Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pelajar Pesantren Aliyah Tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PELAJAR

PESANTREN ALIYAH TENTANG KB DI PONDOK

PESANTREN DARULL-MUKHLISIN

SERDANG BEDAGAI

DEVI MALINDA

105102003

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya tulis ilmiah, 13 Juni 2011 Devi Malinda

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pelajar Pesantren Aliyah Tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai

viii + 48 hal + Tabel 7 + 1 skema + 9 lampiran

ABSTRAK

Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang keluarga berencana (KB). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 71 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai. Analisis data dengan chi square. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 56 orang (78.9), dan sikap responden tentang KB adalah positif yaitu sebanyak 58 orang (81.7). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang KB (nilai

p=0.849). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak selalu yang memiliki

pengetahuan baik memiliki sikap positif dan sebaliknya tidak selalu yang memiliki pengetahuan kurang memiliki sikap negatif. Saran untuk para pelajar pesantren agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang KB.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pelajar Pesantren, Keluarga Berencana (KB) Daftar pustaka : 30 (1999-2010)


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Rahmat Nya yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh kerena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep sebagai Ketua Program Study D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Erlinda Sari Wahyuni, M. kes , selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberi arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

4. Seluruh Dosen Pengajar D-IV Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik peneliti selama proses perkuliahan dan staf non akademik yang membantu memfasilitasi secara administrasi.

5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini Terutama kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.


(5)

Penulis menyadari atas kekurangan dari karya tulis ilmiah ini, penulis memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan kritik untuk kesempurnaan laporan ini, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat penelitian ... 4

1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 4

2. Bagi Responden ... 4

3. Bagi Peneliti ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Keluarga Berencana (KB) ... 5

1. Pengertian ... 5

2. Tujuan Program KB ... 5

3. Sasaran Program KB ... 6

4. Ruang Lingkup Program KB ... 6

5. Manfaat Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran ... 7

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia .... 8

7. Kontrasepsi ... 10

8. Jenis – Jenis Metode KB ... 11

B. Pengetahuan (Knowledge) ... 22

1. Pengertian ... 22


(7)

3. Cara Mendapatkan Pengetahuan ... 22

C. Sikap ... 24

1. Pengertian ... 24

2. Tingkatan Sikap ... 24

3. Pengukuran Sikap Model Likert ... 25

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap ... 25

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 27

A. Kerangka Konsep ... 27

B. Hipotesis ... 27

C. Definisi Operasional ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... 29

A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

1. Tempat Penelitian ... 30

2. Waktu Penelitian ... 30

D. Pertimbangan Etik Penelitian ... 31

E. Alat pengumpulan data ... 33

F. Validitas dan Reliabilitas ... 34

G. Prosedur pengumpulan data ... 35

H. Pengolahan Data dan Analisis Data ... 35

1. Pengolahan Data ... 35

2. Analisis Data... 35

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

1. Karakteristik Responden ... 37


(8)

3. Sikap Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB ... 40

4. Hubungan Pengetahuan Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB ... 42

B. Pembahasan ... 43

1. Pengetahuan Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB ... 43

2. Sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang KB ... 44

3. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional ... 28 Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

Demografi Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darul-Mukhlisin Serdang Bedagai 2011 ... 37 Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner

Pengetahuan tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai ... 39 Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pelajar

Pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai ... 40 Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai ... 40 Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner

Sikap tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai ... 41 Tabel 5.6 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Pelajar

Pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai ... 42 Tabel 5.7 : Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pelajar Pesantren Aliyah


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi

Lampiran 5 : Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Lampiran 6 : Surat Pernyataan Content Validity Lampiran 7 : Surat Editor Bahasa Indonesia Lampiran 8 : Surat Penelitian


(12)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya tulis ilmiah, 13 Juni 2011 Devi Malinda

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pelajar Pesantren Aliyah Tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai

viii + 48 hal + Tabel 7 + 1 skema + 9 lampiran

ABSTRAK

Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang keluarga berencana (KB). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 71 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai. Analisis data dengan chi square. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 56 orang (78.9), dan sikap responden tentang KB adalah positif yaitu sebanyak 58 orang (81.7). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang KB (nilai

p=0.849). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak selalu yang memiliki

pengetahuan baik memiliki sikap positif dan sebaliknya tidak selalu yang memiliki pengetahuan kurang memiliki sikap negatif. Saran untuk para pelajar pesantren agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang KB.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pelajar Pesantren, Keluarga Berencana (KB) Daftar pustaka : 30 (1999-2010)


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara ke 4 yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak di dunia dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang minim. Untuk meningkatkan SDM diperlukan upaya peningkatan kecerdasan terutama di bidang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi (Sarwono, 2005, hal. 204).

Berdasarkan data yang diperoleh sekitar 10% remaja putri melahirkan anak pertamanya pada usia 15-19 tahun. Kehamilan remaja menyebabkan peningkatkan risiko angka kematian pada ibu dan bayi lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang hamil pada usia 20 tahun. Hal ini terjadi dikarenakan kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, yang disebabkan kurangnya informasi tentang pendidikan seks di kalangan remaja, mereka juga tidak memiliki akses pelayanan dan informasi tentang kesehatan reproduksi (Widyastuti, Rahmawati, Ningrum, 2010, hal. 102).

Untuk menanggulangi masalah ini salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi maka dicanangkan program Keluarga Berencana (KB). Tujuan dari program KB adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, termasuk dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas (BKKBN, 2005, hal. 45).


(14)

Adapun visi dari NKKBN adalah Penduduk Tumbuh Seimbang 2015. Melalui visi ini diharapkan setiap pasangan suami istri harus melakukan perencanaan keluarga secara matang dan bertanggung jawab terhadap keluarga sehingga mereka mejadi keluarg-keluarga yang bahagia dan sejahtera di masa mendatang (BKKBN, 2005, hal. 45).

Pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia tercatat secara Keseluruan sebanyak 237,56 juta jiwa. Dalam hal ini Propinsi Sumatra Utara merupakan wilayah ke 4 yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu 12,94 juta jiwa. Dalam hal ini terlihat pertumbuhan penduduk tetap mengalami peningkatan walaupun telah dilaksanakan program KB dan ini akan menyebabkan angka kemiskinan menjadi tinggi, pengangguran semakin meningkat, dan layanan kesehatan yang semakin mahal dan tidak terjangkau. Di Indonesia akses pendidikan yang belum merata, fasilitas yang kurang memadai, serta tingginya biaya akan mejadi sesuatu yang semakin buruk jika angka pertumbuhan penduduk selalu mengalami peningkatan (Thariq, 2007, hal 7).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia yaitu sosial ekonomi, budaya, pendidikan, status wanita dan agama, (Handayani, 2010, hal. 17). Dalam agama Islam KB diperbolehkan dengan syarat bukan penghalang kesuburan yang permanen dan selain itu bahan yang digunakan dalam pembuatan alat kontrasepsi berasal dari bahan yang halal. Tetapi beberapa para ulama manentang praktik perencanaan keluarga berencana dipasangan muslim. Mereka mengutip dalam Al-Qur’an bahwa Jumlah besar sangat dianjurkan dalam Islam, anak adalah hiasan kehidupan, melahirkan anak adalah tujuan parkawinan, kontrasepsi adalah wa’d atau pembunuhan, dan mereka berpesepsi perencanan keluarga bertentangan dengan kehendak Allah (qadar) artinya meragukan kemampuan Allah dalam memberikan rezeki (Umran, 1997, hal, 246).


(15)

Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Silvia Safitri Hasibuan 2007 adapun faktor-faktor yang memepengaruhi wanita usia subur (WUS) tidak menjadi akseptor KB adalah efek samping, pengetahuan, pendapatan, dan agama. Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 79 responden terdapat 74 responden (93,70%) yang mengatakan penggunaan KB dilarang dalam agama.

