BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan Dari  pengamatan yang  diperoleh  dan pembahasan data pada  proses pemutihan  pulp
Bleaching dapat disimpulkan, Bahwa  penambahan  bahan  kimia  yang  stabil  sangat  menentukan  baik  buruk
tidaknya  kertas  yang  akan  diperoleh.  Semakin  stabil  penambahan  bahan  kimia  yang ditambahkan, maka akan smakin tinggi tingkat kecerahan pulp yang dicapai dan hal
ini  juga  harus  didukung  oleh  beberapa  parameter  yang  mempengaruhi  kecerahan Brightness  yang  diinginkan  yang  harus  diatur  dengan  sangat  cermat  yaitu  :
temperatur, pH , waktu dan  lain lain. Standart derajat  keputihan  Brightness   yang diproduksi oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah pada tahap  D
= 55-60  , EoP =65-75, D
1
=85-88 dan D
2
=89-91 .
5.2. Saran
1. Jumlah  bahan  kimia  yang  ditambahkan  pada  proses  pemutihan  harus  lebih  teliti
dan stabil, agar menghasilkan pulp yang keputihannya memenuhi stadart ISO dan agar mengurangi pemakaian bahan kimia yang secara berlebih.
2. Cara kerja dari karyawan PT. Toba Pulp Lestari ini agar lebih di tingkatkan lagi
kedepannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kayu
Kayu  yang  berasal  dari  berbagai  jenis  pohon  memiliki  sifat  yang  berbeda  beda. Bahkan  kayu  yang  berasal  dari  satu  pohon  pun  dapat  memiliki  sifat  yang  berbeda,
jika  dibandingkan  bagian  ujung  dengan  pangkalnya.  Sifat-sifat  kayu  yang  berbeda tersebut  antara  lain  yang  bersangkutan  dengan  sifat-sifat  anatomi  kayu,  sifat-sifat
fisik,  sifat-sifat  mekanik,dan  sifat-sifat  kimianya.  Ada  beberapa  sifat  umum  yang terdapat pada semua kayu, diantaranya :
1. Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetriradial.
2. Kayu  tersusun  dari  sel-sel  yang  memiliki  bermacam-macam  tipe,  dan  susunan
dinding  selnya  terdiri  dari  senyawa-senyawa  kimia  berupa  selulosa  dan hemiselulosa unsur karbohidrat serta berupa lignin non karbohidrat
3. Semua kayu bersifat anisotropic, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan
jika  diuji  menuju  tiga  arah  utamanya  longitudinal,  tangensial,  dan  radial.  Hal ini  disebabkan  oleh  struktur  dan  orientasi  selulosa  dalam  dinding  sel,  bentuk
memanjang  sel-sel  kayu,  dan  pengaturan  sel  terhadap  sumbu  vertikal  dan horizontal pada batang pohon.
Universitas Sumatera Utara
4. Kayu  merupakan  suatu  bahan  yang  bersifat  higroskopik,  yaitu  dapat  kehilangan
atau  bertambah  kelembapannya  akibat  perubahan  kelembapan  dan  suhu  udara disekitarnya.
Kayu  dapat  di  serang  makhluk  hidup  perusak  kayu,  dapat  terbakar,  terutama jika kayu dalam keaadaan kering Dumanauw, 2001.
2.1.1. Sifat Fisik Kayu
1. Berat Jenis Kayu  memiliki  berat  jenis  BJ  yang  berbeda-beda,  berkisar  antar  minimum  0.20
kayu balsa hingga 1.28 kayu nani. Makin berat BJ-nya, umumnya makin kuat pula kayunya.  Semakin  ringan  suatu  jenis  kayu,  akan  berkuranng  pula  kekuatannya.
Umumnya berat jenis kayu ditentukan besar kayu kering tanur atau kering udara dan volume kayu pada posisi kadar air tertentu.
