tetap, artinya biarpun faedah atau manfaat benda itu diambil, zat benda itu masih tetap ada selamanya, sedangkan hak pemiliknya berakhir, tidak di jual, di wariskan, di hibahkan.

2. Dasar Hukum Wakaf

a. Al-Qur‟an                 “ Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”QS : Ali imran : 92 “ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah dia dijalan Allah sebagian dari hasil ushamu yang baik- baik”.QS : Al-Baqarah : 267                       “ Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”. QS : Al An‟am : 165. b. Hadits ع با ر ر ا ل سر ها ص ها س لاق : ا ا ا با ا عطق ا ع اا اث : ق ص راج , ا ع ع ب , ا ل حلاص ل ع ا ر س . “Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Apabila anak Adam manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya ” HR. Muslim. 18 ع با ر ع لاق : لاق ر ع ل ص ها ع س ا ئاا لا س لا ر ب ل بصا اا طق بجعا لا ا را ق ا صتا ا ب , لاقف لا ص ها ع س : س حا ا صا ل س ا تر ث ا ر را لا س 18 Muhammad ibnu ismail Ash- Shan‟aniy, Subulus Salam, Juz.II , hal. 87 Artinya : Dari Ibnu Umar, Ia berkata : “Umar mengatakan kepada Nabi Muhammad saw, saya mempunyai seratus dirham saham di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta yang paling saya kagumi seperti itu, tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi saw, mengatakan kepada Umar : tahanlah jangan di jual, hibah atau wariskan asal pokok dan jadikan buahnya sedekah untuk sabilillah. HR. Bukhari dan Muslim. 19 c. Dasar hukum yang mengatur perwakafan di Indonesia Peraturan wakaf di Indonesia diatur dalam berbagai peraturan dalam Perundang-undangan. 1. Undang-undang pokok agraria nomor 5 tahun 1960, pada pasal 5, pasal 14 ayat 1 dan pasal 49 memuat rumusan-rumusan antara lain sebagai berikut. a. Pasal 5 UUPA menyatakan bahwa hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional dan Negara. Segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama. Dalam rumusan pasal ini telah jelas bahwa hukum adat yang menjadi dasar hukum agraria Indonesia, yaitu hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk undang-undang republik Indonesia bahwa di sana sini mengandung unsur agama yang di revisi dalam lembaga hukum adat, khusus nya lembaga wakaf. b. Pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia, membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung 19 Ibid., hal. 89 di dalamnya untuk keperluan Negara, untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainya sesuai dengan dasar ketuhanan yang maha Esa. c. Pasal 49 UUPA menyatakan bahwa hak tanah-tanah badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan untuk dalam usaha dalam bidang keagamaan sosial telah diakui dan di lindungi. Badan-badan tersebut di jamin akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial. Oleh karena itu, perwakafan tanah di atur dalam PP No. 28 tahun 1977. 2. Peraturan pemerintah Nomor 28. Tahun 1977. Peraturan ini dikeluarkan untuk memberikan jaminan kepastian hukum mengenai tanah wakaf secara pemanfaatannya sesuai dengan tujuan wakaf. 3. Peraturan mentri agama Nomor 1 Tahun 1978 Peraturan ini dikeluarkan sebagai perincian terhadap PP No.28 tahun 1977 tentang tata cara perwakafan tanah milik, antara lain akta ikrar wakaf, hak dan kewajiban nazir, perubahan perwakafan tanah milik, pengawasan dan bimbingan, penyelesaian perselisihan wakaf, serta biaya perwakafan tanah milik. 4. Intruksi bersama mentri agama Republik Indonesia dan kepala badan pertanahan nasional nomor 4 tahun 1990 , nomor 24 tahun 1990 tentang sertifikasi tanah wakaf. 5. Badan pertahanan Nasional Nomor 630.1-2782 tentang pelaksanaan pensertifikasian tanah wakaf. 6. Intruksi presiden Nomor 1 tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam Hukum mengenai perwakafan sebagaimana diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pada dasarnya sama dengan hukum perwakafan yang telah diatur dalam perundang- undangan yang telah ada sebelumnya, sehingga Kompilasi Hukum Islam merupakan pengembangan dan penyempurnaan terhadap materi perwakafan yang ada pada perundang-undangan sebelumnya. 20

B. Rukun Dan Syarat Wakaf