Analisis Konfigurasi Multi Protocol Label Switching (MPLS)Untuk Meningkatkan Kinerja Jaringan

(1)

ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL

SWITCHING (MPLS)UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA JARINGAN

TESIS

Oleh

YANI MAULITA

097038007/TINF

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL

SWITCHING (MPLS)UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA JARINGAN

TESIS

Oleh

YANI MAULITA

097038007/TINF

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL

SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA JARINGAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Teknik Informatika pada Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika Fakultas MIPA

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YANI MAULITA

097038007/TINF

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(4)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : ANALISIS KONFIGURASI MULTI

PROTOCOL LABEL SWITCHING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN

Nama Mahasiswa : Yani Maulita Nomor Induk Mahasiswa : 097038007

Program Studi : Magister Teknik Informatika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Syahriol Sitorus, S.Si, MSi Prof. Dr. Herman Mawengkang

Anggota

Ketua

Ketua Program Studi

Dekan

Prof. Dr. Muhammad Zarlis

NIP.19570701 198601 1 003

NIP.19631026 199103 1 001

Dr. Sutarman, Msc


(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL

SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA JARINGAN

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya

tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan

ringkasan yang tiap satunya dijelaskan sumbernya dengan benar.

Binjai, 23 Juli 2011

Yani Maulita

NIM. 097038007


(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademis Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yani Maulita

NIM : 097038007

Program Studi : Magister Teknik Informatika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive

Royalty Free Right ) atas Tesis saya yang berjudul:

ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK

MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN

Beserta perangkat keras yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihkan media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Binjai, 23 Juli 2011

Yani Maulita


(7)

Telah diuji pada Tanggal : 28 Juli 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. Herman Mawengkang Anggota : 1. Syahriol Sitorus, S.Si, M.Si

2. Prof. Dr. Opim Sitompul 3. Prof. Dr. Muhammad Zarlis


(8)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Yani Maulita, S.Kom Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 26 Januari 1982 Alamat Rumah : Jl. Ikan Kakap No. 32 Binjai

Telepon/Faks/HP : 081264018482

Email : Yassa_26@ymail.com

Instansi Tempat Bekerja : STMIK Kaputama Binjai Alamat kantor : Jl. Veteran No.4A-9A Binjai

Telepon/Faks/HP :061-8828840

DATA PENDIDIKAN

SD : SD. Negeri 06641 Medan Tamat : 1993

SMP : SMP Negeri 1 Binjai Tamat : 1996

SMA : SMU Negeri 2 Binjai Tamat : 1999


(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesikan tesis ini dengan

judul: ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL

SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN.

Dengan selesainya tesis ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU atas kesempatan penulis

menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister Teknik Informatika.

Prof. Dr. Muhammad Zarlis, selaku Ketua Program Studi Magister

Teknik Informatika FMIPA Universitas Sumatera Utara.

M. Andri Budiman, S.T., M.Comp Sc., M.E.M., selaku Sekretaris

Program Studi Magister Teknik Informatika.

Prof. Dr. Herman Mawengkang, selaku Pembimbing Utama yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penulis.

Syahriol Sitorus, S.Si, M.Si., selaku Pembimbing Kedua yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penulis.

Prof. Dr. Opim Sitompul, Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M. Andri Budiman, S.T., M.Comp Sc., M.E.M selaku Pembanding yang telah banyak

memberikan kritikan serta sarannya kepada penulis.

Seluruh Staff Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan

selama masa perkuliahan serta Seluruh Staff Pegawai pada Program Magister Teknik Informatika FMIPA Universitas Sumatera Utara.


(10)

Teristimewa kepada Kedua Orang Tuaku terutam Ibunda Hj. Bunga Ros Sitepu, SPd. dan Suami Tercinta Edi Mardianto S, SH., yang telah memberikan doa, dukungan, perhatian dan kasih sayang yang tulus serta pengorbanan yang tidak ternilai harganya semenjak penulis dilahirkan hingga menyelesaikan tesis ini. Kakak dan Adik tersayang serta seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat terbaik, Rosita, Ayu, Ramliana dan rekan-rekan kuliah angkatan ’09 serta ketua, rekan-rekan dan seluruh staff pegawai STMIK Kaputama telah memberikan semangat kepada penulis.

Akhir kata penulis hanya berdoa kepada Allah AWT semoga Allah memberikan limpahan karunia kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, serta kerja samanya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Binjai, 23 Juli 2011 Penulis


(11)

ANALISIS KONFIGURASI MULTI LABEL PROTOCOL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN

ABSTRAK

Multi Protocol Label Switching (MPLS) adalah salah satu metoda yang dapat digunakan untuk tuning jaringan agar lebih meningkatkan performa jaringan. Dengan menggunakan metoda MPLS kelemahan-kelemahan yang ada di jaringan IP tradisional akan dibuka dan dihilangkan sehingga jaringan akan lebih efisien bekerja. Di samping itu MPLS dapat membuat aplikasi-aplikasi lain menjadi sangat berguna untuk kepentingan jaringan, terutama jaringan besar. Teknologi MPLS mempersingkat proses-proses yang ada di IP Routing Tradisional dengan mengandalkan sistem label switching. Dengan label switching paket-paket data akan keluar masuk dengan kecepatan yang tinggi karena banyak sekali proses yang dapat diringkas. Penelitian ini menggunakan simulasi GNS3 yang akan membandingkan performansi jaringan menggunakan MPLS dan tanpa menggunakan MPLS. Adapun parameter untuk pengambilan data antara lain bandwith, througput, delay. Hasil penelitian menunjukan bahwa waktu delay pengiriman paket dalam jaringan MPLS relatif kecil. Sehingga jaringan MPLS ini mampu memberikan unjuk-kerja dengan tingkat layanan yang lebih optimal dan cocok untuk diterapkan bagi layanan paket data yang real time

Kata kunci: MPLS, Jaringan, Kinerja, Switching


(12)

CONFIGURATION ANALYSIS OF MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) TO IMPROVE NETWORK PERFORMANCE

ABSTARCT

Multi Protocol Label Switching (MPLS) is one method that can be used for tuning the network to further improve network performance. By using MPLS method weaknesses that exist in traditional IP networks will be opened and removed so that the network will be more efficient work. In addition, MPLS can create other applications to be very useful for the benefit of the network, especially a large network. MPLS technology to shorten the processes that exist in the IP Routing with Traditional systems rely on label switching. With label switching data packets going in and out with a high speed because a lot of processes that can be summarized. This study uses simulation to compare the GNS3 that using MPLS network performance and without using MPLS. The parameters for data retrieval, among others, bandwidth, throughput, delay. The results showed that the timing of packet delivery delay in MPLS network is relatively small. So that the MPLS network is capable of providing performance-work with a more optimal level of service and suitable to be applied to the packet data service in real time.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN iii

PERNYATAAN ORISINALITAS iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS v

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS vi

RIWAYAT HIDUP vii

PENGHARGAAN viii

ABSTRAK x

ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Batasan Masalah 2

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Pendahuluan 4

2.2. Multi Protocol Label Switcing 7

2.3. Komponen Jaringan MPLS 8

2.3.1. Label Switched Path 8

2.3.2. Label Switching Router (LSR) dan Label Edge Router (LER) 2.3.3.

9 Forward Equivalence Class (FEC). 9


(14)

2.3.4. MPLS Label 2.3.5.

9 Label Distribution Protocol (LDP)

2.4.

9 Arsitektur Jaringan MPLS

2.5.

9 Distribusi Label

2.6.

11 Cara Kerja MPLS

2.7.

12 Performansi Jaringan

2.8.

14 QoS (Quality Of Service)

2.9,

16 Routing

2.9.1. OSPF (Open Shortest Path First) 17 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18

3.1. Rancangan 18

3.2. Rancangan Penelitian 18

3.3.1. Rekayasa Trafik dengan MPLS 18

3.3.2. Protokol Persinyalan 20

3.3. Pelaksanaan Penelitian 21

3.4. Variabel Yang Diamati 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24

4.1. Aplikasi QoS 24

4.2. Simulasi Konfigurasi 24

4.3. Pengukuran QoS Jaringan MPLS 25

4.4. Hasil Simulasi 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 31

5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 33


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

2.1. Struktur Jaringan MPLS 11

2.2. Konsep MPLS 12

2.3. Header MPLS 13

4.1. Konfigurasi Jaringan MPLS 24

4.2. Representasi Sederhana Jaringan MPLS

4.3. Througput Pada Jaringan MPLS 28

26

4.4. Througput Pada Jaringan Non MPLS 4.5.

28 Delay Pada Jaringan MPLS

4.6.

29


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

2.1. Kepekaan Performansi untuk beberapa jenis layanan

3.1. Protokol Persinyalan 22

15

4.1. Konfigurasi IP pada masing-masing router

4.2. Througput Pada Jaringan MPLS 28

26

4.3. Througput Pada Jaringan Non MPLS 4.4.

28 Delay Pada Jaringan MPLS

4.5.

