STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 20 Tabel 3.17 Banyaknya penderita baru rawat jalan di puskesmas dan rumah sakit menurut
jenis penyakit di Propinsi Lampung tahun 2007
JENIS PENYAKIT PUSKESMAS
RUMAH SAKIT
JUMLAH 1. Difteria Defteria
7 10
17 0,00
2. Batuk Rejan Whooping cough 523
75 598
0,05
3. Tetanus Tetanus 20
29 49
0,00
4. Poliomylitis Akut Acute Poliomylitis -
10 10
0,00
5. Campak Measies 734
164 898
0,08
6. Kolera Cholera -
124 124
0,01
7. Disentri Diare Berdarah Dysentri 25.695
- 25.695
2,36
8. Diare Diarhea 69.087
8.126 77.213
7,10
9 TBC Paru BTA BTA Pleurisy Tuberculosis 4.522
4.086 8.608
0,79
10. TBC Miningitis Miningitis Tuboercolusis -
2 2
0,00
11. TBC Extra Pulmaner Extra Pulmaner TBC 801
7.493 8.294
0,76
12. TBC Paru Klinis Clinical Pleurisy
2.961 -
2.961 0,27
13. Kusta PB PB Leprosy 215
25 240
0,02
14. Kuata MB MB Leprosy 32
- 32
0,00
15. Sipilisis Shipilis 302
5 307
0,03
16. Infeksi Gonokok Infection Gonokok 439
16 455
0,04
17. Frambosia Frambosia 5
- 5
0,00
18. Pneumonia Pneumonia 555.182
484 555.666 51,09
19. Demam Tifoid Typus Perut Klinis Tifoid fever 45.101
3.120 48.221
4,43
20. Hepapitis Klinis Clinical Hepapitis 2.358
686 3.044
0,28
21. Rabies Rabies 3
8 11
0,00
22. Demam Berdarah Dengue DBD 4.470
935 5.405
0,50
23. Malaria Klinis Clinical Malaria 52.640
1.305 53.945
4,96
24. Malaria Falsifarum Falcifarum Malaria 3.207
- 3.207
0,29
25. Malaria Vivax Vivax Malaria
4.161 -
4.161 0,38
26. Malaria Mix Mix Malaria 592
- 592
0,05
27. Tetanus Neonatorium Neonatorium Tetanus
15 9
24 0,00
28. Filariasis Filariasis 12
5 17
0,00
29. Typhoid Typus Perut Widal -
- 0,00
30. Lain-lain Others - 287.839
287.839 26,46 TOTAL
773.084 314.556 1.087.640 100
Sumber: BPS Provinsi Lampung 2009 Keterangan: tidak tersedia data 2008
Penyakit yang banyak menyerang adalah pneumonia 51,1. Lainnya adalah diare 7,1 dan malaria klinis 4,96. Pneumonia atau radang paru adalah bagian dari penyakit infeksi
pneumokokus invasif IPD yang merupakan sekelompok penyakit karena bakteri streptococcus pneumoniae
. Kuman pneumokokus dapat menyerang paru-paru, selaput otak, atau masuk ke pembuluh darah hingga mampu menginfiltrasi organ lainnya. Radang paru-
paru adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit menahun.
Kelompok usia paling rentan menderita IPD adalah bayi dan anak-anak usia kurang dari dua tahun yang ditandai dengan gejala demam tinggi, menggigil, batuk, dan sesak napas.
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 21 Penyakit diare sangat erat kaitannya dengan sanitasi perumahan warga masyarakat yang
memang saat ini masih banyak yang belum memenuhi standar kesehatan. Rumah-rumah tak layak huni yang banyak terdapat di berbagai tempat di Provinsi Lampung tidak
mempunyai sarana MCK, sumber air bersih dan tempat pembuangan sampah. Kebiasaan di desa untuk membuang air besar di mana-mana dilakukan pula di sini. Demikian pula dalam
kebiasaan membuang sampah, sementara pelayanan sanitasi di kota terbatas, sehingga menyebabkan penyebaran penyakit lebih cepat dan meluas.
Penyakit malaria klinis yang banyak menyerang masyarakat disebabkan sebagian besar wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Lampung, terutama di wilayah Lampung
Selatan dan Kabupaten Pesawaran, merupakan daerah endemi malaria. Penyakit malaria banyak menyerang masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
tersebut.
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 22
PERTANIAN
1 Kebutuhan Air
Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam produksi pangan. Jika air tidak tersedia maka produksi pangan akan terhenti. Ini berarti bahwa sumberdaya air menjadi
faktor kunci untuk keberlanjutan pertanian khususnya pertanian beririgasi. Pertanian berkelanjutan sustainable agriculture secara sederhana diartikan disini sebagai upaya
memelihara, memperpanjang, meningkatkan dan meneruskan kemampuan produktif dari sumberdaya pertanian untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan. Guna mewujudkan
pertanian berkelanjutan, sumberdaya pertanian seperti air dan tanah yang tersedia perlu dimanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Kebutuhan akan sumberdaya air dan
tanah cenderung meningkat akibat pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup, sehingga kompetisi dalam pemanfaatannya juga semakin tajam baik antara sektor
pertanian dengan sektor non pertanian maupun antar pengguna dalam sektor pertanian itu sendiri.
Terjadinya krisis air dapat dipicu oleh sikap dan perilaku masyarakat yang cenderung boros dalam memanfaatkan air karena air sebagai milik umum common property dianggap tidak
terbatas adanya dan karenanya dapat diperoleh secara cuma-cuma atau gratis. Padahal, air sebagai sumberdaya alam, adalah terbatas jumlahnya karena memiliki siklus tata air yang
relatif tetap. Ketersediaan air tidak merata penyebarannya dan tidak pernah bertambah. Selain itu tingkat efisiensi pemanfaatan air melalui jaringan irigasi yang masih rendah
kiranya dapat menjadi kendala dalam upaya menurunkan IPA indeks penggunaan air. Diperoleh informasi bahwa dari penelitian di berbagai negara Asia kurang lebih 20 air
irigasi hilang di perjalanan mulai dari dam sampai ke jaringan primer; 15 hilang dalam perjalanannya dari jaringan primer ke jaringan sekunder dan tersier; dan hanya 20 yang
digunakan pada areal persawahan secara tidak optimal. Diperkirakan tingkat efisiensi jaringan irigasi hanya sekitar 40 Yakup dan Nusyirwan, 1997.
Terkait dengan kebutuhan air untuk di pertanian sawah di Provinsi Lampung, data dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 secara jelas
disajikan pada Tabel 3.18 dan Tabel 3.19. Kedua tabel tersebut menyajikan data prediksi kebutuhan air untuk sawah untuk periode musim tanam 2009-2010. Berdasarkan Tabel
3.18, DI Way Rarem yang termasuk dalam UPT BPSDA Wilayah III dapat mengairi sawah hingga musim tanam dapat berlangsung tiga kali. Kebutuhan air tertinggi berlangsung pada
bulan Januari dengan rata-rata debit air 24,03 m
3
detik; sedangkan terendah pada bulan September-Oktober. DI Way Rarem direncanakan pada musim tanam rendeng 20092010
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 23 November-Mei akan mengairi sawah seluas 13.559,50 ha; sedangkan saat musim tanam
gadu 2010 April-September akan mengairi sawah seluas 7.506,75 ha. Tabel 3.18 Prediksi kebutuhan air untuk sawah di DI Way Rarem UPTD BPSDA Wil. III
dengan tiga musim tanam tahun 2009-2010 Satuan: m
3
det
MUSIM TANAM No.
BULAN 1
2 3
1 Oktober
2 November
7,16 7,15
3 Desember
14,83 17,75
20,67 4
Januari 24,55
24,03 23,5
5 Februari
22,74 20,97
19,2 6
Maret 15,42
12,44 9,46
7 April
10,59 12,76
14,92 8
Mei 12,77
12,58 12,39
9 Juni
12,39 12,39
12,39 10
Juli 10,51
9,51 8,51
11 Agustus
4,4 4,4
12 September
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 Berdasarkan Tabel 3.19 dan Gambar 3. 4 diketahui bahwa kebutuhan air tertinggi terdapat
pada lahan sawah di daerah irigasi DI Sekampung dan Punggur Utara yang mencapai puncaknya pada Januari-Februari. Kebutuhan air diprediksi cukup tinggi karena pada saat
itu merupakan puncak musim hujan. Daerah Irigasi DI Sekampung mengairi sawah seluas 15.271 ha; sedangkan DI Punggur Utara 30.946,5 ha. Dengan luas total lahan sawah
sekitar 46.217,5 ha diprediksi Daerah Irigasi Sekampung dan Punggur Utara membutuhkan air yang cukup tinggi. Kebutuhan air tertinggi diprediksi terjadi pada MT II di bulan Januari
dengan debit air mencapai 82.920 literdetik. Memasuki musim kemarau musim tanam gadu yang berlangsung bulan April-September, ketersediaan air semakin menurun dan
diprediksi banyak sawah yang tidak mendapatkan pasokan air sehingga tidak ditanami. Di UPT BPSDA Wilayah I terdapat daerah irigasi DI Way Semangka. Diprediksi saat
musim tanam I rendeng Bendungan Way Semangka akan mengairi sawah seluas 1.154 ha; sedangkan saat musim tanam II gadu luas sawah yang akan diairi adalah 923 ha.
Kebutuhan air tertinggi diprediksi terjadi pada Februari dengan debit air 7.242 literdetik.
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 24 Tabel 3.19 Prediksi kebutuhan air untuk sawah berdasarkan daerah irigasi DI dengan dua musim tanam di Provinsi Lampung 2009-2010 literdet
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
UPTD BPSDA Wil. II : Sekampung dan Punggur Utara
50 50
4.111 15.799 28.199
48.172 58.136
82.920 79.883 71.211 65.009
54.470 49.459 38.948 33.903
22.498 26.059
23.813 20.609
13.689 11.016 6.047
50 50
Raman Utara 2.801
2.801 7.657
7.657 6.999
6.999 5.746
5.746 3.548
3.548 823
823 823
823 823
823 823
Batanghari Utara 5.103
5.103 8.268
8.268 7.778
7.778 5.495
5.495 4.037
4.037 2.122
2.722 2.722
2.722 1.741
1.741 600
600 Kali Pasir
Tipo Balak 1.234
1.234 809
809 809
809 247
247 503
503 393
393 393
393 112
112 UPTD Bangun Rejo
2.357 3.429
2.618 2.332
2.332 2.332
1.257 710
1.479 1.817
1.546 1.419
1.419 1.419
726 405
129
UPTD BPSDA Wil. I : Way Tebu IV
Way Semangka 5.033
5.035 6.120
6.122 7.242
7.242 5.509
2.456 4.021
3.512 3.720
3.405 3.050
3.142 2.890
1.151 Way Ngarip I
Way Tebu I, II 1.030
1.140 1.282
1.641 108
108 99
1.245 1.188
1.245 Way Tebu III
Way Ngison 1.884
6.278 6.278
7.776 7.776
6.285 6.285
5.338 2.198
3.804 3.804
3.844 3.844
3.828 3.828
3.261 1.901
Way Napal Way Padang Ratu I
Pujorahayu Way Negara Ratu
Way Ketibung Way Sulan
Way Biha
BULAN DAN MUSIM TANAM DAERAH IRIGASI
Juni Juli
Agustus September
Februari Maret
April Mei
Oktober November
Desember Januari
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009; Keterangan: tidak ada data
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000 80000
90000
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
I II
Okt Nov
Des Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep
BULAN DAN MUSIM TANAM K
e bu
tu ha
n a ir
l ite
r d
t
Sekampung dan Punggur Utara Raman Utara
Batanghari Utara Tipo Balak
UPTD Bangun Rejo
Gambar 3.4 Grafik prediksi kebutuhan air untuk sawah di wilayah kerja UPTD BPSDA Wilayah II
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 25
2 Kebutuhan Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan
baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik mineral. Jenis-jenis pupuk yang umum digunakan dalam pertanian dan perkebunan adalah urea, SP36, ZA,
NPK, dan pupuk organik. Umumnya pemerintah memberikan subsidi pupuk tersebut kepada para petani untuk meningkatkan produksi pertanian, perkebunan, perikanan, dan
peternakan. Kebutuhan pupuk di Provinsi Lampung selama tahun 2008 cukup tinggi mengingat luasnya
lahan pertanian dan perkebunan yang ada. Namun demikian, tidak semuanya dapat terpenuhi. Berdasarkan data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Lampung 2009 diketahui bahwa realisasi penyaluran pupuk bersubsidi di Provinsi Lampung pada tahun 2008 mencapai 380.243 ton, yang terdiri dari urea 288.127 ton, SP36
37.308 ton, ZA 9.331 ton, NPK Phonska 44.622 ton dan pupuk organik 855 ton. Kebutuhan pupuk tertinggi biasanya terjadi pada musim tanam, yaitu antara bulan November-Maret.
Tabel 3.20 Realisasi penyaluran pupuk bersubsidi di Provinsi Lampung per bulan tahun 2008
Bulan Urea
SP36 ZA
NPK Phonska Organik
Jan 37.620,0
3.059,0 494,0
4.436,9 ---
Feb 25.556,0
2.690,0 698,0
4.840,1 ---
Mar 25.515,0
8.635,2 568,5
3.734,9 ---
Apr 27.385,0
3.296,0 491,7
4.122,5 ---
Mei 19.053,0
3.600,0 1.226,0
4.246,6 ---
Jun 22.138,0
1.504,0 1.093,3
2.957,4 ---
Jul 21.647,0
2.626,0 939,0
3.989,0 57,0
Agt 12.141,0
2.116,0 728,0
3.647,0 78,0
Sep 17.185,0
2.969,5 1.402,3
3.969,3 160,0
Okt 19.077,0
3.107,0 677,0
3.425,0 141,0
Nov 28.306,0
3.071,3 789,0
2.458,0 129,0
Des 32.504,0
634,0 231,0
2.695,0 290,0
Jumlah 288.127,0
37.308,0 9.331
44.622 855,0
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 Keterangan: meliputi penggunaan untuk bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
Berdasarkan data pada Tabel 3.21, penyaluran pupuk bersubsidi di Provinsi Lampung tertinggi terdapat di Kabupaten Lampung Tengah 19,69, disusul Lampung Timur
17,10 , Tulang Bawang 15,82, dan Lampung Selatan 12,56. Kabupaten- kabupaten tersebut memang memiliki lahan pertanian yang cukup luas dibandingkan
dengan kabupaten lainnya.
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 26 Tabel 3.21 Realisasi penyaluran pupuk bersubsidi di Provinsi Lampung menurut kabupatenkota tahun 2008
Urea SP 36
ZA NPK Phonska
Pupuk Organik Realisasi
Realisasi Realisasi
Realisasi Realisasi
No. KabupatenKota
Alokasi jumlah
Alokasi jumlah
Alokasi jumlah
Alokasi jumlah
Alokasi jumlah
1 Lampung Selatan
42,701 36,683
86 7,208
4,894 68
776 982 127
6,810 5,080
75 2,500
147 6
2 Pesawaran
12,507 12,316
98 8,117
1,176 14
137 374 273
1,845 1,244
67 500
25 5
3 Lampung Tengah
55,179 57,511 104
8,117 7,094
87 855
1,280 150 7,698
8,923 116 2,300
104 5
4 Lampung Timur
47,223 53,051 112
7,022 4,695
67 687
1,237 180 7,580
5,984 79
2,200 93
4 5
Bandar Lampung 1,924
1,096 57
228 186
82 30
36 120 209
190 91
100 3
3 6
Tanggamus 26,403
25,207 95
4,510 4,016
89 576
1,079 187 3,518
4,312 123 1,800
100 6
7 Lampung Barat
16,630 16,875 101
2,669 1,599
60 1,420
644 45
3,105 1,915
62 200
48 24
8 Metro
3,007 2,365
79 512
296 58
38 36
95 477
373 78
200 9
Tulang Bawang 41,267
47,812 116 7,167
5,157 72
1,838 1,527
83 5,604
5,559 99
1,000 127
13 10 Lampung Utara
20,762 18,746
90 4,475
4,580 102 451
1,356 301 5,815
6,041 104 1,000
144 14
11 Way Kanan 16,397
17,465 107 3,658
3,614 99
307 631 206
2,939 4,443 151
200 64
32
Jumlah 284,000
289,127 102 53,683
37,308 69
7,115 9,331 129
45,600 44,622
99 12,000
855 7
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 Keterangan: meliputi penggunaan untuk bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 27
3 Alih Fungsi Lahan Pertanian
Perubahan spesifik dari penggunaan lahan untuk pertanian ke pemanfaatan bagi non pertanian yang kemudian dikenal dengan istilah alih fungsi konversi lahan, kian waktu kian
meningkat. Fenomena ini tentunya dapat mendatangkan permasalahan yang serius di kemudian hari jika tidak diantisipasi secara serius. Implikasinya, alih fungsi lahan pertanian
yang tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan, dan bahkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian sosial.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian, kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian cenderung terus meningkat. Kecenderungan
tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama
lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif. Menurut Irawan 2005, hal tersebut disebabkan oleh dua faktor. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan
atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong
meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat
merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan. Wibowo 1996 menambahkan bahwa pelaku pembelian tanah biasanya bukan penduduk setempat, sehingga
mengakibatkan terbentuknya lahan-lahan guntai yang secara umum rentan terhadap proses alih fungsi lahan.
Secara empiris lahan pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh : 1 kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai
agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi; 2
daerah pesawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan; 3 akibat pola pembangunan di masa sebelumnya, infrastruktur wilayah pesawahan pada umumnya
lebih baik dari pada wilayah lahan kering; dan 4 pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah
bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan.
Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di Provinsi Lampung selama tahun 2008 tercatat seluas 3.371,25 ha yang mencakup beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten
Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Tanggamus. Alih fungsi lahan di Kabupaten Tulang Bawang merupakan yang terbesar di antara kebupaten lainnya, yaitu mencapai 69,22 atau
seluas 2.333,75 ha. Menurut informasi Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009, sebagian besar lahan-lahan pertanian tersebut telah berubah
menjadi perkebunan sawit yang memang saat ini harga komoditas perkebunan tersebut relatif menguntungkan.
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 28 Tabel 3.22 Alih fungsi lahan pertanian di Provinsi Lampung tahun 2008
No. Kabupaten
Kecamatan Luas ha
Abung Semuli 21,00
Abung Timur 314,00
Abung Surakarta 423,75
1 Lampung Utara
Muara Sungkai 135,75
Tumi Jajar 448,00
Tulang Bawang Udik 945,75
2 Tulang Bawang
Tulang Bawang Tengah 940,00
3 Tanggamus
Pagelaran 143,00
Jumlah 3.371,25
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 Keterangan: data sampai dengan September 2008
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 29
INDUSTRI
1 Industri yang Berpotensi Mencemari Air
Di Provinsi Lampung terdapat berbagai jenis industri yang dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok, yaitu: industri makanan dan minuman, pulp, kopi, udang beku, nanas
kaleng, lada hitam, gula, batubara, minyak kelapa, MSG, minyak sawit dan CPO, karet, kakao, ethanol, tepung tapioka, dan lain-lain. Sebagian besar industri yang ada di Lampung
tersebut merupakan industri pengolah hasil pertanian agroindustri. Komoditas agroindustri ini beberapa di antaranya merupakan komoditas ekspor unggulan Provinsi Lampung.
Dalam proses produksinya, sebuah industri juga menghasilkan limbah, baik limbah padat, cair, maupun gas. Volume limbah yang dihasilkan bergantung pada kapasitas produksi,
jumlah bahan baku dan bahan penolong, serta banyaknya air yang digunakan dalam proses produksi. Agroindustri merupakan industri yang juga berpotensi mengakibatkan pencemaran
lingkungan, khususnya pencemaran perairan, karena industri ini memerlukan banyak air dalam proses produksi. Sebagai contoh, industri tapioka menghasilkan limbah cair sebanyak
55 meter kubik per ton tepung tapioka, industri gula sebanyak 35 meter kubik per ton produk gula, industri kertas sebanyak 80 meter kubik per ton produk kertas kering udara, industri
karet sebanyak 35 meter kubik per ton produk karet, serta industri pengolahan minyak kelapa sawit sebanyak 5,5 meter kubik perton produk sawit mentah CPO.
Industri-industri yang ada di Provinsi Lampung berpotensi mencemari lingkungan jika limbahnya tidak mendapat perlakuan sebagaimana mestinya, mengingat kandungan
kandungan bahan organik yang ada pada buangan industri tersebut. Jika penanganan limbah industri tersebut tidak sempurna maka akan membahayakan lingkungan perairan.
Sebuah industri tapioka yang menghasilkan 60 ton tepung tapioka dalam satu hari sekaligus menghasilkan limbah cair sebanyak 3.300 meter kubik dengan BOD sebesar 30 ribu ppm.
Apabila limbah cair ini langsung dibuang ke perairan umum, perairan itu akan mengalami pencemaran berat. Dengan demikian, perairan itu tidak sesuai lagi dengan peruntukannya
dan kehidupan biota perairan terganggu atau mati. Untuk mencegah dampak ini, industri tapioka tersebut wajib mengolah limbah cair sampai BOD menjadi 150 ppm sehingga aman
dibuang ke perairan umum. Produksi bersih adalah industri yang dalam proses produksinya tidak merusak dan
mencemari lingkungan. Artinya, dalam menghasilkan suatu produk, industri itu tetap menjaga kualitas dan daya dukung lingkungan. Salah satu agroindustri yang dapat
dikategorikan sebagai industri dengan produksi bersih adalah perusahaan perkebunan dan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang menerapkan land application. Limbah padat
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 30 disebar ke areal kebun sebagai mulsa dan limbah cair setelah diolah juga dialirkan ke areal
kebun. Selain limbah tidak masuk ke perairan umum, ternyata TBS dapat meningkat 15-25 persen.
