Diagnosis Anemia pada Kehamilan Penatalaksanaan

kurang besi dalam jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali. 15

2.2.6 Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang – kunang, dan keluhan mual – muntah lebih hebat pada hamil muda. 22 Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan pada Tabel 2-2. Tabel 2.2. Hasil Pemeriksaan Hb dengan Sahli Hemoglobin Status Anemia 11 g Dl Tidak Anemia 9 – 10 g Dl Anemia Ringan 7 – 8 g Dl Anemia Sedang 7 g Dl Anemia Berat Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu – ibu hamil di puskesmas. 22

2.2.7 Penatalaksanaan

a Diet kaya zat besi dan nutrisi yang adekuat Penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah karena diet yang buruk. Perbaikan pola makan dan kebiasaan makan yang sehat dan baik selama kehamilan akan membantu ibu untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga dapat mencegah dan mengurangi kondisi anemia. b Diet yang dianjurkan pada pasien yang anemia adalah diet yang kaya dengan zat besi. Pada dasarnya zat besi dari makanan didapat dalam dua Universitas Sumatera Utara bentuk yaitu zat besi heme yang didapati pada hati, daging, ikan dan zat besi non heme yang didapati pada padi-padian, buncis, kacang polong yang dikeringkan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau seperti bayam, daun ubi dan kangkung. Zat besi heme menyumbangkan hanya sejumlah kecil zat besi sekitar 10-15. Namun demikian zat besi heme diserap dengan baik dimana 10-35 yang di makan akan masuk kedalam aliran darah. Zat besi non heme atau zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan bagian terbesar yang dikonsumsi sehari-hari, namun tidak diserap dengan baik yaitu hanya sekitar 2-8. c Makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti teh dan kopi sebaiknya dihindari. Sedangkan makanan yang mengandung vitamin C seperti buah-buahan sebaiknya diberikan untuk membantu peningkatan penyerapan zat besi. 20 d Pemberian zat besi oral Preparat zat besi oral yang biasa diberikan pada ibu hamil adalah fero sulfat, glukonat dan fumarat. Prinsip pemberian terapi zat besi oral ini tidak hanya untuk mencapai nilai hemoglobin yang normal tetapi juga memperbaiki cadangan besi didalam tubuh. Sebelum dilakukan pengobatan harus dilakukan pengiraan terlebih dahulu jumlah zat besi yang dibutuhkan. Pemberian zat besi oral ini juga memberikan efek samping berupa konstipasi, berak hitam, mual dan muntah. 20 e Pemberian zat besi par-enteral Metode sederhana 250 mg besi elemental sebanding dengan 1 gram Hb. Pemberian zat besi secara parenteral jarang dilakukan karena mempunyai efek samping yang banyak seperti nyeri, inflamasi, phlebitis, demam, atralgia, hipotensi, dan reaksi anafilaktik. Indikasi dari pemberian secara parenteral adalah anemia defisiensi besi berat, mempunyai efek samping pada pemberian oral atau mengalami gangguan absorbsi. Pemberiannya dapat diberikan secara intramuskular maupun secara intravena. 20 Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800- 1000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah yang membutuhkan 300-400 mg zat besi dan apabila mencapai puncak Universitas Sumatera Utara pada usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat besi. 20

2.2.8 Pengaruh Anemia dalam Kejadian BBLR