29


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran Judul Halaman

A. Jaringan MPLS L-1

B. Jaringan Non MPLS L-2

C. Througput Jaringan MPLS L-4

D. Througput Jaringan Non MPLS L-6

E. Delay Jaringan MPLS L-7

F. Delay Jaringan Non MPLS L-9

G. TIB L-11

H. LDP L-11

I. Traceroute MPLS L-11

J. Konfigurasi Router 1(R1) L-12

K. Konfigurasi Router 2(R2) L-15

L. Konfigurasi Router 3(R3) L-18


(18)

ANALISIS KONFIGURASI MULTI LABEL PROTOCOL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN

ABSTRAK

Multi Protocol Label Switching (MPLS) adalah salah satu metoda yang dapat digunakan untuk tuning jaringan agar lebih meningkatkan performa jaringan. Dengan menggunakan metoda MPLS kelemahan-kelemahan yang ada di jaringan IP tradisional akan dibuka dan dihilangkan sehingga jaringan akan lebih efisien bekerja. Di samping itu MPLS dapat membuat aplikasi-aplikasi lain menjadi sangat berguna untuk kepentingan jaringan, terutama jaringan besar. Teknologi MPLS mempersingkat proses-proses yang ada di IP Routing Tradisional dengan mengandalkan sistem label switching. Dengan label switching paket-paket data akan keluar masuk dengan kecepatan yang tinggi karena banyak sekali proses yang dapat diringkas. Penelitian ini menggunakan simulasi GNS3 yang akan membandingkan performansi jaringan menggunakan MPLS dan tanpa menggunakan MPLS. Adapun parameter untuk pengambilan data antara lain bandwith, througput, delay. Hasil penelitian menunjukan bahwa waktu delay pengiriman paket dalam jaringan MPLS relatif kecil. Sehingga jaringan MPLS ini mampu memberikan unjuk-kerja dengan tingkat layanan yang lebih optimal dan cocok untuk diterapkan bagi layanan paket data yang real time

Kata kunci: MPLS, Jaringan, Kinerja, Switching


(19)

CONFIGURATION ANALYSIS OF MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) TO IMPROVE NETWORK PERFORMANCE

ABSTARCT

Multi Protocol Label Switching (MPLS) is one method that can be used for tuning the network to further improve network performance. By using MPLS method weaknesses that exist in traditional IP networks will be opened and removed so that the network will be more efficient work. In addition, MPLS can create other applications to be very useful for the benefit of the network, especially a large network. MPLS technology to shorten the processes that exist in the IP Routing with Traditional systems rely on label switching. With label switching data packets going in and out with a high speed because a lot of processes that can be summarized. This study uses simulation to compare the GNS3 that using MPLS network performance and without using MPLS. The parameters for data retrieval, among others, bandwidth, throughput, delay. The results showed that the timing of packet delivery delay in MPLS network is relatively small. So that the MPLS network is capable of providing performance-work with a more optimal level of service and suitable to be applied to the packet data service in real time.


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teknologi jaringan komputer berkembang seiring dengan meluasnya jaringan internet masuk ke dalam kehidupan masyarakat dunia. Secara harfiah, jaringan komputer adalah sekumpulan komputer dan perangkat jaringan lain yang saling berhubungan sesuai dengan bentuk topologi yang dipilih.

Kecepatan transfer data menjadi masalah yang sering dialami dalam jaringan komputer, sehingga diperlukan proses yang cepat untuk mengatasi pengiriman dan pengambilan data tersebut dengan mengutamakan efisiensi waktu, sehingga user tidak perlu membuang banyak waktu. Dengan demikian, dibuatlah sebuah jaringan komputer dengan memanfaatkan teknologi berbasis Multiprotocol Label Switching (MPLS). Jaringan MPLS ini merupakan jaringan yang akan menambahkan label pada setiap paket yang akan dikirimkan, dengan pelabelan ini maka data yang akan dikirimkan akan menjadi lebih cepat sampai pada tujuan. Hal ini dikarenakan router hanya akan menganalisa label yang diberikan pada tiap paket.

Perkembangan komputer tampaknya berpengaruh kepada meningkatnya penggunaan jaringan komputer. Semakin lama penggunaan jaringan komputer semakin banyak, sehingga perangkat-perangkat jaringan pun ikut berkembang seperti: Repeater dan Hub yang dapat melayani Client tanpa proses apapun. Kemudian ada Bridge dan Switch yang memiliki kemampuan menentukan jalan yang tepat pada sebuah LAN.

Bridge dan Switch mempunyai fungsi yang sama yaitu membagi jaringan ke dalam Collision Domain yang lebih kecil. Perbedaan Bridge dan Switch adalah bahwa Switch lebih cepat dan mempunyai jumlah port yang lebih banyak sehingga dapat mendukung kepadatan yang lebih tinggi.


(21)

Teknologi Multiprotocol Label Switching (MPLS). MPLS adalah teknik untuk mengintegrasikan Internet Protocol (IP) dengan Asynchronous Transfer Mode (ATM) dalam jaringan backbone yang sama. Dengan MPLS maka dapat diperoleh keuntungan diantaranya:

1. Mengurangi banyaknya proses pengolahan di IP routers, serta memperbaiki proses pengiriman suatu paket data.

2. Menyediakan Quality of Service (QoS) dalam jaringan backbone, sehingga setiap layanan paket yang dikirimkan akan mendapat perlakuan sesuai dengan skala prioritas.

Menurut Alwayn (2002), untuk memenuhi kualitas layanan telekomunikasi dan kompleksitas pada jaringan internet terutama dalam mendukung layanan multimedia, beberapa arsitektur jaringan telah banyak dikembangkan dan salah satu diantaranya adalah MPLS. Teknologi MPLS merupakan suatu teknik untuk mengintegrasikan teknologi IP dengan Asynchronous Transfer Mode (ATM) dalam jaringan backbone yang sama. Jaringan ini terdiri dari titik-titik Label Switching Router (LSR) dan bukan merupakan jaringan IP ataupun jaringan ATM, tetapi merupakan jaringan baru. Jaringan baru ini mengurangi banyaknya proses pengolahan yang terjadi di IP routers, serta memperbaiki unjuk-kerja pengiriman suatu paket data, juga bisa menyediakan kualitas layanan QoS dalam jaringan backbone.

Konsep utama MPLS ialah teknik peletakan “label” dalam setiap paket yang dikirim melalui jaringan backbone (Miller,et.al, 2004). MPLS bekerja dengan cara melabeli paket-paket data dengan label, untuk menentukan rute dan prioritas pengiriman paket tersebut. Label tersebut akan memuat informasi penting yang berhubungan dengan informasi routing suatu paket, diantaranya berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan terlebih dahulu. Teknik ini biasa disebut dengan label switching .Dalam pengiriman paket data dan melakukan routing, jaringan MPLS merupakan teknologi penyampaian paket pada backbone berkecepatan tinggi.

MPLS merupakan salah satu bentuk konvergensi vertikal dalam topologi jaringan yang mengubah paradigma routing dilayer-layer jaringan yang ada selama ini.


(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu : Simulasi pengukuran terhadap Quality of Service (QoS) dengan input adalah throughput dan waktu delay, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya layanan teknik MPLS ini ketika mengirimkan suatu trafik layanan paket.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara garis besar tujuan penelitian ini ialah :

1. Untuk menganalisa kualitas layanan teknik MPLS ketika sebelum mengirimkan sebuah paket dalam traffik jaringannya, sehingga perkiraan dan perlakuan terhadap paket yang dikirimkan dapat dianalisa.

2. Untuk menganalisa paket-paket data ketika mengirimkan paket dalam traffik jaringannya sehingga dapat meningkatkan performa jaringan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini dengan konfigurasi jaringan MPLS yang menerapkan mekanisme traffic engineering dapat meningkatkan kualitas dan kinerja jaringan dalam menyediakan layanan ditinjau dari parameter waktu tunda, paket hilang, dan throughput trafik; sehingga bandwidth dapat lebih digunakan secara optimal. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian beberapa model simulasi, yaitu membandingkan jaringan MPLS dan jaringan non MPLS agar diperoleh optimasi kualitas jaminan layanan (QoS) terutama bagi trafik layanan multimedia. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software simulasi jaringan, yaitu GNS3.

1.5 Batasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini mencakup bagaimana cara kerja dan analisa QoS yang terdapat dalam teknik MPLS ini. Dengan membuat beberapa model simulasi, dengan pengujian menggunakan paket-paket protokol ICMP, TCP untuk memperoleh kualitas layanan (QoS) yang lebih baik.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan

Penelitian tentang analisa penerapan traffic engineering pada jaringan non MPLS dan MPLS terutama pada operator Internet Service Provider (ISP), yang dilakukan oleh Mohamed Hasan Omar (2008) . Setelah menganalisa secara komparatif throughput paket-paket protokol UDP dan TCP dari lapis transport terhadap jaringan non MPLS dan MPLS, hasilnya menunjukkan bagaimana jaringan MPLS yang menerapkan traffic engineering mampu meningkatkan kinerja jaringan backbone dan skalabilitas jaringan internet pada lingkungan. Beban trafik yang tinggi untuk beberapa macam aplikasi yang berbeda. Ternyata penerapan traffic engineering adalah merupakan keunggulan jaringan MPLS terhadap jaringan berbasis IP (non MPLS), karena proses routing menjadi lebih cepat dengan melakukan pendefinisian jalur khusus (router LSP) untuk pengiriman paket data. Router LSP pada jaringan MPLS dapat digunakan dan di manfaatkan sebagai jalur routing, sehingga utilisasi sumber-sumber jaringan lebih optimal dan pada gilirannya meningkatkan kinerja jaringan.

Penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan teknologi jaringan komputer khususnya jaringan MPLS, kualitas layanan (QoS) dan traffic

engineering antara lain adalah:

1. Penelitian tentang analisa penerapan traffic engineering pada jaringan non MPLS danMPLS terutama pada operator Internet Service Provider (ISP), yang dilakukan oleh Mohamed Hasan Omar (2008) . Setelah menganalisa secara komparatif throughput paket-paket protokol UDP dan TCP dari lapis transport terhadap jaringan non MPLS danMPLS, hasilnya menunjukkan bagaimana jaringan MPLS yang menerapkan traffic engineering mampu meningkatkan kinerja jaringan backbone dan skalabilitas jaringan internet pada lingkungan beban trafik yang tinggi untuk beberapa macam aplikasi yang berbeda. Ternyata


(24)

penerapan traffic engineering adalah merupakan keunggulan jaringan MPLS terhadap jaringan berbasis IP (non MPLS), karena proses routing menjadi lebih cepat dengan melakukan pendefinisian jalur khusus (router LSP) untuk pengiriman paket data. Router LSP pada jaringan MPLS dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai jalur routing, sehingga utilisasi sumber-sumber jaringan lebih optimal dan pada gilirannya meningkatkan kinerja jaringan.

2. Dalam makalahnya di jurnal IEEE, Daniel O.Awduche (1999) menjelaskan tentang konsep, fungsi dan tantangan traffic engineering internet pada jaringan IP (non MPLS)dengan menggunakan beberapa model a.l: model

overlay, model IP over ATM, model MPLS-TE. Selain itu didiskusikan pula

aplikasi dan manfaat MPLS traffic engineering pada jaringan IP. Pada bagian penutup disimpulkan bahwa optimasi kinerja jaringan internet menggunakan teknologi jaringan MPLS dan peningkatan kualitas layanan (QoS) menggunakan

differentiated services diperoleh berdasarkan pada model IP over ATM sebagai

alternatif lain dari jaringan MPLS.

3. Rendy Munadi dan Nunut J T S (2005), pada makalahnya di Seminar Nasional “Soft Computing, Intelligent Systems and Information Technology” (SIIT 2005), melakukan penelitian tentang Perancangan, Simulasi dan Analisa Kinerja Jaringan IP MelaluiTeknologi MPLS. Penelitiannya sehubungan dengan perkembangan pesat jaringan internet dalam beberapa tahun terakhir ini yang ditandai dengan munculnya teknologi dan layanan-layanan baru menuntut pemakaian bandwidth secara efisien dan efektif. Hal ini ditempuh dengan meningkatkan kemampuan router untuk dapat membuat keputusan bahwa sebuah paket yang diterima akan dikirimkan dan diteruskan ke tujuan sesuai dengan header paket-nya. Dan ini diperoleh dengan memanfaatkan teknologi Multi Protocol Label Switching (MPLS). Dalam penelitiannya di lakukan kajian melalui simulasi terhadap kinerja jaringan IP melalui teknologi MPLS dengan melihat parameter Quality of Service (QoS) dan penyebab kongesti yang mungkin terjadi. Parameter kinerja yang diamati meliputi throughput, delay, paket loss dan hasilnya diperoleh peningkatan nilai throughput 40% dan penurunan delay 200% jika dibanding dengan teknologi non MPLS. Ternyata implementasi MPLS di


(25)

jaringan dapat meminimalisasi efek kongesti yang terjadi dengan memanfaatkan bandwidth jaringan yang belum terpakai secara optimal.

4. Pada penelitiannya Xipeng Xiao and Lionel M. Ni, Michigan State University (1999) menunjukan bahwa integrated services, RSVP, differentiated

services, multi protocol label switching (MPLS), dan constraint-based routing

adalah komponen-komponen framework (susunan) dari internet quality of service (QoS). Dan ternyata berdasarkan tabel tersebut susunan komponen-komponen ini adalah untuk memenuhi kualitas jaminan QoS suatu layanan traffic data dan meningkatkan utilisasi sumber-sumber jaringan yang disediakan. MPLS dan

constraint-based routing dapat digunakan bersama untuk mengatur jalur router

yang dilewati traffic agar terhindar dari kongesti.

5. Dalam rangka optimalisasi penggunaan sumber-sumber transmisi, Md. Arifur Rahman,Ahmedul Haque Kabir, K. A. M. Lutfullah, M. Zahedul Hassan, M.R. Amin, East West University Mohakhali, Dhaka (2008) melakukan pengukuran traffic aliran data pada jaringan berbasis IP maupun jaringan MPLS, dimana hasilnya menunjukan bahwa delay maupun paket loss jaringan MPLS lebih baik dibandingkan dengan jaringan IP. Dengan membuat simulasi jaringan yang komprehensip, protokol pesinyalan MPLS: Constrainedbased Label

Distribution Protocol (CR-LDP), Resource Reservation Protocol (RSVP) dan Traffic Extension RSVP (RSVP-TE) dapat digunakan untuk menjamin kualitas

layanan QoS dan analisa kinerja jaringan, baik jaringan IP maupun jaringan MPLS. Selain itu dalam penelitiannya mereka menyimpulkan bahwa MPLS mampu menghindari kongesti dengan cara merekayasa traffic tunnel sehingga dapat memanfaatkan bandwidth yang disediakan dengan lebih effisien. Penelitian mereka membuktikan bahwa mekanisme rekayasa traffic mampu memperbaiki kinerja jaringan.

6. Reza Aditya Permadi, Yoanes Bandung, dan Armein Z.R. Langi (2009) dalam penelitiannya telah melakukan pengujian model jaringan best

-effort, diffserv, MPLS, dan diffserv over MPLS. Pada umumnya jaringan yang

mempunyai kapasitas terbatas, perlu dilakukan diferensiasi trafik sehingga jaringan tetap dapat menjamin QoS untuk karakteristik trafik berbeda yang


(26)

mengalir di dalamnya. Kecenderungan trafik yang tidak merata pada jaringan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan trafik ketika satu jalur mengalami pembebanan trafik yang berlebihan. Penelitian mereka bertujuan untuk mengimplementasikan metoda Differentiated Services yang digabungkan dengan mekanisme Traffic Engineering melalui Multi protocol Label Switching (MPLS). Sistem dibangun dengan menggunakan sistem operasi Linux yang dilengkapi dengan modul MPLS dan Diffserv. Hasil pengujiannya menunjukkan jaringan Diffserv mampu memberikan jaminan kualitas layanan untuk trafik kelas EF dan AF, namun harus mengorbankan kualitas layanan trafik TCP background. Sementara itu, dengan tambahan mekanisme traffic engineering dengan MPLS, jaringan Diffserv mampu melakukan pembelokan trafik ketika satu jalur mengalami keadaan kongesti, sehingga selain trafik EF dan AF dapat dijamin, trafik TCP background juga dapat ditingkatkan kualitasnya dibandingkan dengan skenario Diffserv. Sebagai kesimpulan ternyata model jaringan MPLS yang menerapkan mekanisme traffic engineering dapat meningkatkan kualitas dan kinerja jaringan dalam menyediakan layanan ditinjau dari parameter waktu tunda, paket hilang, dan throughput trafik; sehingga bandwidth dapat lebih digunakan secara optimal.

2.2. Multi Protocol Label Switching (

Multi Protocol Label Switching merupakan perkembangan terbaru dari multi

layer switch yang diusahakan oleh IETF (Internet Engineering Task Force).

Hal ini dilakukan agar terdapat standar untuk multi layer switch dan mendukung interoperabilitas. Disebut multi protokol karena tekniknya dapat diterapkan pada semua protokol layer jaringan. MPLS adalah suatu teknologi yang mempunyai kemampuan menambah label-label yang mengandung informasi jaminan

quality, scalability, reliability dan security pada paket-paket IP untuk dilewatkan

pada suatu jaringan data, (Miller, et.al, 2004).

MPLS)

Konsep inti dari MPLS adalah memasukan sebuah label pada setiap paket data, dengan panjang label tetap. Label setiap paket data mengandung informasi


(27)

pokok, yaitu kemana paket tersebut akan diteruskan. Adapun informasi label yang paling penting adalah mengenai (Rick, 2003):

1. Informasi Alamat tujuan (Destination Address) 2. Informasi IP Precedence

3. Informasi keanggotaanVirtual Private Network 4. Informasi Quality of Service (QoS) dari RSVP

5. Informasi rute untuk paket, sama dengan yang dipilih rekayasa trafik.

2.3. Komponen

Label Switched Path (LSP): LSP adalah jalur yang ditetapkan pada serangkaian

link antar LSR dalam jaringan MPLS, yang mengizinkan paket untuk diteruskan dari LSR satu menuju LSR yang lain melalui jaringan MPLS. MPLS menyediakan dua cara untuk menetapkan LSP, yaitu :

Jaringan MPLS

1. Hop-by-hop routing , cara ini membebaskan masing-masing LSR

menentukan hop selanjutnya untuk mengirimkan paket. Cara ini mirip seperti OSPF dan RIP dalam IP routing.

2. Explisit routing , dalam metode ini LSP akan ditetapkan oleh LSR pertama

yang dilalui aliran paket.

2.3.1. Label Switching Router (LSR) dan Label Edge Router (LER) : LSR adalah

sebuah router dalam jaringan MPLS yang berperan dalam menetapkan LSP dengan menggunakan teknik label swapping dengan kecepatan yang telah ditetapkan. Dalam fungsi pengaturan trafik, LSR dapat dibagi dua, yaitu : Ingress LSR dan Egress LSR. Ingress LSR berfungsi mengatur trafik saat paket memasuki jaringan MPLS sedangkan Egress LSR berfungsi untuk mengatur trafik saat paket meninggalkan jaringan MPLS menuju ke LER. Sedangkan, LER adalah suatu router yang menghubungkan jaringan MPLS dengan jaringan lainnya seperti Frame Relay, ATM dan Ethernet.


(28)

2.3.2. Forward Equivalence Class (FEC) : FEC adalah representasi dari

beberapa paket data yang diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan resource yang sama di dalam proses pertukaran data.

2.3.3. MPLS Label : Label adalah deretan bit informasi yangditambahkan pada header suatu paket data dalam jaringan MPLS. Label MPLS atau yang disebut juga MPLS header ini terletak diantara header layer 2 dan header layer 3.

2.3.4. Label Distribution Protocol (LDP) : LDP adalah protokol baru yang

berfungsi untuk mendistribusikan informasi yang ada pada label ke setiap LSR pada jaringan MPLS. Protokol ini digunakan untuk memetakan FEC kedalam label, untuk selanjutnya akan dipakai untuk menentukan LSP. LDP message dapat dikelompokkan menjadi :

a. Discovery Messages, yaitu pesan yang memberitahukan dan

memelihara hubungan dengan LSR yang baru tersambung ke jaringan MPLS.

b. Session Messages, yaitu pesan untuk membangun, memelihara dan

mengakhiri sesi antara titik LDP.

c. Advertisement Messages, yaitu pesan untuk membuat, mengubah dan

menghapus pemetaan label pada jaringan MPLS.

d. Notification Messages, yaitu pesan yang menyediakan informasi

bantuan dan sinyal informasi jika terjadi error .

2.4. Arsitektur Jaringan MPLS

Multi Protocol Label Switching (MPLS) merupakan teknik yang menggabungkan

kemampuan pengaturan switching yang ada dalam teknologi ATM dengan fleksibilitas network layer yang dimiliki teknologi IP. Konsep utama MPLS ialah teknik penempatan label dalam setiap paket yang dikirim melalui jaringan ini. MPLS bekerja dengan cara melabeli paket-paket data dengan label, untuk menentukan rute dan prioritas pengirimanpaket tersebut yang didalamnya memuat informasi penting yang berhubungan dengan informasi routing suatu paket,


(29)

diantaranya berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan terlebih dahulu. Teknik ini biasa disebut dengan label switching. Dengan informasi label switching yang didapat dari routing network layer, setiap paket hanya dianalisa sekali di dalam router di mana paket tersebut masuk ke dalam jaringan untuk pertamakali. Router tersebut berada di tepi dan dalam jaringan MPLS yang biasa disebut dengan Label Switching Router (LSR). Dengan teknik MPLS maka akan mengurangi teknik pencarian rute dalam pengoperasian jaringan dapat dioperasikan dengan efektif dan efisien mengakibatkan pengiriman paket menjadi lebih cepat.

Jaringan MPLS terdiri atas sirkit yang disebut label-switched path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut label switched router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah forwarding equivalence class (FEC) diidentifikasikan pemasangan label, yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR.

LSP dibentuk melalui suatu protokol persinyalan yang menentukan

forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap

untuk mempercepat proses forwarding. Router dalam melakukan pengambilan keputusan ditentukan oleh semua sumber informasi yang dapat dikerjakan oleh sebuah label switching dengan melihat nilai suatu label yang panjangnya tertentu. Tabel ini biasa disebut Label Forwarding Information Base (LFIB). Sebuah label akan digunakan sebagai sebuah indeks suatu node dan akan digunakan untuk memutuskan tujuan selanjutnya, dengan pergantian label di dalam node tersebut. Label lama digantikan oleh label baru, dan paket akan dikirimkan ke tujuan selanjutnya. Karenanya sebuah label switching akan membuat pekerjaan router dan switch menjadi lebih mudah dalam menentukan pengiriman suatu paket. MPLS ini akan memperlakukan switch-switch sebagai suatu peer-peer, dan mengontrol feature yang secara normal hanya dapat berjalan di jaringan ATM. Dalam jaringan MPLS sekali suatu paket telah dibubuhi “label”, maka tidak perlu lagi terdapat analisa header yang dilakukan oleh router, karena semua pengiriman paket telah dikendalikan oleh label yang ditambahkan tersebut.


(30)

Gambar 2.1 Struktur jaringan MPLS.

2.5. Distribusi Label

Untuk menyusun LSP, label-switching table di setiap LSR harus dilengkapi dengan pemetaan dari setiap label masukan ke setiap label keluaran. Proses melengkapi tabel ini dilakukan dengan protokol distribusi label hampir serupa dengan protokol persinyalan di ATM, sehingga sering juga disebut protokol persinyalan MPLS.

a. Edge Label Switching Routers (ELSR)

Edge Label Switching Routers ini terletak pada perbatasan jaringan MPLS,

dan berfungsi untuk mengaplikasikan label ke dalam paket-paket yang masuk ke dalam jaringan MPLS. Sebuah MPLS Edge Router akan menganalisa header IP dan akan menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasi ke dalam paket tersebut ketika sebuah paket IP masuk ke dalam jaringan MPLS. Ketika paket yang berlabel meninggalkan jaringan MPLS, maka Edge Router yang lain akan menghilangkan label yang disebut Label Switches. Perangkat Label Switches ini berfungsi untuk men switch paket-paket ataupun sel-sel yang telah dilabeli berdasarkan label tersebut. Label Switches ini juga mendukung Layer 3 routing ataupun Layer 2 switching untuk ditambahkan dalam label switching. Operasi dalam label switches memiliki persamaan dengan teknik switching yang biasa dikerjakan dalam ATM.


(31)

b. Label Distribution Protocol

Label Distribution Protocol (LDP) merupakan suatu prosedur yang

digunakan untuk menginformasikan ikatan label yang telah dibuat dari satu LSR ke LSR lainnya dalam satu jaringan MPLS. Dalam arsitektur jaringan MPLS, sebuah LSR yang merupakan tujuan atau hop selanjutnya akan mengirimkan informasi tentang ikatan sebuah label ke LSR yang sebelumnya mengirimkan pesan untuk mengikat label tersebut bagi rute paketnya. Teknik ini biasa disebut distribusi label downstream on demand.

2.6. Cara

Prinsip kerja MPLS ialah menggabungkan kecepatan switching pada layer dengan kemampuan routing dan skalabilitas pada layer 3. Dengan memperhatikan gambar 2, cara kerjanya adalah dengan menyelipkan label di antara header layer 2 dan layer 3 pada paket yang diteruskan. Label dihasilkan oleh Label Switching Router dimana bertindak sebagai penghubung jaringan MPLS dengan jaringan luar. Label berisi informasi tujuan node selanjutnya kemana paket harus dikirim. Kemudian paket diteruskan ke node berikutnya, di node ini label paket akan dilepas dan diberi label yang baru yang berisi tujuan berikutnya. Paket-paket diteruskan dalam path yang disebut LSP (Label Switching

Path).

Kerja MPLS

Gambar 2.2 Konsep MPLS

Dengan label switching, paket dianalisa secara menyeluruh dari header lapisan 3 dan dilakukan hanya sekali, yakni pada label switch router (LSR) di edge, yang dialokasikan bagi setiap edge dari jaringan. MPLS hanya melakukan enkapsulasi


(32)

paket IP dengan memasang header MPLS, perhatikan gambar 2.3 berikut ini. Label adalah bagian dari header, memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses

forwarding, termasuk proses traffic engineering.

Gambar 2.3 Header MPLS Pada gambar 2.3 terlihat MPLS header

1. Label, 20 bit yang merupakan nilai aktual untuk label. Label ini menentukan jalur pengiriman paket ke LSR berikutnya dan operasi yang akan dilakukan pada MPLS header sebelum dikirimkan.

memiliki panjang 32 bit yang terdiri dari:

2. EXP (Experimental ,3 bit yang dicadangkan untuk kegiatan eksperimen. Bagian ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi Class of Service (CoS ).

3. S sepanjang 1 bit yang merupakan dasar MPLS header. Bit ini akan diset ”satu” apabila paket yang dikirimkan merupakan paket terakhir pada MPLS header dan ”nol” untuk paket yang lainnya.

4. Time to Live (TTL) sepanjang 8 bit digunakan untuk mengkodekan suatu

nilai TTL. Dalam proses pembuatan label ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu:

a. Metode berdasarkan topologi jaringan, yaitu dengan menggunakan protocol IP-routing seperti OSPF dan BGP.

b. Metode berdasarkan kebutuhan resource suatu paket data, yaitu

dengan menggunakan protocol yang dapat mengontrol trafik suatu jaringan seperti RSVP ( Resource Reservation Protocol ).


(33)

c. Metode berdasarkan besar trafik pada suatu jaringan, yaitu dengan

menggunakan metode penerimaan paket dalam menentukan tugas dan distribusi sebuah label.

2.7. Performansi

Aplikasi yang beraneka ragam mensyaratkan performansi yang berbeda-beda pula. Misalnya, pengiriman data sangat peka pada distorsi tetapi kurang peka pada tundaan; sebaliknya komunikasi suara sangat peka pada tundaan tetapi kurang peka pada distorsi. Performansi jaringan merujuk ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalamsuatu sistem komunikasi (Alwayn, 2002). Performansi merupakan kumpulan berbagai besaran teknis (Stalling, 1991). Beberapa parameter yang dijadikan referensi umum untuk dapat melihat performansi jaringan, yang terpenting adalah:

Jaringan

1. Availability, yaitu persentase hidupnya sistem atau sub sistem

telekomunikasi. Idealnya, availability harus mencapai 100%.

2. Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur

dalam bps. Header-header dalam paket-paket data mengurangi nilai

throughput. Maka penggunaan sebuah saluran secara bersama-sama juga

akan mengurangi nilai ini.

3. Packet Loss, adalah kegagalan transmisi paket data mencapai tujuannya.

Umumnya perangkat network memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak diterima. Paket yang hilang ini harus diretransmisi, yang akan membutuhkan waktu tambahan.

4. Latency (Delay), adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh

proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Waktu tunda ini bisa dipengaruhi oleh jarak (misalnya akibat pemakaian satelit), atau kongesti (yang memperpanjang antrian),atau bisa juga akibat waktu olah yang lama (misalnya untuk digitizing dan kompresi data).


(34)

5. Bandwidth adalah kapasitas atau daya tampung kabel ethernet agar dapat

dilewati trafik paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth juga bisa berarti jumlah konsumsi paket data per satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit

per second [bps]. Bandwidth internet di sediakan oleh provider internet

dengan jumlah tertentu tergantung sewa pelanggan. Dengan QoS kita dapat mengatur agar user tidak menghabiskan bandwidth yang di sediakan oleh

provider.

6. Jitter, atau variasi dalam latency, diakibatkan oleh variasi- variasi dalam

panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dalam waktu yang dibutuhkan untuk retransmisi data (karena jalur yang digunakan juga berbeda), dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan.

7. Utilitisasi/Okupansi, teknologi IP adalah teknologi connectionless

oriented, dimana proses transmisi informasi dari pengirim ke tujuannya tidak memerlukan pendifinisian jalur terlebih dahulu, seperti halnya teknologi connection oriented. Utilisasi/Okupansi IP yang dinyatakan dalam persen, dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel berikut (Dutta-Roy, 2000) memaparkan tingkat kepekaan performansi yang berbeda untuk jenis layanan network yang berlainan.


(35)

Kemampuan menyediakan jaminan performansi dan diferensiasi layanan dalam network sering diacu dengan istilah QoS (quality of service).

ITU, dalam rekomendasi E.800 (Rosen, 2001), mendefinisikan QoS sebagai pengaruh kolektif atas performansi layanan yang menentukan tingkat kepuasan pemakai layanan. QoS-Forum mendefinisikan QoS sebagai ukuran kolektif atas tingkat layanan yang disampaikan kepelanggan, ditandai dengan beberapa kriteria yang meliputi availabilitas, error, performance, response time dan throughput, sambungan atau transmisi yang hilang akibat kongesti, waktu setup, dan kecepatan deteksi dan koreksi kesalahan.Umumnya QoS dikaji dalam kerangka pengoptimalan kapasitas network untuk berbagai jenis layanan, tanpa terus menerus menambah dimensi network.

2.8. QoS (Quality of Service)

Jika dilihat dari ketersediaan suatu jaringan, terdapat karakteristik kuantitatif yang dapat dikontrol untuk menyediakan suatu layanan dengan kualitas tertentu. Kinerja jaringan dievaluasi berdasarkan parameter –parameter kualitas layanan, yaitu delay, jitter, packet loss dan throughput. Berikut ini adalah definisi singkat dari keempat parameter layanan tersebut.

1. Jitter Merupakan variasi delay yang terjadi akibat adanya selisih waktu atau interval antar kedatangan paket di penerima. Jitter maksimum yang direkomendasi oleh ITU adalah 75 ms.

2. Delay

a. Waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan data dari sumber (pengirim) ke tujuan (penerima).

b. Delay maksimum yang direkomendasikan oleh ITU untuk aplikasi suara adalah 150 ms, dan yang masih bisa diterima pengguna adalah 250 ms.

3. Paket Loss Kehilangan paket ketika terjadi peak load dan congestion (kemacetan transmisi paket akibat padatnya traffic yang harus dilayani) dalam batas waktu tertentu. Paket loss maksimum yang direkomendasi oleh ITU adalah 1 %.


(36)

4. Throughput Aspek utama throughput yaitu berkisar pada ketersediaan

bandwidth yang cukup untuk suatu aplikasi. Hal ini menentukan besarnya trafik

yang dapat diperoleh aplikasi saat melewati jaringan. Aspek penting lainnya adalah error (pada umumnya berhubungan dengan link error rate) dan losses (pada umumnya berhubungan dengan kapasitas buffer).

2.9. Routing

Routing merupakan fungsi yang bertanggung jawab membawa data melewati sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik untuk dilewati data. Tugas Routing akan dilakukan device jaringan yang disebut sebagai Router. Router merupakan komputer jaringan yang bertugas atau difungsikan menghubungkan dua jaringan atau lebih.

.

2.9.1. OSPF (Open Shortest Path First )

Open Shortest Path First adalah routing protokol yang digunakan pada MPLS.

OSPF ini berdasarkan atas Link-state dan bukan berdasarkan atas jarak. Setiap node dari OSPF mengumpulkan data state dan mengumpulkan pada Link State

Packet. LSP dibroadcast pada setiap node untuk mencapai keseluruhan network.

Setelah seluruh network memiliki “map” hasil dari informasi LSP dan dijadikan

dasar link-state dari OSPF. Kemudian setiap OSPF akan melakukan pencarian

dengan metode SPF (Shortest Path First) untuk menemukan jarak yang lebih 4 efisien. Routing table yang dihasilkan berdasarkan atas informasi LSP yang didapat sehingga OSPF memberikan informasi LSP secara flood, karena OSPF sudah memiliki kemampuan untuk memilih informasi LSP yang sama maka flood ini tidak mengakibat exhousted. OSPF ini menggunakan protokol TCP bukan UDP, mendukung VLSM (Variable Length Subnet Mask). OSPF menggunakan algoritma Shortest Path First (SPF) oleh Dijkstra QoS Support.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pelaksanaan Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di STMIK Kaputam Binjai Jl. Veteran No. 5A-9A dengan waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2010. Konsepnya menggunakan bahan dan asumsi serta masukan dari user, buku-buku, dan pencarian data intrenet.

3.2. Rancangan Penelitian

Untuk membangun jaringan lengkap dengan implementasi QoS dari ujung ke ujung, diperlukan penggabungan dua teknologi, yaitu implementasi QoS di access network dan QoS di core network. QoS di core network akan tercapai secara optimal dengan menggunakan teknologi MPLS. Ada beberapa alternatif untuk implementasi QoS di access network, yang sangat tergantung pada jenis aplikasi yang digunakan customer.

Ada tiga parameter utama QoS yang dapat diukur dalam jaringan MPLS. Ketiga parameter tersebut ialah bandwidth, service rate, dan waktu delay. Pengukuran parameter QoS tersebut dapat ditentukan sebelum sebuah paket dikirim dalam jaringan MPLS. Pengukuran ketiga komponen QoS MPLS tersebut bertujuan agar sebuah service provider bisa mendistribusikan kemampuan yang dimiliki oleh jaringannya dengan jumlah rute yang ingin dibangunnya.

3.2.1. Rekayasa Trafik dengan MPLS

Rekayasa trafik (traffic engineering, TE) adalah proses pemilihan saluran data traffic untuk menyeimbangkan beban trafik pada berbagai jalur dan titik dalam network. Tujuan akhirnya adalah memungkinkan operasional network yang andal dan efisien, sekaligus mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan performansi trafik. Panduan TE untuk MPLS yaitu: Pemetaan trunk trafik


(38)

ke topologi network fisik melalui LSP yang terdiri atas komponen-komponen: manajemen path, penempatan trafik, penyebaran keadaan network, dan manajemen network.

a. Manajemen Path

Manajemen path meliputi proses-proses pemilihan route eksplisit berdasar kriteria tertentu, serta`pembentukan dan pemeliharaan tunnel LSP dengan aturan-aturan tertentu. Proses pemilihan route` dapat dilakukan secara administratif, atau secara otomatis dengan proses routing yang bersifat

constraint-based. Proses constraint-based dilakukan dengan kalkulasi berbagai

alternatif routing untuk memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dalam kebijakan administratif. Tujuannya adalah untuk mengurangi pekerjaan manual dalam TE.

Setelah pemilihan, dilakukan penempatan path dengan menggunakan protokol persinyalan, yang juga merupakan protokol distribusi label. Ada dua protokol jenis ini yang sering dianjurkan untuk dipakai, yaitu RSVP-TE dan CR-LDP.

Manajemen path juga mengelola pemeliharaan path, yaitu menjaga path selama masa transmisi, dan mematikannya setelah transmisi selesai.

Terdapat sekelompok atribut yang melekat pada LSP dan digunakan dalam operasi manajemen path. Atribut-atribut itu antara lain:

1. Atribut parameter trafik, adalah karakteristrik trafik yang akan ditransferkan,termasuk nilai puncak, nilai rerata, ukuran burst yang dapat terjadi, dll. Ini diperlukan untuk menghitung resource yang diperlukan dalam trunk trafik.

2. Atribut pemilihan dan pemeliharaan path generik, adalah aturan yang dipakai untuk

memilih route yang diambil oleh trunk trafik, dan aturan untuk menjaganya tetap hidup.

3. Atribut prioritas, menunjukkan prioritas pentingnya trunk trafik, yang dipakai baik dalam pemilihan path, maupun untuk menghadapi keadaan kegagalan network.


(39)

4. Atribut pre-emption, untuk menjamin bahwa trunk trafik berprioritas tinggi dapat disalurkan melalui path yang lebih baik dalam lingkungan

DiffServ. Atribut ini juga dipakai dalam kegiatan restorasi network setelah

kegagalan.

5. Atribut perbaikan, menentukan perilaku trunk trafik dalam kedaan kegagalan. Ini meliputi deteksi kegagalan, pemberitahuan kegagalan, dan perbaikan.

6. Atribut policy, menentukan tindakan yang diambil untuk trafik yang melanggar, misalnya trafik yang lebih besar dari batas yang diberikan.

Trafik seperti ini dapat dibatasi, ditandai, atau diteruskan begitu saja.

Atribut-atribut ini memiliki banyak kesamaan dengan network yang sudah ada sebelumnya. Maka diharapkan tidak terlalu sulit untuk memetakan atribut trafik trunk ini ke dalam arsitektur switching dan routing network yang sudah ada.

a. Penempatan Trafik

Setelah LSP dibentuk, trafik harus dikirimkan melalui LSP. Manajemen trafik berfungsi mengalokasikan trafik ke dalam LSP yang telah dibentuk. Ini meliputi fungsi pemisahan, yang membagi trafik atas kelas-kelas tertentu, dan fungsi pengiriman, yang memetakan trafik itu ke dalam LSP.

Hal yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah distribusi beban melewati deretan LSP. Umumnya ini dilakukan dengan menyusun semacam pembobotan baik pada LSP-LSP maupun pada trafik-trafik. Ini dapat dilakukan secara implisit maupun eksplisit.

b. Penyebaran Informasi Keadaan Network

Penyebaran ini bertujuan membagi informasi topologi network ke seluruh LSR di dalam network. Ini dilakukan dengan protokol gateway seperti IGP yang telah diperluas.

Perluasan informasi meliputi bandwidth link maksimal, alokasi trafik maksimal, pengukuran TE default, bandwidth yang dicadangkan untuk setiap kelas prioritas, dan atribut-atribut kelas resource. Informasi-informasi ini akan


(40)

diperlukan oleh protokol persinyalan untuk memilih routing yang paling tepat dalam pembentukan LSP.

c. Manajemen Network

Performansi MPLS-TE tergantung pada kemudahan mengukur dan mengendalikan network. Manajemen network meliputi konfigurasi network, pengukuran network, dan penanganan kegagalan network.

Pengukuran terhadap LSP dapat dilakukan seperti pada paket data lainnya. Traffic flow dapat diukur dengan melakukan monitoring dan menampilkan statistika hasilnya. Path loss dapat diukur dengan melakukan

monitoring pada ujung-ujung LSP, dan mencatat trafik yang hilang. Path delay dapat diukur dengan mengirimkan paket probe menyeberangi LSP, dan

mengukur waktunya. Notifikasi dan alarm dapat dibangkitkan jika parameter-parameter yang ditentukan itu telah melebihi ambang batas.