Dari hasil pencatatan BKKBN Sumatra Utara Juni 2010 masih ditemukan unmet

need (pasangan yang tidak berniat mempunyai anak lagi, namun tidak ber KB) sebesar

8,93%. Dari data ini ada pasangan usia subur (PUS) yang tidak ingin punya anak tapi belum terlindungi alat kontrasepsi ini bisa menjadi masalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, pengaturan jarak kelahiran yang terlalu dekat sehingga bisa menimbulkan resiko bagi Ibu, anak dan keluarga (BKKBN, 2010, hal 16).

Pelajar pesantren memiliki dasar agama yang kuat dibandingkan pelajar lainnya. Pengetahuan pelajar pesantren tentang program KB merupakan hal yang penting karena mereka merupakan calon – calon pengguna kontrasepsi di masa mendatang. Dan dalam Islam KB diperbolehkan tetapi sebagian ulama masih ada yang menentang praktik KB, Sehingga bisa mempengaruhi perkembangan KB. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan sikap pelajar pesantren Aliyah tentang KB.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan perumusan masalah yaitu “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darul Mukhlisin Serdang Bedagai.


(16)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darul Mukhlisin Serdang Bedagai.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan pelajar Pesantren Aliyah tentang KB b. Untuk mengetahui sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang KB

D. Manfaat penelitian

a. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam rangka meningkatkan pelayanan KB dengan memperhatikan nilai-nilai budaya dan agama.

b. Bagi Responden

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan masukan bagi responden dalam rangka mendukung program KB. Dan dapat memberikan berpandangan lebih luas kepada responden tentang tujuan dan manfaat dari program KB.

c. Bagi Peneliti

Menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman dalam penerapan ilmu yang telah di dapat selama perkuliahan terutama tentang kontrasepsi. Memberikan gambaran tentang pandangan agama Islam tentang KB.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian

Keluarga berencana menurut UU No. 10 tahun 1992 adalah upaya untuk peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum & sujiyatni, 2009, hal. 28)

Keluarga berencana menurut WHO Expert Comite, (1970) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kalahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sahora, 2009, hal. 188).

Keluarga Berencana (KB) adalah mengatur jumlah anak sesuai dengan keinginan dan menentukan kapan ingin hamil (Burns, 2009, hal 47 ).

2. Tujuan Program KB

Adapun tujuan program dari keluarga berencana dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Tujuan Umum

Untuk mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.


(18)

b. Tujuan Khusus

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mejuwudkan keluarga kecil yang bahagia, sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Menciptakan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Handayani, 2010, hal. 29).

3. Sasaran Program KB

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran secara langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran secara langsung adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran hidup melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010, hal. 29).

4. Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB meliputi :

a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) b. Konseling

c. Pelayanan kontrasepsi d. Pelayanan infertilisas

e. Pendidikan sex (sex education)

f. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan g. Konsultasi ginetik


(19)

h. Tes keganasan

i. Adopsi (Handayani, 2010, hal. 29)

5. Manfaat Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran

Manfaat bagi Ibu untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran sehingga dapat memperbaiki kesehatan tubuh karena mencegah kehamilan yang berulang kali dengan jarak yang dekat. Peningkatan kesehatan mental dan sosial karena adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya.

Manfaat bagi anak yang dilahirkan, anak dapat tumbuh secara wajar kerena ibu yang hamil dalam keadaan sehat. Setelah lahir, anak akan mendapatkan perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan.

Manfaat bagi anak-anak yang lain, dapat memberikan kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis hanya untuk mempertahankan hidup semata.

Bagi suami program KB bermanfaat untuk memperbaiki kesehatan fisik, mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta memeliki lebih banyak waktu luang untuk keluarganya.


(20)

Manfaat bagi program KB bagi seluruh keluarga adalah dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga. Dimana kesehatan anggota keluarga tergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Dan setiap anggota keluarga akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendidikan (Handayani, 2010, hal. 33).

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia

a. Sosial Ekonomi

Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak terlepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu negara akan lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin.

b. Budaya

Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah satu pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia pelayanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pemilihan metode di daerah dan harus memantau perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi.


(21)

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan KB tetapi juga pemilihan suatu metode. Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode kelender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa pasangan suami istri yang berpendidikan menginginkan KB yang efektif dengan efek samping yang sedikit.

d. Agama

Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode KB. Sebagai contoh penganut khatolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alamiah. Sebagai pemimpin Islam mengklaim bahwa seterilisasi dilarang sedangkan sebagian lain mengijinkan. Walaupun agama Islam tidak melarang kontrasepsi secara umum, para akseptor KB mungkin berpendapat bahwa pola pendarahan yang tidak teratur disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang untuk sembahyang.

e. Status wanita

Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan metode kontrasepsi. Ada peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB diperoleh (Handayani, 2010, hal. 17).


(22)

7. Kontrasepsi

a. Pengertian

Kontrasepsi adalah : Usaha–usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan juga bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi (Sarwono, 2005 hal. 902).

b. Tujuan Kontrasepsi

Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaannya yaitu: 1) Menunda Kehamilan.

Bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya karena usia dibawah 20 tahun adalah usia yang belum cukup untuk mengalami suatu proses kehamilan. Pilihan utama pada usia 20 tahun adalah pil oral dikarenakan revesibel.

2) Menjarangkan Kehamilan

Jika periode usia istri antara 20 - 30 atau 35 tahun maka paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 (dua) orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun (catur warga) karena usia antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk hamil dan melahirkan. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk menggunakan alat kontasepsi.

3) Mengakhiri Kesuburan

Jika periode usia istri diatas 30 tahun terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 (dua) orang anak karena ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau tidak punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya. Pilihan utama pada usia >30 tahun adalah kontrasepsi mantap (Hartanto, 2002, hal. 30).


(23)

c. Syarat – Syarat Kontrasepsi

Kontrasepsi memenuhi syarat – syarat seperti berikut : 1) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.

2) Efek samping yang merugikan tidak ada. 3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.

4) Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya.

5) Cara penggunaannya sederhana.

6) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.

7) Dapat diterima oleh pasangan suami istri ( Hartanto, 2004, hal. 36)

8. Jenis – Jenis Metode KB

Ada 5 metode KB dalam program KB di Indonesia : 1. Metode kontrasepsi sederhana terdiri :

a) Metode amenorea laktasi (MAL)

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian makanan tambahan atau minuman apapun. Kelebihan dari kontrasepsi MAL adalah efektivitas tinggi, segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat, dan tanpa biaya. Keterbatasan dari MAL adalah perlu adanya persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan. Sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan. Metode kontrasepsi tidak


(24)

dapat melindungi dari penularan IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Saifuddin, Afandi, Baharuddin dkk, 2006, hal. MK-2). b) Metode suhu basal badan (THERMAL)

Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa ovulasi. Kelebihan dari metode kontrasepsi ini adalah memiliki tingkat keamanan yang tinggi jika suhu diukur secara rutin dan senggama sebelum ovulasi, murah dan tidak memerlukan pengawasan, tidak ada efek samping sistemik. Metode Thermal juga memiliki keterbatasan yaitu kesalahan hasil pengukuran suhu dapat terjadi jika sedang mengalami sakit, misalnya demam, tidur malam terlalu sedikit. Metode ini baik untuk digunakan tetapi harus diperhatikan pada kasus-kasus tertentu seperti ibu yang sedang menyusui, karena siklus yang sangat tidak teratur dan pada metode ini sering terjadi pengukuran suhu basal badan yang tidak tepat dan perlu pencatatan setiap hari (Melani, Setiyawati, Estiwidani, dkk, 2010, hal. 59).

c) Metode pengecekan lendir servik (MOB)

Metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan terhadap perubahan lendir serviks wanita yang dapat dideteksi di vulva. Manfaat dari metode MOB adalah tidak memiliki resiko kesehatan, disetujui agama, metode ini cukup berhasil jika pasangan suami istri memiliki motivasi, murah tanpa biaya dan dapat mengajarkan wanita untuk mengetahui siklus menstruasi. Keterbatasan dari MOB adalah keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan mengikuti instruksi, perlu


