HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

commit to user

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA

1. Kedudukan, Tugas pokok dan Fungsi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta.

a. Kedudukan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta berlokasi di Jalan hasanudin no. 112 Surakarta, telp. 0271 719873 Fax 727117. Adapun kedudukan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta sesuai dengan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 11 Tahun 2008 tentang penjabaran tugas pokok dan fungsi dan tata kerja Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta. Secara struktural kedudukan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta adalah sebagai penyelenggara tugas dan fungsi di bidang kependidikan, kepemudaan dan keolahragaan di Kota Surakarta yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan bertanggung jawab kepada Walikota. b. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta 1. Tugas Pokok dan Fungsi 1 commit to user Tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Dinas Dikpora adalah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang kependidikan, kepemudaan dan keolahragaan, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintah daerah di bidang kependidikan, kepemudaan dan keolahragaan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok diatas maka Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga mempunyai fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis bidang kependidikan, kepemudaan dan keolahragaan; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kependidikan, kepemudaan dan keolahragaan; c. Pembinaan dan fasilitasi bidang kependidikan, kepemudaan dan keolahragaan lingkup Pemerintah Kota Surakarta; d. Pelaksanaan tugas bidang kependidikan, kepemudaan, keolahragaan, sarana prasarana pendidikan dan olahraga; e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang kependidikan, kepemudaan dan keolahragaan; f. Pelaksanaan kesekretariatan dinas; g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Visi, Misi, dan Tujuan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota

2 commit to user Surakarta a. Visi : Terwujudnya masyarakat Surakarta yang beriman dan bertaqwa, cerdas, sehat, berprestasi dan berbudaya. b. Misi : a. Mewujudkan masyarakat Surakarta yang beriman dan bertaqwa dan berakhlak mulia b. Meningkatkan kualiatas sumber daya manusia yang cerdas, kreatif, inovatif, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Mewujudkan masyarakat yang gemar olahraga, memiliki kesegaran jasmani dan menghasilkan bibit olahragawan yang berprestasi. d. Mewujudkan generasi muda yang tangguh, trampil dan produktif e. Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, berdaya tahan, dan mampu memfilter budaya asing. c. Tujuan Berdasarkan visi dan misi diatas, tujuan yang ingin dicapai oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta adalah : a. Meningkatkan iman dan taqwa lewat pembiasaan, pengenalan agama yang dianut, pelatihan pada waktu peringatan hari besar agama, serta pembiasaan etika dalam pergaulan, sehingga secara bertahap terwujud kehidupan yang agamis, penuh toleransi, dapat menghargai sesama umat beragama dan berbudi pekerti dalam pergaulan. b. meningkatkan sumber daya manusia agar mempunyai kecerdasan yang tinggi, mampu berkreasi dan mengikuti perkembangan ilmu 3 commit to user pengetahuan dan teknologi, lewat proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga mampu menjuarai lomba- lomba kretifitas, memiliki nilai akdemis tinggi, serta mampu menciptakan teknologi tepat guna. c. Meningkatkan kegembiraan berolahraga sesuai potensi masing- masing lewat pembelajaran dan pelatihan olahraga sehingga terwujud masyarakat yang gemar olahraga, mampu menguasai event-event olahraga serta hidup sehat. d. Meningkatkan semangat kompetitif yang sehat, baik dalam bidang agama, keolahragaan dan kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari maupun event lomba sehingga mampu melahirkan ulama, cendekiawan, olahragawan maupun budayawan. e. Menanamkan nilai-nilai budaya daerah Surakarta lewat proses pembelajaran, pelatihan dan pembiasaan sehingga terwujud kehidupan sosial yang tetap mencerminkan budaya adi luhung dan tidak mudah terpengaruh budaya asing yang belum tentu sesuai dengan budaya Surakarta.

3. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta

Susunan Organisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta, terdiri atas : 1. Sekretariat, terdiri atas : a. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan; b. Sub Bagian Keuangan; 4 commit to user c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. 2. Bidang Pendidikan Dasar dan Anak Usia Dini, terdiri atas : a. Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar SD dan Anak Usia Dini; b. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar SD dan Anak usia Dini. 3. Bidang Pendidikan Dasar SMP, terdiri atas : a. Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar SMP; b. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan SMP. 4. Bidang Pendidikan Menengah, terdiri atas : a. Seksi Kurikulum Pendidikan Menengah; b. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Menengah. 5. Bidang Pendidik, dan Tenaga Kependidikan, terdiri atas : a. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dasar SD dan Anak Usia Dini; b. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dasar SMP; c. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah. 6. Bidang Pendidikan Non Formal, terdiri atas : a. Seksi Pendidikan Masyarakat; b. Seksi Kesetaraan dan Keaksaraan. 7. Bidang Pemuda, terdiri atas : a. Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda; b. Seksi Perlindungan Pemuda dan Pemberdayaan Lembaga Kepemudaan. 8. Bidang Olahraga, terdiri atas : 5 commit to user a. Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Olahraga; b. Seksi Pengembangan Ilmu Olahraga dan Lembaga Keolahragaan; c. Seksi Sarana dan Prasarana dan Kemitraan. 9. Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD; 10. Sekolah Menengah Kejuruan; 11. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas; 12. Kelompok Jabatan Fungsional. 6 commit to user

4. Uraian Tugas

Di dalam bagan organisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta, bidang yang melaksanakan tugas merencanakan kebutuhan pegawai kepala sekolah, usulan pengangkatan, dan penempatan melalui proses pengadaan kepala sekolah yaitu : 1. Bidang Pendidik, dan Tenaga Kependidikan mempunyai tugas : § melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan dasar SD, pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan dasar SMP, dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan 7 commit to user menengah. § pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang pendidik dan tenaga kependidikan terdiri atas 3 tiga seksi, yaitu: a. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dasar SD dan Anak Usia Dini mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pendidik dan tenaga kependidikan dasar SD, meliputi : perencanaan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan untuk pendidikan dasar milik pemerintah kota, usulan pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan PNS untuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar milik, usulan pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan pada pendidikan dasar, peningkatan kesejahteraan, penghargaan dan perlindungan pendidik pada jenjang pendidikan dasar, usulan pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan bertaraf internasional selain karena alasan pelanggaran perundang-undangan pada jenjang pendidikan dasar SD. b. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dasar SMP mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pendidik dan tenaga kependidikan dasar SMP, meliputi : perencanaan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan untuk pendidikan dasar SMP, usulan pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan PNS untuk satuan pendidikan bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar SMP, 8 commit to user usulan pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan pada pendidikan dasar SMP, peningkatan kesejahteraan, penghargaan dan perlindungan pendidik pada jenjang pendidikan dasar SMP, usulan pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan selain karena alasan pelanggaran perundang-undangan pada jenjang pendidikan dasar SMP. c. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pendidik dan tenaga kependidikan Menengah, meliputi : perencanaan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan untuk pendidikan menengah, usulan pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan PNS untuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan Menengah, usulan pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan pada pendidikan menengah, peningkatan kesejahteraan, penghargaan dan perlindungan pendidik pada jenjang pendidikan menengah, usulan pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan selain karena alasan pelanggaran perundang-undangan pada jenjang pendidikan menengah

5. Tata Kerja

Dalam melaksanakan tugas Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi, dan Pejabat Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi secara vertikal maupun horizontal baik dalam maupun antar satuan organisasi dalam lingkungan Pemerintah Daerah serta instansi lain sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. 9 commit to user Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi bertanggung jawab dalam memimpin, mengkoordinasikan dan memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya masing-masing. Setiap pimpinan satuan organisasi dalam lingkungan Dinas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk dan bertanggung jawab pada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan tepat pada waktunya. Apabila Kepala Dinas berhalangan dalam menjalankan tugasnya, maka untuk menjalankan tugas Kepala Dinas, ditunjuk pejabat yang senior dalam pangkat dan jabatan serta dipandang mampu sebagai pejabat pelaksana tugas Plt Kepala Dinas.

