14
data belum stasioner secara rata-rata maupun varians maka dilakukan transformasi data dan dilanjutkan dengan proses differencing.
2.4 Fungsi Autokorelasi ACF
Fungsi autokorelasi berarti  hubungan korelasi terhadap diri sendiri, yaitu korelasi  antara  suatu  hasil  observasi  dengan  hasil  observasi  itu  sendiri  namun
dengan  time  lag  yang  berbeda  misal
�
dengan
�+
.  Menurut  [12]  autokorelasi pada  lag  ke-   untuk  suatu  observasi  deret  waktu  dapat  diduga  dengan  koefisien
autokorelasi sampel.
� =
�
−
�+
−
� − �=1
�
−
2 �
�=1
, = 0,1,2,
…                            2.6
Dimana �     = koefisien korelasi untuk lag periode ke-
�
= nilai observasi pada periode ke- �
�+
= nilai observasi pada periode ke- � +
= rata-rata nilai observasi
Menurut [13], karena �  merupakan fungsi terhadap lag ke-  maka
hubungan antara autokorelasi dengan lagnya dapat disebut sebagai fungsi autokorelasi.
15
Untuk  memeriksa  apakah  suatu �   berbeda  secara  nyata  dari  nol,  dapat
digunakan rumus kesalahan standar dari �  yakni
�
= 1 �. Sehingga seluruh
nilai  korelasi  dari  barisan  data  yang  random  tidak  berautokorelasi  signifikan akan  terletak  di  dalam  daerah  nilai  tengah  nol  ditambah  atau  dikurangi  nilai  z-
�  pada taraf signifikansi 95  yakni 1,96 kali kesalahan standard.
2.5 Fungsi Autokorelasi Parsial PACF
Fungsi  autokorelasi  parsial  menyatakan  hubungan  antara  suatu  hasil observasi  dengan  hasil  observasi  itu  sendiri.  Autokorelasi  parsial  pada  lag  ke-
dinyatakan  sebagai  korelasi  antara
�
dan
�−
setelah  dihilangkannya  efek  dari variabel- variabel
� −1
,
�−2
, … ,
� − +1
.  Levinson  1940  dan  Durbin  1960 memberikan  metode  yang  efisien  untuk  mendapatkan  penyelesaian  dari
persamaan  Yule-Walker  untuk  mendapatkan  nilai  autokorelasi  parsial  sebagai berikut.
∅ = � −
∅
−1,
�
− −1
=1
1 −
∅
−1,
�
−1 =1
2.7
Dimana ∅ = koefisien autokorelasi parsial untuk lag periode ke- .
∅   = ∅
−1,
− ∅ ∅
−1, −1
,              = 1,2, … − 1
16
2.6 Metode Box Jenkins
Metode  Box-Jenkins atau sering disebut sebagai  ARIMA Autoregressive Intergrated  Moving  Average  merupakan  integrasi  dari  beberapa  model  runtun
waktu  yang  terlebih dahulu ada.  Model  Autoregressif pertama kali diperkenalkan oleh  Yule  1926  dan  dikembangkan  oleh  Walker  1931,  sedangkan  model
Moving  Average  pertama  kali  digunakan  oleh  S lutzky  1937.  Kemudian  dasar- dasar  teoritis  untuk  kombinasi  dari  kedua  model  ini  ARMA  dihasilkan  oleh
Wold 1938. Keseluruhan  metode  ini kemudian dipelajari secara  mendalam oleh George Box dan  Gwilym Jenkins  1976, dan  nama  mereka sering disinonimkan
dengan metode ARIMA itu sendiri. 2.6.1
Proses Autoregressif AR
Proses autoregressif  memiliki arti regresi pada diri  sendiri. Lebih  spesifik, proses autoregresif
�
orde � menyatakan persamaan[7]:
�
= ∅
1 �−1
+ ∅
2 �−2
+ ⋯ + ∅
� � −�
+
�
2.8
Dimana diasumsikan bahwa
�
stasioner dan
�
= 0
Jadi,  nilai  barisan
�
adalah  kombinasi  linier  dari  sejumlah �  nilai
�
terakhir di masa lampau ditambah sebuah
�
yang menyatakan sesuatu yang tidak dapat  dijelaskan  oleh  nilai- nilai
�
di  masa  lampau  tersebut.  Selain  itu
�
merupakan variabel acak yang independent dengan rata-rata nol.
