52
Gambar 4.1 Histogram
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal
yang tidak menceng s kew ness ke kiri maupun ke kanan. Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik p-plot dibawah ini. Pada
grafik normal p-plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan
bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
Gambar 4.2 Grafik P-Plot
4.1.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan korelasi antara variabel independent. Jika terjadi korelasi maka
terdapat masalah multikolonearitas sehingga model regresi tidak dapat digunakan. Mendeteksi ada tidaknya gej ala multikolinearitas adalah dengan melihat nilai
tolerance dan variance inflation factor VIF, serta menganalisis matrik korelasi
53 variabel-variabel independen. Besarnya tingkat multikolinearitas yang masih
dapat ditolerir, yaitu: Tolerance 0.10, dan nilai VIF 5. Berikut ini disajikan
tabel hasil pengujian multikolonearitas: Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
LN_ROA .830
1.204 LN_UK
.830 1.204
a Dependent Variable: Perataan_laba
Sumber: data diolah 2015 Berdasarkan pada tabel 4.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala multikolonearitas antara variabel independen yang diindikasikan dari nilai tolerance setiap variabel lebih besar dari 0,1. Nilai tol erance ROA adalah
0,830, ukuran perusahaan adalah 0,830. Nilai VIF dari kedua variabel independen juga lebih kecil dari 5 yaitu untuk ROA sebesar 1,204, ukuran perusahaan 1.204.
4.1.2.3 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data time s er ies. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson. Untuk uji
Durbin Watson memiliki ketentuan sebagai berikut: 1 tidak ada autokorelasi positif, jika 0 d dl,
2 tidak ada autokorelasi positif, jika dl ~ d ~ du,
54 3 tidak ada korelasi negatif, jika 4 - dl d 4,
4 tidak ada korelasi negatif, jika 4 – du ~ d ~ 4 – dl, 5 tidak ada autokorelasi, positif atau negatif, jika du d 4 – du.
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error
of the Durbin-
Watson 1
.354
a
.125 .102
.61095 1.565
Tabel 4.4 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1.565 d. Nilai ini akan peneliti bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi
5, jumlah pengamatan n sebanyak 26 perusahaan dan jumlah variabel independen 2 k = 2. Berdasarkan tabel Durbi n Wats on didapat nilai batas atas
du sebesar 1,2236 dan nilai batas bawah dl 1,5578. Oleh karena itu, nilai dw dapat dinyatakan 1,2236 du 1,565 d 1,5578 2 – du. Berdasarkan
pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.
4.1.2.4 Uji Heteroskedastisitas