2.8 Kerangka Konsep
Keterangan : Variabel tergantung
Variabel bebas
Variabel terkendali Variabel tak terkendali
Ukuran lebar mesiodistal gigi Besar Leeway space
rahang atas dan rahang bawah
- Genetik
- Lingkungan
- Murid Sekolah Dasar usia 7-10
tahun -
Suku Batak -
Jenis Kelamin -
Bahan cetak -
Bahan pengisi cetakan -
Waktu pengisian cetakan -
Hubungan molar Klas I Angle kanan dan kiri
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor independen terhadap
faktor dependen dengan menggunakan model observasi sekaligus pada suatu saat. Pada desain penelitian ini, diperoleh informasi mengenai ukuran mesiodistal gigi yang
mempengaruhi besar Leeway space rahang atas dan rahang bawah.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Kota Medan. Waktu penelitian dimulai sejak menyusun proposal bulan Agustus 2014 sampai April 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua murid Sekolah Dasar suku Batak di kota Medan.
3.3.2 Sampel
Sampel Sekolah Dasar diambil secara stratified random sampling yaitu sampel dipilih secara acak dan sampel murid Sekolah Dasar diambil dengan cara consecutive
sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan.
3.3.3 Besar Sampel
Besar sampel yang diperoleh dengan rumus :
Keterangan : n
= besar sampel z
� = derajat untuk batas atas = 1,960
� = 0,05 z
� = derajat untuk batas bawah = 1,282
� = 0,10 ��
= simpangan baku Leeway space = 0,86 hasil penelitian terdahulu d
= perkiraan selisih rata-rata kedua kelompok yang bermakna = 0,10 sehingga:
� = � 1,960 + 1,282
0,10 �
2
� 0,86 n = 94,06
≈ 95
Jadi besar sampel minimun yang dibutuhkan adalah sebanyak 95 sampel. Jumlah sampel yang digunakan adalah 106 sampel.
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi -
Murid Sekolah Dasar usia 7-10 tahun.
- Suku Batak.
- Keempat gigi insisivus permanen rahang bawah sudah erupsi dengan bentuk
morfologi normal.
- Gigi molar pertama permanen sudah erupsi dengan bentuk morfologi normal.
- Gigi kaninus, molar pertama, dan molar kedua desidui erupsi dengan bentuk
morfologi normal dan mahkota masih utuh tanpa ada restorasi maupun karies.
� = � �� + ��
� �
2
� ��
- Gigi insisivus lateralis permanen rahang atas sudah erupsi dengan bentuk
morfologi normal dan mahkota masih utuh tanpa ada restorasi maupun karies.
- Gigi insisivus permanen rahang atas dan rahang bawah berada pada lengkung
gigi yang normal.
- Belum mendapat perawatan ortodonsia.
- Crowded ringan gigi insisivus permanen rahang atas dan rahang bawah.
- Diastema fisiologis.
- Hubungan molar Klas I Angle kanan dan kiri.
3.4.2 Kriteria Eksklusi -
Salah satu gigi kaninus permanen, premolar pertama, premolar kedua pada rahang atas maupun rahang bawah dijumpai pada rongga mulut.
- Salah satu gigi molar pertama permanen pada rahang atas maupun rahang
bawah tidak dijumpai pada rongga mulut atau terdapat restorasi maupun karies.
- Salah satu gigi insisivus lateralis permanen tidak dijumpai pada rongga mulut.
- Diastema gigi insisivus permanen rahang bawah.
- Agenesis.
- Malformasi gigi.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas -
Ukuran lebar mesiodistal gigi.
3.5.2 Variabel Tergantung -
Besar Leeway space rahang atas dan rahang bawah.
3.5.3 Variabel Terkendali -
Murid Sekolah Dasar usia 7-10 tahun.
- Suku Batak.
- Jenis kelamin.
- Murid Sekolah Dasar.
- Bahan cetak.
- Bahan pengisi cetakan.
- Waktu pencetakan dan pengisian model gigi.
- Operator pencetakan.
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali -
Genetik.
- Lingkungan.
3.6 Definisi Operasional -
Murid Sekolah Dasar usia 7-10 tahun : anak laki-laki maupun perempuan
yang belajar di Sekolah Dasar di Kota Medan yang berusia 7-10 tahun. -
Suku Batak : penduduk Indonesia yang berasal dari provinsi Sumatera Utara dan ditandai dengan adanya nama keluarga yang diturunkan dari orangtua ayah yang
ditambahkan di belakang nama berupa marga Batak. -
Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan. -
Model studi : hasil cetakan gigi pasien yang diisi dengan gips keras dental
stone. -
Metode Mullen : metode mengukur lebar mesiodistal keempat insisivus permanen rahang bawah pada model dengan cara meletakkan ujung tip kaliper tegak
lurus bidang oklusal gigi. -
Morfologi normal : gigi insisivus permanen rahang bawah, kaninus desidui,
molar pertama desidui, dan molar kedua desidui bebas dari kelainan. -
Ukuran lebar gigi insisivus permanen rahang bawah : lebar mesiodistal gigi
insisivus permanen rahang bawah yang diukur dari jarak terlebar kontak mesiodistal. -
Ukuran keempat insisivus permanen rahang bawah : jumlah hasil pengukuran
lebar mesiodistal masing-masing gigi insisvus permanen rahang bawah.
- Analisis Moyers : analisis yang menggunakan jumlah mesiodistal keempat
gigi insisivus rahang bawah untuk memprediksi gigi kaninus, premolar pertama, dan
premolar kedua berdasarkan tabel probabilitas Moyers dengan derajat kepercayaan 75. -
Analisis Tanaka-Johnston : analisis yang menggunakan jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus rahang bawah kemudian dibagi 2 dan ditambahkan
10,5 mm untuk rahang bawah, sedangkan untuk rahang atas ditambahkan 11 mm. -
Available space : ruang yang tersedia pada regio kaninus-premolar permanen diukur dengan cara meletakkan ujung tip kaliper sejajar aksis panjang gigi dari distal
insisivus lateralis permnen sampai mesial molar pertama permanen. -
Required space : ruang yang dibutuhkan bagi gigi kaninus-premolar permanen yang akan erupsi sebesar jumlah mesiodistal gigi kaninus-premolar yang
diprediksikan pada tabel Moyers pada derajat kepercayaan 75 dan rumus prediksi
Tanaka-Johnston. -
Leeway space : selisih dari jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus desidui, molar pertama dan kedua desidui dengan gigi kaninus, premolar pertama dan kedua
permanen. -
Hubungan molar Klas I Angle kanan dan kiri : tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi pada groove bukal gigi molar pertama
permanen rahang bawah pada sisi sebelah kanan dan kiri. -
Crowded ringan gigi insisivus permanen rahang atas dan rahang bawah : kekurangan ruangan sebesar 1-2 mm pada gigi insisivus permanen rahang atas dan
rahang bawah. -
Diastema fisiologis : keadaan yang normal diman a terdapat ruang diantara
gigi anterior permanen rahang atas yang terjadi pada akhir masa gigi desidui.
- Diastema gigi insisivus permanen rahang bawah : ruang di antara dua gigi
yang seharusnya berkontak pada gigi insisivus permanen rahang bawah. -
Agenesis : gigi yang benihnya tidak berkembang dengan baik untuk
terjadinya diferensiasi jaringan gigi sehingga gigi tidak erupsi.
- Malformasi gigi : suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi
terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang antagonisnya.
3.7 Alat dan Bahan Penelitian