3.2.2. Protokol Persinyalan

Pemilihan path, sebagai bagian dari MPLS-TE, dapat dilakukan dengan dua cara: secara manual oleh administrator, atau secara otomatis oleh suatu protokol persinyalan. Dua protokol persinyalan yang umum digunakan untuk MPLS-TE adalah CR-LDP dan RSVP-TE. RSVP-TE memperluas protokol RSVP yang sebelumnya telah digunakan untuk IP, untuk mendukung distribusi label dan routing eksplisit. Sementara itu CR-LDP memperluas LDP yang sengaja dibuat untuk distribusi label, agar dapat mendukung persinyalan berdasar QoS dan routing eksplisit.

Ada banyak kesamaan antara CR-LDP dan RSVP-TE dalam kalkulasi

routing yang bersifat constraint-based. Keduanya menggunakan informasi QoS

yang sama untuk menyusun routing eksplisit yang sama dengan alokasi resource yang sama.

Perbedaan utamanya adalah dalam meletakkan layer tempat protokol persinyalan


(41)

bekerja. CR-LDP adalah protokol yang bekerja di atas TCP atau UDP, sedangkan RSVP-TE bekerja langsung di atas IP. Perbandingan kedua protokol ini dipaparkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1. Protokol persinyalan

Untuk standardisasi, sejak tahun 2003 sebagian besar implementor telah memilih untuk menggunakan RSVP-TE dan meninggalkan CR-LDP. Lebih jauh, RSVP-TE dikaji dalam RFC-3209.

3.3. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tentang konfigurasi kinerja jaringan MPLS meliputi antara lain :

1. Studi Literature

Mengumpulkan dan mempelajari referensi tentang teknologi MPLS. 2. Perancangan Sistem

Pada tesis ini akan menggunakan desain jaringan simulasi MPLS yang dibuat mirip dengan sistem jaringan MPLS yang ada secara umum dengan persyaratan adanya :

a. Sebuah routing protokol layer 3 ( OSPF,); dan menggunakan OSPF untuk rekayasa trafik jaringan MPLS.

b. Memiliki kemampuan menangani lalu lintas Jaringan MPLS. MPLS yang dibentuk oleh 3 buah Router ISP(Provider) yang ditambah


(42)

dengan 2 router sebagai penerima paket yang akan mengakses jaringan MPLS (Provider Edge) router dan sekaligus untuk memonitor trafik yang telah melewati jaringan

3. Implementasi dan Pengujian Sistem

Setelah perancangan maka akan dilakukan konfigurasi jalur yang akan dilalui oleh data dan melakukan pengecekan koneksi antar router ke router.

3. Pengambilan dan Analisa Data

Setelah dilakukan implementasi dan pengujian sistem, akan dicatat data-data yang berhubungan dengan parameter QoS (Quality of

Service), pengambilan data dilakukan pada sisi server . Dari hasil data

yang didapat akan dilakukan analisa. 4. Penarikan Kesimpulan

Selanjutnya dari hasil analisa tersebut akan didapatkan data kinerja/performansi menggunakan MPLS.

5. Penulisan Laporan Akhir

Dalam penulisan laporan ini mengacu pada pedoman penulisan ilmiah dalam hal ini penulisan Tesis yang bentuk bakunya telah disetujui oleh pihak Program Studi Magister Teknik Informatika.

3.4. Variabel yang diamati

Variabel penelitian yang diamati adalah : throughput dan waktu delay antara end

to end system di dalam jaringan yang dimaksud. Analisis dilakukan dengan


(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Untuk membangun jaringan lengkap dengan implementasi QoS dari ujung ke ujung, diperlukan penggabungan dua teknologi, yaitu implementasi QoS di

access network dan QoS di core network.

Aplikasi QoS

QoS di core network akan tercapai secara optimal dengan menggunakan teknologi MPLS. Ada beberapa alternatif untuk implementasi QoS di access network, yang sangat tergantung pada jenis aplikasi yang digunakan customer.

a. Pengukuran Qos

Ada tiga parameter utama QoS yang dapat diukur dalam jaringan MPLS. Ketiga parameter tersebut ialah bandwidth, service rate, dan waktu

delay. Pengukuran parameter QoS tersebut dapat ditentukan sebelum sebuah

paket dikirim dalam jaringan MPLS. Pengukuran ketiga komponen QoS MPLS tersebut bertujuan agar sebuah service provider bisa mendistribusikan kemampuan yang dimiliki oleh jaringannya dengan jumlah rute yang ingin dibangunnya.

4.2. Simulasi Konfigurasi MPLS

1. Konfigurasi jaringan MPLS yang akan disimulasikan.

Di dalam simulasi jaringan berbasis IP, hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:

2. Layanan, yang dipergunakan untuk menggambarkan aplikasi atau layanan apa saja yang akan dijalankan di dalam jaringan tersebut.


(44)

Gambar 4.1 Konfigurasi Jaringan MPLS

4.3. Pengukuran QoS Jaringan

Pengukuran berbasis pada komponen rute, yaitu LSP yang dilewati oleh paket data sehingga trafik paket tersebut dalam jaringan MPLS dapat ditentukan. Hal ini dikarenakan jaringan akses dalam MPLS merupakan jaringan IP dengan sistem connectionless, sedang QoS merupakan bagian dari sistem connection oriented . Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS dilakukan dengan cara menjaga agar setiap paket yang dikirim dalam jaringan selalu berada dalam jalur rute atau LSPnya. Untuk itu router dalam MPLS selalu dilengkapi dengan sistem agar bisa memonitor trafik dari setiap paket. Proses pengukuran dimulai dari Edge Label Switching Router, dan dilanjutkan ke Label Switching Router (LSR). Ada tiga parameter utama QoS yang dapat diukur dalam jaringan MPLS. Ketiga parameter tersebut ialah bandwidth, throughput, dan waktu delay. Pengukuran parameter QoS ditentukan sebelum sebuah paket data dikirim dalam jaringan MPLS. Dalam jaringan MPLS penentuan besarnya bandwidth untuk setiap rute bagi sebuah paket sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan dalam MPLS setiap jaringan akses harus memiliki akses bandwidth yang pasti untuk setiap trafik yang akan dijalankannya. Pengukuran bandwidth dalam setiap LSP MPLS akan sangat memperhatikan besarnya bandwidth yang ada dalam jaringan akses yang


(45)

mengirimkan sebuah paket, dengan jaringan akses yang menerima paket tersebut. Pengukuran bandwidth dilakukan dalam edge LSR di mana paket tersebut masuk ke dalam jaringan.Throughput merupakan rate atau kecepatan pengiriman paket data yang masuk ke dalam jaringan. Throughput juga diukur dalam edge LSR sebuah LSP jaringan MPLS dan dipergunakan untuk mengetahui berapa kecepatan pengiriman paket dalam sebuah LSP MPLS.

Waktu delay merupakan waktu yang diperlukan sebuah paket yang ditransmisikan melalui jaringan MPLS dari sebuah ingress edge LSR ke egress edge LSR. Dengan adanya waktu delay maka sebuah paket yang masuk ke dalam sebuah LS dapat diperkirakan waktu tiba ditujuannya. Dengan mengetahui besarnya bandwidth, throughput, dan waktu delay pengiriman paket dalam LSP maka kemampuan QoS jaringan MPLS dalam mengirimkan suatu paket dapat dianalisa sehingga proses pengiriman paket dapat diperkirakan terlebih dahulu. Pengukuran parameter QoS dalam jaringan MPLS diperlukan sehingga paket yang dikirimkan dalam setiap LSP dapat ditentukan disesuaikan dengan besarnya nilai bandwidth dan throughput setiap LSP yang sangat menentukan waktu delay pengiriman sebuah paket dalam LSP. Untuk mengetahui besarnya bandwidth, throughput, dan waktu delay pengiriman sebuah paket dalam LSP jaringan MPLS harus dibuat suatu program simulasi.

4.4. Hasil Simulasi

Simulasi sebenarnya dapat dilakukan dengan sederhana, karena bobot kesulitan ada pada pemahaman konsep MPLS. Dibawah ini merpakan Gambar representasi jaringan MPLS STMIK Kaputama.


(46)

Tabel 4.1 Konfigurasi IP pada masing-masing router

Setelah konfigurasi yang digambarkan sesuai dengan keinginan maka langkah terakhir adalah menjalankan simulasi itu sendiri. Simulasi dilakukan di dalam suatu waktu tertentu di sesuaikan dengan kerumitan jaringan yang ada, kemampuan sistem serta detail hasil yang diinginkan. Sehingga simulasi dapat menghasilkan suatu simulasi yang menggambarkan suatu kondisi jaringan dari waktu ke waktu. Bila fungsi ini dijalankan maka akan muncul jaringan yang digambarkan serta gerakan trafik yang berjalan dari awal ke akhir secara real. Dalam simulasi ini pula dicatat berbagai pesan error atau sekedar pesan peringatan baik dari sudut pandang konfigurasi, setting protokol dan aplikasi, overload transmisi, maupun kesalahan-kesalahan lain yang dapat mengakibatkan turunnya performansi jaringan. Simulasi yang baik adalah jika dapat mempresentasikan jaringan mendekati keadaan sebenarnya, sehingga munculnya berbagai kesalahan dapat menjadi koreksi terhadap jaringan yang dimodelkan tersebut. Tahap simulasi merupakan tahap yang paling panjang dari seluruh waktu simulasi ini. Hal ini dikarenakan simulasi harus dilakukan secara bertahap dari komposisi jaringan yang paling sederhana hingga sampai pada komposisi yang sesungguhnya.