2. Keawetan Alami Kayu
Maksud keawetan alami ialah ketahanan kayu terhadap serangan unsur-unsur perusak kayu dari luar misalnya jamur, rayap, bubuk, cacing laut, dan makhluk lainnya, yang
diukur  dengan  jangka  waktu  tahunan.  Keawetan  kayu  tersebut  disebabkan  oleh adanya suatu zat di dalam kayu zat ekstraktif. Zat-zat tersebut merupakan sebagian
unsur  racun  bagi  perusak-perusak  kayu,  sehingga  perusak  tersebut  tidak  sampai masuk atau tinggal di dalamnya dan merusak kayu.
Universitas Sumatera Utara
3. Warna Kayu
Ada  beraneka  macam  warna  kayu,  antara  lain  warna  kuning,  keputih-putihan  coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-
zat  pengisi  warna  dalam  kayu  yang  berbeda-beda.  Warna  sesuatu  jenis  kayu  dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tempat di dalam batang, umur pohon dan
kelembapan udara. 4.Higroskopik
Kayu  mempunyai  sifat  higroskopik,  yaitu  dapat  menyerap  dan  melepaskan  air  atau kelembaban.  Suatu  petunjuk,  bahwa  kelembaban  kayu  sangat  dipengaruhi  oleh
kelembaban  dan  suhu  udara  pada  suatu  saat.  Makin  lembab udara  disekitarnya akan makin  tinggi  juga  kelembaban  kayu  sampai  tercapai  keseimbangan  dengan
lingkungannya. 5. Serat
Arah serat dapat ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang.
Jika  arah  sel-sel  itu  menyimpang  atau  membentuk  sudut  terhadap  sumbu  panjang batang dikatakan kayu itu berserat membelok.
6. Berat kayu Berat  kayu  tergantung  dari  jumlah  zat  kayu  yang  tersusun,  rongga-rongga  sel  atau
jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat-zat ekstraktif di dalamnya. Berat
Universitas Sumatera Utara
suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang bersangkutan dan dipakai sebagai patokan berat kayu.
7. Kekerasan Pada  umumnya  terdapat  hubungan  langsung  antara  kekerasan  kayu  dan  berat  kayu.
Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu ringan adalah  juga  kayu  yang  lunak.  Berdasarkan  kekerasannya,  jenis-jenis  kayu
digolongkan sebagai berikut : a.
Kayu sangat keras, contoh: balau, gram, dan lain-lain b.
Kayu keras, contoh: kulim, pilang, dan lain-lain c.
Kayu sedang kekerasannya, contoh: mahoni, meranti, dan lain-lain d.
Kayu lunak, contoh: pinus, balsa, dan lain-lain Dumanauw, 2001.
2.1.2. Sifat Mekanik Kayu
Sifat-sifat  mekanik  atau  kekuatan  kayu  ialah  kemampuan  kayu  untuk  muatan  dari luar.  Maksud  muatan  dari  luar  adalah  gaya-gaya  di  luar  benda  yang  mempunyai
kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda Dumanauw, 2001.
2.1.3. Sifat Kimia Kayu
Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari 3 macam unsur yaitu:
1. Unsur karbohidrat yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
2. Unsur non-karbohidrat yang terdiri dari lignin
Universitas Sumatera Utara
3. Unsur  yang  diendapkan  di  dalam  kayu  selama  proses  pertumbuhan  yang  sering
disebut zat ekstraktif. Adapun  komposisi  unsur-unsur  kimia  dalam  kayu  adalah  sebagai  berikut
Nitrogen 0,04-0,10 , Hidrogen 6, Abu 0,20-0,50 Dumanauw, 2001.
2.1.4. Komponen Kayu
Secara  kimia  kandungan  bahan  yang  terdapat  dalam  kayu  dapat  di  bagi  4  empat bagian yaitu:
1. Selulosa
2. Hemiselulosa
3. Lignin
4. Zat Ekstraktif
Komposisi  dan  sifat-sifat  kimia  komponen-komponen  ini  sangat  berperan dalam  proses  pembuatan  pulp.  Pada  setiap  pemasakan,  kita  ingin  mengambil
sebanyak  mungkin  selulosa  yang  terdapat  di  dalam  serat  kayu,  disisi  lain hemiselulosa,  lignin,  dan  zat  ekstraktif  tidak  dibutuhkan  atau  dipisahkan  dari  serat
kayunya.  Komposisi  kimia  kayu  bervariasi  untuk  setiap  species.  Secara  umum  hard wood  mengandung  lebih  banyak  selulosa,  hemiselulosa  dan  zat  ekstraktif
dibandingkan dengan soft wood  tetapi kandungan ligninnya lebih sedikit.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 : Komposisi Typical Chemical Antara Hardwoods Dan Softwoods Komponen
Soft woods Hard woods
Selulosa 42 ± 2
45 ± 2 Hemiselulosa
27 ± 2 30 ± 5
Lignin 27 ± 2
20 ± 4 Zat ekstraktif
3 ± 2 5 ± 3
1. Selulosa
Selulosa  merupakan  bagian  utama  yang  membentuk  dinding  sel  daripada  kayu. Merupakan  polimerisasi  yang  sangat  kompleks  dari  gugus  karbohidrat  yang
mempunyai  persen  komposisi  yang  mirip  dengan  “starch”  yaitu  glukosa  yang terhidrolisis oleh asam.
Selulosa  merupakan  komponen  kayu  yang  terbesar,  yang  dalam  kayu  lunak dan  kayu  keras  jumlahnya  mencapai  hampir  setengahnya.  Selulosa  merupakan
polimer  linear  dengan  berat  molekul  tinggi  yang  tersusun  seluruhnya  atas  β-D- glukosa.  Karena  sifat-sifat  kimia  dan  fisiknya  maupun  struktur  supramolekulnya
maka  ia  dapat  memenuhi  fungsinya  sebagai  komponen  struktur  utama  dinding  sel tumbuhan Fengel, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1: Struktur selulosa 2.
Hemiselulosa
Hemiselulosa  juga  merupakan  polimer-polimer  gula.  Berbeda  dengan  glukosa yang  terdiri  hanya  dari  polimer  glukosa,  hemiselulosa  merupakan  polimer  dari
lima bentuk gula yang berlainan yaitu: glukosa, mannosa, galaktosa, xylosa, dan arabinosa.  Rantai  hemiselulosa  lebih  pendek  dibandingkan  dengan  rantai
selulosa, karena hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi yang lebih rendah. Molekul hemiselulosa terdiri dari 300 unit gugus gula. Berbeda dengan selulosa,
polimer  hemiselulosa  berbentuk  tidak  lurus,  tetapi  merupakan  polimer-polimer bercabang yang berarti hemiselulosa tidak akan dapat membentuk struktur kristal
dan  serat  mikro  seperti  halnya  selulosa.  Pada  proses  pembuatan  pulp hemiselulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan selulosa.
Gambar 2: Unit dasar penyusun hemiselulosa
Universitas Sumatera Utara
3. Lignin
Lignin merupakan zat yang tidak berbentuk yang bersama-sama dengan selulosa membentuk dinding sel dari pohon kayu. Ia berfungsi sebagai bahan perekat atau
semen  antara  sel-sel  selulosa  yang  membuat  kayu  menjadi  kuat.  Lignin merupakan  polimer  tiga  dimensi  yang  bercabang  banyak.  Molekul  utama
pembentuk  lignin  adalah  phenyl  propane.  Satu  molekul  lignin  dengan  derajat polimerisasi  yang  tinggi  merupakan  molekul  yang  besar,  karena  ukurannya  dan
struktur  tiga  dimensinya.  Lignin  di  dalam  kayu  berfungsi  sebagai  lem  atau semen.  Lapisan  lamella  tengah  dengan  kandungan  utamanya  adalah  lignin,
mengikat  sel-sel  itu  dan  sehingga  terbentuk  struktur  kayu.  Dinding  sel  juga mengandung  lignin.  Pada  dinding  sel,  lignin  bersama  dengan  hemiselulosa
membentuk  semen  matriks  dima na  tersusunlah  selulosa  yang  berupa  “mikro
fibrils ”.
