Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Manfaat Penelitian Periode Perkembangan Gigi Geligi

Batak. 15,19 Menurut Lavelle, adanya perbedaan variasi ukuran gigi dipengaruhi oleh ras dan jenis kelamin sehingga hasil analisis akan berbeda pada setiap populasi. 20,21 Megawati dalam penelitiannya membedakan antara Leeway space anak laki-laki dan perempuan dan didapati hasilnya pada anak laki-laki sebesar 2,02 mm pada rahang atas dan 2,92 mm pada rahang bawah, sedangkan anak perempuan 2,23 mm pada rahang atas dan 3,09 pada rahang bawah. 21 Penelitian Al-Bitar dkk., juga menyebutkan bahwa terjadi variasi akibat perbedaan jenis kelamin, pada anak laki-laki di Jordania memiliki ukuran gigi insisivus permanen, kaninus permanen, premolar pertama, dan premolar kedua rahang atas dan rahang bawah lebih besar dari anak perempuan. 20 Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin juga dapat mempengaruhi hasil analisis. 20,21,22 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan hasil pengukuran Leeway space dengan menggunakan analisis Moyers dan analisis Tanaka-Johnston di setiap ras yang berbeda. Oleh karena itu, berdasarkan masalah yang diuraikan diatas peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan prediksi Leeway space dengan menggunakan analisis Moyers dan Tanaka-Johnston pada murid sekolah dasar suku Batak di Kota Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa nilai rata-rata Leeway space menggunakan analisis Moyers pada murid sekolah dasar suku Batak di Kota Medan. 2. Berapa nilai rata-rata Leeway space menggunakan analisis Tanaka-Johnston pada murid sekolah dasar suku Batak di Kota Medan. 3. Apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata Leeway space menggunakan analisis Moyers dan Tanaka-Johnston pada murid sekolah dasar laki-laki dan perempuan suku Batak di Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui nilai rata-rata Leeway space menggunakan analisis Moyers pada murid sekolah dasar suku Batak di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui nilai rata-rata Leeway space menggunakan analisis Tanaka-Johnston pada murid sekolah dasar suku Batak di Kota Medan. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata Leeway space antara analisis Moyers dan Tanaka-Johnston pada murid sekolah dasar laki-laki dan perempuan suku Batak di Kota Medan.

1.4 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan nilai rata-rata Leeway space antara analisis Moyers dan Tanaka-Johnston pada murid Sekolah Dasar suku Batak di Kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi perbandingan nilai rata- rata Leeway space antara analisis Moyers dan Tanaka-Johnston pada suku Batak baik pada laki-laki maupun perempuan. 2. Dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya dokter gigi. 3. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian lebih lanjut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Periode Perkembangan Gigi Geligi

Terdapat empat tahap perkembangan gigi geligi manusia, yaitu periode bantalan gusi gum pads, periode gigi desidui primary dentition stage, periode gigi bercampur mixed dentition stage, periode gigi permanen permanent dentition. 6,7,16,22,23 Periode pertama adalah periode bantalan gusi gum pads dimulai sejak lahir sampai usia sekitar 6-7 bulan dimana lengkung alveolar mempunyai konsistensi lentur dan berwarna merah muda. 16,23 Karakteristik periode ini terlihat adanya peninggian dan lekukan pada membran mukosa. Lengkung rahang pada rahang atas berbentuk seperti tapal kuda dan rahang bawah berbentuk seperti U yang lebar. Pada periode ini hubungan kedua rahang pada posisi istirahat terlihat open bite anterior dengan kontak hanya pada regio molar Gambar 1. 16,22 Gambar 1. Relasi rahang atas dan rahang n bawah pada periode bantalan gusi 22 Periode kedua adalah periode gigi desidui primary dentition stage. Periode ini dimulai dengan erupsi pertama gigi desidui. Gigi pertama yang erupsi biasanya insisivus sentralis mandibula sekitar umur 6-7 bulan. Ketika umur 2-3 tahun seluruh gigi desidui erupsi dan urutan pertumbuhan gigi desidui akan berakhir sampai dengan erupsinya gigi molar kedua permanen. Karakteristik yang paling penting pada periode ini yakni hubungan molar. Hubungan antero posterior dari gigi molar disebut juga terminal plane. 6,16,22-24 Menentukan hubungan terminal plane pada periode gigi desidui merupakan hal yang paling baik karena erupsi gigi molar pertama permanen sangat bergantung pada kontak permukaan distal gigi molar kedua desidui pada rahang atas dan rahang bawah. 23 Jumlah gigi pada periode ini adalah 20 gigi. 7 Urutan erupsi gigi pada periode gigi desidui adalah sebagai berikut : 16,23 Gambar 2. Urutan erupsi gigi desidui 24 Periode ketiga adalah periode gigi bercampur mixed dentition stage. Pada periode gigi bercampur terlihat gigi desidui dan gigi permanen berada dalam rongga mulut. 15,22 Periode gigi bercampur ditandai dengan erupsinya gigi molar satu permanen sekitar umur 6 tahun. 6 Pada umumnya erupsi ini diikuti dengan erupsinya gigi insisivus sentralis permanen mandibula dan kemudian insisivus lateralis permanen mandibula pada umur 7-8 tahun, meskipun tidak jarang bahwa gigi insisivus permanen rahang bawah dapat erupsi sebelum atau bersamaan dengan molar pertama permanen. 16 Oklusi pada fase gigi bercampur bersifat sementara dan tidak statis sehingga memungkinkan terjadinya maloklusi. 25 Periode keempat adalah periode gigi permanen permanent dentition stage. Periode ini dimulai ketika usia 13 tahun dimana semua gigi permanen telah erupsi hingga usia 21 tahun. 22 Urutan erupsi gigi pada rahang bawah dimulai dari gigi molar pertama permanen. Kemudian diikuti dengan insisivus sentralis, insisivus lateralis, kaninus, permolar pertama, premolar kedua, molar kedua, dan terakhir molar ketiga. Pada rahang atas premolar pertama dan premolar kedua erupsi lebih dahulu dibandingkan kaninus. Periode ini relatif lebih stabil dibandingkan dengan periode gigi bercampur. 6 Angle menyatakan bahwa terdapat tiga tipe oklusi normal gigi manusia yaitu : 4,6,23 a. Klas I Angle : tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi pada groove bukal gigi molar pertama permanen rahang bawah. Relasi Klas I Angle disebut neutrocclusion. b. Klas II Angle : tonjol distobukal gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi pada groove bukal gigi molar pertama permanen rahang bawah. Relasi Klas II Angle disebut distocclusion. c. Klas III Angle : tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi pada interdental antara gigi molar pertama dan molar kedua permanen mandibula. Relasi Klas III Angle disebut mesiocclusion Gambar 3. Gambar 3. Klasifikasi Angle: A Klas I; B Klas II; C Klas III 6,23

2.2 Periode Gigi Bercampur Mixed Dentition Stage