Metode Penentuan Regulasi Tegangan Generator 3 Fasa

46 bertahap dari nol hingga diperoleh arus hubung singkat I sc bernilai hampir dua kali arus nominal. Selama test ini kecepatan yang mungkin bukan kecepatan sinkron harus dijaga konstan. Untuk metode Potier faktor daya adalah nol. Tidak diperlukan pembacaan lebih dari sekali karena SCC merupakan suatu garis lurus yang melewati titik awal. Hal ini disebabkan karena tahanan jangkar R a lebih kecil daripada reaktansi sinkron X s , arus hubung singkat I sc tertinggal hampir sebesar 90º terhadap tegangan terinduksi V f . Akibatnya, fluks armatur φ a dan fluks medan φ f berlawanan arah sehingga fluks resultan φ R bernilai kecil. Karena φ R bernilai kecil, pengaruh saturasi akan diabaikan dan arus hubung singkat I sc berbanding lurus dengan arus medan melebihi batas range dari nol sampai melampaui arus nominal.

2.15 Metode Penentuan Regulasi Tegangan Generator 3 Fasa

Cara menentukan pengaturan tegangan untuk mesin – mesin kecil dapat diperoleh dengan cara langsung, yaitu generator sinkron diputar pada kecepatan nominal, eksitasi diatur sehingga menghasilkan tegangan nominal V pada beban penuh, kemudian beban dilepas dengan menjaga agar putaran tetap konstan. Selain itu, arus eksitasi juga harus dijaga konstan. Maka, akan diperoleh harga tegangan pada beban nol E dan regulasi tegangan dapat dihitung dengan persamaan di atas. Untuk mesin – mesin besar, metode yang digunakan untuk menentukan regulasi tegangan dengan cara langsung sering kali tidak dapat dilakukan. Hal ini disebabkan oleh rating kVA yang sangat tinggi. Terdapat beberapa metode tidak Universitas Sumatera Utara 47 langsung yang hanya memerlukan sejumlah kecil daya jika dibandingkan dengan daya yang diperlukan pada metode langsung. Beberapa metode tersebut antara lain : a. Metode impedansi sinkron EMF b. Metode ampere lilit MMF c. Metode Potier zero power factor d. Metode New ASA American Standard Association dalam Tugas Akhir ini hanya akan dibahas metode Potier zero power factor dan metode New ASA American Standard Association

2.15.1 Metode Potier

Metode ini disebut juga metode umum , atau metode reaktansi potier, atau metode reaksi jangkar dalam menentukan pengaturan tegangannya. Pada metode EMF, fasor tegangan digunakan dan pada metode MMF fasor mmf digunakan, untuk metode ZPF kedua fasor ini digunakan, yakni emf dan mmf sebagai tegangan, dan mmf sebagai eksitasi atau amper medan. Khusus untuk karakteristik beban penuh dengan faktor daya nol dapat diperoleh dengan cara melakukan percobaan terhadap generator seperti halnya pada saat percobaan tanpa beban, yaitu menaikkan arus medan secara bertahap, yang membedakannya supaya menghasilkan faktor daya nol, maka generator harus diberi beban reaktor murni. Arus jangkar dan faktor daya nol saat dibebani harus dijaga konstan. Langkah-langkah untuk menggambar Diagram Potier sebagai berikut : 1. Pada kecepatan sinkron dengan beban reaktor, atur arus medan sampai tegangan nominal dan beban reaktor arus beban sampai arus nominal. Universitas Sumatera Utara 48 2. Gambarkan garis sejajar melalui kurva beban nol. Buat titik A yang menunjukkan nilai arus medan pada percobaan faktor daya nol pada saat tegangan nominal. 3. Buat titik B, berdasarkan percobaan hubung singkat dengan arus jangkar penuh. OB menunjukkan nilai arus medan saat percobaan tersebut. 4. Tarik garis AD yang sama dan sejajar garis OB. 5. Melalui titik D tarik garis sejajar kurva senjang udara sampai memotong kurva beban nol dititik J. Segitiga ADJ disebut segitiga Potier. 6. Gambar garis JF tegak lurus AD. Panjang JF menunjukkan kerugian tegangan akibat reaktansi bocor. 7. AF menunjukkan besarnya arus medan yang dibutuhkan untuk mengatasi efek magnetisasi akibat reaksi jangkar saat beban penuh. 8. DF untuk penyeimbang reaktansi bocor jangkar JF. Seperti yang di tunjukkan pada Gambar 6.8.1 dibawah ini : Gambar 2.30 Diagram Lengkap Metode Segitiga Potier Universitas Sumatera Utara 49 Dari Gambar diagram Potier diatas, bisa dilihat bahwa : - V nilai tegangan terminal saat beban penuh. a. V ditambah JF I.X menghasilkan tegangan E. - BH = AF = arus medan yang dibutuhkan untuk mengatasi reaksi jangkar. - Bila vektor BH ditambah kan ke OG, maka besarnya arus medan yang dibutuhkan untuk tegangan tanpa beban E dapat diketahui dengan persamaan VR = Diagram vektor potier juga dapat digambarkan terpisah seperti Gambar 6.8.2 Berikut: Gambar 2.31 Diagram Vektor Potier Dari Gambar 3.14 di atas dapat diketahui bahwa : a. Untuk faktor daya lagging dengan sudut φ, vektor I digambarkan tertinggal dari V sebesar φ. b. Vektor IRa digambarkan sejajar dengan vektor I dan IXL digambarkan tegak lurus terhadap IRa. c. Garis OJ menunjukkan besar tegangan E dengan besar eksitasinya garis OG yang digambarkan dengan sudut 90º terhadap E garis OJ. Universitas Sumatera Utara 50 d. Garis GI garis BH = garis AF pada gambar 3.13 menunjukkan arus medan yang sebanding dengan reaksi jangkar beban penuh dan digambarkan sejajar dengan vektor arus I. e. Garis OI menunjukkan eksitasi medan untuk tegangan E0. Dimana, vektor E0 tertinggal sebesar 90º terhadap garis OI. f. Garis JK menunjukkan jatuh tegangan akibat reaktansi jangkar IXL.