CH
2
OH CH
CH
OCH
3
OH Gambar 3:  Struktur dasar lignin
Universitas Sumatera Utara
4. Zat ekstraktif
Kayu  biasanya  mengandung  berbagai  zat-zat  dalam  jumlah  yang  tidak  banyak yang  di  sebut  dengan  istilah  “extractive”.  Zat-zat  ini  dapat  diambil  atau  di
pisahkan  dari  kayu  dengan  memakai  pelarut  air  maupun  pelarut  organik  seperti eter  ataupun  alkohol.  Asam-asam  lemak,  asam-asam  resin,  lilin,  terpentin,  dan
gugus  fenol  adalah  merupakan  beberapa  grub  yang  juga  merupakan  zat ekstraktif.  Kebanyakan  dari  zat  ekstraktif  itu  terpisahkan  dalam  proses  pulp
dengan  cara  “Kraft  Pulping”.  Minyak  mentah  terpentin  dapat  di  peroleh  dari digester  pada  waktu  mengeluarkan  gas.  Lemak-lemak,  asam-asam  lemak  akan
membentuk  sabun  soap pada  proses  “Kraft”  dan  terlarut  dalam  larutan
pemasak. Soap ini selanjutnya akan di pisahkan dari black liquor dan daur ulang sebagai “tall oil”. Beberapa atau sebagian kecil dari zat ekstraktif yang terlarut
akan menyebabkan timbulnya getah “pitch” dalam pembuatan pulp secara kraft dan  pada  pembuatan  kertas.  Bentuk  ini  merupakan  gumpalan  yang  mengotori
peralatan seperti halnya screen dan wire  PT.TPL, 2004.
2.2. Pulp Bubur Kertas
Pulp adalah bahan mentah untuk membuat kertas. Bahan mentah ini di buat dari serat pendek yang di peroleh dari produksi kayu dan non-kayu, seperti ampas tebu, jerami
padi,  atau  merang. Sekarang ini,  industri  Pulp  yag  lebih besar  memakai bahan  baku seperti, pohon  Eucalyptus, Acasta, dan pohon Pinus.
Universitas Sumatera Utara
Bahan  baku  tersebut  akan  dihasilkan  serat  pendek  sebagai  bahan  baku  untuk industri  Pulp.  Asosiasi  Pulp
dan  kertas  belum  menanam  tanaman  ‘serat  panjang’, karena ditaksir tidak efisien, namun industri kertas memerlukan baik serat pendek dan
panjang Hidayat, 2008.
2.3. Bahan Baku Pembuatan Pulp Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk
Kayu adalah yang dijadikan sebagai bahan baku yang mengandung serat utama untuk pembuatan  pulp  karena  rendemen  seratnya  yang  tinggi.  Kayu  yang  digunakan  oleh
PT.  Toba  Pulp  Lestari,  Tbk  saat  ini  adalah  jenis  kayu  yang  merupakan  hasil  hutan tanaman  industri  yang membutuhkan waktu  sekitar  4-5 tahun pada  area yang  cukup
luas. Eucalyptus dapat dipanen pada umur 4-5 tahun dengan diameter antara 20-30 m dengan tinggi 45 m.
Kayu  Eucalyptus  adalah  kayu  yang  ditanam  dan  dikembangkan  oleh perusahaan  kayu  Eucalyptus  berserat  pendek  dan  dikelompokkan  dalam  kayu  keras.
Dalam  pengolahan  di  pabrik  dipisahkan  karena  tanaman  secara  homogen  sehingga memudah dikelompokkan. Pengelompokan secara homogen Eucalyptus yang ditanam
oleh perusahaan terdiri dari 3 spesies yaitu Eucalyptus grandis, Eucalyptus urophylla, E ucalyptus hybrid.
Eucalyptus  grandis  memiliki  ciri-ciri  kulit  tipis  dan  sulit  untuk  dikupas bahkan susah putus, Eucalyptus urophylla berkulit tebal, mudah lepas tetapi susah di
hancurkan  seperti  tali  yang  di  jalin  atau  goni,  Eucalyptus  hybrid  adalah  Eucalyptus yang  dikembangkan  oleh  perusahaan  dari  hasil  kloning  grandis  dan  urophylla  yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki  ciri-ciri  lebih  menguntungkan,  yaitu  kulit  tipis,  mudah  lepas,  dan  lebih mudah hancur dibanding yang lain PT. TPL., 2002.
2.4. Proses Produksi Pulp Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk 2.4.1. Pesiapan Kayu Wood Preparation