(25)

ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis KBA yang paling efektif secara benar, perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kahamilan (Melani, Setiyawati, Estiwidani, dkk, 2010, hal. 59).

d) Metode kelender (OGINO-KNAUSS)

Adalah metode yang digunakan berdasarkan masa subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19 siklus menstruasinya. Metode kelender memiliki kelebihan untuk menghindari atau merencanakan kehamilan, metode kelender tidak memberikan resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak ada efek samping, murah atau tanpa biaya, menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada suami dan istri dan dapat mengeratkan hubungan melalui peningkatan komunikasi antara suami istri. Keterbatasan dari metode kelender ini adalah Panjang siklus menstruasi setiap wanita tidak sama, hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur, ovulasi tidak selalu terjadi pada hari ke 14, penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi wanita yaitu 5 hari, Pendarahan yang kadang datang bersamaan dengan ovulasi dapat diinfertasikan sebagai menstruasi. Akibatnya, perhitungan masa tidak subur sebelum ovulasi dan masa tidak subur setelah ovulasi menjadi tidak tepat dan metode ini suami istri tidak dapat melakukan hubungan seks setiap saat bila tidak menginginkan kehamilan (Melani, Setiyawati, Estiwidani, dkk, 2010, hal. 47).


(26)

e) Metode Sympto Thermal

Metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengamati perubahan lendir dan perubahan suhu tubuh. Kelebihan dari metode sympto thermal adalah aman, murah, dapat diterima oleh banyak golongan agama, sangat berguna untuk merencanakan maupun menghindari terjadinya kehamilan, mengajarkan wanita parihal siklus haid, meningkatkan tanggung jawab suami istri sehingga menambah komunikasi dan kerja sama. Keterbatsan dari metode sympto thermal adalah kurang begitu efektif dibandingkan dengan metode-metode kontrasepsi yang lain, perlu instruksi dan konseling sebelum memakai metode ini, memerlukan catatan siklus haid yang cukup, dapat menghambat spontanitas seksual, dan apabila siklus haid tidak teratur dapat mempersulit metode kontrasepsi ini (Melani, Setiyawati, Estiwidani, dkk, 2010, hal. 47).

f) Metode Coitus Interuptus

Adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Kelebihan dari metode coitus interuptus adalah efektif bila dilaksanakan dengan benar, tidak menggangu produksi ASI, dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya, tidak ada efek samping, dapat digunakan setiap waktu, tidak membutuhkan biaya dan dapat meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana. Keterbatasan dari metode coitus interuptus ini adalah efektivitaas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya. efektifitas akan jauh menurun apabila


(27)

sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis dan dapat memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (Saifuddin, Afandi, Baharuddin dkk, 2006, hal. MK-16)

g) Kondom

Kondom adalah sutu selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis (kondom pria) atau

vagina (kondom wanita) pada hubungan seksual (Handayani, 2010, hal.

72). Kelebihan dari kondom adalah efektif bila digunakan dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien, tidak mempunyai pengaruh sistemik, murah dan dapat dibeli secara umum, tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus dan dapat mencegah penularan IMS. Keterbatasan dari kondom adalah efektifitas tidak terlalu tinggi, cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi, sedikit mengganggu hubungan seksual, pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi, harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual, beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum dan pembuangan kondom bekas dapat menimbulkan masalah dalam hal limbah (Saifuddin, Afandi, Baharuddin dkk, 2006, hal. MK-18).

h) Diafragma

Diagfragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks

(karet) yang dimasukkan kedalam vadina sebelum melakukan hubungan seksual dan menutupi serviks. Kelebihan dari alat kontasepsi diafragma


(28)

adalah efektif bila digunakan dengan benar, tidak menggangu produksi ASI, tidak mengganggu hubungan seksual kerena telah terpasang 6 jam sebelumnya, tidak menggangu kesehatan klien, tidak mempunyai pangaruh sistemik dapat mencegah terjadi IMS. Keterbatasan dari

diafragma adalah kurang efektif, keberhasilan sebagai kontrasepsi

bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan, pemeriksaan

pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan

ketepatan pemasangan, pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra, Pada 6 jam pascahubungan seksual alat masih harus berada di posisinya (Saifuddin, Afandi, Baharuddin dkk, 2006, hal. MK-21).

i) Kap serviks

Kap servik adalah suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi servik. Kelebihan dari metode ini adalah efektif, meskipun tanpa spermisid, kap

serviks dapat dibiarkan selama seluruh periode intermenstrual, dan hanya

perlu dikeluarkan pada saat perkirakan datangnya haid (tetapi ini tidak dianjurkan), tidak menganggu saat senggama, dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis atau fungsional dari vagina misalnya

sistokel, prolapsus uteri, kap serviks hanya menutupi serviks saja,

sehingga tidak memerlukan pengukuran-ulang bila mana terjadi perubahan tonus otot vagina dan jarang terlepas selama senggama. Ada pun keterbatsan dari metode kontrasepsi ini adalah pemasangan dan pengeluarannya lebih sulit karena letak serviks yang jauh di dalam vagina (Hartanto, 2004, hal. 76).


(29)

j) Spermisid vaginal

spermisid vagina adalah kontrasepsi yang terbuat dari bahan kimia

(biasanya nonoksinol 9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Kelebihan dari metode kontrasepsi ini adalah efektif seketika, tidak menggangu produksi ASI, bisa digunakan sebagai pendukung metode lain, tidak menggangu kesehatan klien, tidak mempunyai pengaruh sistemik, mudah digunakan, meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual, dan tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus. Keterbatsan dari metode kontrasepsi ini adalah efektifitasnya kurang, efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan, ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual, pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual dan efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam (Saifuddin, Afandi, Baharuddin dkk, 2006, hal. MK-24).

2. Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi Hormonal adalah berupa komposisi hormon yang mengandung serat kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang sepadan dengan dua hormon pada sarang indung telur (ovary) (tarik, 2007, hal. 102).

Menurut Handayani (2010. hal. 96)Jenis-jenis kontrasepsi hormonal adalah : a) Pil

Berupa tablet atu pil diantaranya berupa jenis dan dosis yang beragam. Dikomsumsi setiap hari, kecuali dalam keadaan haid. Kelebihan dari metode ini adalah tidak menggangu hubungan seksual, siklus haid


(30)

menjadi teratur, dapat digunakan sebagai metode jangka panjang, bisa dihentikan setiap saat, kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan. Metode ini juga memiliki keterbatasan yaitu harus dimakan pada waktu yang sama setiap hari, kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan, harus selalu ada persediaan, dan tidak melindungi dari penularan IMS.

b) Suntik / injeksi

Injeksi untuk mencegah kehamilan, dengan memasukkan cairan hormonal setiap beberapa bulan sekali, sesuai dengan petunjuk dokter. Kelebihan dari metode ini adalah tidak mempengaruhi hubungan suami istri, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, klien tidak perlu menyimpan obat, resiko terhadap kesehatan kecil, dan kontrasepsi ini bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Keterbatasan dari kontrasepsi ini adalah perubahan pada pola haid, tidak melindungi dari penularan IMS, penambahan berat badan, lambatnya terjadi pemulihan kesuburan, dan pada awal pemakaian sering terjadi mual, muntah, pusing, nyeri payudara.

c) Implan

Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk terbuat dari karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas. Kelebihan dari implan adalah cocok bagi wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen, dapat digunakan untuk jangka waktu panjang dan bersifat reversibel, efek kontraseptif segera berakhir setelah implan dikeluarkan, pendarahan lebih ringan, dan tidak menaikkan tekanan


(31)

darah. Keterbatasan dari implan ini adalah dipasang oleh tenaga kesehatan yang terlatih, lebih mahal, sering timbul perubahan pola haid, dan akseptor tidak bisa menghentikan implan sekehendaknya sendiri. 3. Metode Kontrasepsi Mantap

a) Kontrasepsi mantap wanita (MOW)

MOW adalah tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi (Handayani, 2010, hal. 182).

