STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 3 Tabel 3.2 Kepadatan penduduk kabupatenkota di Provinsi Lampung tahun 2008
No. KabupatenKota
Luas km
2
Jumlah Penduduk Kepadatan
jiwakm
2
1 Lampung Barat
4.950,40 393.818
79,55 2
Tanggamus 3.356,61
845.777 251,97
3 Lampung Selatan
3.180,78 929.702
292,29 4
Lampung Timur 4.337,89
947.193 218,35
5 Lampung Tengah
4.789,82 1.177.967
245,93 6
Lampung Utara 2.725,63
567.164 208,09
7 Way Kanan
3.921,63 364.778
93,02 8
Tulang Bawang 7.770,84
787.673 101,36
9 Bandar Lampung
192,96 822.880
4.264,51 10 Metro
61,79 134.162
2.171,26 11 Pesawaran
2.243,51 420.014
187,21
Provinsi Lampung 37.531,86
7.391.128 196,93
Sumber: BPS Provinsi Lampung 2009
2. Pola Migrasi
Migrasi penduduk merupakan kejadian yang mudah dijelaskan dan tampak nyata dalam kehidupan sehari-hari, namun pada prakteknya sangat sulit untuk mengukur dan
menentukan ukuran bagi migrasi itu sendiri. Hal itu disebabkan karena hubungan antara migrasi dan proses pembangunan yang terjadi dalam suatu negaradaerah saling terkait.
Migrasi merupakan suatu reaksi atas kesempatan ekonomi pada suatu wilayah. Umumnya migrasi penduduk mengarah pada wilayah yang “subur” pembangunan ekonominya, karena
faktor ekonomi sangat kental mempengaruhi orang untuk pindah. Faktor ekonomi merupakan motif yang paling sering dijadikan sebagai alasan utama dalam keputusan
seseorang untuk melakukan migrasi. Pola migrasi di negara-negara yang telah berkembang biasanya sangat rumit kompleks
menggambarkan kesempatan ekonomi yang lebih seimbang dan saling ketergantungan interdependensi antar wilayah di dalamnya. Sebaliknya di negara-negara berkembang
biasanya pola migrasi menunjukkan suatu pengutuban polarisasi, yaitu pemusatan arus migrasi ke daerah-daerah tertentu saja, khususnya kota-kota besar. Migrasi ini juga
merefleksikan keseimbangan aliran sumber daya manusia dari suatu wilayah ke wilayah lainnya.
Pola migrasi netto menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Provinsi Lampung tahun 2008 yang diprediksi oleh Bappenas, BPS, dan UNFA Indonesia 2005 tertera pada Tabel
3.3. Pola migrasi netto bertanda positif menunjukkan adanya sejumlah penduduk yang masuk ke Provinsi Lampung, sedangkan tanda negatif menunjukkan adanya penduduk yang
keluar dari wilayah Provinsi Lampung.
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 4 Tabel 3.3 Pola migrasi netto menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Provinsi
Lampung tahun 2008
Jenis Kelamin Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan
0-4 -0,85
-0,88 5-9
0,44 0,25
10-14 0,71
0,28 15-19
-0,60 -4,99
20-24 -4,87
-6,10 24-29
0,05 -0,29
30-34 1,79
1,39 35-39
2,11 1,52
40-44 2,01
1,66 45-49
2,25 1,67
50-54 1,91
1,79 55-59
2,17 1,77
60-64 2,16
2,26 65-69
2,17 2,09
70-74 2,26
3,39 74 +
2,28 2,19
Nilai minimum 0,05
0,25 Nilai maksimum
2,26 3,39
Frekuensi ---
--- Sumber: Bappenas, BPS, dan UNFA Indonesia 2005
Berdasarkan Tabel 3.3 terlihat bahwa penduduk laki-laki angkatan kerja yang berusia di atas 24 tahun cenderung keluar dari Provinsi Lampung. Demikian juga halnya dengan penduduk
perempuan yang berusia di atas 30 tahun ke atas. Penyebab penduduk melakukan migrasi keluar dari Provinsi Lampung antara lain karena daya tarik ekonomi. Penelitian yang telah
dilakukan Darmawan 2007 menjelaskan hal tersebut. Pola migrasi yang terjadi di Provinsi Lampung telah dipaparkan oleh Darmawan 2007 yang
mengestimasi perkiraan pola migrasi yang terjadi antar provinsi di Indonesia. Darmawan 2007 menggunakan pendekatan ”indeks ketertarikan ekonomi” dari Model Hybrida, yaitu
suatu pengembangan model dari model gravitasi dalam analisis migrasi yang melibatkan variabel-variabel ekonomi sebagai faktor utama dalam mempengaruhi pola migrasi.
