Dari tabel diatas terlihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 yang menderita anemia merupakan yang terbanyak
yaitu berjumlah 45 orang dimana yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR sebanyak 24 orang 53,3 dan yang melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal BBLN sebanyak 21 orang 46,7. Sedangkan ibu hamil yang tidak menderita anemia berjumlah 38 orang yaitu sebanyak 12 orang
31,6 yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR dan sebanyak 26 orang 68,4 yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir
normal BBLN. Kemudian berdasarkan hasil analisa dengan uji statistik chi-square terdapat
probabilitas dengan nilai p=0,046, dengan nilai OR = 2,476 dapat diartikan bahwa
ibu hamil yang mengalami anemia memiliki peluang risiko 2,476 kali mengalami bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami
anemia di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015.
5.2 Pembahasan
Pengumpulan data selama satu bulan yang dilakukan di Ruang Rekam Medik RSUP Haji Adam Malik didapatkan bahwa pada tahun 2015 ditemukan sebesar
132 sampel kelahiran hidup . Setelah dilakukan penelitian, hanya 83 rekam medik termasuk dalam kriteria inklusi yaitu rekam medik ibu hamil yang melahirkan
cukup bulan dan tanpa kompikasi kehamilan. Dari data yang diperoleh, jumlah ibu hamil yang menderita anemia merupakan
yang terbanyak yaitu berjumlah 45 orang dimana yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR adalah sebanyak 24 orang 53,3 dan yang
melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal BBLN adalah sebanyak 21 orang 46,7. Sedangkan ibu hamil yang tidak menderita anemia berjumlah 38
orang yaitu sebanyak 12 orang 31,6 yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR dan 26 orang 68,4 lagi melahirkan bayi dengan berat
badan lahir normal BBLN. Kemudian data yang kami peroleh untuk Antenatal Care terdapat 83 orang ibu
hamil, dimana diantaranya terdapat 74 orang 89.2 tidak teratur menjalani Antenatal Care dan 9 orang 10.8 teratur menjalani Antenatal Care. Dari 9
Universitas Sumatera Utara
orang yang teratur menjalani Antenatal Care terdapat 5 orang 55.5 mengalami Anemia pada kehamilan dan 4 orang 45.5 tidak mengalami Anemia pada
kehamilan, kemudian untuk hubungannya dengan berat bayi lahir terdapat 3 orang 33.3 bayi berat lahir rendah BBLR, dan terdapat 6 orang 66.7 bayi berat
lahir normal BBLN. Dari data yang kami peroleh membuktikan pada sample penelitian kami
Antenatal Care mempengaruhi hasil berat bayi yang dilahirkan oleh si ibu, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan kadar hemoglobin ibu saat
kehamilan. Hubungan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat badan
lahir rendah BBLR dalam penelitian ini membuktikan bahwa terdapatnya hubungan anemia dengan kejadian BBLR dengan derajat signifikasi 5. Sama
halnya apabila terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu
semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan atau bayi dengan berat lahir normal. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa anemia pada ibu hamil
berhubungan dengan kejadian BBLR. Hal ini dapat disebabkan kadar hemoglobin yang rendah akan mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi dari
ibu ke janin sehingga pertumbuhan janin terhambat.
24
Hal senada juga dipaparkan dalam penelitian Kumar dan Asha yang menyebutkan bahwa anemia dalam kehamilan memiliki hubungan dengan
hasilnya janin. Peningkatan insiden dari BBLR terlihat jika ibunya anemia pada trimester ketiga. Dan peningkatan insidensi dari kelahiran prematur terlihat jika
ibunya anemia di trimester kedua dan ketiga.
26
Bayi berat lahir rendah didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO sebagai badan saat lahir kurang dari 2500 g 5,5 lb. Bayi berat lahir rendah terus
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global dan berhubungan dengan berbagai konsekuensi baik jangka pendek dan panjang.
Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa 15 sampai 20 dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah bayi berat lahir rendah, yang mewakili lebih dari 20 juta
kelahiran per tahun.
8
Universitas Sumatera Utara
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita 0-59 bulan dengan BBLR sebesar 10,2. Persentase BBLR tertinggi terdapat di Provinsi
Sulawesi Tengah 16,8 dan terendah di Sumatera Utara 7,2.
9
Hasil Dinkes Sumatera Utara tahun 2012 menyatakan bahwa persentase BBLR di Sumatera Utara sebesar 0,45. Persentase BBLR tertinggi terdapat di
Kabupaten Nias 4,70 dan terendah di Kota Gunung Sitoli 0,00.
2
Beberapa peneliti telah melaporkan angka kejadian BBLR di Indonesia. Diantaranya penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
dengan p-value 0,026, dengan nilai OR = 9,778 Confidence Interval 95 = 1,208 – 79,128 dapat diartikan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia memiliki
peluang risiko 9,778 kali mengalami bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami anemia .
27
Penelitian yang dilakukan di Rumah Bersalin Amanda Lembang Bandung pada tahun 2010-2012, terdapat 29 66 orang ibu bersalin yang mengalami
anemia terdapat sebanyak 17 57 orang bayi BBLR, dimana terbukti terdapat hubungan antara anemia dengan BBLR.
28
Disisi yang lain, pada kondisi bayi berat lahir normal, proporsi terbanyak adalah pada kelompok bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak mengalami
anemia sebesar 68,4. Hal ini berarti ibu hamil yang tidak menderita anemia di dalam tubuhnya memiliki zat besi yang cukup dibutuhkan untuk memenuhi
kehilangan basal, juga cukup dibutuhkan untuk pembentukkan sel-sel darah merah yang semakin banyak, serta untuk janin dan plasentanya.
9
Pada kelompok ibu anemia yang melahirkan bayi BBLR dapat dipengaruhi oleh ketidakmampuan ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi
dirinya dan janin dalam kandungannya. Oleh karena itu bayi berat lahir rendah rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia.
13
Pendapat lain juga mendukung pernyataan sebelumnya yang menyatakan bahwa
anemia pada ibu hamil juga mempengaruhi proses pertumbuhan janin. Akibat yang ditimbulkan seperti keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi asfiksia intrapartum mati dalam kandungan, lahir dengan berat badan rendah BBLR.
19
Universitas Sumatera Utara
Hal penelitian Lubis pada analisa bivariat anemia batas 9 grdl dan anemia berat secara statistik tidak ditemukan nyata melahirkan bayi BBLR. Namun untuk
melahirkan bayi mempunyai resiko 3,081 kali. Sedangkan dari hasil analisa multivariate dengan memperhatikan masalah riwayat kehamilan sebelumnya
menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat memperoleh resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi disbanding dengan yang tidak penderita
anemia berat.
19
Status besi yang dihubungkan dengan hasil kehamilan pada wanita hamil di Korea menjelaskan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang kadar Hb rendah
menunjukkan rata-rata lahir dengan kelahiran prematur, berat badan dan nilai APGAR yang rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan ibu yang
memiliki tingkat Hb yang tinggi.
15
Akhirnya, berdasarkan beberapa hasil penelitian lain dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa teori dan hasil penelitian terdahulu
yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR meskipun ada beberapa hasil penelitian lain
yang menyebutkan hasilnya berbeda. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan yang lebih detail dan spesifik untuk mengetahui
faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan