Prevalensi Maloklusi dan Jenis Maloklusi Murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa Jenis Kebiasaan Buruk dan Maloklusi di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa

maloklusi yang paling banyak adalah protrusi 26,92 diikuti retroklinasi insisivus 19,23 Tabel 5. Tabel 5. Jenis kebiasaan buruk dan maloklusi di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa Kebiasaan Buruk dan Maloklusi n Kebiasaan menghisap ibu jari n=11 Maloklusi Ada 8 72,73 Tidak 3 27,27 Jenis maloklusi yang dimiliki n=11 Anterior open bite 4 36,36 Protrusi 3 27,27 Posterior crossbite 1 9,10 Kebiasaan menjulurkan lidah n=27 Maloklusi Ada 22 81,48 Tidak 5 18,52 Jenis maloklusi yang dimiliki n=27 Protrusi 10 37,04 Anterior open bite 5 18,52 Posterior open bite 5 18,52 Posterior crossbite 2 7,40 Kebiasaan bernapas melalui Mulut n=37 Maloklusi Ada 26 70,27 Tidak 11 29,73 Jenis maloklusi yang dimiliki n=37 Anterior open bite 11 29,73 Protrusi 9 24,32 Posterior crossbite 6 16,22 Lanjutan tabel 5. Jenis kebiasaan buruk dan maloklusi di SMP Negeri 1 Tanjung i Morawa Kebiasaan menggigit Kuku n=48 Maloklusi Ada 26 54,17 Tidak 22 45,83 Jenis maloklusi yang dimiliki n=48 Rotasi 23 47,92 Crowded 3 6,25 Kebiasaan menghisap Bibir n=104 Maloklusi Ada 48 46,15 Tidak 56 53,85 Jenis maloklusi yang dimiliki n=104 Protrusi 28 26,92 Retroklinasi Insisivus 20 19,23

BAB 5 PEMBAHASAN

bb Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi murid yang memiliki kebiasaan buruk adalah 69,82. Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Giuseppina dkk, yaitu 80,6. 18 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena usia, jumlah sampel dan jenis kebiasaan buruk yang diteliti berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 222 murid usia 12-14 tahun, dengan melakukan pemeriksaan kebiasaan buruk yaitu kebiasaan menghisap ibu jari, menjulurkan lidah, bernapas melalui mulut, menggigit kuku dan menghisap bibir menggunakan kuesioner serta pemeriksaan klinis pada kebiasaan menjulurkan lidah dan bernapas melalui mulut. Sedangkan penelitian Giuseppina dkk, dilakukan pemeriksaan kebiasaan buruk pada 2617 murid usia 7-15 tahun melalui pemeriksaan analisis fungsional saat meneliti kebiasaan menghisap jari, menghisap dot, bernapas melalui mulut, menjulurkan lidah dan menghisap bibir. 18 Kebiasaan buruk yang paling banyak dilakukan yaitu kebiasaan menghisap bibir sebanyak 67,09 diikuti menggigit kuku 30,96, bernapas melalui mulut 23,87, menjulurkan lidah 17,42 dan menghisap ibu jari 7,09. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Aves dkk, dimana ditemukan kebiasaan yang paling banyak dilakukan yaitu kebiasaan bernapas melalui mulut 40,4, menggigit kuku 40,4, menjulurkan lidah 27, menghisap bibir 19,2 dan menghisap ibu jari 7,7. 5 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena usia, jumlah sampel dan cara pemeriksaan kebiasaan buruk yang diteliti berbeda. Penelitian ini, dilakukan pada 222 anak usia 12- 14 tahun dengan melakukan pemeriksaan kebiasaan buruk yaitu kebiasaan menghisap ibu jari, menjulurkan lidah, bernapas melalui mulut, menggigit kuku dan menghisap bibir menggunakan kuesioner serta pemeriksaan klinis pada kebiasaan menjulurkan lidah dan bernapas melalui mulut. Sedangkan penelitian Aves dkk, dilakukan pada 137 anak usai 6-13 tahun dengan melakukan pemeriksaan kebiasaan buruk yaitu kebiasaan menghisap ibu jari, menjulurkan lidah, bernapas melalui mulut, menggigit kuku dan menghisap bibir menggunakan kuesioner. Kebiasaan menghisap bibir paling banyak dilakukan, mungkin disebabkan karena kebiasaan ini mudah dilakukan secara tidak sadar oleh anak dan kebiasaan ini sebagai pengganti saat kebiasaan menghisap ibu jari sudah berhenti dilakukan. 2,38 Responden yang paling banyak melakukan kebiasaan buruk adalah usia 12 tahun sebesar 39,65, diikuti usia 14 tahun sebesar 35,24 dan usia 13 tahun sebesar 25,11. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Saba dkk, yang menemukan kebiasaan buruk paling banyak terjadi pada anak usia 8-9 tahun sebanyak 35,45 diikuti usia 10-11 tahun 23,64, usia 12-13 tahun 21,82 dan usia 6-7 tahun 19,09. 7 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena usia, jumlah sampel dan jenis kebiasaan buruk yang diteliti berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 222 murid SMP Negeri 1 usia 12-14 tahun. Pada penelitian ini jenis kebiasaan buruk yang diteliti yaitu kebiasaan menghisap ibu jari, menjulurkan lidah, bernapas melalui mulut, menggigit kuku dan menghisap bibir. Sedangkan penelitian Saba dkk, dilakukan pada 110 pasien anak usia 6-13 tahun di Departemen kedokteran gigi anak dan Departemen ortodonti Universitas Baghdad. Pada penelitian Saba dkk, kebiasaan buruk yang diteliti yaitu kebiasaan menghisap ibu jari, kebiasaan menghisap jari, kebiasaan menggigit kuku, kebiasaan menggigit pensil, kebiasaan menjulurkan lidah, kebiasaan menghisap bibir dan kebiasaan buruk yang lebih dari 1. 7 Prevalensi kebiasaan buruk lebih sering pada anak laki-laki yaitu 51,10 dibandingkan anak perempuan 48,90. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Aves dkk, pada 137 murid usia 6-13 tahun di SD Katolik II St. Antonius Palu, dimana ditemukan sebanyak 60 anak laki-laki lebih sering mempunyai kebiasaan buruk dibandingkan dengan anak perempuan sebanyak 40. 5 Hal ini mungkin disebabkan orang tua yang memiliki anak laki-laki lebih memberi kebebasan pada perilaku anak. 39 Selain itu mungkin juga disebabkan anak laki-laki mudah mengalami stress sehingga mendorong anak untuk melakukan kebiasaan buruk. 40 Penelitian ini menunjukkan prevalensi murid yang memiliki maloklusi sebesar 83,78. Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian Thilander dkk, dimana 88 anak memiliki maloklusi. 12 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena usia, jumlah sampel jenis maloklusi, cara pemeriksaan maloklusi yang diteliti berbeda. Pada penelitian ini, dilakukan pada 222 murid usia 12-14 tahun dengan melakukan pemeriksaan secara visual pada maloklusi, seperti anterior open bite, posterior crossbite, crowded, rotasi, protrusi, retroklinasi insisivus, anterior crossbite, posterior crossbitedan deepbite. Sedangkan penelitian Thilander dkk, dilakukan pada 4724 anak usai 5-17 tahun dengan