6.8.2 Metode New ASA American Standart Association

Metode ini merupakan modifikasi dari metode MMF yang memberikan hasil yang lebih memuaskan dan dapat digunakan untuk kedua jenis mesin sinkron type rotor silent maupun rotor silient kompleks. Hanya dua titik A dan F ’ yang diperlukan dari ZPFC . titik A ditentukan dari pembebanan over exiter untuk alternator dan under exiter untuk motor sampai arus jankar beban penuh mengalir pada tegangan normalnya. Titik F’ ditentukan dari F a + F at yang dihasilkan arus jangkar beban penuh pada saat test hubung singkat . Dan reaktansi Xat ditentukan dari garis BC pada segitiga potiernya. Untuk mesin yangh didesain dengan baik tahan kumparannya cukup kecil, sehingga dapat diabaikan dan I.r = 0. Universitas Sumatera Utara 51

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemant Teknik Elektro USU pada tanggal 2 juni 2015 pukul 10:00 - selesai.

3.2 Metode Pengumpulan Data

1. Metode Observasi Pengumpulan data dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data ke tempat penelitian dan melihat langsung aktivitas pengambilan data. Dengan cara ini akan didapat langsung mengenai hal-hal yang harus dicatat sebagai parameter data dalam penelitian. 2. Metode Dokumentasi Memperoleh data melalui hal-hal atau variable dan parameter yang berupa catatan, naskah dan lain-lain. Adapun dokumentasi yang digunakan adalah data- data yang berhubungan dengan penentuan tegangan serta variabel dan parameter yang dapat mempengaruhi tegangan keluaran.

3.3 Langkah

– Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian yang diambil dalam penelitian pengaturan kecepatan ini meliputi : 1. Tahap Persiapan Permulaan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Penentuan Tegangan Terminal, Regulasi, Dan Efisiensi Generator Sinkron 3 Fasa Rotor Salient Pole Dengan Metode Blondel (Two Reaction Theory)

6 75 105

Analisa Penentuan Tegangan Terminal Generator Sinkron 3 Fasa Dan Perbaikan Faktor Daya Beban Menggunakan Metode Pottier

29 237 107

Analisis Perbandingan Penentuan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa dengan Menggunakan Metode Potier dan Metode New ASA

3 21 99

Analisis Perbandingan Penentuan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa dengan Menggunakan Metode Potier dan Metode New ASA

0 0 12

Analisis Perbandingan Penentuan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa dengan Menggunakan Metode Potier dan Metode New ASA

0 0 1

Analisis Perbandingan Penentuan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa dengan Menggunakan Metode Potier dan Metode New ASA

0 0 5

Analisis Perbandingan Penentuan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa dengan Menggunakan Metode Potier dan Metode New ASA

0 0 2

BAB II GENERATOR SINKRON 3 FASA - Analisis Penentuan Tegangan Terminal, Regulasi, Dan Efisiensi Generator Sinkron 3 Fasa Rotor Salient Pole Dengan Metode Blondel (Two Reaction Theory)

0 0 47

TUGAS AKHIR - Analisis Penentuan Tegangan Terminal, Regulasi, Dan Efisiensi Generator Sinkron 3 Fasa Rotor Salient Pole Dengan Metode Blondel (Two Reaction Theory)

0 1 13

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA 2.1 Umum - Analisa Penentuan Tegangan Terminal Generator Sinkron 3 Fasa Dan Perbaikan Faktor Daya Beban Menggunakan Metode Pottier

0 0 32