Perangkat lunak dalam penelitian ini merupakan software open source yang telah melalui review untuk menyesuaikan kondisi sistem jaringan MPLS yang dijadikan obyek penelitian ini. Untuk tahapan konfigurasi perangkat lunak yang digunakan adalah :


(47)

1. Konfigurasi MPLS pada router backbone

Dengan melakukan konfigurasi jaringan backbone, terutama pada router backbone hal yang paling mendasar adalah pemilihan routing protokol yang akan berfungsi merouting seluruh aktifitas jaringan didalam backbone, untuk itu digunakan routing protocol Open Shortest Path First (OSPF). Dengan menggunakan OSPF sebagai routing protokol didalam jaringan backbone diharapkan dapat menentukan path sebuah packet dengan cost yang terkecil

2. Setelah jaringan tesbed MPLS terbentuk, kita akan melakukan ujicoba yang meliputi :

a. Awan MPLS Persiapan pembuatan jaringan MPLS dilakukan dengan membentuk awan MPLS yang terdiri dari 3 router yang telah terkoneksi. Pembuatan ini sampai pada kesiapan jaringan MPLS dapat melakukan routing paket yang ada.

b. Adanya paket yang melewati jaringan MPLS Setelah jaringan MPLS terbentuk, maka dilewatkan paket pada jaringan tersebut untuk mengetahui kehandalan jaringan dalam berkomunikasi. Pengiriman paket dilakukan oleh Traffic Generator dan beberapa user dengan routing protokol.

c. Adanya monitoring trafik paket yang melewati jaringan Adanya user yang mengirimkan paket melalui jaringan MPLS akan di monitor untuk mengetahui nilai bandwith, throughput, delay sebagai komponen dari QoS.

Hasil dari simulasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini, dimana kondisi tersebut mengidentifikasikan variasi dari bandwidth. Analisis dilakukan berdasarkan tabel hasil simulasi pengukuran througput, delay pada jaringan MPLS dan jaringan non MPLS.

A. Troughput Jaringan MPLS

Tabel 4.2 Troughput jaringan MPLS

Uji/Test Data(Mbits) Time(msec) Troughput

Test1 0.05 135 0.00037

Test2 0.5 148 0.0033

Test3 1 175 0.0067

Test4 5 189 0.0285


(48)

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04

0 2 4 6 8 10 12

Troughput Jaringan MPLS

Y-Values

Gambar 4.3 Troughput jaringan MPLS

B. Troughput Jaringan Non MPLS

Tabel 4.3 Troughput jaringan non MPLS

Uji/Test Data(Mbits) Time(sec) Troughput

Test1 0.05 128 0.00039

Test2 0.5 170 0.0029

Test3 1 164 0.0060

Test4 5 208 0.024

Test5 10 266 0.037

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04

0 2 4 6 8 10 12

Troughput Jaringan Non MPLS

Y-Values

Gambar 4.4 Troughput jaringan non MPLS

Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa troughput rata – rata yang dihasilkan oleh jaringan MPLS sebesar 0,0067 MBit/sec sedangkan untuk jaringan non MPLS rata-rata sebesar 0,0060 MBit/sec. Dari Data diatas troughput jaringan MPLS menghasilkan througput yang lebih besar dengan kenaikan secara bertahap, sedangkan througput untuk jaringan non MPLS menghasilkan troughput lebih kecil.

C. Delay Jaringan MPLS

Tabel 4.4 Delay jaringan MPLS

Uji/Test Bandwith Delay

Test1 1000 64

Test2 2500 64

Test3 5000 64

Test4 7500 60


(49)

Delay Jaringan MPLS

0 20 40 60 80

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Y-Values

Gambar 4.5 Delay jaringan MPLS

D. Delay Jaringan Non MPLS

Tabel 4.5 Delay jaringan non MPLS

Uji/Test Bandwith Delay

Test1 1000 92

Test2 2500 56

Test3 5000 64

Test4 7500 56

Test5 10000 32

0 50 100

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Delay Jaringan Non MPLS

Y-Values

Gambar 4.6 Delay jaringan non MPLS

Dari gambar di atas tmenunjukkan delay pada pengiriman paket jaringan MPLS dengan bandwith yang sama dengan delay pada jaringan non MPLS didapat semakin besar bandwith semakin kecil waktu delaynya, tetapi delay pada jaringan MPLS mengalami penurunan waktu delay secara bertahap dibandingkan delay pada jaringan non MPLS mengalami penurunan lebih kecil namun bisa terjadi delay yang cukup besar/lonjakan.


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di atas tentang jaringan MPLS didapatkan kesimpulan 1.

:

2. Dari data yang di analisis jaringan MPLS yang menerapkan traffic engineering mampu meningkatkan kinerja jaringan backbone dan skalabilitas jaringan internet pada lingkungan beban trafik yang tinggi untuk beberapa macam aplikasi yang berbeda. Ternyata penerapan traffic engineering adalah merupakan keunggulan jaringan MPLS terhadap jaringan berbasis IP (non MPLS), karena proses routing menjadi lebih cepat dengan melakukan pendefinisian jalur khusus (router LSP) untuk pengiriman paket data. Router LSP pada jaringan MPLS dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai jalur routing, sehingga utilisasi sumber-sumber jaringan lebih optimal dan pada gilirannya meningkatkan kinerja jaringan.

Waktu tunda (delay) jaringan MPLS lebih kecil dari pada jaringan non MPLS.

3. melalui simulasi terhadap kinerja jaringan IP melalui teknologi MPLS dengan melihat parameter Quality of Service (QoS) dan penyebab kongesti yang mungkin terjadi. Parameter kinerja yang diamati meliputi bandwidth, troughput, delay, dan hasilnya diperoleh peningkatan nilai troughput 40% dan penurunan delay 200% jika dibanding dengan teknologi non MPLS. Ternyata implementasi MPLS di jaringan dapat meminimalisasi efek kongesti yang terjadi dengan memanfaatkan bandwidth jaringan yang belum terpakai secara optimal.


(51)

5.2. Saran

1.

Agar penelitian ini dapat berkembang lebih baik lagi, saran-saran yang perlu dilakukan :

2.

Teknologi MPLS akan lebih efektif diterapkan dalam broadband

network.

Standarisasi teknologi MPLS di Indonesia, sehingga keseragaman penggunaan teknologi MPLS untuk jaringan

backbone bagi setiap service provider dapat

3.

tercapai.

Sistem operasi untuk setiap router jaringan MPLS hendaknya lebih diperluas sehingga sistem operasi lain seperti Linux dapat diterapkan dengan mudah dalam

4. Teknologi MPLS akan lebih efektif diterapkan dalam broadband

network.

router jaringan ini.

5. Standarisasi teknologi MPLS di Indonesia, sehingga keseragaman penggunaan teknologi MPLS untuk jaringan backbone bagi setiap

service provider dapat tercapai.

6. Sistem operasi untuk setiap router jaringan MPLS lebih diperluas sehingga sistem operasi lain dapat diterapkan dengan mudah dalam


(52)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Andrea Popo (2009), “MPLS on Linux Based”, GoCpress. Alwayn, V. (2002),

Allen, D. (2001) How Will Multiprotocol Lambda Switching Change Optical

Networks?Network Magazine, May 2001, pp 70-74.

Advanced MPLS Design and Implementation,Cisco Press.

Awduche D (1999b). MPLS and Traffic Engineering in IP Networks. IEEE Communications Magazine, December 1999, pp 42-47.

Awduche, E et.al. (1999a). Requirements for Traffic Engineering over MPLS. RFC-2702. Internet Society.

Bernet Y (2000). The Complementary Roles of RSVP and Differentiated Services

in the Full-Service QoS Network. IEEE Communications Magazine,

February 2000, pp 154-162.

Blight, D. C., and Liu, G. G. (1999). Policy Based Network Architecture For End

to End QoS.

Courtney R (2001). IP QoS: Tracking the Different Level. Telecommunications

Magazine, January 2001, pp 58-60.

Eric C.Rosen,Arun Viswanthan, Ross Callon, (1999) “Multiprotocol Label

Switching Architecture”, Internet Draft.

Fgee, E.-B. Phillips, W.J. Robertson, W. Sivakumar, (2003) “Implementing

QoS capabilities in IPv6 networks and comparison with MPLS and RSVP”, Electrical and Computer Engineering, 2003.

Goff, H. (2007),

Gray, EW. (2001). MPLS: Implementing The Technology. Boston, Addison-Wesley.

The Cable and Telecommunications Professionals’ Reference,

Vol 1, (3rded.).Focal Press.

Hall, EA. (2000). Internet Core Protocols: The Definitive Guide. Sebastopol, O’Reilly.

Haeryong Lee Jeongyeon Hwang Byungryong Kang Kyoungpyo Jun, (2000) “End-to-end QoS architecture for VPNs: MPLS VPN deployment in a


(53)

backbone network”, Parallel Processing. Proceedings. International

Workshops on Toronto.

Held, Gilbert. [2000]. Voice and Daya Networking, McGraw-Hill.

Javvin. (2005), Network Protocols Handbook, (2nded). JavvinTechnologies Inc.

Available

Nejat, I., Bragg, A. (2007), Recent Advances in Modeling and Simulation Tools

for Communication Networks and Services, Syngress.

Rick, G. (2003),

Rosen, E., Viswanathan, A., and Callon, R. [1999]. Multiprotocol Label Switching

Architecture.

MPLS Training Guide: Building Multi Protocol Label Switching Networks,Syngress Publishing.

Rosen, E., Viswanathan, A., and Callon, R. [1999]. Multiprotocol Label Switching

Architecture.

Rosen, E., Rekhter, Y., Tappan, D., Farinacci, D., Fedorkow, G., Li, T., and Conta, A. [1999]. MPLS Label Stack Encoding.

Rosen, E., Rekhter, Y. (1999). BGP/MPLS VPNs. RFC-2547. Internet Society. Rosen, E, et.al. (2001). Multiprotocol Label Switching Architecture. RFC-3031.

Internet Society. Stallings, W. (1991),

The Cisco System Documentation. [2003]. “Quality ofService Solutions

Configuration Guide”, page at http://www.cisco.com.