Wanita yang dapat menjalani tubektomi adalah Usia >26 tahun, paritas >2, yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya dan apabila Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan serius, pasca persalinan, pasca keguguran, paham dan sukarela setuju dengan prosedur ini .

Kelebihan dari MOW adalah sangat efektif, tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak bergantung pada pola senggama, baik bagi klien apabila kehamilan menjadi resiko kesehatan yang serius, pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual. Keterbatasan dari MOW adalah harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi rekanalisasi, ada rasa sakit atau ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan, tidak mencegah penularan IMS, termasuk HNV dan HIV/AIDS dan harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (dokter spesialis


(32)

ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi) (Saifuddin, Afandi, Baharuddin dkk, 2006, hal. MK-82).

b) Kontrasepsi Mantap Pria (MOP)

MOP adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu opereasi yang singkat dan tidak memerlukan anestasi umum, alat kontrasepsi ini disebut juga vasektomi. Vasektomi adalah menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi (Handayani, 2010, hal. 166). Kelebihan dari MOP adalah efektif, aman, morbilitas rendah dan hampir tidak ada mortalitas, sederhana, cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit, menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja, biaya rendah. Keterbatasan dari MOP adalah diperlukan suatu tindakan operatif, kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau infeksi, kontap pria belum mamberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan, proplem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria (Hartanto, 2004, hal. 308).

4. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)

AKDR adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan kedalam uterus melalui kanalis servikalis (wulansari, 2006, hal 20). Kelebihan dari AKDR adalah efektif dan segera, tidak ada reaksi obat, revesibel dan sangat


(33)

efektif, dan tidak mengaangu senggama. Keterbatasan dari AKDR adalah

menoragi, dismenorea, sedikit peningkatan resiko kehamilan etopik bila ada

kegagalan AKDR, peningkatan resiko pada infeksi panggul, AKDR terlepas keluar, perforasi uterus, usus dan kandung kemih, malposisi AKDR, Kehamilan yang disebabkan oleh pengeluaran, perforasi, atau malposisi (Suzanne, 2005, hal. 197).

5. Kontrasepsi Darurat

Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dipakai setelah senggama oleh wanita yang tidak hamil untuk mencegah kahamilan yang tidak diinginkan. Jenis- jenis kontrasepsi darurat :

a) AKDR (Coper T, Multiload, Nova T) : pemberian dalam waktu 5 hari pascasenggama dengan dosis 1 kali pemasangan.

b) Pil (Antara lain : Microgynon, Ovral, Neogynon, Nordiol, Eugynon,

Nordiol) : pemberian dalam waktu 3 hari pasca senggama dengan dosis 2

x 2 tablet dan dosis kedua 12 jam kemudian (Saroha, 2009, hal. 218). Metode kotrasepsi darurat memiliki kelebihan tidak menyebabkan keguguran, dapat mencegah kehamilan tidak diinginkan, mencegah aborsi, tidak menimbulkan cacat bawaan bila diketahui ibu hamil, efektif bekerja dengan cepat, mudah relatif murah untuk pemakaian jangka pendek. Keterbatsan dari metode kontrasepsi darurat adalah tidak dapat dipakai secara permanent, harus dengan resep dokter, tidak mudah didapat dan tidak efektif setelah 3x24 jam (Handayani, 2010, hal. 193).


(34)

B. Pengetahuan (Knowledge)

1. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang, media massa maupun lingkungan (Notoadmojo, 2003, hal, 121). 2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoadmodjo, 2003, hal 122) yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah kembali (recall), sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyabutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar. Orang yang telah paham secara objek atau materi harus dapat menjelaskan, memberi, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


(35)

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analisys)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materikedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluasi)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Cara Mendapatkan Pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2005) ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

a. Cara Tradisional untuk Memeperoleh Pengetahuan

Cara tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebeneran pengetahuan, sebelumnya diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

1) Cara coba-salah (Trial and Error)

Cara coba-coba dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahakan.


(36)

2) Cara kekuasaan atau ototoritas

Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

b. Cara Moderen Memperoleh Pengetahuan

Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Dilakukan mula-mula dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau masyarakat. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

C. Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Syafrudin & Frutidhina, 2009, hal. 126).

2. Tingkatan Sikap

a. Menerima (Receiving)

Dapat diartikan bahwa orang (objek) mau dan memeperhatikan stmulasi yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.


(37)

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Pengukuran Sikap Model Likert

Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala (Hidayat, 2007, hal.104).

Dalam menciptakan alat ukur likert juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang disediakan oleh likert adalah :

a. Sangat setuju (strogly approve) : 4 b. Setuju (approve) : 3 c. Tidak setuju (Disapprove) : 2 d. Sangat tidak setuju (strogly disapprove) : 1 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap

a. Pengalaman pribadi

Untuk dasar menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi hanya menggunakan kesan yang kuat untuk pembentukan sikap.

b. Orang lain

Seseorang yang kita anggap penting atau seseorang yang berarti khusus dapat dipercaya akan banyak mempengaruhi sikap terhadap sesuatu.


(38)

c. Kebudayaan

Kebudayaan yang mewarnai sikap dan menanamkan garis pengaruh sikap dan informasi. Adanya informasi memberikan landasan terbentuknya sikap media sebagai.

d. Agama

Agama meletakkan dengan pengertian konsep moral dalam individu. e. Faktor emosional

Sikap merupakan pernyataan yang disertai oleh emosi yang berfungsi sebagai pengalaman frustasi mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2007,hal.30).


(39)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008, hal.55).

Skema dibawah, mengambarkan kerangka konsep dalam penelitian ini bahwa sikap pelajar pesantren dipengaruhi oleh pengetahuan pelajar pesantren Aliyah tentang KB.

variabel Independen Variabel Dependen

Skema 1 : Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB.

B. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap pelajar pesantren Aliyah tentang KB.

Sikap Pelajar Pesantren AliyahTentang KB Pengetahuan


(40)

C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

operasional Alat ukur

Cara

Ukur Hasil ukur Skala 1 2 Pengetahuan pelajar pesantren Aliyah Sikap Segala sesuatu yang diketahui pelajar pesantren tentang KB Pengertian,

tujuan, manfaat KB, jenis-jenis KB, dan program – program KB

Tanggapan dan keyakinan pelajar pesantren

berdasarkan hasil penalaran atau pengolahan

terhadap

informasi tentang KB meliputi : pertanyaan sikap yang positif yaitu sikap yang baik dan pertanyaan sikap yang negatif yaitu sikap yang tidak baik

Kuesioner

Kuisioner

Angket

Angket

a. Baik jika responden menjawab benar 8-15 soal b.Kurang jika responden menjawab benar 0-7 soal a. Positif jika responden mendapat skor 31-48 b. Negatif jika responden mendapat skor 12-30 Nominal Nominal 28


(41)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional study, jenis penelitian ini tujuannya untuk menemukan ada atau tidak adanya hubungan, dan apabila ada seberapa erat hubungannya (Arikunto, 2006, hal. 270). Rancangan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap pelajar pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darul Mukhlisin Serdang Bedagai.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008, hal. 89). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelajar pesantren Aliyah Darul Mukhlisin Serdang Bedagai yang berjumlah 71 orang.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara total sampling, yaitu keseluruhan dari populasi sebanyak 71 orang.


(42)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darul Mukhlisin Serdang Bedagai. Adapun alasan memilih lokasi penelitian ini karena Pondok Pesantren Darull- Mukhlisin berada jauh dari kota dan pesantren ini termasuk pesantren yang sudah lama berdiri sehingga dapat memenuhi keteria sampel yang diinginkan dan belum pernah diadakan penelitian serupa ditempat ini.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan September 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan dari pengajuan judul, penelusuran pustaka, melakukan survei awal, konsultasi dengan dosen pembimbing, pengajuan proposal, pengolahan data, sidang akhir.

D. Pertimbangan Etik Penelitian

Semua penelitian yang menggunakan manusia subjek, harus disertai dengan pernyataan bahwa sudah disetujui oleh komisi etika setempat (Hidayat, 2007, hal. 93).

Menurut Hidayat adapun masalah etika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut

1. Informed consent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti responden

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. 2. Anonymiti (tanpa nama)

3. Kerahasian (confidentialiti)

Sama halnya dengan penelitian ini, sebelum melakukan penelitian peneliti harus terlebih dahulu mengajukan permohonan izin penelitian kepada Ketua Program D IV


(43)

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan Kepada Kepala Sekolah Pondok Pesantren Darul Mukhlisin Serdang Bedagai. Sedangkan kepada responden, peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar kuisioner. Data-data yang diperoleh semata-mata digunakan demi perkembangan ilmu pengetahuan serta tidak akan dipublikasi pada pihak lain.

E. Alat pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner yang dibuat oleh peneliti berdasarkan literatur yang ada. Dimana pada bagian pertama instrumen berisi data demografi responden yang berisi umur, jenis kelamin, kelas, suku, dan pekerjaan orang tua. Data demografi hanya bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden.

Bagian kedua berisi pertanyaan untuk mengidentifikasi pengetahuan responden tentang KB. Bagian ini terdiri dari 15 pertanyaan dengan pilihan berganda, jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Dimana hasil pengukuran akan dikategorikan, untuk mendapatkan kategori digunakan perhitungan sebagai berikut :

- Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar : 15


(44)

- Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = skor terbesar – skor terkecil = 15-0 = 15

- Menentukan nilai panjang kelas (i) Panjang kelas (i) =

kelas banyak

Rentang

= 15/2 = 7,5 - Menentukan skor kategori

Kurang = 0-7 (dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab 0 -7) Baik = 15 (dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab

8-15)

Bagian instrumen ketiga berisi pernyataan untuk mengidentifikasi sikap responden tentang KB. Yang terdiri dari 12 partanyaan tentang sikap remaja pesantren aliyah, dan disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung (Favourabel) dan pernyataan yang tidak mendukung (unfavourabel) dengan empat pilihan alternatif jawaban yang terdiri dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STJ). Penilaian di ukur dengan menggunakan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Bila pernyataan yang mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai empat (skor 4), setuju (S) diberi nilai tiga (skor 3), tidak setuju (TS) diberi niali dua (skor 2) dan sangat tidak setuju (STS) diberi nilai satu (skor 1). Sebaliknya pernyataan yang tidak mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi niali satu (skor 1), setuju (S) diberi nilai dua (skor 2), tidak setuju (TS) diberi nilai tiga (skor 3), sangat tidak setuju empat (skor 4) (Hidayat, 2007, hal. 102). Untuk menentukan panjang kelas (interval), pengukuran dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:


(45)

- Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar : 48

Skor terkecil : 12

- Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = skor terbesar – skor terkecil = 48-12 = 34

- Menentukan nilai panjang kelas (i) Panjang kelas (i) =

kelas banyak

Rentang

= 34/2 = 17 - Menentukan skor kategori

Positif = 31-48 (dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab 31-48)

Negatif = 12-30 ( dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab 12-30)

F. Validitas dan Reliabilitas

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan reliabel perlu dilakukan uji

validitas dan reabilitas pada instrumen penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan

pengujian validitas isi (content validity) dimana substansi pengukuran itu betul-betul mewakili konsep yang sudah dirumuskan dalam defenisi operasional yang didasarkan pada landasan teori. Selanjutnya instrumen ini akan dikonsultasikan dengan ahli atau pakarnya yaitu Idau Ginting, M.kes (Sugiyono, 2009, hal.352).


(46)

Sedangkan uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang sama pula. Uji reabilitas dilakukan pada 10 responden di Pesantren Al-Annar Medan yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel penelitian, kemudian data diolah menggunakan program SPSS dengan mencari nilai reabilitas cronbach’s alfa. Apabila nilai cronbach’s alfa lebih dari 0.6 maka dinyatakan reliabel. Untuk pengetahuan didapat nilai cronbarch alfa 0.698, sedangkan pertanyaan tentang sikap nilai cronbarch alfa 0.758.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri setelah mendapatkan izin penelitian dari Program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian mengirimkan surat izin penelitian dari fakultas ke tempat penelitian (kepala sekolah pesantren). Setelah mendapat persetujuan peneliti akan melaksanakan pengumpulan data di Pondok Pesantren Darul Mukhlisin, di mana terdapat responden yang sesuai dengan keteria penelitian. Peneliti melakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan tujuan penelitian serta menanyakan kesediaan responden. Setelah responden bersedia, responden dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan pada kuisioner.

Data diperoleh dari kepala sekolah yaitu jumlah Pelajar Pesantren Aliyah sebanyak 71 orang. Kemudian dijam istirahat semua Pelajar Aliyah dikumpulkan disatu aula, kemudian kuesioner dibagikan kepada seluruh responden. Setelah kuesioner dibagikan peneliti memberitahu tata cara pengisian kuesioner. kemudian setelah


(47)

responden selesai mengisi kuesioner peneliti memberikan penyuluhan tentang program keluarga berencana kepada pelajar pesantren Aliyah.

H. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Semua data yang telah terkumpul dilakukan analisa data dengan memeriksa semua kuesioner apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden (editing). Kemudian data diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Data yang dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer (entri). Setelah data dimasukkan ke dalam komputer lakukan pemeriksaan terhadap semua data guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data). Tahap terakhir dilakukan melakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving). 2. Analisis data

Metode statistik untuk analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah : a. Statistik Univariat

Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel yang diteliti. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen yaitu pengetahuan pelajar dan variabel dependen yaitu sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang KB.

b. Statistik Bivariat

Statistik bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, hal 271). Pengujian


(48)

data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square (x2), dengan nilai kemaknaan (α = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima, yaitu ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan apabila nilai probabilitas (p) > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(49)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan mengekemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang KB terhadap 71 pelajar di Pondok Pesantren Darull-Mukhilisin Serdang Bedagai 2011

C. Hasil Penelitian

Dari hasil pengumpulan data yang telah dilaksanakan di Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai dengan jumlah responden 71 orang, maka hasil penelitian akan uraikan gambaran karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin dan suku. Subjek penelitian adalah pengetahuan dan sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang KB di pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai Tahun 2011.

1. Karakteristik Responden

Adapun distribusi frekuensi dari karakteristik responden adalah berdasarkan umur, jenis kelamin, dan suku. Dari hasil penelitian didapatkan dari 71 responden bahwa sebagian besar umur responden antara 14-17 tahun yaitu sebanyak 66 responden (93.%). Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 39 responden (54.9%). Berdasarkan suku respoden sebagian besar memiliki suku Jawa yaitu sebanyak 35 responden (49.3%).


