1. Penyakit Malaria TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Penyakit Malaria

Terdapat empat jenis parasit malaria yang menginfeksi manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale . Dua spesies yang pertama merupakan penyebab lebih dari 95 kasus malaria di dunia Snow dan Gilles, 2002. Plasmodium vivax memiliki jangkauan geografis yang luas, dapat dijumpai di daerah beriklim sedang, subtropis dan tropis, sedangkan Plasmodium falsiparum adalah spesies yang paling umum di seluruh daerah tropis dan Subtropis. Plasmodium malariae ditemukan bersama dengan Plasmodium falsiparum, tetapi jarang terjadi sedangkan Plasmodium ovale ditemukan terutama di daerah tropis Afrika, tetapi terkadang juga di jumpai di Pasifik Barat Snow dan Gilles, 2002. Penyakit malaria memiliki hubungan yang erat, baik yang berelasi dengan kehadiran vektor, iklim, kegiatan kemanusiaan dan lingkungan setempat. Adanya kerusakan dan eksplorasi lingkungan menyebabkan bertambahnya jumlah dan luas tempat perindukan. Lingkungan akan mempengaruhi kapasitas vektor di dalam menularkan Plasmodium dan menyebarkan malaria dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk Anopheles. Oleh karena itu malaria dianggap sebagai penyakit ekologis WHO, 1993; Ault, 1994, Clive, 2002 dan Shulman,1992. Manusia merupakan sumber utama dari penyebaran parasit malaria. Manifestasi klinis penderita malaria ini sangat beragam, tergantung dari spesies dan Universitas Sumatera Utara strain parasit, umur, ras, imunitas, riwayat penyakit sebelumnya, status gizi, jenis kelamin serta obat kemoprofilaksis atau kemoterapi yang telah digunakan. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik, anemia, trombositopeni, dan splenomegali Warell, 2002. Penyebaran ini juga berkaitan dengan pengetahuan knowledge, sikap attitude dan tindakan Practice Notoatmojo, 2003. Selain melalui nyamuk, penularan dapat pula melalui transfusi darah secara intrauterin kepada janin yang dikandung oleh ibu yang menderita malaria Snow dan Gilles, 2002. 2 .2. Vektor malaria Vektor adalah anthropoda yang secara aktif memindahkan mikroorganisma penyebab penyakit dari penderita kepada orang lain yang sehat. Arthropoda adalah metazoa yang mempunyai tubuh bersegmen-segmen. Hewan ini memiliki tonjolan tubuh appendagis yang berpasangan seperti antena, kaki dan sayap sehingga tubuhnya simetris CDC, 2004 dan Soedarto, 2008. Vektor utama malaria adalah nyamuk betina, termasuk Phylum Artropoda, Class Insecta, Ordo Diphtera, Family Culicidae, Genus Anopheles Harbach, 1998. Genus Anopheles terdiri dari 430 spesies dan hanya 70 yang dikenal sebagai vektor, namun 40 di antaranya dianggap sangat penting di dalam menularkan malaria. Anopheles terdistribusi hampir di seluruh dunia, secara umum terdapat di daerah tropis dan subtropis, dan tidak terdapat di daerah Pasifik Timur Vanuatu termasuk Polinesia. Pada ketinggian di atas 2500 meter biasanya tidak ditemukan nyamuk Anopheles Service dan Townson, 2002. Universitas Sumatera Utara Jenis Anopheles tersebut meliputi Anopheles aconitus, Anopheles sundaicus, Anopheles balabasensis, Anopheles minimus, Anopheles barbirostris, Anopheles punctulatus, Anopheles maculatus dan Anopheles karwari Kirnowardoyo, 1991; Sukowati, 2008, sedangkan jenis Anopheles yang dominan adalah jenis Anopheles aconitus, Anopheles farauti, dan Anopheles sundaicus, Lindsay, 2004. Prilaku nyamuk Anopheles dalam kehidupannya memerlukan tempat perindukan vektor breeding