Diare Diarhea 69.087 TBC Miningitis Miningitis Tuboercolusis - TBC Extra Pulmaner Extra Pulmaner TBC 801 TBC Paru Klinis Clinical Pleurisy Kusta PB PB Leprosy 215 Kuata MB MB Leprosy 32 Sipilisis Shipilis 302 Infeksi Gonokok Infection Gonokok 439

STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 20 Tabel 3.17 Banyaknya penderita baru rawat jalan di puskesmas dan rumah sakit menurut jenis penyakit di Propinsi Lampung tahun 2007 JENIS PENYAKIT PUSKESMAS RUMAH SAKIT JUMLAH 1. Difteria Defteria 7 10 17 0,00

2. Batuk Rejan Whooping cough 523

75 598 0,05

3. Tetanus Tetanus 20

29 49 0,00

4. Poliomylitis Akut Acute Poliomylitis -

10 10 0,00

5. Campak Measies 734

164 898 0,08

6. Kolera Cholera -

124 124 0,01

7. Disentri Diare Berdarah Dysentri 25.695

- 25.695 2,36

8. Diare Diarhea 69.087

8.126 77.213 7,10 9 TBC Paru BTA BTA Pleurisy Tuberculosis 4.522 4.086 8.608 0,79

10. TBC Miningitis Miningitis Tuboercolusis -

2 2 0,00

11. TBC Extra Pulmaner Extra Pulmaner TBC 801

7.493 8.294 0,76

12. TBC Paru Klinis Clinical Pleurisy

2.961 - 2.961 0,27

13. Kusta PB PB Leprosy 215

25 240 0,02

14. Kuata MB MB Leprosy 32

- 32 0,00

15. Sipilisis Shipilis 302

5 307 0,03

16. Infeksi Gonokok Infection Gonokok 439

16 455 0,04

17. Frambosia Frambosia 5

- 5 0,00

18. Pneumonia Pneumonia 555.182

484 555.666 51,09

19. Demam Tifoid Typus Perut Klinis Tifoid fever 45.101

3.120 48.221 4,43

20. Hepapitis Klinis Clinical Hepapitis 2.358

686 3.044 0,28

21. Rabies Rabies 3

8 11 0,00

22. Demam Berdarah Dengue DBD 4.470

935 5.405 0,50

23. Malaria Klinis Clinical Malaria 52.640

1.305 53.945 4,96

24. Malaria Falsifarum Falcifarum Malaria 3.207

- 3.207 0,29

25. Malaria Vivax Vivax Malaria

4.161 - 4.161 0,38

26. Malaria Mix Mix Malaria 592

- 592 0,05

27. Tetanus Neonatorium Neonatorium Tetanus

15 9 24 0,00

28. Filariasis Filariasis 12

5 17 0,00

29. Typhoid Typus Perut Widal -

- 0,00

30. Lain-lain Others - 287.839

287.839 26,46 TOTAL 773.084 314.556 1.087.640 100 Sumber: BPS Provinsi Lampung 2009 Keterangan: tidak tersedia data 2008 Penyakit yang banyak menyerang adalah pneumonia 51,1. Lainnya adalah diare 7,1 dan malaria klinis 4,96. Pneumonia atau radang paru adalah bagian dari penyakit infeksi pneumokokus invasif IPD yang merupakan sekelompok penyakit karena bakteri streptococcus pneumoniae . Kuman pneumokokus dapat menyerang paru-paru, selaput otak, atau masuk ke pembuluh darah hingga mampu menginfiltrasi organ lainnya. Radang paru- paru adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit menahun. Kelompok usia paling rentan menderita IPD adalah bayi dan anak-anak usia kurang dari dua tahun yang ditandai dengan gejala demam tinggi, menggigil, batuk, dan sesak napas. STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 21 Penyakit diare sangat erat kaitannya dengan sanitasi perumahan warga masyarakat yang memang saat ini masih banyak yang belum memenuhi standar kesehatan. Rumah-rumah tak layak huni yang banyak terdapat di berbagai tempat di Provinsi Lampung tidak mempunyai sarana MCK, sumber air bersih dan tempat pembuangan sampah. Kebiasaan di desa untuk membuang air besar di mana-mana dilakukan pula di sini. Demikian pula dalam kebiasaan membuang sampah, sementara pelayanan sanitasi di kota terbatas, sehingga menyebabkan penyebaran penyakit lebih cepat dan meluas. Penyakit malaria klinis yang banyak menyerang masyarakat disebabkan sebagian besar wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Lampung, terutama di wilayah Lampung Selatan dan Kabupaten Pesawaran, merupakan daerah endemi malaria. Penyakit malaria banyak menyerang masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut. STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 22 PERTANIAN 1 Kebutuhan Air Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam produksi pangan. Jika air tidak tersedia maka produksi pangan akan terhenti. Ini berarti bahwa sumberdaya air menjadi faktor kunci untuk keberlanjutan pertanian khususnya pertanian beririgasi. Pertanian berkelanjutan sustainable agriculture secara sederhana diartikan disini sebagai upaya memelihara, memperpanjang, meningkatkan dan meneruskan kemampuan produktif dari sumberdaya pertanian untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan. Guna mewujudkan pertanian berkelanjutan, sumberdaya pertanian seperti air dan tanah yang tersedia perlu dimanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Kebutuhan akan sumberdaya air dan tanah cenderung meningkat akibat pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup, sehingga kompetisi dalam pemanfaatannya juga semakin tajam baik antara sektor pertanian dengan sektor non pertanian maupun antar pengguna dalam sektor pertanian itu sendiri. Terjadinya krisis air dapat dipicu oleh sikap dan perilaku masyarakat yang cenderung boros dalam memanfaatkan