6. Susunan Kepegawaian Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta

Pegawai merupakan unsur yang sangat penting bagi keberhasilan pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta didukung oleh 150 orang pegawai. Berikut ini klasifikasi pegawai di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta di dasarkan pada : a. Jumlah Pegawai per-Bagian Tabel 4.1 Jumlah pegawai per-Bagian 10 commit to user No. Uraian Jumlah orang Persentase 1. Kepala Dinas 1 0,7 2. Sekretariat 32 21,3 3. Bidang –bidang 68 45,3 4. UPTD 5 3,3 5. Sekolah Menengah Kejuruan 7 4,7 6. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 10 6,7 7. Jabatan Fungsional 27 18 Jumlah 150 orang 100 Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta tahun 2008 Dari tabel diatas, jumlah pegawai Dinas Dikpora Kota Surakarta seluruhnya berjumlah 150 orang, yang terdiri dari Sekretariat, Bidang-bidang, UPTD, SLTP SLTA, Sekolah Menengah Kejuruan dan Kelompok Jabatan Fungsional. dan keseluruhannya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Jumlah paling banyak terdapat pada bidang-bidang sebanyak 45,3 dari keseluruhan jumlah pegawai yang ada di Dinas Dikpora Kota Surakarta. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari pegawai tersebut menjadi staf sesuai dengan bidang tugas dan beban kerjanya masing-masing. b. Jumlah Pegawai berdasarkan Status Kepegawaian Tabel 4.2 Jumlah Pegawai berdasarkan status kepegawaian No. Status Kepegawaian Jumlah orang Persentase 1. PNS 145 96,7 2. Pegawai Honorer 5 3,3 Jumlah 150 orang 100 Sumber : Renstra Dinas Dikpora Kota Surakarta 2005-2010 11 commit to user Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai Dinas Dikpora Kota Surakarta status kepegawaiannya yaitu Pegawai Negeri Sipil PNS yang mencapai 96,7 dari jumlah pegawai yang ada di Dinas Dikpora Kota Surakarta. c. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Dinas Dikpora berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan Jumlah orang Persentase 1. Pasca Sarjana 21 14 2. Sarjana 35 23,3 3. Sarjana Muda D III 9 6 4. Diploma II 3 2 5. Diploma I PGSMTP 2 1,4 6. Sekolah Menengah 59 39,3 7. Sekolah Menengah Pertama 15 10 8. Sekolah Dasar 6 4 9. Jumlah 150 orang 100 Sumber : Renstra Dinas Dikpora Kota Surakarta 2005-2010 Berdasarkan tabel diatas, dari 150 orang pegawai Dinas Penididikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta rata-rata berpendidikan sekolah menengah yang berjumlah 39,3 , diikuti dengan pegawai yang tingkat pendidikan Sarjana S1 sebanyak 23,3 . 12 commit to user d. Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan Kepangkatan Tabel 4.4 Jumlah Pegawai Dinas Dikpora Berdasarkan Pangkat No. Golongan Jumlah orang Persentase 1. IV 19 12,7 2. III 81 54 3. II 44 29,3 4. I 3 2 5. Lainnya 3 2 Jumlah 150 orang 100 Sumber : Renstra Dinas Dikpora Kota Surakarta 2005-2010 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah golongan pegawai yang ada Dinas Dikpora Kota Surakarta yaitu golongan III. Umumnya mereka menduduki jabatan sebagai staf yang membantu dan bertanggung jawab kepada kepala kepala bidang sub bagian. 13 commit to user B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Strategi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta dalam proses pengadaan Kepala Sekolah. Proses pengadaan kepala sekolah diselenggarakan guna memperoleh calon kepala sekolah yang sesuai dengan persyaratan untuk menduduki jabatan sebagai kepala sekolah di berbagai tingkat pendidikan, mulai dari TK, SDSLB, SMPMTs, SMASMKMA. Proses pengadaan kepala sekolah di Surakarta dilakukan untuk mengisi jabatan kepala sekolah yang sedang kosong karena adannya pensiun, promosi, mutasi, danatau meninggal dunia. Mengenai diselenggarakannya proses pengadaan kepala sekolah di Surakarta, Bapak Sugiyanto selaku selaku Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan PTK Dinas Dikpora Kota Surakarta, mengungkapkan bahwa : “Proses pengadaan kepala sekolah itu sangat penting, digunakan untuk mengisi formasi kepala sekolah yang kosong, akibat adanya mutasi, promosi, pensiun danatau meninggal dunia dan diharapkan 14 commit to user dengan adanya proses pengadaan kepala sekolah ini dihasilkan calon kepala sekolah yang berkompeten.” Wawancara, 7 Juli 2010. Pelaksanaan proses pengadaan kepala sekolah oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta dilakukan oleh Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Sesuai dengan uraian tugasnya yaitu melaksanakan pengembangan dan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan, baik pendidikan dasar SD, pendidikan dasar SMP, dan pendidikan menengah. Dalam menyelenggarakan proses pengadaan kepala sekolah guna mendapatkan calon kepala sekolah yang berkualitas dan berkompeten, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga mempunyai beberapa strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi atau upaya yang dilakukan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta dalam proses pengadaan kepala sekolah, antara lain:

a. Penarikan

Dalam rangka pelaksanaan proses pengadaan kepala sekolah, langkah awal yang dilakukan oleh Dinas Dikpora adalah melakukan penarikan atau perekrutan, dimana dalam perekrutan ini Dinas Dikpora Kota Surakarta menggunakan sistem tertutup, yaitu dengan mengirimkan surat edaran ke tiap-tiap sekolah yang ada di wilayah Kota Surakarta. Seperti yang disampaikan oleh Ibu JP. Latynina selaku Kasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Menengah adalah sebagai berikut : “…Awalnya dari proses pengadaan ini yaitu Dinas Dikpora mengirimkan surat edaran ke masing-masing sekolah tentang adanya formasi kepala sekolah yang kosong.” Wawancara, 2 Juli 2010. 15 commit to user Beliau juga menambahkan : “….Surat edaran tersebut juga memberitahukan tingkatan pendidikan mana saja yang membuka formasi lowongan untuk jabatan kepala sekolah dan persyaratan atau kualifikasi apa saja yang harus dipenuhi, serta masing-masing sekolah harus mengirimkan 1 orang wakil dari sekolah yang dianggap memenuhi persyaratan kualifikasi yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti proses pengadaan kepala sekolah. Kalau formasi yang kosong cukup banyak di tiap tingkatan sekolah ya tiap sekolah boleh mengusulkan maksimal 2 dua orang wakil dari sekolahnya, tapi kalau sedikit cukup satu orang saja yang mewakili sekolahnya.” Dari pendapat diatas dijelaskan bahwa surat edaran yang dikirimkan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta ke masing-masing sekolah bertujuan untuk memberitahukan bahwa sekolah diharapkan mengusulkan salah satu gurunya untuk mengikuti proses penarikan calon kepala sekolah karena ada formasi jabatan kepala sekolah yang kosong, dan didalam surat edaran itu disertakan pula persyaratan kualifikasi yang harus dipenuhi oleh calon kepala sekolah. Setelah surat edaran itu diterima oleh pihak sekolah, selanjutnya pihak sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan tim seleksi sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penarikan calon kepala sekolah ini, karena pihak sekolah harus mengirimkan atau mengusulkan salah satu guru di sekolahnya yang dianggap telah memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Seperti yang disampaikan oleh oleh Bapak Sutarmo selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 27 Surakarta : “…Pihak sekolah mempunyai tugas yang berat dalam proses penarikan ini, karena saya sebagai kepala sekolah harus benar- benar mempertimbangakan dengan tepat siapa yang dianggap layak untuk di usulkan menjadi calon kepala sekolah. Jadi, dalam mengusulkan calon kepala sekolah ini harus 16 commit to user dipertimbangkan dengan matang kalau mau mendapatkan calon yang berkualitas dan biasanya guru yang bersangkutan tersebut saya tunjuk untuk mewakili sekolah.” Wawancara, 14 Juli 2010. Hal senada juga disampaikan Bapak Saryanto selaku Kepala Sekolah SD Negeri Mijen I, adalah sebagai berikut : “…memang dalam mengirimkan guru untuk menjadi calon kepala sekolah disini melalui penunjukan langsung, karena untuk mengusulkan guru yang harus mewakili sekolah harus dipertimbangkan dengan baik, agar tidak mengecawakan pihak sekolah yang mengusulkan. Pertimbangan-pertimbangan itu dilihat dari latar belakang calonnya itu seperi apa, kepribadiannya bagaimana, prestasi apa yang pernah diraih, dan masih banyak lagi yang harus dipertimbangkan. Jadi, pihak sekolah dalam proses perekrutan ini sangat penting sekali.“ Wawancara, 19 Juli 2010. Penunjukan guru tersebut tidak asal tunjuk saja, pihak sekolah telah mempertimbangkan banyak hal sebelum mereka mengusulkan guru yang akan dikirim dalam proses penarikan calon kepala sekolah ini. Tentang penunjukan guru tersebut, dibenarkan oleh Bapak Poernama Irianto selaku calon kepala sekolah dari SMP Negeri 14 Surakarta: “…Waktu proses perekrutan itu saya ditunjuk oleh kepala sekolah, karena saya dianggap sudah memenuhi persyartaan yang dibutuhkan dan pada saat saya diusulkan saya juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Biasanya yang diusulkan dari pihak sekolah itu adalah yang sedang menduduki jabatan sebagai wakil kepala sekolah.” Wawancara, 17 Juli 2010. 