places, tempat untuk mendapatkan umpandarah feeding places dan tempat untuk beristirahat reesting places. Nyamuk Anopheles betina yang telah kawin, akan beristirahat 1-2 hari kemudian baru mencari makan kembali. Nyamuk Anopheles untuk mencari makan dengan cara menggigit manusia. Dikarenakan sebagian besar nyamuk Anopheles bersifat krepuskular aktif pada senja atau fajar atau nokturnal aktif pada malam hari WHO,1975 dan CDC, 2008, maka kegiatan menggigit nyamuk selalu aktif sepanjang malam, dimulai pukul 18.00 sampai dengan 06.00 dan mencapai puncaknya pada pukul 24.00 - 01.00, tetapi terdapat juga nyamuk Anopheles yang aktif di tengah malam sampai menjelang pagi hari Depkes, 1995. Kerentanan terhadap infeksi malaria pada spesies nyamuk tertentu, tergantung pada faktor intrinsik berbagai proses fisiologis dan biokimia yang belum banyak dipahami. Namun faktor-faktor ekologis seperti frekuensi menggigit orang, panjang umur nyamuk longevity betina dewasa, kepadatan vektor dan penduduk merupakan determinan yang penting dalam menentukan potensinya di dalam menyebarkan malaria Service and Townson, 2002. Universitas Sumatera Utara Keanekaragaman spesies Anopheles di Asia Tenggara dalam lingkungan domestik sangat tinggi. Hanya sedikit spesies yang dianggap vektor utama di seluruh daerah, sedangkan status vektor bervariasi antar daerah. Di daerah-daerah dengan kasus malaria rendah sering sekali sulit untuk mengidentifikasi spesies Anopheles sebagai vektor. Oleh sebab itu perilaku spesies Anopheles vektor yang berbeda-beda sangat menentukan status mereka. Hal ini menjadi bagian penting untuk mengevaluasi kelayakan kontrol vektor Trung, 2005 dan CDC, 2008. Pada beberapa nyamuk Anopheles berprilaku menggigit di dalam rumah endophagic sementara yang lain menggigit di luar rumah exophagic. Setelah menggigit, beberapa nyamuk Anopheles lebih memilih untuk beristirahat di dalam rumah endophylic sementara yang lain lebih suka untuk beristirahat di luar rumah exophylic WHO, 1975 dan CDC, 2008. Anopheles dirus sangat anthropophylic di semua tempat kejadian, sebaliknya, tingkat anthropophylic ditunjukkan oleh Anopheles minimus tergantung pada ketersediaan ternak. Anopheles campestris, Anopheles nimpe, Anopheles sinensis, Anopheles maculatus, Anopheles aconitus menunjukkan anthropophylic yang tinggi pada desa-desa tertentu di Asia Tenggara Trung, 2005 dan CDC, 2008. Nyamuk Anopheles seperti Anopheles maculatus bertelur di genangan air yang terbuka atau tidak terlindung dan mendapat sinar matahari secara langsung, di kolam- kolam yang mengering, di perbukitan dan pegunungan dan sebagian ada di kolam dan sungai kecil dengan aliran air yang lambat. Anopheles vagus untuk berkembang biak lebih menyukai pada air yang tidak mengalir, sedangkan di daerah Jawa Tengah Anopheles jenis ini ditemukan di habitat Universitas Sumatera Utara sawah, rawa, tambak, genangan air pada batu sungai, genangan luapan air sungai Atasti,1995. Selain itu Anopheles vagus lebih banyak menggigit orang di luar rumah daripada didalam rumah. Boewono, 1999 menemukan bahwa Anopheles vagus dewasa ditemukan dikandang kerbau dan sapi pada malam hari. Menurut Boewono dan Nalim 1988, untuk Anopheles aconitus dominan menggigit di luar rumah, akan tetapi bila pada malam hari tidak ada orang di luar rumah, maka nyamuk akan masuk ke dalam rumah untuk mencari makan. Anopheles aconitus dalam mencari makan lebih bersifat heterogen dan sangat adaptif mencari makan pengganti