Dari hasil kajian Wiryawan dkk 2002 diketahui bahwa nilai BOD, COD, dan pH berbagai limbah industri yang ada di Lampung memiliki potensi untuk mencemari lingkungan Tabel
3.23. Tabel 3.23 Kisaran nilai BOD, COD, dan pH beberapa limbah industri di Lampung
No. Jenis Industri
BOD mgl COD mgl
pH
1 Makanan dan minuman
63-149 130-327
7,0-8,0 2
Kelapa sawit 109-348
248-625 7,0-8,5
3 Karet
89-140 198-324
6,0-8,0 4
Marmer 33-217
70-419 6,0-7,0
5 Bahan kimia
91-147 185-290
8,5-10 6
Pengolahan kelapa 44-125
109-247 7,0
7 Penyedap rasa MSG
92-295 190-505
5,0-7,5 8
Kertas 650-1.113
1.240-2.174 6,0-9,5
9 Pengolahan kayu
54-59 118-125
7,5-8,0 10
Sabun 76-90
115-182 7,0-7,5
11 Gula
51-398 108-1.910
4,5-9,0 12
Tapioka 47-1.427
96-2.972 4,0-9,0
13 Asam sitrat dan sarbitol
105-230 215-480
7,0-7,5 14
Asam sitrat dan tapioka 100-120
208-256 6,0-7,0
15 Tapioka dan nanas
79-120 180-242
6,0-7,0 Sumber: Wiryawan dkk 2002
Keterangan: sample diukur dari outlet Berdasarkan data BPLHD Provinsi Lampung 2009 diketahui setidaknya terdapat 82
perusahaan yang berpotensi mencemari lingkungan perairan yang tersebar di berbagai kabupatenkota di Provinsi Lampung. Perusahaan-perusahaan tersebut menjadi obyek
pengawasan BPLHD Provinsi Lampung terkait kegiatan Proper tahun 2009.
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 31 Tabel 3.24. Daftar perusahaan yang menjadi obyek pengawasan BPLHD Provinsi Lampung tahun 2009