17
Secara umum  rumus  untuk  mencari  nilai autokorelasi  untuk proses  AR �
secara umum dapat diperoleh sebagai berikut[7]: � = ∅
1
�
−1
+ ∅
2
�
−2
+ ⋯ + ∅
�
�
−�
, untuk ≥ 1                     2.9
dan varians dari proses AR � adalah[7]:
= �
2
1 − ∅
1
�
1
− ∅
2
�
2
− ⋯ − ∅
�
�
�
Dengan  mengganti = 1,2,
… , �  dan  � = 1  serta
�
−
= �     pada
persamaan di atas maka diperoleh Persamaan Yule-Walker sebagai berikut: �
1
= ∅
1
+ ∅
2
�
1
+ ⋯ + ∅
�
�
� −1
�
2
= ∅
1
�
1
+ ∅
2
+ ⋯ + ∅
�
�
� −2
2.10 �
�
= ∅
1
�
�−1
+ ∅
�−2
+ ⋯ + ∅
�
Jika  diberikan  nilai ∅
1
, ∅
2
, …, ∅
�
,  sistem  persamaan  linier  ini  dapat diselesaikan  untuk  mendapatkan
�
1
, �
2
, … , �
1
dan  untuk �  pada orde yang lebih
tinggi. Untuk keperluan identifikasi model, jika suatu deret waktu memiliki grafik
fungsi autokorelasi yang turun secara eksponensial dan fungsi autokorelasi parsial terputus  pada  lag  ke-p,  maka  deret  waktu  tersebut  dapat  dimasukkan  kedalam
proses AR �.
18
2.6.2 Proses Moving Average MA
Bentuk  umum  untuk proses MA dengan orde  , ditulis MA   diberikan
oleh
�
=
�
− �
1 � −1
− �
2 �−2
− ⋯ − �
�−
2.11
Yakni, nilai barisan
�
adalah kombinasi linier dari sejumlah
�
terakhir di masa lampau.
Secara umum rumus untuk mencari nilai autokorelasi untuk proses MA secara umum dapat diperoleh sebagai berikut [7]:
� = −� + �
1
�
+1
+ �
2
�
+2
+ ⋯ + �
−
� 1 +
�
1 2
+ �
2 2
+ ⋯ + �
2
, = 1,2,
…,            2.12
= 0                                                             untuk ≥ + 1
Sebagai pelengkap, varians dari proses MA  adalah[7]:
= 1 + �
1 2
+ �
2 2
+ ⋯ + �
2
�
2
Sekali  lagi  untuk  keperluan  identifikasi,  jika  suatu  deret  waktu  memiliki grafik  fungsi  autokorelasi  yang  terputus  pada  lag  ke-q  dan  fungsi  autokorelasi
parsial  turun  secara  eksponensial,  maka  deret  waktu  tersebut  dapat  dimasukkan kedalam proses MA .
19
2.6.3 Proses Campuran Autoregressif dan Moving Average ARMA
Jika  diasumsikan  bahwa  suatu  deret  berkala  memiliki  model  yang sebagian  merupakan  proses  Autoregressif  dan  sebagian  yang  lain  merupakan
proses  Moving  Average  maka  deret  tersebut  akan  memiliki  model  yang  secara umum berbentuk[7]:
�
= ∅
1 �−1
+ ∅
2 �−2
+ ⋯ + ∅
� � −�
+
�
− �
1 �−1
− �
2 � −2
− ⋯ − �
�−
Yakni
�
merupakan  proses  campuran  Autoregressif  Moving  Average  dengan orde
� dan   atau biasa disingkat dengan nama ARMA �,  .