bila hospes favorit tidak dijumpai. Anopheles sinensis merupakan vektor skunder di daerah Sumatera, menyukai tempat sawah, sumur dan kolam yang ditepinya terdapat rumput dengan paparan sinar matahari secara langsung. Anopheles barbirostris menyukai tempat perindukan dengan air statis atau sedikit mengalir sebaliknya Anopheles minimus menyukai tempat perindukan yang aliran airnya cukup deras, di tepi sungai dan bebatuan kerikil sedangkan Anopheles letifer di tempat air yang tergenang Depkes, 2001, Lindsai, et al, 2004. Anopheles sundaicus lebih menyukai tempat teduh, air payau yang tergenang dan parit, sebaliknya Anopheles. hyrcanus group lebih menyukai tempat yang terbuka dan Anopheles barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun terang. Anopheles kochi tersebar di seluruh Indonesia kecuali Irian Jaya, jentiknya terdapat di genangan air, jernih maupun keruh pada tempat terbuka dan areal persawahan Depkes, 2001, Lindsai, et al, 2004. Nyamuk Anopheles dapat dinyatakan sebagai vektor bila ditemukan sporozoit di dalam kelenjar air ludah nyamuk Garcia,2006, kebiasaan nyamuk yang menghisap Universitas Sumatera Utara darah manusia antropophylic, frekwensi menghisap darah, lamanya sprogoni, kepadatan populasi densitas dan daya daya hidup nyamuk Golenda, 1990; Kirnowardoyo, 1985, Harijanto, 2000. Keberadaan sporozoit dapat diperiksa dengan cara membedah kelenjar ludah nyamuk atau dengan cara Enzyme linked Immunosorbent Assay ELISA Wirtz, 1987. Vektor tersangka di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD meliputi Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus, sedangkan vektor yang dominan terdapat di kota Banda Aceh adalah Anopheles sundaicus, Anopheles barbirostris, Anopheles hyrcanus group. Di Kabupaten Aceh Besar, Anopheles sundaicus dan Anopheles hyrcanus group Dinkes NAD, 2008. Di daerah Aceh Selatan vektor tersangkanya adalah Anopheles barbirostris, Anopheles maculatus, Anopheles aconitus. Di daerah Aceh Utara, Anopheles barbirostris, Anopheles maculatus, Anopheles sinensis sedangkan di daerah Aceh Tengah dan di Aceh Barat terdapat Anopheles sundaicus, Anopheles barbirostris, Anopheles maculatus, Anopheles sinensis Dinkes NAD, 2008. Di daerah Sabang beberapa vektor utamanya antara lain Anopheles sundaicus di wilayah pantai, Anopheles dirus dan Anopheles maculatus Fahmi, 2005. sedangkan di daerah Kabupaten Simeulue Anopheles yang paling banyak terdapat di daerah rawa dan lagun adalah Anopheles sundaicus, Anopheles maculates, Anopheles barbirostris, Anopheles vagus dan Anopheles subpictus Maulana, 2003. Menurut Takken 2008, Kompetensi spesies Anopheles sebagai vektor malaria sangat ditentukan oleh 4 faktor utama: Universitas Sumatera Utara 1. Lama hidup longevity: apabila umur nyamuk cukup panjang akan lebih banyak memberi kesempatan parasit malaria untuk menyelesaikan masa inkubasi intrinsik dari gametosit sampai menjadi sprozoit. 2. Kepadatan vektor: apabila cukup tinggi akan menyebabkan jumlah atau frekuensi kontak antara nyamuk dengan manusia cukup tinggi sehingga memperbesar resiko penularan. 3. Pilihan inang atau kesukaan menggigit: nyamuk yang lebih suka menggigit manusia antropophylic akan menyebabkan peluang yang lebih besar terjadinya penularan parasit malaria antar manusia. 4. Kerentanan vektor terhadap infeksi parasit malaria: adanya kecocokan fisiologi antara nyamuk sebagai inang dan parasit yang menumpanginya.

2.3. Situasi Malaria di kabupaten Aceh Besar