Variabel-variabel ekonomi yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB, Upah Minimum Provinsi UMP dan Angka Pengangguran.
Selanjutnya menurut Darmawan 2007 daerah tujuan migrasi penduduk dari Provinsi Lampung adalah Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Adapun proporsi
ketiga provinsi tujuan migrasi tersebut berbeda-beda menurut indikator ekonominya sebagai daya tarik migrasi, namun kecenderungan pola migrasi dari Provinsi Lampung sebagian
besar menuju ke Provinsi Sumatera Selatan dengan rata-rata nilai proporsi 5,64.
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 5 Tabel 3.4 Proporsi migrasi akibat adanya pengaruh ekonomi untuk tiga provinsi terbesar
tujuan migrasi dari Provinsi Lampung
Proporsi Provinsi Tujuan jiwa per 1000 penduduk
daerah asal No.
Indikator Daya Tarik Ekonomi
Nilai Indikator Sumsel
Jabar DKI
Lampung : 5.597.681,00 Sumsel: 12.021.263,00
Jabar: 9.940.941,00 1
PDRB per kapita atas dasar harga
konstan Rp DKI : 49.236.112,00
5,89 2,63
2,89 Lampung: 405.000,00
Sumsel: 503.700,00 Jabar: 430.000,00
2 Upah Minimum
Provinsi Rp DKI : 711.843,00
4,75 1,55
2,20 Lampung: 4,51
Sumsel: 6,31 Jabar : 4,44
3 Angka
Pengangguran DKI : 7,17
6,29 3,83
3,42
Rata-rata 5,64
2,67 2,84
Sumber: Darmawan 2007, data dimodifikasi Keterangan: Data tahun 2005
Data tahun 2000
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pola migrasi dari Provinsi Lampung yang merupakan proporsi migrasi akibat adanya pengaruh daya tarik ekonomi PDRB per Kapita
Atas Dasar Harga Konstan untuk 3 provinsi tujuan terbesar, yaitu Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Tampak bahwa provinsi-provinsi tetangga tersebut mempunyai nilai
ekonomi PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan yang lebih tinggi dibandingkan PDRB Provinsi Lampung. Demikian pula halnya dengan faktor upah minimum provinsi UMP
dimana UMP Provinsi Lampung saat itu merupakan yang terendah dibandingkan dengan provinsi tetangganya. Hal ini juga mendorong migrasi penduduk menuju ke provinsi
tetangga yang memiliki UMP lebih tinggi. Jika ditinjau dari angka pengangguran yang lebih tinggi di daerah tujuan migrasi
dibandingkan dengan di Provinsi Lampung, ternyata tingkat pengangguran di provinsi tujuan migrasi tidak mempengaruhi minat orang melakukan migrasi ke provinsi tujuan tersebut.