2.6.4 Operator Backshift
Operator backshift yang dinyatakan dengan  B  merupakan  sebuah operator dengan penggunaan sebagai berikut[12]:
��
�
= �
�−1
Dengan  kata  lain,  notasi � yang dipasang pada  �
�
mempunyai  pengaruh menggeser data satu periode ke belakang.
Operator  backshift  sering  digunakan  untuk  menggambarkan  proses pembedaan  differencing  untuk  membuat  data  yang  rata-ratanya  tidak  stasioner
menjadi  lebih  dekat  ke  bentuk  stasioner.  Berikut  ini  gambaran  pembedaan menggunakan operator backshift.
Misalkan �
� ′
merupakan pembedaan pertama dari �
�
20
�
� ′
= �
�
− �
�−1
�
� ′
= �
�
− ��
�
= 1 − � �
�
Perhatikan bahwa pembedaan pertama dinyatakan dengan 1 − � .
Untuk pembedaan orde kedua perhatikan penggambaran berikut: �
�
= �′
�
− �′
� −1
= �
�
− �
�−1
−  �
�−1
− �
�−2
= �
�
− 2�
�−1
− �
�−2
= 1 − 2� + �
2
�
�
= 1 − �
2
�
�
Perhatikan  bahwa  pembedaan  orde  kedua  dinya takan  dengan 1 − �
2
, hal  ini  penting  untuk  memperlihatkan  bahwa  pembedaan  orde  kedua  tidak  sama
dengan pembedaan kedua.
2.6.5 Model Autoregressive Integrated Moving Average ARIMA
Suatu  deret  berkala
�
dikatakan  mengikuti  model  Autoregressive Integrated  Moving  Average  ARIMA  jika  pembedaan  orde  ke-   dari
�
merupakan proses ARMA  yang stasioner  yakni �
�
= 1 − �
�
. Karena �
�
adalah  proses  ARMA �,  ,  maka
�
dapat  disebut  sebagai  proses  ARIMA �, ,  . Dalam  bentuk  operator  backshift  model  ARIMA  dapat  ditulis  sebagai
berikut,
21
∅ �  1 − �
�
= � �
�
dimana ∅ �  =  1 − ∅
1
� − ∅
2
�
2
− ⋯ − ∅
�
�
�
adalah operator backshift proses AR
� �  =  1 − �
1
� − �
2
�
2
− ⋯ − �
�
�
�
adalah operator backshift proses MA
1 − �  = operator differencing ordo ke- .
2.6.6 Konstanta pada Model ARIMA
Asumsi  dasar  yang  selalu  dipakai  oleh  semua  model,  dimulai  dari  model AR  hingga  model  ARIMA,  adalah  bahwa  model  -  model  tersebut  stasioner  dan
memiliki  rata –  rata  nol.  Pada bagian  ini akan dibahas bagaimana jika  model  –
model tersebut memiliki nilai rata – rata konstan bukan nol.
Model stasioner ARMA �
�
yang memiliki rata – rata konstan   bukan nol dapat dibentuk sebagai berikut[7]:
�
�
− = ∅
1
�
� −1
−   + ∅
2
�
� −2
−   + ⋯ + ∅
�
�
� −�
−   +
�
− �
1 �−1
− �
2 �−2
− ⋯ − �
�−
Atau �
�
= ∅
1
�
� −1
+ ∅
2
�
� −2
+ ⋯ + ∅
�
�
� −�
+ � +
�
− �
1 � −1
− �
2 �−2
− ⋯ − �
�−
Dimana � = −  ∅
1
+ ∅
2
+ ⋯ + ∅
�
22
2.7 Model