Berdasarkan penelitian yang dilakukan Trampuz, et al. 2006, disebutkan bahwa pada fase stasioner bakteri E. coli dapat diinaktivasi hingga dosis 4000 Gy
laju dosis 9,35 Gymenit. Pada dosis tersebut sel bakteri E. coli telah mengalami kerusakan yang cukup parah, sehingga sel tidak dapat melakukan metabolisme,
dan mengalami kematian. Dengan demikian, dosis tersebut dapat digunakan untuk bahan vaksin mastitis.
Menurut Alatas 2005, kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom dapat menyebabkan sel tetap hidup atau mati. Bila tingkat kerusakan yang dialami
sel tidak terlalu parah dan proses perbaikan berlangsung dengan baik dan tepat, maka sel bisa kembali normal seperti sebelum terpajan radiasi. Bila proses
perbaikan berlangsung tetapi tidak tepat maka akan dihasilkan sel yang tetap dapat hidup tetapi telah mengalami perubahan. Artinya sel tersebut tidak lagi seperti sel
semula, tetapi sudah menjadi sel yang baru atau abnormal tetapi hidup. Selain itu, bila tingkat kerusakan yang dialami sel sangat parah dan bila proses perbaikan
tidak berlangsung dengan baik maka sel akan mati.
4.3 Konsentrasi Protein Sel E. coli Hasil Iradiasi
Konsentrasi protein sel E. coli yang diukur dengan metoda Lowry, sebagaimana tampak pada Gambar 19 menunjukkan adanya perubahan
konsentrasi protein sel E. coli yang bervariasi dengan perlakuan dosis yang berbeda. Jumlah konsentrasi protein intraselular cenderung lebih besar
dibandingkan dengan jumlah konsentrasi protein ekstraselular, tetapi tidak menghasilkan perbedaan yang nyata dengan kenaikan dosis iradiasi.
100 200
300 400
K o
n se
n tr
a si
m g
m l
Dosis Gy
Ekstaselular 104 103 126 134 135 113 87.9 91.8 113 Intraselular
154 178 182 202 190 177 165 169 170 Total
257 281 308 336 325 290 253 261 283 50
200 500 600 700 800 900 1000
Gambar 19. Konsentrasi protein E. coli hasil iradiasi
Pada dosis 0 Gy kontrol. Jumlah protein intraselular, yaitu 154 mgml dan protein ekstraselular, yaitu 104 mgml. Kandungan protein total cenderung
meningkat dibandingkan kontrol, tetapi pada dosis 800 Gy mengalami penurunan, yaitu 253 mgml. Perubahan konsentrasi protein total tertinggi terjadi pada dosis
500 Gy, yaitu 336 mgml kemudian meningkat lagi pada dosis iradiasi 900Gy dan 1000 Gy, yaitu 261 mgml dan 283 mgml.
Hal ini diduga karena, dosis yang diberikan tidak terlalu besar dan sifat acak dari kerusakan yang ditimbulkan oleh iradiasi sinar gamma. Pengurangan dan
pertambahan konsentrasi protein dapat disebabkan oleh kerusakan dan gangguan pada protein tersebut, baik aktifitas maupun strukturnya. Menurut Syaifudin
2005, komposisi protein dan elektrolit dalam serum akan bervariasi setelah
iradiasi. Konsentrasi masing-masing protein dapat meningkat melalui sintesis atau melalui pelepasan selular yang nyata akibat kerusakan jaringan sel.
Wahyudi 2005, menambahkan bahwa adanya kemungkinan kecepatan peningkatan aktifitas pembelahan sel terjadi pada dosis tertentu, tidak selalu
mengikuti interval peningkatan dosisnya. Seperti halnya sel kanker yang disebabkan oleh radiasi atau radikal bebas, sehingga protein bersifat karsinogenik.
Harliansyah 2005, juga menyatakan jika radikal bebas menyerang asam-asam nukleat, akan menimbulkan gangguan terhadap molekul DNA yang berakibat
terbentuknya mutasi basa-basa nitrogen serta berakhir dengan pembentukan
karsinogenesis.
4.4 Karakteristik Profil Protein Bakteri E. coli