masih dalam tenggang waktu 6 enam dan 9 sembilan bulan kemudian menjadi berhak untuk mengajukan pengaduan, maka pengaduan tersebut boleh dilakukan
dalam sisa jangka waktu yang masih ada. Maksud dari dibuatnya pembatasan jangka waktu dalam hal terjadinya
tindak pidana adalah untuk memberikan kesempatan kepada orang yang merasa telah dirugikan oleh orang lain untuk mempertimbangkan apakah ia akan
mengajukan suatu pengaduan atau tidak. Yang menjadi alasan dicantumkannya delik aduan dalam KUHP adalah
dengan mempertimbangkan bahwa kerugian bagi seseorang akan lebih besar jika diadakan penuntutan dari pada kerugian umum jika tidak diadakan penuntutan.
Oleh sebab itu maka pemberian jangka waktu untuk mengajukan pengaduan ini memberikan kesempatan kepada mereka itu untuk mencari jalan keluar yang
sebaik-baiknya sehingga baik pelaku maupun orang yang membantu melakukan, turut melakukan, orang yang membujuk, maupun orang yang menderita kerugian
akibat terjadinya delik itu tidak mendapat malu karenanya.
2. Pihak yang Berhak Mencabut Delik Aduan
Kejahatan aduan yang telah diadukan oleh pihak-pihak yang berhak untuk mengadukan delik aduan tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah diatur
didalam setiap pasal baik itu didalam KUHP maupun diluar KUHP, pengaduan tersebut dapat dicabut atau ditarik kembali. Ketentuan boleh ditariknya pengaduan
ini memberikan kemungkinan apabila setelah pengaduan diajukan, si pengadu berubah pikiran karena misalnya si pembuat telah meminta maaf dan menyatakan
penyesalannya atau istilah dalam praktik “telah berdamai”, maka pengadu dapat
Universitas Sumatera Utara
menarik kembali pengaduannya. Setelah pengaduan ditarik, maka tidak dapat diajukan kembali.
Untuk kejahatan aduan yang telah diatur didalam KUHP, pencabutan pengaduan tersebut juga telah diatur didalam KUHP. Tetapi untuk kejahatan
kekerasan dalam rumah tangga yang diatur secara terpisah dari KUHP, mengenai pencabutan delik aduan tidak ada ketentuan yang mengatur hal tersebut.
Walaupun demikian bukan berarti bahwa kejahatan kekerasan dalam rumah tangga tidak dapat dicabut atau ditarik kembali. Mengenai jangka waktu
pencabutan atau penarikan aduan tersebut tetap mengacu pada pasal-pasal yang ada didalam KUHP.
Pengaduan yang telah diajukan dapat dicabut kembali pengaduannya itu dalam tempo 3 tiga bulan sejak hari memasukkannya, sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 75 KUHP. Pihak yang berhak untuk mencabut pengaduan tersebut adalah orang-
orang yang telah mengadukan kejahatan tersebut. Pencabutan tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Berlakunya Pasal 75 tersebut pada delik aduan kekerasan dalam rumah tangga karena mengacu pada Pasal 103 KUHP tentang Pengaturan Penghabisan,
dimana dalam pasal tersebut disebutkan bahwa : “Ketentuan dari delapan bab yang pertama dari Buku ini berlaku juga
terhadap perbuatan yang dapat dihukum menurut peraturan undang- undang lain, kecuali kalau undang-undang Wet tindakan Umum
Pemerintahan Algemene maatregelen van bestuur atau ordonansi menentukan peraturan lain”.
Tetapi tidak semua kejahatan aduan tersebut tunduk kepada ketentuan Pasal 75 KUHP. Seperti kejahatan aduan perzinahan, pengaduan dapat ditarik
Universitas Sumatera Utara
kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belumlah dimulai
33
Jika semata-mata melihat bunyi rumusan Pasal 75 KUHP, yang menerangkan semata-mata perihal tenggang waktu untuk menarik pengaduannya
tiga bulan. Begitu juga tidak secara tegas dilarang oleh Pasal 284 ayat 4 berhubung pokok perkaranya bukan zina, maka boleh menarik pengaduan dalam
hal perkara selain zina yang dilakukan setelah surat dakwaan dibacakan dan sebelum putusan diucapkan. Alasannya ialah dapat dibenarkan melakukan segala
sesuatu perbuatan yang secara tegas tidak dilarang. Melarang menarik pengaduan setelah pemeriksaan dalam perkara kejahatan aduan zina, tidak berarti melarang
. Dalam praktik selama ini tentang perkara perzinahan, pada hari sidang pertama, sebelum
hakim ketua sidang meminta kepada jaksa penuntut umum untuk membacakan surat dakwaannya, seringkali ketua majelis menanyakan terlebih dahulu kepada
saksi pengadu apakah dia tetap pada permintaannya dalam pengaduan. Apabila pengadu tetap pada permintaannya terdahulu,maka sidang diteruskan dengan
pembacaan surat dakwaan oleh jaksa penuntut umum. Andaikata terjadi, setelah surat dakwaan dibacakan, kemudian dia menarik
pengaduannya. Apakah dalam hal ini dibenarkan penarikan pengaduan itu? Untuk perkara zina, tidaklah mungkin, karena bertentangan dengan Pasal 284 ayat 4.
Pembacaan surat dakwaan dalam praktik adalah dianggap permulaan pemeriksaan perkara pidana. Bagaimana dengan perkara bukan zina, jika penarikan
pengaduannya masih dalam tenggang waktu tiga bulan sejak dimasukkannya pengaduan, tetapi dilakukan setelah surat dakwaan dibacakan, apakah penarikan
pengaduan ini dibenarkan? Dalam persoalan ini undang-undang tidak secara jelas melarang.
33
Pasal 284 ayat 4 KUHP : “Pengaduan itu boleh dicabut selama pemeriksaan dimuka sidang pengadilan belum dimulai.
Universitas Sumatera Utara
penarikan pengaduan setelah pemeriksaan dalam perkara kejahatan aduan yang lain.
Alasan ini juga dapat dibenarkan apabila dipandang bahwa penarikan pengaduan itu pada dasarnya adalah merupakan alasan peniadaan penuntutan
pidana khusus untuk kejahatan aduan. Dengan adanya penarikan pengaduan, maka hak penuntutan menjadi hapus. Dengan hapusnya hak penuntutan pidana,
maka penuntutan yang sedang berjalan menjadi gugur.
B. Bentuk Format Pencabutan Delik Aduan