No Nama Perusahaan
Jenis Produksi LA atau
Non LA Lokasi Anak Sungai Terdekat
Wilayah DAS OFFON KABUPATEN TULANG BAWANG
1 PT. TBL PKS MESUJI
CPO Non LA
W.BrasbrasanW.Buaya W.Mesuji
ON
2 PT. BUDI ACID JAYA BAJ BUJUK
Tapioka Non LA
W.Bujuk W.T.Bawang
ON
3 PT. SILVA INHUTANI LAMPUNG
Karet Non LA
W.Buaya W.Mesuji
ON
4 PT. BAJ Unit VI
Tapioka Non LA
W.Pidada W.T.Bawang
ON
5 PT. SIP MILL SUNGAI MERAH
CPO LA
W.Pidada W.T.Bawang
ON
6 PT. SIP MILL SUNGAI BUAYA
CPO LA
W.Buaya W.Mesuji
ON
7 PT. INDO LAMPUNG PERKASA
Gula Non LA
W.Terusan W.Seputih
ON
8 PT. SWEET INDO LAMPUNG
Gula Non LA
W.Terusan W.Seputih
ON
9 PT. TWBP BANJAR AGUNG
Tapioka Non LA
W.Pidada W.T.Bawang
ON
10 PT. WKAP MENGGALA
Tapioka Non LA
W.TeloPidada W.T.Bawang
ON
11 PT. HUMA INDAH MEKAR
Karet Non LA
ON
12 PT. BAJ PENUMANGAN
Tapioka Non LA
OFF
13 PT. BUMI TAPIOKA JAYA
Tapioka Non LA
Way Kiri W.T.Bawang
OFF KABUPAT EN WAY KANAN
14 PT. BUDI LAMPUNG SEJAHTERA
Karet Non LA
W.Hujau-Hanakau-Sungkai W.T.Bawang
OFF
15 PT.AGRO BM
CPO Non LA
Way Hanakau-W.Kiri W.T.Bawang
ON
16 PT. KENCANA AP.
Nenas Non LA
Kali-W.Besai-W.Kanan W.T.Bawang
ON
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 32 Tabel 3.24 Lanjutan
No Nama Perusahaan
Jenis Produksi LA atau
Non LA Lokasi Anak Sungai Terdekat
Wilayah DAS OFFON
17 PT. BAJ GIHAM
Tapioka Non LA
W.Giham-W.Kanan W.T.Bawang
ON
18 PTPN. UU TULUNG BUYUT
Karet Non LA
ON
19 PT. PALM LAMPUNG PERSADA
CPO LA
ON KABUPATEN LAMPUNG UTARA
20 PT.BAJ KETAPANG
Tapioka Non LA
W.MelungunW.Sungkai W.T.Bawang
ON
21 PT.BAJ PAKUAN
Tapioka Non LA
W.AbungW.Kiri W.T.Bawang
ON
22 PT.TWBP LUHUR PMD
Tapioka Non LA
W.Pengubuan W.Seputih
ON
23 PT.TWBP KALICINTA
Tapioka Non LA
W.AbungW.Kiri W.T.Bawang
ON
24 PTPN VII UU BUNGA MAYANG
Gula Recycle
W.SungkaiW.Kiri W.T.Bawang
ON
25 PT.POLA PULPINDO MANTAP
Kertas Non LA
ON
26 PT.FM.TULUNG BUYUT
Tapioka Non LA
W.BuluhW.Sungkai W.T.Bawang
ON KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
27 PT.ACID-III
Asam.Sitrat Non LA
W.Miring W.T.Bawang
ON
28 PT.BUDI BRITISH BP
Sorbitol Non LA
W.Miring W.T.Bawang
ON
29 PT.BAJ TAP. WAY ABUNG
Tapioka Non LA
W.Miring W.T.Bawang
ON
30 PT.TWBP GN. BATIN
Tapioka Non LA
W.Terusan W.Seputih
ON
31 PT.GGP II EX MAC
Tapioka Non LA
W.Terusan W.Seputih
OFF
32 PT. GUNUNG MADU PLANTATION
Gula Non LA
W.PutakW.Pengubuan W.Seputih
ON
33 PT.GULA PUTIH MATARAM
Gula Non LA
W.MerawanW.Terusan W.Seputih
ON
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 33 Tabel 3.24 Lanjutan
No Nama Perusahaan
Jenis Produksi LA atau
Non LA Lokasi Anak Sungai Terdekat
Wilayah DAS OFFON
34 PT.INDO LAMPUNG DISTILLERY
Etanol Non LA
W.MerawanW.Terusan W.Seputih
ON
35 PT.BAJ GN.AGUNG
Tapioka Non LA
ON
36 PT.GGP I ex.UJF
Tapioka Non LA
W.kecubungW.Pengubuan W.Seputih
ON
37 PT.GGP ex.GGPC
Nenas Non LA
W.kecubungW.Pengubuan W.Seputih
ON
38 PT.BAMBU PRIMA ex SFH
Kertas Budaya Non LA
W.kecubungW.Pengubuan W.Seputih
OFF
39 PT.BAJ ACID 2
As.Sitrat Non LA
W.J.ItungW.Pengubuan W.Seputih
ON
40 PT. BAJ ACID 1
As.Sitrat Non LA
W.J.ItungW.Pengubuan W.Seputih
ON
41 PT.BAJ TAP TERBANGGI
Tapioka Non LA
W.J.ItungW.Pengubuan W.Seputih
ON
42 PT.TBL-KEKAH
CPO LA
W.J.ItungW.Pengubuan W.Seputih
ON
43 PT.VEWONG BI
MSG Non LA
W.Seputih W.Seputih
OFF
44 PT.SINAR BAMBU KENCANA
Kertas Budaya Non LA
W.Seputih W.Seputih
ON
45 PT.BUDI SANWA S.
Tapioka Non LA
W.TL.KuyaiW.Seputih W.Seputih
ON
46 PT.BAJ BUYUT
Tapioka Non LA
W.TL.KuyaiW.Seputih W.Seputih
ON
47 PTPN VII UU BEKRI
CPO LA
W.TipoW.Seputih W.Seputih
ON
48 PT.WIRA TM
Tapioka Non LA
OFF
49 PT.FM-BUMINABUNG
Tapioka Non LA
OFF KABUPATEN PESAWARAN
50 PT.PARINDO PERMAI
Papan Partikel Non LA
Irigasi Bekri-Rumbia W.Seputih
ON
51 PTPN VII UU.W.BERULU
Karet Non LA
Kali Kebagusan-W.Sekampung W.Sekampung
ON
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 34 Tabel 3.24 Lanjutan
No Nama Perusahaan
Jenis Produksi LA atau
Non LA Lokasi Anak Sungai Terdekat
Wilayah DAS OFFON
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
52 PT.FM SKRJ-NB
Tapioka Non LA
W.Batanghari W.Pegadungan
ON
53 PT.BAJ LABUAN RATU
Tapioka Non LA
W.Penet Muara Penet
ON
54 PT.UMAS JAYA AGROTAMA
Tapioka Non LA
Way Buhong W.Sekampung
ON
55 PT.ALFA.I.A
Tapioka Non LA
W.Batanghari W.Pegadungan
OFF
56 PT.WIRA KAP. KDT
Tapioka Non LA
Way Raman-W.Btg.Hari W.Pegadungan
ON
57 PT.KIRIN MIWON FOODS
Nucletic Seasoning Non LA
Way Buhong W.Sekampung
ON
58 PT.SORINI .A.C
Tapioka Non LA
W.Batanghari W.Pegadungan
ON KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
59 PT.KONVERTA MITRA ABADI
Kertas Kemasan Non LA
Parit-kali-Way Sekampung W.Sekampung
ON
60 PT. COCA-COLA
Soft Drink Non LA
W.Sukanegara-Galih W.Sekampung
ON
61 PT.FM-KATIBUNG
Tapioka Non LA
W.Sulan W.Sekampung
ON
62 PT.SARI SEGAR HUSADA
Tepung Kelapa Non LA
Parit-Laut Teluk Lampung
ON
63 PTPN VII UU.KEDATON
Karet Non LA
W.Galih W.Sekampung
ON
64 PTPN VII UU. PEWA
Karet Non LA
Parit-W.Kandis W.Sekampung
ON
65 PT.INDOFOOD SM
Mie Instant Non LA
Parit-W.Galij W.Sekampung
ON
66 PT.DARMA
Tapioka Non LA
W.Kandis W.Sekampung
ON
67 PT.INDOWAN BP
Kertas Budaya Non LA
W.Semah W.Sekampung
OFF
68 PT.KEONG NA
Natadecoco Non LA
W.Tubalunik W.Sekampung
ON
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 35 Tabel 3.24 Lanjutan
No Nama Perusahaan
Jenis Produksi LA atau
Non LA Lokasi Anak Sungai Terdekat
Wilayah DAS OFFON
69 PT.PANJI SABURAI PUTRA
Rajungan Non LA