Data and Computer Communications, PrenticeHall.

Wang, Z. (2001). Internet QoS: Architectures and Mechanisms for Quality of

Service. San Francisco, Morgan-Kaufmann.

Wastuwibowo, K. (2003), Pengantar MPLS, Ilmu Komputer.com. Available: www.ilmukomputer.com/koen-mpls.zip. [2009,

Xiao, X. (2000). Providing Quality of Service in the Internet. PhD Dissertation. Michigan, Michigan State University.


(54)

LAMPIRAN


(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

E. Delay Jaringan MPLS

#Test1


(61)

#Test3

#Test4


(62)

F. Delay Jaringan Non MPLS

#Test1

#Test2


(63)

#Test4

#Test5


(64)

H. LDP

I. TracerouteMPLS

J. Konfigurasi Router 1(R1)


(65)

!

version 12.3

service timestamps debug datetime msec service timestamps log datetime msec no service password-encryption !

hostname R1 !

boot-start-marker boot-end-marker !

!

memory-size iomem 5

no network-clock-participate aim 0 no network-clock-participate aim 1 no aaa new-model

ip subnet-zero !

!

no ip domain lookup !

! ip cef ! ! ! ! ! ! !


(66)

! ! ! ! ! ! ! ! !

interface Loopback0

ip address 1.1.1.1 255.255.255.255 !

interface FastEthernet0/0 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/0

ip address 30.30.30.2 255.255.255.252 tag-switching ip

clockrate 2000000 !

interface FastEthernet0/1 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/1


(67)

tag-switching ip clockrate 2000000 !

router ospf 10

log-adjacency-changes network 1.1.1.1 0.0.0.0 area 0 network 30.30.30.0 0.0.0.3 area 0 network 40.40.40.0 0.0.0.3 area 0 !

no ip http server ip classless !

! ! ! ! ! !

control-plane !

! ! ! ! ! !

gatekeeper shutdown !

!


(68)

exec-timeout 0 0 logging synchronous line aux 0

line vty 0 4 login ! End

K. Konfigurasi Router 2 (R2)

! !

version 12.3

service timestamps debug datetime msec service timestamps log datetime msec no service password-encryption !

hostname PE1 !

boot-start-marker boot-end-marker !

!

memory-size iomem 5

no network-clock-participate aim 0 no network-clock-participate aim 1 no aaa new-model

ip subnet-zero !

!

no ip domain lookup !


(69)

ip cef ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !

interface Loopback0

ip address 2.2.2.2 255.255.255.255 !

interface FastEthernet0/0 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/0 bandwidth 3000

ip address 20.20.20.2 255.255.255.252 clockrate 2000000


(70)

interface FastEthernet0/1 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/1

ip address 30.30.30.1 255.255.255.252 tag-switching ip

clockrate 2000000 !

router ospf 10

log-adjacency-changes network 2.2.2.2 0.0.0.0 area 0 network 20.20.20.0 0.0.0.3 area 0 network 30.30.30.0 0.0.0.3 area 0 !

no ip http server ip classless !

! ! ! ! ! !

control-plane !

! ! !


(71)

! ! !

gatekeeper shutdown !

!

line con 0

exec-timeout 0 0 logging synchronous line aux 0

line vty 0 4 login ! End

L. Konfigurasi Router 3 (R3)

! !

version 12.3

service timestamps debug datetime msec service timestamps log datetime msec no service password-encryption !

hostname PE1 !

boot-start-marker boot-end-marker !

!

memory-size iomem 5


(72)

no network-clock-participate aim 1 no aaa new-model

ip subnet-zero !

!

no ip domain lookup !

! ip cef ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !

interface Loopback0

ip address 2.2.2.2 255.255.255.255 !

interface FastEthernet0/0 no ip address


(73)

duplex auto speed auto !

interface Serial0/0 bandwidth 3000

ip address 20.20.20.2 255.255.255.252 clockrate 2000000

!

interface FastEthernet0/1 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/1

ip address 30.30.30.1 255.255.255.252 tag-switching ip

clockrate 2000000 !

router ospf 10

log-adjacency-changes network 2.2.2.2 0.0.0.0 area 0 network 20.20.20.0 0.0.0.3 area 0 network 30.30.30.0 0.0.0.3 area 0 !

no ip http server ip classless !

! ! !


(74)

! ! !

control-plane !

! ! ! ! ! !

gatekeeper shutdown !

!

line con 0

exec-timeout 0 0 logging synchronous line aux 0

line vty 0 4 login ! End

M.Konfigurasi Router 4(R4)

! !

version 12.3

service timestamps debug datetime msec service timestamps log datetime msec no service password-encryption !


(75)

hostname PE2 !

boot-start-marker boot-end-marker !

!

memory-size iomem 5

no network-clock-participate aim 0 no network-clock-participate aim 1 no aaa new-model

ip subnet-zero !

!

no ip domain lookup !

! ip cef ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !


(76)

! !

interface Loopback0

ip address 4.4.4.4 255.255.255.255 !

interface FastEthernet0/0 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/0

ip address 40.40.40.2 255.255.255.252 tag-switching ip

clockrate 2000000 !

interface FastEthernet0/1 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/1 bandwidth 3000

ip address 50.50.50.1 255.255.255.252 clockrate 2000000

!

router ospf 10

log-adjacency-changes network 4.4.4.4 0.0.0.0 area 0 network 40.40.40.0 0.0.0.3 area 0


(77)

network 50.50.50.0 0.0.0.3 area 0 !

no ip http server ip classless !

! ! ! ! ! !

control-plane !

! ! ! ! ! !

gatekeeper shutdown !

!

line con 0

exec-timeout 0 0 logging synchronous line aux 0

line vty 0 4 login ! End


(78)

N. Konfigurasi Router 5 (R5) !

!

version 12.3

service timestamps debug datetime msec service timestamps log datetime msec no service password-encryption !

hostname CE2 !

boot-start-marker boot-end-marker !

!

memory-size iomem 5

no network-clock-participate aim 0 no network-clock-participate aim 1 no aaa new-model

ip subnet-zero !

!

no ip domain lookup !

! ip cef ! ! ! ! ! !


(79)

! ! ! ! ! ! ! ! ! !

interface Loopback0

ip address 5.5.5.5 255.255.255.255 !

interface Loopback1

ip address 190.160.1.1 255.255.255.0 !

interface Loopback2

ip address 190.160.2.1 255.255.255.0 !

interface Loopback3

ip address 190.160.3.1 255.255.255.0 !

interface Loopback4

ip address 190.160.4.1 255.255.255.0 !

interface Loopback5

ip address 190.160.5.1 255.255.255.0 !

interface Loopback6

ip address 190.160.6.1 255.255.255.0 !


(80)

interface Loopback7

ip address 190.160.7.1 255.255.255.0 !

interface FastEthernet0/0 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/0

ip address 50.50.50.2 255.255.255.252 clockrate 2000000

!

interface FastEthernet0/1 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/1 no ip address shutdown

clockrate 2000000 !

router ospf 10

log-adjacency-changes network 5.5.5.5 0.0.0.0 area 0 network 50.50.50.0 0.0.0.3 area 0 network 190.160.1.0 0.0.0.255 area 0 !


(81)

ip classless !

! ! ! ! ! !

control-plane !

! ! ! ! ! !

gatekeeper shutdown !

!

line con 0

exec-timeout 0 0 logging synchronous line aux 0

line vty 0 4 login ! end


(1)

! !

interface Loopback0

ip address 4.4.4.4 255.255.255.255 !

interface FastEthernet0/0 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/0

ip address 40.40.40.2 255.255.255.252 tag-switching ip

clockrate 2000000 !

interface FastEthernet0/1 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/1 bandwidth 3000

ip address 50.50.50.1 255.255.255.252 clockrate 2000000

!

router ospf 10

log-adjacency-changes network 4.4.4.4 0.0.0.0 area 0 network 40.40.40.0 0.0.0.3 area 0


(2)

network 50.50.50.0 0.0.0.3 area 0 !

no ip http server ip classless !

! ! ! ! ! !

control-plane !

! ! ! ! ! !

gatekeeper shutdown !

!

line con 0

exec-timeout 0 0 logging synchronous line aux 0

line vty 0 4 login ! End


(3)

N. Konfigurasi Router 5 (R5) !

!

version 12.3

service timestamps debug datetime msec service timestamps log datetime msec no service password-encryption !

hostname CE2 !

boot-start-marker boot-end-marker !

!

memory-size iomem 5

no network-clock-participate aim 0 no network-clock-participate aim 1 no aaa new-model

ip subnet-zero !

!

no ip domain lookup !

! ip cef ! ! ! ! ! !


(4)

! ! ! ! ! ! ! ! ! !

interface Loopback0

ip address 5.5.5.5 255.255.255.255 !

interface Loopback1

ip address 190.160.1.1 255.255.255.0 !

interface Loopback2

ip address 190.160.2.1 255.255.255.0 !

interface Loopback3

ip address 190.160.3.1 255.255.255.0 !

interface Loopback4

ip address 190.160.4.1 255.255.255.0 !

interface Loopback5

ip address 190.160.5.1 255.255.255.0 !

interface Loopback6

ip address 190.160.6.1 255.255.255.0 !


(5)

interface Loopback7

ip address 190.160.7.1 255.255.255.0 !

interface FastEthernet0/0 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/0

ip address 50.50.50.2 255.255.255.252 clockrate 2000000

!

interface FastEthernet0/1 no ip address

shutdown duplex auto speed auto !

interface Serial0/1 no ip address shutdown

clockrate 2000000 !

router ospf 10

log-adjacency-changes network 5.5.5.5 0.0.0.0 area 0 network 50.50.50.0 0.0.0.3 area 0 network 190.160.1.0 0.0.0.255 area 0 !


(6)

ip classless !

! ! ! ! ! !

control-plane !

! ! ! ! ! !

gatekeeper shutdown !

!

line con 0

exec-timeout 0 0 logging synchronous line aux 0

line vty 0 4 login ! end