(50)

Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari karakteristik responden penelitian Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darul-Mukhlisin

Serdang Bedagai 2011

Kateristik n %

Umur - 14-17 - 18-20 66 5 93 7

Total 71 100

Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan 32 39 45.1 54.9

Total 71 100

Suku - Jawa - Banjar - Minang - Aceh - Batak - Melayu 35 13 4 2 11 6 49.3 18.3 5.6 2.8 15.5 8.5

Total 71 100

2. Pengetahuan Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB

Dari hasil penelitian distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner pengetahuan tentang KB, didapatkan bahwa sebagian besar responden menjawab benar pada pertanyaan mengenai yang menjadi pengguna alat kontrasepsi yaitu sebanyak 64 responden (90.1%). Sebagian besar responden menjawab salah pada pertanyaan mengenai ruang lingkup program KB yaitu sebanyak 48 responden (67.6%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :


(51)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin

Serdang Bedagai

No Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Benar Salah

n % n %

1 Pengertian keluarga berencana 46 64.8 25 35.2 2 Tujuan dari program keluarga berencana (KB) 52 37.2 19 26.8 3 sasaran dalam program keluarga berencana (KB) 46 64.8 25 35.2 4 Manfaat KB bagi Ibu/Istri 62 87.3 9 12.7 5 Alat kontrasepsi yang bisa mencegah infeksi

menular seksual

53 76.4 18 25.4 6 Manfaat KB bagi Ayah/Suami 37 52.1 34 47.9 7 Manfaat program KB bagi anak 56 78.9 15 21.1 8 Metode Kontrasepsi yang permanen bagi wanita 24 34.5 46 66.4

9 Metode kontrasepsi bagi pria 38 53.3 33 46.5

10 Usia akseptor untuk kontrasepsi permanen 42 59,2 29 40.8 11 Ruang lingkup program KB 29 40.8 42 59.2 12 Yang menjadi akseptor KB 64 90.1 6 8.9 13 Jarak kelahiran 61 85.9 10 14.1 14 Yang tidak termasuk ruang lingkup program KB 23 32.4 48 67.6 15 Persetujuan dalam menjadi akseptor KB 39 54.9 32 45.1


(52)

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, pengetahuan responden tengang KB dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin

Serdang Bedagai

Pengetahuan n %

Baik Kurang 56 15 78.9 21.1

Total 71 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pelajar pesantren tentang KB dari 71 responden didapatkan sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 56 responden (78.9%).

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin

Serdang Bedagai

Jenis kelamin Pengetahuan

Baik % kurang %

Laki-laki Perempuan 22 34 68.8 87.2 10 5 31.3 12.8

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pelajar pesantren berdasarkan jenis kelamin tentang KB dari 71 responden didapatkan sebagian


(53)

besar siswa laki-laki memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 22 responden (68.8%). Dan perempuan sebagian besar siswa perempuan memiliki pengetahuan baik sebanyak 34 responden (87.2%).

3. Sikap Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB

Dari hasil penelitian distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner sikap tentang KB, pada pernyataan positif didapatkan bahwa sebagian besar responden menjawab tidak setuju pada pernyataan mengenai keikut sertaan dalam penggunaan alat kontrasepsi untuk menggatur jumlah anak yaitu sebanyak 46 responden (64.8%). Pada pernyataan negatif sebagian besar responden menjawab sangat tidak setuju pada pernyataan mengenai KB merupakan suatu bentuk pembunuhan yaitu sebanyak 39 responden (54.9%). Dan lebih jelas dapat dilihat pada tebel berikut :


(54)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan kuesioner Sikap tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin

Serdang Bedagai

No Pernyataan SS S TS STS

n % n % n % n %

1 Pengendalian kelahiran adalah suatu bentuk pembunuhan

3 4.2 12 16.9 39 54.9 17 23.9 2 Menjadi akseptor KB 2 2.8 4 5.6 25 35.2 40 56.3 3 Mengajak anggota keluarga untuk

mengikuti program KB

2 2.8 7 9.9 40 56.3 22 31.0 4 Membatasi jumlah anak bukan

merupakan tindakan untuk

mencapai keluarga yang berkualitas

9 12. 7

26 36.6 31 43.7 5 7.0

5 Menjarangkan jarak kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi

3 4.2 6 8.5 36 50.7 26 36.6

6 Mengendalikan keturunan

merupakan suatu keraguan terhadap Allah dalam memberikan rezeki

2 2.8 3 4.2 36 50.7 30 42.3

7. Mengatur jumlah anak dengan menggunakan alat kontrasepsi

1 1.4 9 12.7 46 64.8 15 21.1 8 KB adalah program yang

bertentangan dengan agama

11 15. 5

22 31 30 42.3 8 11.3 9 Menyarankan kepada anggota

keluarga saya, untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan untuk menghindari kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat

5 7.0 6 8.5 38 53.5 22 31.0

10 KB adalah program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah umat Islam

8 11. 3

15 21.1 25 35.2 23 32.4

11 Program KB itu suatu usaha yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat

3 4.2 1 1.4 45 63.4 22 31.0

12 KB adalah program yang menyalahi kodrat wanita


(55)

Berdasarkan perhitungan sesuai dengan ketegori yang ditetapkan, maka sikap responden tentang KB dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhlisin Serdang Bedagai

Sikap n %

Positif Negatif

58 13

81,7 18,3

Total 71 100

Berdasarkan tebel diatas didapatkan bahwa sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang KB dari 71 responden bahwa sebagian besar memiliki sikap positif yaitu sebanyak 58 responden (81.7%).

4. Hubungan Pengetahuan Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa analisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap pelajar Pesantren Aliyah diperoleh dari 56 responden yang berpengetahuan baik yang memiliki sikap positif yaitu sebanyak 46 responden (82.1%), dan yang berpengetahuan baik dengan sikap negatif yaitu sebanyak 10 responden (17.9%). Sedangkan dari 15 responden yang berpengetahuan kurang memiliki sikap positif yaitu sebanyak 12 responden (80%) dan yang berpengetahuan cukup dengan sikap negatif yaitu sebanyak 3 responden (20%).

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap pelajar pesantren Aliyah tentang KB diperoleh nilai p = 0.849. hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap pelajar pesantren Aliyah tentang KB. Ini dapat dilihat dari tabel 5.6 sebagai berikut :


(56)

Tabel 5.7

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pelajar Pesantren Aliyah tentang KB di Pondok Pesantren Darull-Mukhilisin Medan

Pengetahuan Sikap Total P* Positif Negatif

n % n % n % Baik Kurang 46 12 82.1 80 10 3 17.9 20 56 15 100 100 0.849

Total 58 81.7 13 18.3 71 100

D. Pembahasan

4. Pengetahuan pelajar Pesantren Aliyah tentang KB

Menurut pendapat Notoadmojo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan disini menyangkut segala sesuatu yang dipahami dan diketahui oleh responden tentang KB.

Berdasarkan tabel 5.2 sebagian besar responden menjawab benar pada pertanyaan mengenai yang menjadi akseptor KB. Disini tergambar sebagian besar sudah mengetahui bahwa pria dan wanita sama-sama bisa menjadi akseptor KB. Dan sebagian besar responden menjawab salah pada pertanyaan mengenai ruang lingkup program KB, kemungkinan responden beranggapan bahwa program KB hanya di peruntukkan untuk pasangan istri dan program KB hanya memberikan pelayanan tentang alat kontrasepsi.

Dari hasil pengkategorian pengetahuan pelajar Pesantren Aliyah tentang KB sebagian besar mereka memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 56 responden


(57)

(78,9%). Ini disebabkan karena pelajar pesantren sudah mengetahui lebih jauh tentang KB dan kemungkinan informasi yang didapat oleh responden diperoleh dengan baik, baik dari media massa maupun dari pihak-pihak terkait yang berkewajiban memberikan penyuluhan.

Adanya pengetahuan akan menimbulkan kesadaran seseorang yang akhirnya memicunya untuk berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tersebut (Notoadmojo, 2003). Semakin baik pengetahuan seseorang tentang suatu objek maka akan semakin tinggi kesadarannya untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil uji crosstab yaitu 56 responden yang berpengetahuan baik, sebagian besar memiliki sikap positif yaitu sebanyak 46 responden (82,1%).

5. Sikap pelajar Pesantren Aliyah tentang KB

Menurut Syafrudiin (2009) Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang dihendaki adanya reaksi individu. Reaksi evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sabagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai positif dan negatif, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. Dalam sikap positif, tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan, objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu (Azwar,2007, hal 81)


(58)

Berdasarkan tabel 5.4 pada pernyataan positif sebagian besar responden menjawab tidak setuju pada pernyataan mengenai tujuh mengenai keikut sertaan dalam penggunaan alat kontrasepsi untuk menggatur jumlah anak, disini responden memiliki sikap negatif. Kemungkinan sikap negatif responden karena kurang pengenalan tentang manfaat menggunakan alat kontrasepsi. Mungkin Ini bisa disebabkan lingkungan yang masih membatasi pengenalan KB kepada responden. Pada pernyataan negatif sebagian besar responden menjawab tidak setuju pada pernyataan mengenai KB adalah suatu bentuk pembunuhan, disini terlihat responden mempunyai sikap yang positif kemungkinan ini disebabkan mereka mengetahui dan merasakan tujuan dari program KB dikarenakan orang terdekat seperti orangtua dan guru mereka merupakan akseptor KB.

Berdasarkan hasil penelitian dari 71 responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif, yaitu sebanyak 58 responden (81.7%) hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar pelajar Pesantren Aliyah memiiki sikap positif tentang KB.

Menurut Purwanto (1999) pengetahuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan sikap seseorang. Dengan demikian, seseorang yang mempunyai pengetahuan baik tentang KB maka akan membentuk sikap yang positif pula tentang penerimaannya. Hal ini sesuai dengan hasil uji crosstab yaitu 46 responden (82,1%) dengan sikap positif memiliki pengetahuan yang baik tentang KB. Berarti pelajar Pesantren Aliyah sudah memahami bahwa program KB bertujuan untuk membentuk keluarga yang sejahterah, berkualitas dan bahagia.


(59)

6. Hubungan pengetahuan dengan sikap pelajar pesantren aliyah tentang KB Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0.849, maka tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p>0.05) artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap pelajar pesantren aliyah tentang KB atau dengan kesimpulan Ho gagal ditolak.

Kreech (2004) berpendapat bahwa individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakan akan merugikan dirinya. Ini dapat diartikan bahwa semakin seseorang mengerti dan memiliki pengetahuan yang baik tentang manfaat dan keuntungan KB, maka orang tesebut cenderung bersikap lebih positif . Tetapi tidak selamanya orang yang mempunyai pengetahuan baik akan memiliki sikap yang positif, atau sebaliknya yang mempunyai pengetahuan kurang akan memiliki sikap yang negatif.

Dari hasil penelitian ada beberapa responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi memliki sikap negatif tentang KB dan ada beberapa orang responden yang memiliki pengetahuan kurang tetapi memiliki sikap positif tentang KB. Dan dalam pembentukan sikap ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu pengaruh orang yang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama (Azwar,2005, hal 30).

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi pembentukan sikap kita. Seseorang yang biasanya dianggap penting bagi invidu adalah orangtua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, dan lain-lain. Dan dalam penelitian ini orang tua dan guru merupakan orang yang sangat mempengaruhi sikap responden tentang KB. Pengetahuan responden


(60)

yang sebagian besar baik dan sikap responden sebagian besar positif kemungkinan dikarenakan orangtua dan guru mereka juga merupakan akseptor KB.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan sikap. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan berisi sugesti yang dapat mengarahkan sikap seseorang. Salah satu bentuk informasi sugestif dalam media massa yaitu iklan yang selalu dimanfaatkan dalam memperkenalkan suatu produk atau program baru. Dalam hal ini, informasi dalam iklan selalu berisi hal yang positif sehingga dapat memberikan pengaruh afektif yang positif pula. Pengetahuan dan sikap responden yang positif ini juga dikarenakan media massa sudah banyak memperkenalkan program KB, sehingga walaupun ada beberapa responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tetapi mereka sudah memiliki sikap yang positif tentang KB.

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik buruk, garis pemisah antara boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dalam ajaran agama Islam tidak ada larangan tentang penggunaan KB, kecuali metode kontrasepsi permanen yang dilakukan tampa ada indikasi medis. Dari penelitian ini sebagian besar responden sudah memahami hal tersebut.

Dari beberapa faktor tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran akan pentingnya pengenalan program KB kepada pelajar sudah baik. Namun ada beberapa responden yang masih memiliki pengetahuan yang kurang dan sikap negatif tentang KB.


(61)

kemungkinan Ini dikarenakan faktor lingkungan setempat yang masih menganggap keluarga berencana adalah urusan pasangan yang sudah menikah dan merupakan hal yang kurang penting dipelajari oleh pelajar pesantren.


(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pengujian hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang keluarga berencana (KB) sebanyak 56 responden (78.9%)

2. Sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap keluarga berencana (KB) yaitu sebanyak 58 orang (81.7%)

3. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap pelajar pesantren aliyah tentang keluarga berencana (KB), karena diperoleh nilai p = 0.849

D. Saran

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Memberikan pengenalan yang lebih giat lagi kepada responden supaya responden mendapatkan informasi yang tepat dan akurat sehingga bisa memotivasi responden nantinya mau menggunakan alat kontrasepsi.

2. Pihak Pondok Pesantren Darull-Mukhisin

Agar dapat melaksanakan pendidikan atau pengenalan tentang program KB kepada pelajar pesantren agar mereka bisa mendapatkan informasi yang tepat dan akurat. Sehingga tidak ada lagi yang beranggapan bahwa KB dilarang dalam agama Islam.


(63)

3. Bagi Responden

Agar lebih meningkatkan pengetahuan khususnya tentang program KB, sehingga para pelajar memiliki bekal apabila nantinya akan membentuk sebuah keluarga dan bisa merasakan dampak positif dari program KB.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan dapat dikembangkan pada penelitian berikutnya dalam lingkuup yang lebih luas.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :Rineka Cipta. Arum, S., Sujiyatni, (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Jogjakarta : Mitra

Cendika.

Azwar, S., (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

BKKBN, (2005). Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan KB dan

Kespro 2005-2009. Jakarta.

(2010). Perkembangan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional Propinsi Sumatra Utara.Sumtra Utara.

Burns, A,. et al. (2009). Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Metode KB Yang Tepat

Untuk Anda. Yogyakarta : Perpustakaan Nasonal.

Everett, S., (2007). Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta : ECG. Handayani, S., (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka

Rihama.

Hartanto, H.,(2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Hidayat, (2010), Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisis Data. Cetakan ke empat,

Jakarta : salemba Medika.

Machfoedz, I., (2009). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya.

Martadisubrata, D., Sastrawinata, S., Saifudin, A.,dkk, (2005) . Buku Panduan Praktis


(65)

Melani, N., Setiawati, N., Estiwidani, D., dkk, (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Fitramaya

Notoadmojo, S, ( 2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan, Edisi 3, Jakarta : Rineka Cipta

(2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta (2003), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika

Martaadisoebrata, D., Sastrawinata, S., Saifuddin, B., (2005). Bunga Rampai Obstetri

dan Ginekologi Sosial, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo

Saifuddin, A,. Afandi, B., Baharudin, M., dkk, (2006). Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kontrasepsi II, Edisi 2 , Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono

Prawirohardjo.

Sarwono, (2005). Ilmu Kebidanan Cetakan ke Delelapan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo.

Siregar, S., (2010). Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers. Sugiyono, (2009). Statiska Untuk Penelitian, edisi 14, Bandung : Alfabeta.

Syafrudin, & Frutidhina, (2009). Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.

Thariq, T,. (2007). KB Cara Islam. Solo : PT Aqwam Media Profetika. Umran, (1997). Islam dan KB, Edisi 1, London : Lantera

Pinem, S., (2009). Kesehatan Reproduksi. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Purwanto, H. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Wahyuni, A. S, (2009). Statiska Kedokteran. Jakarta : Bamboedoea Comunication.


(66)

Widyastuti, Y., Rahmawati, A., Ningrum, Y., (2010). Kesehatan Reproduksi, Fitramaya : Yogyakarta.


(67)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Saya bernama Devi Malinda / 105102003 yang sedang menjalani Program Pendidikan D IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan program D IV Bidan Pendidik yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Pengetahuaan dengan Sikap Pelajar Pesantren Tentang Keluarga Berencana.