W.Galih Lunik W.Sekampung
ON
70 PTPN.VII UU REJOSARI
CPO LA
W.Sekampung W.Sekampung
ON
71 PLTU TARAHAN
Listrik Non LA
Parit-laut Teluk Lampung
ON KOTA BANDAR LAMPUNG
72 PT.TBL-W-LUNIK
M.Goreng Non LA
Way Lunik Teluk Lampung
ON
73 CV. WAY LUNIK
Sabun Non LA
Way Lunik Teluk Lampung
ON
74 PT.WAY KANDIS
Karet Non LA
Way Kandis W.Sekampung
ON
75 PT.GOLDEN SARI
Sari Manis Non LA
Way Balok OFF
76 PT.PHILLIPS SEAFOOD INDONESIA
Rajungan Non LA
ON
77 PT.ANDATU LESTARI PLYWOOD
Kayu Lapis Non LA
Teluk Lampung ON
78 PT. NESTLE IND
Kopi instant Non LA
Teluk Lampung ON
79 PT. BUKIT ASAM
Stockfle Batubara Non LA
Teluk Lampung ON
80 PT. SEMEN BATURAJA
Semen Portland Non LA
Teluk Lampung ON
81 PT. MUARA KELINGI
Karet Non LA
Way Garuntang OFF
82 CV. SINAR LAUT
M.Goreng Sabun Non LA
Way Garuntang ON
Sumber: BPLHD Provinsi Lampung 2009
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 36 Industri-industri yang terdapat di Kota Bandar Lampung, terutama yang berada di pinggiran
sungai, disinyalir telah menyebabkan pencemaran perairan sungai. Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan oleh Wiryawan dkk 2002, diketahui bahwa setidaknya terdapat 22
industri di DAS Way Kuala, 13 industri di DAS Way Lunik, 5 industri di DAS Way Pancoran, dan 2 industri di DAS Way Kunyit. Dari hasil pengukuran kualitas air sungai yang dilakukan
pada tahun 2007 diketahui bahwa sebagian besar sungai-sungai yang ada di Kota Bandar Lampung telah tercemar. Selain karena limbah rumah tangga, pencemaran tersebut diduga
juga berasal dari limbah industri.
Gambar 3.5 Kondisi Sungai Way Garuntang yang mengalami pencemaran Pengukuran kualitas air sungai yang dilakukan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa
beberapa sungai di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung yang bermuara ke Teluk Lampung, yaitu Way Keteguhan, Way Kuripan, Way Kunyit, Way KualaGaruntang, Way
Lunik dan Way Galih, secara visual telah mengalami penyempitan, pendangkalan, berair kotor dan berwarna hitam, serta terdapat banyak sampah rumah tangga.
Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa sebagian besar sungai-sungai yang bermuara di pesisir Kota Bandar Lampung telah mengalami pencemaran bahan organik
yang cukup tinggi. Nilai oksigen terlarut DO sebagian besar sungai, kecuali Way Sukamaju, berada di bawah baku mutu yang ditetapkan, yaitu 3 mgl, bahkan nilainya
mendekati nol. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar sungai tidak mendukung untuk kehidupan ikan maupun biota air lainnya. Demikian juga dengan nilai COD dan BOD yang
jauh melebihi ambang baku mutu. Nilai COD berkisar antara 145,4-236,3 mgl; nilai ini jauh
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 37 di atas baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP No.82 thn 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk Mutu Air Kelas III, yaitu 50 mgl. Nilai BOD berkisar antara 43,18-85,06 mgl yang berarti telah melebihi baku mutu berdasarkan
PP No.82 thn 2001, yaitu 6 mgl.
2 Industri yang Berpotensi Mencemari Udara
Industri-industri yang ada di Provinsi Lampung selain memiliki potensi untuk mencemari air juga berpotensi mencemari udara. Sebagai contoh, industri tapioka dan industri karet telah
menyebabkan pencemaran udara dalam bentuk bau yang sering dikeluhkan oleh warga masyarakat di sekitar pabrik tersebut. Limbah tapioka berpotensi menghasilkan gas
amoniak, H
2
S, dan methan; sedangkan industri karet akan menghasilkan polutan gas yang berupa campuran berbagai komponen, antara lain amoniak dan terpen.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Walhi Lampung pada tahun 2008 pernah melaporkan satu kasus pencemaran udara yang bersumber dari sebuah perusahaan tapioka
setempat kepada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Provinsi Lampung. Pengaduan Walhi itu diajukan berdasarkan aspirasi masyarakat yang merasa
terganggu dengan bau busuk yang berasal dari pabrik tapioka di Desa Kalicinta, Kecamatan Kotabumi Utara, Kabupaten Lampung Utara. Diduga penyebab bau busuk yang
dipersoalkan warga di sekitar ibukota Kabupaten Lampung Utara itu adalah kegiatan produksi perusahaan tapioka PT. Tunas Wibawa Bhakti Persada TWBP, yang berada di
Desa Kalicinta, Kecamatan Kotabumi Utara, Kabupaten Lampung Utara. Kasus pencemaran udara oleh PT. Way Kandis di Kelurahan Rajabasa, Kedaton, Bandar
Lampung juga sering dikeluhkan warga, seperti yang terjadi pada bulan Juli 2009. PT. Way Kandis merupakan pabrik karet yang berdiri sejak tahun 1961, yang pada awalnya daerah
tersebut merupakan wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan jauh dari pemukiman penduduk. Kini lokasi perusahaan tersebut masuk wilayah Kota Bandar Lampung dan
berada dekat dengan pemukiman masyarakat yang padat. Permasalahannya timbul karena adanya pencemaran yang berasal dari produsen karet tersebut, terutama bau busuk yang
dapat terbawa angin hingga menjangkau lokasi dengan radius yang relatif luas dan jauh sumber pencemaran. Pencemaran udara tersebut sangat menggangu kenyamanan dan
aktivitas masyarakat, terutama warga yang tinggal di sekitar perusahaan tersebut. Warga yang tinggal di Perumahan Bataranila, Universitas Lampung, Polinela, Asrama Haji Islamic
Center, dan sekolah-sekolah cukup terganggu dengan adanya polusi udara yang berasal dari PT. Way Kandis.
