h. Kebenaran yang dibawa oleh Al-Qur’an bersifat mutlak, tidak
diragukan dan tidak meragukan.
62
2. Pengertian Hadits
Kata Hadits berasala dari bahasa Arab. Menurut Ibn Manzhur, kata ini bersala dari kata al-Hadits, jamaknya: al-Ahadits al-Haditsan dan al-
Hudtsan. Secara etimologis kata ini memiliki banyak arti, diantaranya: al- Jadid yang baru, lawan dari al-Qadim yang lama, dan Al-Khabar, yang
berarti kabar atau berita. Hadits secara bahasa bermakna ”dhiddu al- qadim” yakni lawan dari lama atau baru.
63
Hadits juga sering disebut dengan al-kabar yang berarti berita, yaitu sesuatu yang sering
dipercakakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan Hadits. Hadits dengan pengertian khabar sebagaimana
pengertian tersebut, dapat dilihat pada beberapa ayat Al-Qur’an, seperti Qs. Al-Thur: 34, Qs. Al-Kahfi: 6, dan Qs. Ad-Dhuha: 11.
64
Adapun secara terminologis, Hadits dirumuskan dalam pengertian yang berbeda-beda diantara para ulama. Perbedaan-perbedaan pandangan
itu disebabkan oleh terbatas dan luasnya obyek tinjauan masing-masing, yang tentu saja mengandung kecenderungan pada aliran ilmu yang di
dalaminya.
62
Zakiah Darajat, dkk., op. cit., hal. 90.
63
Endang Soetari, Ilmu Hadits Kajian Riwayah dan Dirayah, Yogyakarta: Mimbar Pustaka, 2005, hal. 1.
64
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal.1.
Ulama Hadits mendefinisikan Hadits adalah segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat
maupun hal ihwal Nabi. Menurut istilah ahli Ushul Figh, Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW selain Al-Qur’an al-
Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi yang bersangkut paut dengan hukum syara’. Sedangkan menurut istilah para
Fuqaha, Hadits adalah segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW yang tidak bersangkut paut dengan masalah-masalah fadhu atau wajib
Sementara kalangan ulama ada yang menyatakan, bahwa apa yang dikatakan Hadits bukan hanya yang berasal dari Nabi SAW, namun yang
bersal dari shahabat dan tabi’in disebut juga Hadits. Sebagai buktinya, telah kita kenal adanya istilah Hadits Marfu’ yaitu Hadits yang
dinisbahkan kepada Nabi SAW, Hadits Mauquf yaitu Hadits yang dinisbahkan pada shahabat, dan Hadits Maqtu’ yaitu Hadits yang
dinisbahkan pada tabi’in. Sebagian ulama berpendapat bahwa apabila kata Hadits itu berdiri sendiri, dalam arti tidak dikaitkan dengan kata atau
istilah lain, maka biasanya yang dimaksudkan adalah apa yang bersal Nabi SAW hanya kadang-kadang kata Hadits yang berdiri sendiri itu memiliki
pengertian tentang apa yang dinisbahkan kepada shahabat atau tabi’in.
65
Hadits adalah apa saja yang disandarkan kepada Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir persetujuan Nabi terhadap suatu perbuatan
65
Endang Soetari, op. cit., hal. 1-3.
atau ucapan yang datang dari sahabatnya. Yang berupa perkataan al- qaul, seperti sabda Nabi SAW
ت ا
ا ى
ئ ا
او
Artinya:”sesungguhnya sahnya amal itu, apabila disertai dengan niat. Dan setiap perbuatan seseorang itu tergantung pada apa yang
diniatkanya” Yang berupa perbuatan al-fi’il, ialah seperti yang beliau ajarkan kepada
para sahabat tentang tata cara shalat, ”Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku mengerjakan shalat”. Sedangkan yang berupa persetujuan
taqrir ialah seperti beliau menyetujui suatu perkara yang dilakukan salah seorang sahabat, baik perkataan ataupun perbuatan yang dilakukan
dihadapannya ataupun tidak. Misalnya, mengenai makan biawak yang dihidangkan kepadanya.
66
3. Bidang Studi Al-Qur’an Hadits