Adapun tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap pelajar pesantren tentang keluarga berencana. Menurut teori, dalam agama Islam praktik keluarga berencana di perbolehkan dengan syarat bukan penghalang kesuburan yang permanen dan selain itu bahan yang digunakan dalam pembuatan alat kontrasepsi berasal dari bahan yang halal. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pandangan tentang program, manfaat, dan tujuan dari program Keluarga Berencana.

Untuk melakukan penelitian ini saya akan diajukan pertanyaan seputar defenisi, manfaat,tujuan program keluarga berencana dan jenis-jenis alat kontrasepsi kepada pelajar pesantren.

Adapun hasil dari penelitian ini tidak akan memberikan dampak negatif bagi saudara. Saudara tidak dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai imformasi yang telah di berikan oleh saudara akan terjamin. Keikutsertaan saudara dalam penelitian ini adalah dengan sukarela. Bila saudara tidak bersedia, saudara berhak menolak diikutsertaan dalam penelitian ini dan tidak akan ada konsekuensi, perlakuan yang tidak layak maupun membeda-bedakan dengan yang lainnya.

Apabila saudara bersedia dan menyetujui pemeriksaan ini, harap menandatangani formulir sebagai tanda persetujuan. Atas partisipasi saudara saya ucapkan terimakasih.


(68)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

Umur : Jenis kelamin : Alamat :

Telah mendapat penjelasan dan memahami mengenai segala yang akan dilakukan terhadap saya. Dengan ini saya menyatakan setuju untuk diikutsertaan sebagai subjek dalam penelitian ini. Demikian surat persetujuan ini dibuat dalam keadaan dan tanpa paksaan.

Medan, 2010


(69)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PELAJAR PESANTREN ALIYAH TENTANG KELUARGA BERENCANA (KB)

Kode : Tanggal : Petunjuk pengisian :

1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban

2. Isi pertanyaan dengan memberi tanda checklist

3. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda 4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti

Kuesioner data demografi : Jenis kelamin :

Umur :

Suku : Kelas : Pekerjaan orang tua : Ibu : Ayah :

A. Pengetahuan

1. Apa yang dimaksud dengan program keluarga berencana (KB) ?

a. Suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi

b. Suatu usaha untuk pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi


(70)

c. Suatu cara pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dengan menggunakan alat kontrasepsi

2. Salah satu tujuan dari program keluarga berencana (KB) adalah ? a. Untuk mewujudkan keluarga yang sejahterah, berkualitas dan untuk

mencapai kesehatan reproduksi yang optimal

b. untuk mencapai derajat kesehatan keluarga yang lebih baik dan optimal c. untuk pengendalian jumlah penduduk

3. Siapa yang menjadi sasaran dalam program keluarga berencana (KB) ? a. Wanita usia subur (WUS)

b. Pasangan usia subur (PUS) c. Laki-laki usia subur

4. Salah satu manfaat KB bagi Ibu adalah ?

a. Unt uk menghindari atau mencegah kehamilan yang berulang kali dengan jarak waktu yang dekat

b. Untuk mengakhiri kahamilan yang tidak diinginkan c. Untuk meningkatkian taraf perekonomian keluarga

5. Alat kontrasepsi yang bermanfaat untuk menghindari kita dari infeksi menular seksual (IMS) adalah ?

a. Vasektomi (pengikatan pada saluran vas deferens) b. Kondom

c. Pil

6. Apa manfaat dari program KB bagi suami ?

a. Dapat memperbaiki kesehatan fisik, mental dan sosial memilik banyak waktu luang buat keluarga


(71)

b. Menghindari kekerasan dalam rumah tangga c. Menjaga keharmonisan keluarga

7. Apa manfaat program KB bagi anak ?

a. Dapat memberikan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata.

b. Memperbaiki kesehatan fisik, mental dan sosial c. Menghindari kekerasan dalam rumah tangga

8. Metode alat kontrasepsi permanen pada wanita adalah ? a. Vasektomi

b. Sterilisasi c. Suntikan

9. vasektomi adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh ? a. Wanita

b. Pria

c. Wanita dan pria

10.Usia yang bisa menggunakan kontrasepsi permanen adalah ? a. 20 tahun

b. >35 tahun

c. >35 tahun, yang telah memiliki 2 orang anak

11.Dalam program KB kita dapat memperoleh pelayanan ? a. Konseling masalah reproduksi

b. Pemeriksaan kehamilan c. Pertolongan Persalinan


(72)

12.Program KB bisa dilaksanakan oleh ? a. Wanita

b. Pria

c. Wanita dan pria

13.Jarak kelahiran yang paling baik adalah ? a. 1 tahun

b. 6 bulan c. 2-4 tahun

14.Yang tidak termasuk ruang lingkup program KB ? a. Penggunaan alat kontasepsi sebelum nikah b. Pendidikan sex ( sex education)

c. Konseling

15.Dalam memilih alat kontrasepsi kita perlu persetujuan dari ? a. Keluarga

b. Suami


(1)

Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Kuesioner r tabel r hitung Status Nilai alpha Status

Pengetahuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sikap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,623 0,762 0,889 0,633 0,762 0,889 0,792 0,762 0,910 0,792 0,889 0,762 0,762 0,889 0,673 0,792 0,601 0,938 0,606 0,687 0,888 0,934 0,797 0,848 0,688 0,755 0,689 0,757 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 0,689 0.758 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Rreliabel Reliabel Reliabel


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Devi Malinda

Tempat/ Tanggal lahir : Palung 14 februari 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara Agama : Islam

Alamat : Palung Danau Bingkuang RT.01/02 Kec.Tambang Kab.Kampar

DATA ORANG TUA

Nama ayah : Marjoni Pekerjaan : Wiraswasta Nama ibu : Ambrina Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Palung Danau Bingkuang RT.01/02 Kec.Tambang Kab.Kampar

PENDIDIKAN

Tahun 1992-1993 : TK Nusantara Tahun 1993-2000 : SDN 008 Tambang Tahun 2000-2003 : SMPN 003 Kampar Tahun 2003-2006 : SMUN 1 Kampar

Tahun 2006-2009 : Universitas Abdurab Pekanbaru Riau

Tahun 2010-2011 : Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fkep USU Medan


Dokumen yang terkait

ANALISIS TENTANG POLA PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH (Studi kasus di pondok pesantren Hidayatullah – Jember)

0 6 19

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN NURUL QURAN DESA JUMOYO Hubungan Antara Sikap Dengan Kejadian Penyakit Skabies Di Pondok Pesantren Nurul Quran Desa Jumoyo Kidul Kabupaten Magelang.

0 5 15

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN NURUL QURAN DESA JUMOYO Hubungan Antara Sikap Dengan Kejadian Penyakit Skabies Di Pondok Pesantren Nurul Quran Desa Jumoyo Kidul Kabupaten Magelang.

0 1 15

MANAJEMEN PONDOK PESANTREN (STUDI KASUS TENTANG PENGELOLAAN SANTRI PADA PONDOK PESANTREN DARULARAFAH KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA).

0 1 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SKABIESDENGAN TIMBULNYA KEJADIAN SKABIES DI PONDOK Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Timbulnya Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalam Sukoharjo.

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA PONDOK PESANTREN Hubungan Antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Pada Siswa (Santri) Pondok Pesantren.

0 0 11

Hubungan antara skabies dengan kualitas tidur di pondok pesantren miftakhurrosyidin Halaman depan 03

0 0 11

ANALISIS SIKAP TOLERANSI SANTRI MADRASAH ALIYAH PADA PONDOK PESANTREN KHULAFAUR RASYIDIN KABUPATEN KUBU RAYA

0 0 15

SKRIPSI HUBUNGAN SANITASI PONDOK PESANTREN DENGAN KEJADIAN ISPA DI PONDOK PESANTREN ASSALAFI AL-FITHRAH SURABAYA

0 1 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok pesantren 1. Pengertian pondok pesantren - KAJIAN TENTANG PENDIDIKAN MORAL DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA RAWALO - repository perpustakaan

0 2 25