Sayangnya, Darmawan 2007 tidak menyajikan data angka pengangguran tahun 2005, sehingga perbandingan angka pengangguran mungkin saja sudah tidak sesuai dengan
kondisi UMP dan PDRB masing-masing provinsi tahun 2005. Kecenderungan penduduk Lampung memilih migrasi ke Sumatera Selatan dibandingkan ke
DKI Jakarta dan Jawa Barat kemungkinan dipengaruhi oleh angka Kebutuhan Hidup Minimum KHM. Perbandingan antara nilai UMP yang tidak sebanding dengan KHM
menyebabkan penduduk migran lebih memiliki provinsi dengan KHM yang lebih baik. Walaupun di DKI Jakarta UMP-nya lebih tinggi, namun masih bisa hidup lebih baik di
Provinsi Sumatera Selatan dengan UMP lebih rendah tetapi sebanding dengan nilai KHM- nya. Faktor lainnya yang mempengaruhi proporsi pemilihan tujuan migrasi adalah kemiripan
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 6 budaya dan kondisi geografis setempat. Selain itu, jarak tempuh yang relatif dekat juga
diduga menjadi alasan lainnya mereka memilih migrasi ke Sumatera Selatan. Seperti halnya daerah lainnya di Indonesia, pada umumnya penduduk di Provinsi Lampung
melakukan migrasi dari daerah pedesaan menuju ke daerah perkotaan urbanisasi. Selain karena faktor ekonomi, alasan penduduk melakukan migrasi adalah karena melanjutkan
pendidikan, menikah, ataupun karena keluarga. Keterbatasan sarana pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi di daerah asal ”memaksa” penduduk untuk melakukan migrasi ke
Kota Bandar Lampung ataupun Kota Metro yang memang sudah cukup lengkap sarana pendidikannya. Namun demikian tidak diperoleh data yang pasti mengenai perpindahan
penduduk antar kabupatenkota di Provinsi Lampung. Pengaruh urbanisasi dapat diprediksi berdasarkan berdasarkan perhitungan proyeksi
penduduk perkotaan menggunakan Urban Rural Growth Difference URGD, yaitu proyeksi penduduk perkotaan berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan penduduk daerah perkotaan
dan pedesaan. Di Provinsi Lampung, antara tahun 2000-2025, diproyeksikan nilai URGD lebih dari 30 seperti yang tertera pada Tabel 3.5. Berdasarkan kriteria nilai URGD lebih
dari 30 maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan laju pertumbuhan antara penduduk daerah perkotaan dan daerah pedesaan di Provinsi Lampung termasuk tinggi. Hal inilah
yang mendorong tingginya laju urbanisasi dari daerah pedesaan menuju daerah perkotaan di Provinsi Lampung.
Tabel 3.5 Proyeksi nilai URGD di Provinsi Lampung 2000-2025
No. Periode tahun
Nilai URGD
1 2000-2005
0,3862 2
2005-2010 0,3476
3 2010-2015
0,3128 4
2015-2020 0,2815
5 2020-2025
0,2534 Sumber: Bappenas, BPS, dan UNFA Indonesia 2005
3 Rasio Jenis Kelamin Sex Ratio
Pada tahun 2007 jumlah penduduk laki-laki di Provinsi Lampung adalah 3.749.739 jiwa dan penduduk perempuan adalah 3.540.028 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin sebesar
105,9 atau dengan kata lain setiap 100 penduduk perempuan terdapat sedikitnya 106 penduduk laki-laki. Kabupaten Lampung Tengah, Kota Bandar Lampung, dan Metro
memiliki rasio jenis kelamin yang mendekati 100, di mana jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama; sedangkan di Kabupaten Lampung Barat dan Tanggamus jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan dengan sex ratio
masing-masing sebesar 113,8 dan 110,5. Sebaran penduduk laki-laki dan perempuan
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 7 untuk masing-masing kabupatenkota di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 3.6 dan
Gambar 3.1.
Tabel 3.6 Sex ratio penduduk di Provinsi Lampung menurut kabupatenkota tahun 2007
No. KabupatenKota
Laki-laki Perempuan
Sex Ratio
1 Lampung Barat
203.057 178.382
113,8 2
Tanggamus 434.011
392.599 110,5
3 Lampung Selatan
696.249 645.009
107,9 4
Lampung Timur 482.205
454.529 106,1
5 Lampung Tengah
582.156 578.065
100,7 6
Lampung Utara 285.488
276.826 103,1
7 Way Kanan
185.449 177.300
104,6 8
Tulang Bawang 405.068
369.197 109,7
9 Bandar Lampung
409.433 402.700
101,7 10
Metro 66.623
65.421 101,8
Provinsi Lampung 3.749.739
3.540.028 105,9
Sumber: BPS Provinsi Lampung 2009
Gambar 3.1. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin menurut kabupaten
kota di Provinsi Lampung tahun 2007
STA TUS LIN G KUN G A N HIDUP DA ERA H PRO V IN SI LA M PUN G 2 0 0 9
III - 8
4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur