Tinjauan Umum Tentang Penuntutan

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Penuntutan

a. Pengertian Penuntutan Pengertian Penuntutan menurut Pasal 1 butir 7 KUHAP adalah sebagai berikut: “Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”. Untuk memberikan gambaran yang luas tentang pengertian penuntutan, berikut ini penulis kemukakan beberapa pendapat dari para sarjana sebagai berikut : 1. Sudarto Yang dimaksud dengan tindakan penuntutan ialah berupa penyerahan berkas perkara si tersangka kepada hakim dan sekaligus agar supaya diserahkan kepada sidang pengadilan Sudarto dalam Djoko Prakoso, 1987 : 26 . 2. Wirjono Prodjodikoro Menuntut seorang terdakwa di muka hakim pidana adalah menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim, dengan permohonan supaya hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa Wirjono Prodjodikoro dalam Djoko Prakoso, 1987 : 26 . 15 3. S.M. Amin Menuntut adalah penyerahan perkara ke sidang oleh hakim S.M.Amin dalam Djoko Prakoso, 1987 : 26 . 4. Martiman Prodjohamidjojo Penuntutan dalam arti luas merupakan segala tindakan penuntut umum sejak ia menerima berkas dari penyidik untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri Martiman Prodjohamidjojo dalam Djoko Prakoso, 1987 : 26 . 5. Atang Ranoemihardja Yang dimaksud dengan penuntutan perkara ialah bilamana atas suatu perkara telah diajukan oleh penuntut umum kepada Ketua Pengadilan Negeri dengan tuntutan agar terhadap perkara tersebut dapat diajukan ke sidang pengadilan Atang Ranoemihardja dalam Djoko Prakoso, 1987 : 26 . 6. A. Karim Nasution Penuntutan diartikan penentuan, apakah suatu perkara diserahkan atau tidak kepada hakim untuk diputuskan dan jika dilanjutkan ke pengadilan, untuk memajukan tuntutan hukuman A. Karim Nasution dalam Djoko Prakoso, 1987 : 26 . Dari beberapa pendapat tentang pengertian penuntutan tersebut diatas, maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa penuntutan merupakan suatu proses dari beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh Jaksa. Singkatnya penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk menyerahkan berkas perkara terdakwa ke Pengadilan Negeri agar hakim memberikan putusan terhadap terdakwa yang bersangkutan. Pelimpahan perkara ke pengadilan tersebut dengan 16 sendirinya bila telah terdapat alasan yang cukup kuat bukti-buktinya, sehingga seseorang yang dianggap bersalah tersebut akan dapat dijatuhi pidana atas perbuatannya sebagai tindak pidana yang ia lakukan Hari Sasangka dan Tjuk Suharjanto, 1988:28. b. Pengertian Prapenuntutan. Sehubungan dengan tugas jaksa di bidang penuntutan, dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana diatur juga tugas jaksa dalam bidang prapenuntutan. Prapenuntutan dalam Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana diatur dalam Pasal 14 butir b, yang menyatakan sebagai berikut: “Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat 3 dan 4, dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik”. Dalam hubungannya dengan pengertian prapenuntutan M. Yahya Harahap memberikan penjelasan sebagai berikut : “Pada penyerahan tahap pertama, penyidik secara nyata dan fisik menyampaikan berkas perkara kepada penuntut umum, dan penuntut umum pun secara nyata dan fisik menerimanya dari tangan penyidik” M. Yahya Harahap dalam Hamrad Hamid dan Husein Harun, 1992:150. Namun demikian sekalipun telah terjadi penyerahan secara nyata dan fisik kepada penuntut umum, undang-undang belum menganggap penyidikan telah selesai, sebab kemungkinan besar hasil penyidikan yang diserahkan akan dikembalikan oleh penuntut umum kepada penyidik dengan petunjuk agar penyidik melakukan tabahan pemeriksaan penyidikan, itulah sebabnya penyerahan berkas pertama disebut prapenuntutan. 17 Jadi tindakan-tindakan Jaksa yang harus dilakukan sebelum ia melakukan penuntutan suatu perkara pidana ke sidang pengadilan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Mempelajari dan meneliti berkas perkara pidana yang, diterima dari penyidik. Apakah cukup kuat dan terdapat cukup bukti-bukti bahwa tertuduh telah melakukan tindak pidana. Apabila menurut pendapatnya, berkas perkara tersebut kurang lengkap, maka ia segera mengembalikan berkas perkara tersebut kepada penyidik untuk dilengkapi. 2. Setelah diperoleh gambaran yang jelas dan pasti tentang adanya tindak pidana yang dilakukan oleh tertuduh maka atas dasar itu Jaksa membuat surat dakwaan. Selanjutnya untuk menyusun tuntutannya, Jaksa harus membuktikan surat dakwaannya itu di sidang pengadilan. Apabila dakwaannya itu terbukti barulah Jaksa menyusun tuntutannya Djoko Prakoso, 1987: 28. c. Asas- Asas Penuntutan Wewenang penuntutan dipegang oleh penuntut umum sebagai monopoli artinya tiada badan lain yang boleh melakukan itu. Hakim tidak dapat meminta supaya suatu delik diajukan kepadanya. Jadi. hakim hanya menunggu saja penuntutan dari penuntut umum hakim bersifat pasif . Di dalam penuntutan dikenal 2 asas beginsel yaitu : 1. Azas Legalitas Legalitics beginsel Azas yang mewajibkan kepada penuntut umum untuk melakukan penuntutan terhadap seseorang yang melanggar peraturan hukum pidana. 18 2. Azas Oportunitas Opportuniteits beginsel Azas Oportunitas ialah azas yang memberikan wewenang pada penuntut umum untuk tidak melakukan penuntutan terhadap seseorang yang melanggar peraturan hukum pidana dengan jalan mengesampingkan perkara yang sudah terang pembuktiannya untuk kepentingan umum Hari Sasangka dan Tjuk Suharjanto, 1988:25. d. Tugas dan wewenang Jaksa dan Penuntut Umum dalam Proses Pidana Menurut Pasal 1 butir 6 KUHAP ditentukan bahwa : 1. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 2. Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Wewenang Penuntut Umum di dalam Pasal 14 KUHAP: a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik ke penyidik pembantu; b. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan Pasal 110 ayat 3 dan ayat 4, dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan panyidikan dari penyidik; c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan panahanan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik; d. Membuat surat dakwaan; 19 e. Melimpahkan perkara kepengadilan; f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan dan disertai surat panggilan, baik kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan; g. Melakukan penuntutan; h. Menutup perkara demi kepentingan hukum; i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan Undang- Undang ini; j. Melaksanakan penetapan hakim Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003:33.

2. Tinjauan Umum Tentang Surat Dakwaan