air karena air sebagai milik umum common property dianggap tidak terbatas adanya dan karenanya dapat diperoleh secara cuma-cuma atau gratis. Padahal, air sebagai sumberdaya alam, adalah terbatas jumlahnya karena memiliki siklus tata air yang relatif tetap. Ketersediaan air tidak merata penyebarannya dan tidak pernah bertambah. Selain itu tingkat efisiensi pemanfaatan air melalui jaringan irigasi yang masih rendah kiranya dapat menjadi kendala dalam upaya menurunkan IPA indeks penggunaan air. Diperoleh informasi bahwa dari penelitian di berbagai negara Asia kurang lebih 20 air irigasi hilang di perjalanan mulai dari dam sampai ke jaringan primer; 15 hilang dalam perjalanannya dari jaringan primer ke jaringan sekunder dan tersier; dan hanya 20 yang digunakan pada areal persawahan secara tidak optimal. Diperkirakan tingkat efisiensi jaringan irigasi hanya sekitar 40 Yakup dan Nusyirwan, 1997. Terkait dengan kebutuhan air untuk di pertanian sawah di Provinsi Lampung, data dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 secara jelas disajikan pada Tabel 3.18 dan Tabel 3.19. Kedua tabel tersebut menyajikan data prediksi kebutuhan air untuk sawah untuk periode musim tanam 2009-2010. Berdasarkan Tabel 3.18, DI Way Rarem yang termasuk dalam UPT BPSDA Wilayah III dapat mengairi sawah hingga musim tanam dapat berlangsung tiga kali. Kebutuhan air tertinggi berlangsung pada bulan Januari dengan rata-rata debit air 24,03 m 3 detik; sedangkan terendah pada bulan September-Oktober. DI Way Rarem direncanakan pada musim tanam rendeng 20092010 STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 23 November-Mei akan mengairi sawah seluas 13.559,50 ha; sedangkan saat musim tanam gadu 2010 April-September akan mengairi sawah seluas 7.506,75 ha. Tabel 3.18 Prediksi kebutuhan air untuk sawah di DI Way Rarem UPTD BPSDA Wil. III dengan tiga musim tanam tahun 2009-2010 Satuan: m 3 det MUSIM TANAM No. BULAN 1 2 3 1 Oktober 2 November 7,16 7,15 3 Desember 14,83 17,75 20,67 4 Januari 24,55 24,03 23,5 5 Februari 22,74 20,97 19,2 6 Maret 15,42 12,44 9,46 7 April 10,59 12,76 14,92 8 Mei 12,77 12,58 12,39 9 Juni 12,39 12,39 12,39 10 Juli 10,51 9,51 8,51 11 Agustus 4,4 4,4 12 September Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 Berdasarkan Tabel 3.19 dan Gambar 3. 4 diketahui bahwa kebutuhan air tertinggi terdapat pada lahan sawah di daerah irigasi DI Sekampung dan Punggur Utara yang mencapai puncaknya pada Januari-Februari. Kebutuhan air diprediksi cukup tinggi karena pada saat itu merupakan puncak musim hujan. Daerah Irigasi DI Sekampung mengairi sawah seluas 15.271 ha; sedangkan DI Punggur Utara 30.946,5 ha. Dengan luas total lahan sawah sekitar 46.217,5 ha diprediksi Daerah Irigasi Sekampung dan Punggur Utara membutuhkan air yang cukup tinggi. Kebutuhan air tertinggi diprediksi terjadi pada MT II di bulan Januari dengan debit air mencapai 82.920 literdetik. Memasuki musim kemarau musim tanam gadu yang berlangsung bulan April-September, ketersediaan air semakin menurun dan diprediksi banyak sawah yang tidak mendapatkan pasokan air sehingga tidak ditanami. Di UPT BPSDA Wilayah I terdapat daerah irigasi DI Way Semangka. Diprediksi saat musim tanam I rendeng Bendungan Way Semangka akan mengairi sawah seluas 1.154 ha; sedangkan saat musim tanam II gadu luas sawah yang akan diairi adalah 923 ha. Kebutuhan air tertinggi diprediksi terjadi pada Februari dengan debit air 7.242 literdetik. STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 24 Tabel 3.19 Prediksi kebutuhan air untuk sawah berdasarkan daerah irigasi DI dengan dua musim tanam di Provinsi Lampung 2009-2010 literdet I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II UPTD BPSDA Wil. II : Sekampung dan Punggur Utara 50 50 4.111 15.799 28.199 48.172 58.136 82.920 79.883 71.211 65.009 54.470 49.459 38.948 33.903 22.498 26.059 23.813 20.609 13.689 11.016 6.047 50 50 Raman Utara 2.801 2.801 7.657 7.657 6.999 6.999 5.746 5.746 3.548 3.548 823 823 823 823 823 823 823 Batanghari Utara 5.103 5.103 8.268 8.268 7.778 7.778 5.495 5.495 4.037 4.037 2.122 2.722 2.722 2.722 1.741 1.741 600 600 Kali Pasir Tipo Balak 1.234 1.234 809 809 809 809 247 247 503 503 393 393 393 393 112 112 UPTD Bangun Rejo 2.357 3.429 2.618 2.332 2.332 2.332 1.257 710 1.479 1.817 1.546 1.419 1.419 1.419 726 405 129 UPTD BPSDA Wil. I : Way Tebu IV Way Semangka 5.033 5.035 6.120 6.122 7.242 7.242 5.509 2.456 4.021 3.512 3.720 3.405 3.050 3.142 2.890 1.151 Way Ngarip I Way Tebu I, II 1.030 1.140 1.282 1.641 108 108 99 1.245 1.188 1.245 Way Tebu III Way Ngison 1.884 6.278 6.278 7.776 7.776 6.285 6.285 5.338 2.198 3.804 3.804 3.844 3.844 3.828 3.828 3.261 1.901 Way Napal Way Padang Ratu I Pujorahayu Way Negara Ratu Way Ketibung Way Sulan Way Biha BULAN DAN MUSIM TANAM DAERAH IRIGASI Juni Juli Agustus September Februari Maret April Mei Oktober November Desember Januari Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009; Keterangan: tidak ada data 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep BULAN DAN MUSIM TANAM K e bu tu ha n a ir l ite r d t Sekampung dan Punggur Utara Raman Utara Batanghari Utara Tipo Balak UPTD Bangun Rejo Gambar 3.4 Grafik prediksi kebutuhan air untuk sawah di wilayah kerja UPTD BPSDA Wilayah II STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 25 2 Kebutuhan Pupuk Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik mineral. Jenis-jenis pupuk yang umum digunakan dalam pertanian dan perkebunan adalah urea, SP36, ZA, NPK, dan pupuk organik. Umumnya pemerintah memberikan subsidi pupuk tersebut kepada para petani untuk meningkatkan produksi pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Kebutuhan pupuk di Provinsi Lampung selama tahun 2008 cukup tinggi mengingat luasnya lahan pertanian dan perkebunan yang ada. Namun demikian, tidak semuanya dapat terpenuhi. Berdasarkan data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 diketahui bahwa realisasi penyaluran pupuk bersubsidi di Provinsi Lampung pada tahun 2008 mencapai 380.243 ton, yang terdiri dari urea 288.127 ton, SP36 37.308 ton, ZA 9.331 ton, NPK Phonska 44.622 ton dan pupuk organik 855 ton. Kebutuhan pupuk tertinggi biasanya terjadi pada musim tanam, yaitu antara bulan November-Maret. Tabel 3.20 Realisasi penyaluran pupuk bersubsidi di Provinsi Lampung per bulan tahun 2008 Bulan Urea SP36 ZA NPK Phonska Organik Jan 37.620,0 3.059,0 494,0 4.436,9 --- Feb 25.556,0 2.690,0 698,0 4.840,1 --- Mar 25.515,0 8.635,2 568,5 3.734,9 --- Apr 27.385,0 3.296,0 491,7 4.122,5 --- Mei 19.053,0 3.600,0 1.226,0 4.246,6 --- Jun 22.138,0 1.504,0 1.093,3 2.957,4 --- Jul 21.647,0 2.626,0 939,0 3.989,0 57,0 Agt 12.141,0 2.116,0 728,0 3.647,0 78,0 Sep 17.185,0 2.969,5 1.402,3 3.969,3 160,0 Okt 19.077,0 3.107,0 677,0 3.425,0 141,0 Nov 28.306,0 3.071,3 789,0 2.458,0 129,0 Des 32.504,0 634,0 231,0 2.695,0 290,0 Jumlah 288.127,0 37.308,0 9.331 44.622 855,0 Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 Keterangan: meliputi penggunaan untuk bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Berdasarkan data pada Tabel 3.21, penyaluran pupuk bersubsidi di Provinsi Lampung tertinggi terdapat di Kabupaten Lampung Tengah 19,69, disusul Lampung Timur 17,10 , Tulang Bawang 15,82, dan Lampung Selatan 12,56. Kabupaten- kabupaten tersebut memang memiliki lahan pertanian yang cukup luas dibandingkan dengan kabupaten lainnya. STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 26 Tabel 3.21 Realisasi penyaluran pupuk bersubsidi di Provinsi Lampung menurut kabupatenkota tahun 2008 Urea SP 36 ZA NPK Phonska Pupuk Organik Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi No. KabupatenKota Alokasi jumlah Alokasi jumlah Alokasi jumlah Alokasi jumlah Alokasi jumlah 1 Lampung Selatan 42,701 36,683 86 7,208 4,894 68 776 982 127 6,810 5,080 75 2,500 147 6 2 Pesawaran 12,507 12,316 98 8,117 1,176 14 137 374 273 1,845 1,244 67 500 25 5 3 Lampung Tengah 55,179 57,511 104 8,117 7,094 87 855 1,280 150 7,698 8,923 116 2,300 104 5 4 Lampung Timur 47,223 53,051 112 7,022 4,695 67 687 1,237 180 7,580 5,984 79 2,200 93 4 5 Bandar Lampung 1,924 1,096 57 228 186 82 30 36 120 209 190 91 100 3 3 6 Tanggamus 26,403 25,207 95 4,510 4,016 89 576 1,079 187 3,518 4,312 123 1,800 100 6 7 Lampung Barat 16,630 16,875 101 2,669 1,599 60 1,420 644 45 3,105 1,915 62 200 48 24 8 Metro 3,007 2,365 79 512 296 58 38 36 95 477 373 78 200 9 Tulang Bawang 41,267 47,812 116 7,167 5,157 72 1,838 1,527 83 5,604 5,559 99 1,000 127 13 10 Lampung Utara 20,762 18,746 90 4,475 4,580 102 451 1,356 301 5,815 6,041 104 1,000 144 14 11 Way Kanan 16,397 17,465 107 3,658 3,614 99 307 631 206 2,939 4,443 151 200 64 32 Jumlah 284,000 289,127 102 53,683 37,308 69 7,115 9,331 129 45,600 44,622 99 12,000 855 7 Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 Keterangan: meliputi penggunaan untuk bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 27 3 Alih Fungsi Lahan Pertanian Perubahan spesifik dari penggunaan lahan untuk pertanian ke pemanfaatan bagi non pertanian yang kemudian dikenal dengan istilah alih fungsi konversi lahan, kian waktu kian meningkat. Fenomena ini tentunya dapat mendatangkan permasalahan yang serius di kemudian hari jika tidak diantisipasi secara serius. Implikasinya, alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan, dan bahkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian sosial. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian, kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian cenderung terus meningkat. Kecenderungan tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif. Menurut Irawan 2005, hal tersebut disebabkan oleh dua faktor. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan. Wibowo 1996 menambahkan bahwa pelaku pembelian tanah biasanya bukan penduduk setempat, sehingga mengakibatkan terbentuknya lahan-lahan guntai yang secara umum rentan terhadap proses alih fungsi lahan. Secara empiris lahan pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh : 1 kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi; 2 daerah pesawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan; 3 akibat pola pembangunan di masa sebelumnya, infrastruktur wilayah pesawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering; dan 4 pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan. Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di Provinsi Lampung selama tahun 2008 tercatat seluas 3.371,25 ha yang mencakup beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Tanggamus. Alih fungsi lahan di Kabupaten Tulang Bawang merupakan yang terbesar di antara kebupaten lainnya, yaitu mencapai 69,22 atau seluas 2.333,75 ha. Menurut informasi Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009, sebagian besar lahan-lahan pertanian tersebut telah berubah menjadi perkebunan sawit yang memang saat ini harga komoditas perkebunan tersebut relatif menguntungkan. STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 28 Tabel 3.22 Alih fungsi lahan pertanian di Provinsi Lampung tahun 2008 No. Kabupaten Kecamatan Luas ha Abung Semuli 21,00 Abung Timur 314,00 Abung Surakarta 423,75 1 Lampung Utara Muara Sungkai 135,75 Tumi Jajar 448,00 Tulang Bawang Udik 945,75 2 Tulang Bawang Tulang Bawang Tengah 940,00 3 Tanggamus Pagelaran 143,00 Jumlah 3.371,25 Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung 2009 Keterangan: data sampai dengan September 2008 STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 29 INDUSTRI 1 Industri yang Berpotensi Mencemari Air Di Provinsi Lampung terdapat berbagai jenis industri yang dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok, yaitu: industri makanan dan minuman, pulp, kopi, udang beku, nanas kaleng, lada hitam, gula, batubara, minyak kelapa, MSG, minyak sawit dan CPO, karet, kakao, ethanol, tepung tapioka, dan lain-lain. Sebagian besar industri yang ada di Lampung tersebut merupakan industri pengolah hasil pertanian agroindustri. Komoditas agroindustri ini beberapa di antaranya merupakan komoditas ekspor unggulan Provinsi Lampung. Dalam proses produksinya, sebuah industri juga menghasilkan limbah, baik limbah padat, cair, maupun gas. Volume limbah yang dihasilkan bergantung pada kapasitas produksi, jumlah bahan baku dan bahan penolong, serta banyaknya air yang digunakan dalam proses produksi. Agroindustri merupakan industri yang juga berpotensi mengakibatkan pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran perairan, karena industri ini memerlukan banyak air dalam proses produksi. Sebagai contoh, industri tapioka menghasilkan limbah cair sebanyak 55 meter kubik per ton tepung tapioka, industri gula sebanyak 35 meter kubik per ton produk gula, industri kertas sebanyak 80 meter kubik per ton produk kertas kering udara, industri karet sebanyak 35 meter kubik per ton produk karet, serta industri pengolahan minyak kelapa sawit sebanyak 5,5 meter kubik perton produk sawit mentah CPO. Industri-industri yang ada di Provinsi Lampung berpotensi mencemari lingkungan jika limbahnya tidak mendapat perlakuan sebagaimana mestinya, mengingat kandungan kandungan bahan organik yang ada pada buangan industri tersebut. Jika penanganan limbah industri tersebut tidak sempurna maka akan membahayakan lingkungan perairan. Sebuah industri tapioka yang menghasilkan 60 ton tepung tapioka dalam satu hari sekaligus menghasilkan limbah cair sebanyak 3.300 meter kubik dengan BOD sebesar 30 ribu ppm. Apabila limbah cair ini langsung dibuang ke perairan umum, perairan itu akan mengalami pencemaran berat. Dengan demikian, perairan itu tidak sesuai lagi dengan peruntukannya dan kehidupan biota perairan terganggu atau mati. Untuk mencegah dampak ini, industri tapioka tersebut wajib mengolah limbah cair sampai BOD menjadi 150 ppm sehingga aman dibuang ke perairan umum. Produksi bersih adalah industri yang dalam proses produksinya tidak merusak dan mencemari lingkungan. Artinya, dalam menghasilkan suatu produk, industri itu tetap menjaga kualitas dan daya dukung lingkungan. Salah satu agroindustri yang dapat dikategorikan sebagai industri dengan produksi bersih adalah perusahaan perkebunan dan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang menerapkan land application. Limbah padat STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 30 disebar ke areal kebun sebagai mulsa dan limbah cair setelah diolah juga dialirkan ke areal kebun. Selain limbah tidak masuk ke perairan umum, ternyata TBS dapat meningkat 15-25 persen. Dari hasil kajian Wiryawan dkk 2002 diketahui bahwa nilai BOD, COD, dan pH berbagai limbah industri yang ada di Lampung memiliki potensi untuk mencemari lingkungan Tabel 3.23. Tabel 3.23 Kisaran nilai BOD, COD, dan pH beberapa limbah industri di Lampung No. Jenis Industri BOD mgl COD mgl pH 1 Makanan dan minuman 63-149 130-327 7,0-8,0 2 Kelapa sawit 109-348 248-625 7,0-8,5 3 Karet 89-140 198-324 6,0-8,0 4 Marmer 33-217 70-419 6,0-7,0 5 Bahan kimia 91-147 185-290 8,5-10 6 Pengolahan kelapa 44-125 109-247 7,0 7 Penyedap rasa MSG 92-295 190-505 5,0-7,5 8 Kertas 650-1.113 1.240-2.174 6,0-9,5 9 Pengolahan kayu 54-59 118-125 7,5-8,0 10 Sabun 76-90 115-182 7,0-7,5 11 Gula 51-398 108-1.910 4,5-9,0 12 Tapioka 47-1.427 96-2.972 4,0-9,0 13 Asam sitrat dan sarbitol 105-230 215-480 7,0-7,5 14 Asam sitrat dan tapioka 100-120 208-256 6,0-7,0 15 Tapioka dan nanas 79-120 180-242 6,0-7,0 Sumber: Wiryawan dkk 2002 Keterangan: sample diukur dari outlet Berdasarkan data BPLHD Provinsi Lampung 2009 diketahui setidaknya terdapat 82 perusahaan yang berpotensi mencemari lingkungan perairan yang tersebar di berbagai kabupatenkota di Provinsi Lampung. Perusahaan-perusahaan tersebut menjadi obyek pengawasan BPLHD Provinsi Lampung terkait kegiatan Proper tahun 2009. STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 31 Tabel 3.24. Daftar perusahaan yang menjadi obyek pengawasan BPLHD Provinsi Lampung tahun 2009 No Nama Perusahaan Jenis Produksi LA atau Non LA Lokasi Anak Sungai Terdekat Wilayah DAS OFFON KABUPATEN TULANG BAWANG 1 PT. TBL PKS MESUJI CPO Non LA W.BrasbrasanW.Buaya W.Mesuji ON 2 PT. BUDI ACID JAYA BAJ BUJUK Tapioka Non LA W.Bujuk W.T.Bawang ON 3 PT. SILVA INHUTANI LAMPUNG Karet Non LA W.Buaya W.Mesuji ON 4 PT. BAJ Unit VI Tapioka Non LA W.Pidada W.T.Bawang ON 5 PT. SIP MILL SUNGAI MERAH CPO LA W.Pidada W.T.Bawang ON 6 PT. SIP MILL SUNGAI BUAYA CPO LA W.Buaya W.Mesuji ON 7 PT. INDO LAMPUNG PERKASA Gula Non LA W.Terusan W.Seputih ON 8 PT. SWEET INDO LAMPUNG Gula Non LA W.Terusan W.Seputih ON 9 PT. TWBP BANJAR AGUNG Tapioka Non LA W.Pidada W.T.Bawang ON 10 PT. WKAP MENGGALA Tapioka Non LA W.TeloPidada W.T.Bawang ON 11 PT. HUMA INDAH MEKAR Karet Non LA ON 12 PT. BAJ PENUMANGAN Tapioka Non LA OFF 13 PT. BUMI TAPIOKA JAYA Tapioka Non LA Way Kiri W.T.Bawang OFF KABUPAT EN WAY KANAN 14 PT. BUDI LAMPUNG SEJAHTERA Karet Non LA W.Hujau-Hanakau-Sungkai W.T.Bawang OFF 15 PT.AGRO BM CPO Non LA Way Hanakau-W.Kiri W.T.Bawang ON 16 PT. KENCANA AP. Nenas Non LA Kali-W.Besai-W.Kanan W.T.Bawang ON STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 32 Tabel 3.24 Lanjutan No Nama Perusahaan Jenis Produksi LA atau Non LA Lokasi Anak Sungai Terdekat Wilayah DAS OFFON 17 PT. BAJ GIHAM Tapioka Non LA W.Giham-W.Kanan W.T.Bawang ON 18 PTPN. UU TULUNG BUYUT Karet Non LA ON 19 PT. PALM LAMPUNG PERSADA CPO LA ON KABUPATEN LAMPUNG UTARA 20 PT.BAJ KETAPANG Tapioka Non LA W.MelungunW.Sungkai W.T.Bawang ON 21 PT.BAJ PAKUAN Tapioka Non LA W.AbungW.Kiri W.T.Bawang ON 22 PT.TWBP LUHUR PMD Tapioka Non LA W.Pengubuan W.Seputih ON 23 PT.TWBP KALICINTA Tapioka Non LA W.AbungW.Kiri W.T.Bawang ON 24 PTPN VII UU BUNGA MAYANG Gula Recycle W.SungkaiW.Kiri W.T.Bawang ON 25 PT.POLA PULPINDO MANTAP Kertas Non LA ON 26 PT.FM.TULUNG BUYUT Tapioka Non LA W.BuluhW.Sungkai W.T.Bawang ON KABUPATEN LAMPUNG TENGAH 27 PT.ACID-III Asam.Sitrat Non LA W.Miring W.T.Bawang ON 28 PT.BUDI BRITISH BP Sorbitol Non LA W.Miring W.T.Bawang ON 29 PT.BAJ TAP. WAY ABUNG Tapioka Non LA W.Miring W.T.Bawang ON 30 PT.TWBP GN. BATIN Tapioka Non LA W.Terusan W.Seputih ON 31 PT.GGP II EX MAC Tapioka Non LA W.Terusan W.Seputih OFF 32 PT. GUNUNG MADU PLANTATION Gula Non LA W.PutakW.Pengubuan W.Seputih ON 33 PT.GULA PUTIH MATARAM Gula Non LA W.MerawanW.Terusan W.Seputih ON STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 33 Tabel 3.24 Lanjutan No Nama Perusahaan Jenis Produksi LA atau Non LA Lokasi Anak Sungai Terdekat Wilayah DAS OFFON 34 PT.INDO LAMPUNG DISTILLERY Etanol Non LA W.MerawanW.Terusan W.Seputih ON 35 PT.BAJ GN.AGUNG Tapioka Non LA ON 36 PT.GGP I ex.UJF Tapioka Non LA W.kecubungW.Pengubuan W.Seputih ON 37 PT.GGP ex.GGPC Nenas Non LA W.kecubungW.Pengubuan W.Seputih ON 38 PT.BAMBU PRIMA ex SFH Kertas Budaya Non LA W.kecubungW.Pengubuan W.Seputih OFF 39 PT.BAJ ACID 2 As.Sitrat Non LA W.J.ItungW.Pengubuan W.Seputih ON 40 PT. BAJ ACID 1 As.Sitrat Non LA W.J.ItungW.Pengubuan W.Seputih ON 41 PT.BAJ TAP TERBANGGI Tapioka Non LA W.J.ItungW.Pengubuan W.Seputih ON 42 PT.TBL-KEKAH CPO LA W.J.ItungW.Pengubuan W.Seputih ON 43 PT.VEWONG BI MSG Non LA W.Seputih W.Seputih OFF 44 PT.SINAR BAMBU KENCANA Kertas Budaya Non LA W.Seputih W.Seputih ON 45 PT.BUDI SANWA S. Tapioka Non LA W.TL.KuyaiW.Seputih W.Seputih ON 46 PT.BAJ BUYUT Tapioka Non LA W.TL.KuyaiW.Seputih W.Seputih ON 47 PTPN VII UU BEKRI CPO LA W.TipoW.Seputih W.Seputih ON 48 PT.WIRA TM Tapioka Non LA OFF 49 PT.FM-BUMINABUNG Tapioka Non LA OFF KABUPATEN PESAWARAN 50 PT.PARINDO PERMAI Papan Partikel Non LA Irigasi Bekri-Rumbia W.Seputih ON 51 PTPN VII UU.W.BERULU Karet Non LA Kali Kebagusan-W.Sekampung W.Sekampung ON STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 34 Tabel 3.24 Lanjutan No Nama Perusahaan Jenis Produksi LA atau Non LA Lokasi Anak Sungai Terdekat Wilayah DAS OFFON KABUPATEN LAMPUNG TIMUR 52 PT.FM SKRJ-NB Tapioka Non LA W.Batanghari W.Pegadungan ON 53 PT.BAJ LABUAN RATU Tapioka Non LA W.Penet Muara Penet ON 54 PT.UMAS JAYA AGROTAMA Tapioka Non LA Way Buhong W.Sekampung ON 55 PT.ALFA.I.A Tapioka Non LA W.Batanghari W.Pegadungan OFF 56 PT.WIRA KAP. KDT Tapioka Non LA Way Raman-W.Btg.Hari W.Pegadungan ON 57 PT.KIRIN MIWON FOODS Nucletic Seasoning Non LA Way Buhong W.Sekampung ON 58 PT.SORINI .A.C Tapioka Non LA W.Batanghari W.Pegadungan ON KABUPATEN LAMPUNG SELATAN 59 PT.KONVERTA MITRA ABADI Kertas Kemasan Non LA Parit-kali-Way Sekampung W.Sekampung ON 60 PT. COCA-COLA Soft Drink Non LA W.Sukanegara-Galih W.Sekampung ON 61 PT.FM-KATIBUNG Tapioka Non LA W.Sulan W.Sekampung ON 62 PT.SARI SEGAR HUSADA Tepung Kelapa Non LA Parit-Laut Teluk Lampung ON 63 PTPN VII UU.KEDATON Karet Non LA W.Galih W.Sekampung ON 64 PTPN VII UU. PEWA Karet Non LA Parit-W.Kandis W.Sekampung ON 65 PT.INDOFOOD SM Mie Instant Non LA Parit-W.Galij W.Sekampung ON 66 PT.DARMA Tapioka Non LA W.Kandis W.Sekampung ON 67 PT.INDOWAN BP Kertas Budaya Non LA W.Semah W.Sekampung OFF 68 PT.KEONG NA Natadecoco Non LA W.Tubalunik W.Sekampung ON STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 35 Tabel 3.24 Lanjutan No Nama Perusahaan Jenis Produksi LA atau Non LA Lokasi Anak Sungai Terdekat Wilayah DAS OFFON 69 PT.PANJI SABURAI PUTRA Rajungan Non LA W.Galih Lunik W.Sekampung ON 70 PTPN.VII UU REJOSARI CPO LA W.Sekampung W.Sekampung ON 71 PLTU TARAHAN Listrik Non LA Parit-laut Teluk Lampung ON KOTA BANDAR LAMPUNG 72 PT.TBL-W-LUNIK M.Goreng Non LA Way Lunik Teluk Lampung ON 73 CV. WAY LUNIK Sabun Non LA Way Lunik Teluk Lampung ON 74 PT.WAY KANDIS Karet Non LA Way Kandis W.Sekampung ON 75 PT.GOLDEN SARI Sari Manis Non LA Way Balok OFF 76 PT.PHILLIPS SEAFOOD INDONESIA Rajungan Non LA ON 77 PT.ANDATU LESTARI PLYWOOD Kayu Lapis Non LA Teluk Lampung ON 78 PT. NESTLE IND Kopi instant Non LA Teluk Lampung ON 79 PT. BUKIT ASAM Stockfle Batubara Non LA Teluk Lampung ON 80 PT. SEMEN BATURAJA Semen Portland Non LA Teluk Lampung ON 81 PT. MUARA KELINGI Karet Non LA Way Garuntang OFF 82 CV. SINAR LAUT M.Goreng Sabun Non LA Way Garuntang ON Sumber: BPLHD Provinsi Lampung 2009 STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 36 Industri-industri yang terdapat di Kota Bandar Lampung, terutama yang berada di pinggiran sungai, disinyalir telah menyebabkan pencemaran perairan sungai. Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan oleh Wiryawan dkk 2002, diketahui bahwa setidaknya terdapat 22 industri di DAS Way Kuala, 13 industri di DAS Way Lunik, 5 industri di DAS Way Pancoran, dan 2 industri di DAS Way Kunyit. Dari hasil pengukuran kualitas air sungai yang dilakukan pada tahun 2007 diketahui bahwa sebagian besar sungai-sungai yang ada di Kota Bandar Lampung telah tercemar. Selain karena limbah rumah tangga, pencemaran tersebut diduga juga berasal dari limbah industri. Gambar 3.5 Kondisi Sungai Way Garuntang yang mengalami pencemaran Pengukuran kualitas air sungai yang dilakukan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa beberapa sungai di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung yang bermuara ke Teluk Lampung, yaitu Way Keteguhan, Way Kuripan, Way Kunyit, Way KualaGaruntang, Way Lunik dan Way Galih, secara visual telah mengalami penyempitan, pendangkalan, berair kotor dan berwarna hitam, serta terdapat banyak sampah rumah tangga. Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa sebagian besar sungai-sungai yang bermuara di pesisir Kota Bandar Lampung telah mengalami pencemaran bahan organik yang cukup tinggi. Nilai oksigen terlarut DO sebagian besar sungai, kecuali Way Sukamaju, berada di bawah baku mutu yang ditetapkan, yaitu 3 mgl, bahkan nilainya mendekati nol. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar sungai tidak mendukung untuk kehidupan ikan maupun biota air lainnya. Demikian juga dengan nilai COD dan BOD yang jauh melebihi ambang baku mutu. Nilai COD berkisar antara 145,4-236,3 mgl; nilai ini jauh STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 37 di atas baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP No.82 thn 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk Mutu Air Kelas III, yaitu 50 mgl. Nilai BOD berkisar antara 43,18-85,06 mgl yang berarti telah melebihi baku mutu berdasarkan PP No.82 thn 2001, yaitu 6 mgl. 2 Industri yang Berpotensi Mencemari Udara Industri-industri yang ada di Provinsi Lampung selain memiliki potensi untuk mencemari air juga berpotensi mencemari udara. Sebagai contoh, industri tapioka dan industri karet telah menyebabkan pencemaran udara dalam bentuk bau yang sering dikeluhkan oleh warga masyarakat di sekitar pabrik tersebut. Limbah tapioka berpotensi menghasilkan gas amoniak, H 2 S, dan methan; sedangkan industri karet akan menghasilkan polutan gas yang berupa campuran berbagai komponen, antara lain amoniak dan terpen. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Walhi Lampung pada tahun 2008 pernah melaporkan satu kasus pencemaran udara yang bersumber dari sebuah perusahaan tapioka setempat kepada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Provinsi Lampung. Pengaduan Walhi itu diajukan berdasarkan aspirasi masyarakat yang merasa terganggu dengan bau busuk yang berasal dari pabrik tapioka di Desa Kalicinta, Kecamatan Kotabumi Utara, Kabupaten Lampung Utara. Diduga penyebab bau busuk yang dipersoalkan warga di sekitar ibukota Kabupaten Lampung Utara itu adalah kegiatan produksi perusahaan tapioka PT. Tunas Wibawa Bhakti Persada TWBP, yang berada di Desa Kalicinta, Kecamatan Kotabumi Utara, Kabupaten Lampung Utara. Kasus pencemaran udara oleh PT. Way Kandis di Kelurahan Rajabasa, Kedaton, Bandar Lampung juga sering dikeluhkan warga, seperti yang terjadi pada bulan Juli 2009. PT. Way Kandis merupakan pabrik karet yang berdiri sejak tahun 1961, yang pada awalnya daerah tersebut merupakan wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan jauh dari pemukiman penduduk. Kini lokasi perusahaan tersebut masuk wilayah Kota Bandar Lampung dan berada dekat dengan pemukiman masyarakat yang padat. Permasalahannya timbul karena adanya pencemaran yang berasal dari produsen karet tersebut, terutama bau busuk yang dapat terbawa angin hingga menjangkau lokasi dengan radius yang relatif luas dan jauh sumber pencemaran. Pencemaran udara tersebut sangat menggangu kenyamanan dan aktivitas masyarakat, terutama warga yang tinggal di sekitar perusahaan tersebut. Warga yang tinggal di Perumahan Bataranila, Universitas Lampung, Polinela, Asrama Haji Islamic Center, dan sekolah-sekolah cukup terganggu dengan adanya polusi udara yang berasal dari PT. Way Kandis. Selain industri tapioka dan karet, industri lainnya yang juga berpotensi menimbulkan pencemaran udara adalah industri CPO, industri gula, kayu lapis, PLTU, stockfile batubara, dan semen portland. Proses pemurnian refinery CPO dan industri gula dengan menggunakan uap panas steam akan menyebabkan pencemaran udara akibat STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 38 pembakaran biomassa yang digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap. Komponen pencemaran udara yang dihasilkan adalah gas-gas CO 2 , NO X , dan SO X . Pencemar udara yang dihasilkan oleh industri kayu lapis, seperti PT. Andatu Lestari Plywood, secara umum adalah debu, kebisingan, gas buang CO 2 , CO, SOx, NOx, formaldehide, amoniak, uap aseton, toluen, uap stirene, gas Cl 2 , dan freon CFC. Limbah berupa debu kayu berasal dari proses pengeringan, pemotongan dan pengamplasan. Limbah berupa formaldehide dan amoniak berasal dari pelaburan perekat dan pengempaan panas; sedangkan gas Cl 2 berasal dari proses pengempaan panas. Gas buang seperti CO 2 , CO, SOx, NOx berasal dari cerobong boiler ataupun generator listrik. Limbah berupa uap aseton dan toluen berasal dari dempul; sedangkan uap stirene berasal dari proses pengeringan veneer dan uap hot melt glue. Freon CFC dihasilkan dari kebocoran mesin pendingin air pada core builder. Limbah berupa kebisingan dihasilkan dari mesin-mesin produksi. Aktivitas industri di PT. Bukit Asam stockfile batubara dan PT. Semen Baturaja yang terdapat di Kota Bandar Lampung menyebabkan pencemaran udara yang berupa debu pada saat bongkar muat, sehingga seringkali dikeluhkan warga sekitarnya. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka pada saat angin bertiup kencang pencemaran debu batubara dan semen ini dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitarnya. PLTU Tarahan yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap yang akan menggerakan pembangkit listrik. Pembakaran batubara ini menghasilkan partikel debu, gas-gas CO x , NO X , SO X , serta berbagai logam berat seperti Pb, Hg, Ar, Ni, Se dan lain-lain. Gambar 3.6 PLTU Tarahan yang berpotensi mencemari udara STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9 III - 39 Tabel 3.25 Daftar perusahaan industri yang berpotensi mencemari udara di Provinsi Lampung tahun 2009 No Nama Perusahaan Jenis Produksi A. Kabupaten Tulang Bawang: 1 PT. TBL PKS MESUJI CPO 2 PT. BUDI ACID JAYA BAJ BUJUK Tapioka 3 PT. SILVA INHUTANI LAMPUNG Karet 4 PT. BAJ Unit VI Tapioka 5 PT. SIP MILL SUNGAI MERAH CPO 6 PT. SIP MILL SUNGAI BUAYA CPO 7 PT. INDO LAMPUNG PERKASA Gula 8 PT. SWEET INDO LAMPUNG Gula 9 PT. TWBP BANJAR AGUNG Tapioka 10 PT. WKAP MENGGALA Tapioka 11 PT. HUMA INDAH MEKAR Karet

B. Kabupaten Way Kanan:

12 PT.AGRO BM CPO 13 PT. BAJ GIHAM Tapioka 14 PTPN. UU TULUNG BUYUT Karet 15 PT. PALM LAMPUNG PERSADA CPO

C. Kabupaten Lampung Utara :

16 PT.BAJ KETAPANG Tapioka 17 PT.BAJ PAKUAN Tapioka 18 PT.TWBP LUHUR PMD Tapioka 19 PT.TWBP KALICINTA Tapioka 20 PTPN VII UU BUNGA MAYANG Gula 21 PT.FM.TULUNG BUYUT Tapioka

D. Kabupaten Lampung Tengah :

22 PT.BAJ TAP. WAY ABUNG Tapioka 23 PT.TWBP GN. BATIN Tapioka 24 PT. GUNUNG MADU PLANTATION Gula 25 PT.GULA PUTIH MATARAM Gula 26 PT.INDO LAMPUNG DISTILLERY Etanol 27 PT.BAJ GN.AGUNG Tapioka 28 PT.GGP I ex.UJF Tapioka 29 PT.BAJ TAP TERBANGGI Tapioka 30 PT.TBL-KEKAH CPO 31 PT.BUDI SANWA S. Tapioka 32 PT.BAJ BUYUT Tapioka