Selain industri tapioka dan karet, industri lainnya yang juga berpotensi menimbulkan pencemaran udara adalah industri CPO, industri gula, kayu lapis, PLTU, stockfile batubara,
dan semen portland. Proses pemurnian refinery CPO dan industri gula dengan menggunakan uap panas steam akan menyebabkan pencemaran udara akibat
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 38 pembakaran biomassa yang digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap.
Komponen pencemaran udara yang dihasilkan adalah gas-gas CO
2
, NO
X
, dan SO
X
. Pencemar udara yang dihasilkan oleh industri kayu lapis, seperti PT.
Andatu Lestari Plywood,
secara umum adalah debu, kebisingan, gas buang CO
2
, CO, SOx, NOx, formaldehide, amoniak, uap aseton, toluen, uap stirene, gas Cl
2
, dan freon CFC. Limbah berupa debu kayu berasal dari proses pengeringan, pemotongan dan pengamplasan.
Limbah berupa formaldehide dan amoniak berasal dari pelaburan perekat dan pengempaan panas; sedangkan gas Cl
2
berasal dari proses pengempaan panas. Gas buang seperti CO
2
, CO, SOx, NOx berasal dari cerobong boiler ataupun generator listrik. Limbah berupa uap
aseton dan toluen berasal dari dempul; sedangkan uap stirene berasal dari proses pengeringan veneer dan uap hot melt glue. Freon CFC dihasilkan dari kebocoran mesin
pendingin air pada core builder. Limbah berupa kebisingan dihasilkan dari mesin-mesin produksi.
Aktivitas industri di PT. Bukit Asam stockfile batubara dan PT. Semen Baturaja yang terdapat di Kota Bandar Lampung menyebabkan pencemaran udara yang berupa debu pada
saat bongkar muat, sehingga seringkali dikeluhkan warga sekitarnya. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka pada saat angin bertiup kencang pencemaran debu batubara
dan semen ini dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitarnya. PLTU Tarahan yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan menggunakan batubara
sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap yang akan menggerakan pembangkit listrik. Pembakaran batubara ini menghasilkan partikel debu, gas-gas CO
x
, NO
X
, SO
X
, serta berbagai logam berat seperti Pb, Hg, Ar, Ni, Se dan lain-lain.
Gambar 3.6 PLTU Tarahan yang berpotensi mencemari udara
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 39 Tabel 3.25 Daftar perusahaan industri yang berpotensi mencemari udara di Provinsi
Lampung tahun 2009
No Nama Perusahaan
Jenis Produksi A. Kabupaten Tulang Bawang:
1 PT. TBL PKS MESUJI
CPO
2 PT. BUDI ACID JAYA BAJ BUJUK
Tapioka
3 PT. SILVA INHUTANI LAMPUNG
Karet
4 PT. BAJ Unit VI
Tapioka
5 PT. SIP MILL SUNGAI MERAH
CPO
6 PT. SIP MILL SUNGAI BUAYA
CPO
7 PT. INDO LAMPUNG PERKASA
Gula
8 PT. SWEET INDO LAMPUNG
Gula
9 PT. TWBP BANJAR AGUNG
Tapioka
10 PT. WKAP MENGGALA
Tapioka
11 PT. HUMA INDAH MEKAR
Karet
B. Kabupaten Way Kanan:
12 PT.AGRO BM
CPO
13 PT. BAJ GIHAM
Tapioka
14 PTPN. UU TULUNG BUYUT
Karet
15 PT. PALM LAMPUNG PERSADA
CPO
C. Kabupaten Lampung Utara :
16 PT.BAJ KETAPANG
Tapioka
17 PT.BAJ PAKUAN
Tapioka
18 PT.TWBP LUHUR PMD
Tapioka
19 PT.TWBP KALICINTA
Tapioka
20 PTPN VII UU BUNGA MAYANG
Gula
21 PT.FM.TULUNG BUYUT
Tapioka
D. Kabupaten Lampung Tengah :
22 PT.BAJ TAP. WAY ABUNG
Tapioka
23 PT.TWBP GN. BATIN
Tapioka
24 PT. GUNUNG MADU PLANTATION
Gula
25 PT.GULA PUTIH MATARAM
Gula
26 PT.INDO LAMPUNG DISTILLERY
Etanol
27 PT.BAJ GN.AGUNG
Tapioka
28 PT.GGP I ex.UJF
Tapioka
29 PT.BAJ TAP TERBANGGI
Tapioka
30 PT.TBL-KEKAH
CPO
31 PT.BUDI SANWA S.
Tapioka
32 PT.BAJ BUYUT
Tapioka