Faktor Virulensi Mikroba PENDAHULUAN

respons kekebalan. Hanya ada dua kelompok senyawa, secara alamiah yang jelas bersifat imunogenik, artinya mempunyai kemampuan untuk merangsang respons kekebalan. Senyawa yang dimaksud ialah protein dan polisakarida. Protein pada umumnya lebih efektif dalam merangsang pembentukan antibodi dibandingkan dengan polisakarida. Namun, polisakarida kompoleks berukuran besar, seperti polisakarida pada kapsul pneumokokus, merupakan antigen yang baik karena menimbulkan reaksi kekebalan yang kuat. Oligosakarida, lipid, dan asam-asam nukleat tidak merangsang pembentukan antibodi bila berdiri sendiri, tetapi dapat melakukannya bila bergabung dengan protein, yang disebut hapten Pelchzar dan Chan, 1988. Antigen dapat berupa substansi yang dapat larut seperti toksin bakteri atau protein serum bagian zat alir dari darah yang terkoagulasi. Antigen dapat pula bersifat partikulat, seperti sel bakteri atau virion. Antigen partikulat biasanya lebih ampuh daripada antigen yang dapat larut. Antigen alami salah satunya adalah antigen bakteri yang diekskresikan sebagai eksotoksin dan enzim atau komponen struktural sel Pelchzar dan Chan, 1988.

2.4 Faktor Virulensi Mikroba

Pada kebanyakan kasus, sifat-sifat yang menyebabkan virulensi suatu mikroorganisme patogenik itu tidak jelas atau belum diketahui. Namun, telah diketahui bahwa beberapa bakteri mengekskresikan substansi, sedangkan yang lain mempunyai struktur khusus yang turut menyumbang kepada virulensinya. Beberapa faktor mikrobial tersebut antara lain: 1. Toksin. Beberapa mikroorganisme menghasilkan zat beracun yang dikenal sebagai toksin. Kemampuan suatu mikroorganisme untuk menghasilkan suatu toksin yang mempunyai efek buruk terhadap inang dan keampuhan toksin tersebut merupakan faktor penting di dalam kemampuan organisme tersebut untuk menyebabkan penyakit. Toksin yang dihasilkan mikroorganisme mungkin diekskresikan ke medium di sekitarnya eksotoksin atau di simpan di dalam selnya endotoksin sebagai bagian dari sel tersebut Pelchzar dan Chan, 1988. Eksotoksin . Eksotoksin dapat berdifusi dan diekskresikan dari sel mikroba yang menghasilkannya ke dalam medium biakan atau ke dalam sistem peredaran dan jaringan inang. Eksotoksin adalah protein. Toksisitasnya akan hilang bila dipanaskan atau diberi perlakuan dengan zat kimia. Fenol, formaldehid, β– propiolakton, dan berbagai asam dapat memodifikasi eksotoksin secara kimiawi sehingga toksisitasnya lenyap; dalam hal demikian maka disebut toksoid . Toksin dan toksoid mempunyai kemampuan untuk merangsang pembentukan antitoksin, yaitu substansi yang menetralkan toksisitas toksin di dalam tubuh inang. Kemampuan ini penting untuk melindungi inang yang rentan terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan oleh toksin bacterial Pelchzar dan Chan, 1988. Endotoksin . Banyak mikroorganisme, terutama bakteri gram negatif, tidak mengekskresikan toksin terlarut dari sel yang utuh lagi hidup, tetapi menghasilkan endotoksin yang dilepaskan hanya bila selnya hancur. Adanya substansi beracun di dalam populasi bakteri semacam itu disebabkan karena terlisisnya beberapa dari sel itu. Endotoksin bakteri gram negatif terletak pada dinding sel dan merupakan substansi kompleks yang mengandung fosfolipid dan karbohidrat lipopolisakarida. Dibandingkan dengan eksotoksin, endotoksin itu 1 relatif stabil terhadap panas 2 tidak membentuk toksoid, dan 3 kurang toksik Pelchzar dan Chan, 1988. 2. Enzim ekstraselular. Virulensi beberapa mikroorganisme sebagian disebabkan oleh produksi enzim ekstraseluler lihat tabel 1. Kendati tidak ada satu pun enzim ekstraselular tunggal yang telah diperlihatkan tanpa meragukan sebagai satu- satunya faktor penyebab virulensi, tidak disangsikan lagi enzim-enzim semacam itu berperan di dalam proses patogenik Pelchzar dan Chan, 1988. Tabel 1. Beberapa enzim ekstraselular yang turut menentukan virulensi mikroba. Enzim Kerjanya Bakteri Yang Menghasilkan Enzim Contoh Hialuronidase Koagulase Hemolisin Lesitinase Kolagenase Merombak asam hialuronat suatu komponen jaringan Menggumpalkan plasma Melisis sel-sel darah merah Menghancurkan sel-sel darah merah dan jaringan lain Menguraikan kolagen Stafilokokus, streptokokus, dan klostridia Staphylococcus aureus Stafilokokus, streptokokus, dan klostrida Clostridium perfringens Cl. Perfringens Leukosidin suatu serat jaringan Membunuh leukosit Staphylococcus aureus Sumber: Pelchzar dan Chan, 1988. 3. Kapsul Virulensi bakteri dalam banyak hal dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya kapsul. Bila patogen kehilangan kapsulnya, misalnya oleh mutasi, maka mereka kehilangan kemampuannya sebagai penyebab penyakit. Nampaknya bertambahnya virulensi pada galur berkapsul disebabkan oleh kemampuan polisakaride kapsul untuk mencegah fagositosis atau penelanan oleh fagosit inang. Kemampuan ini mungkin disebabkan oleh sifat-sifat permukaan kapsul yang mencegah fagosit sehingga tidak membentuk kontak yang cukup erat dengan bakteri yang menelannya Pelchzar dan Chan, 1988. 4. Pili Banyak bakteri nonpagotenik memiliki pili, sama halnya seperti banyak bakteri pagotenik memiliki kapsul. Organel-organel ini dapat meningkatkan virulensi beberapa patogen. Telah dilaporkan bahwa dimilikinya pili membantu organisme melekat dengan lebih baik pada permukaan sel inang dan jaringan inang Pelchzar dan Chan, 1988.

2.5 Vaksin