17 commit to user Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Bapak Yusmar Setyobudi selaku calon kepala sekolah dari SMA Negeri 5 Surakarta: “…Memang biasanya yang diusulkan untuk mengikuti proses perekrutan ini adalah guru yang yang sedang menjabat sebagai wakil kepala sekolah di sekolah masing-masing. Tapi tidak menutup kemungkinan juga bagi guru-guru yang tidak menjadi wakil kepala sekolah untuk bisa ikut dalam pengadaan kepala sekolah.” Wawancara, 12 Juli 2010. Dari penjelasan calon kepala sekolah diatas dapat diketahui bahwa calon kepala sekolah yang di tunjuk atau diusulkan tersebut sedang menjabat sebagai wakil kepala sekolah di sekolahnya masing-masing. Dalam proses penarikan, para calon kepala sekolah harus memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta. Persyaratan atau kualifikasi yang harus dipenuhi calon kepala sekolah dalam proses penarikan ini adalah semua tentang ketentuan secara adminstrasi yang harus dipenuhi oleh para calon kepala sekolah. Persyaratan atau kualifikasi yang digunakan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta sebagai acuan untuk menarik merekrut calon kepala sekolah adalah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah Madrasah, yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Kualifikasi Umum dan kualifikasi khusus kepala sekolah No. Standar Kepala Sekolah 18 commit to user 1. Kualifikasi Umum Kepala sekolah a. Memiliki kualifikasi akademik Sarjana S1 atau Diploma empat D-IV kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi; b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun; c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang- kuranganya 5 lima tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak Raudhatul Athfal TKRA memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tiga tahun di TKRA; dan d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya IIIc bagi pegawai negeri sipil PNS dan bagi non PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga berwenang. 2. Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah 1. Kepala Taman Kanak- kanak Raudhatul Athfal TKRA a. Bersatatus sebagai Guru TKRA, b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai Guru TKRA; c. Memilki sertifikat kepala TKRA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. 19 commit to user 2. Kepala Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah SDMI a. Bersatatus sebagai Guru SDMI b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai Guru SDMI; dan c. Memilki sertifikat kepala SDMI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. 3. Kepala Sekolah Menengah Pertama Madrasah Tsanawiyah SMPMTs. a. Bersatatus sebagai Guru SMPMTs b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai Guru SMPMTs; dan c. Memilki sertifikat kepala SMPMTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. 4. Kepala Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah SMAMA a. Bersatatus sebagai Guru SMAMA b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai Guru SMAMA; dan c. Memiliki sertifikat kepala SMAMA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. 5. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Madrasah Aliyah Kejuruan SMKMAK adalah sebagai berikut : a. Bersatatus sebagai Guru SMKMAK b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai Guru SMKMAK; dan c. Memiliki sertifikat kepala SMKMAK yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. 6. Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Sekolah Menengah Atas Luar BiasaSDLBSMPLB SMALB a. Bersatatus sebagai Guru SDLBSMPLBSMALB b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai Guru SDLBSMPLBSMALB; dan c. Memiliki sertifikat kepala SDLBSMPLBSMALB yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. 20 commit to user 7. Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri a. Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah; b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan pendidikan c. Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa kualifikasi yang terdapat pada Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah madrasah terdiri dari 2 jenis, yaitu kualifikasi umum dan kualifikai khusus. Dalam kualifikasi umum dijelaskan ada 4 empat syarat yang harus dipenuhi oleh calon kepala sekolah, antara lain : a Kualifikasi akademik Calon kepala sekolah yang akan mengikuti proses pengadaan kepala sekolah ini minimal harus memiliki jenjang pendidikan terakhir Sarjana S1. Hal ini juga didukung dengan adanya ketentuan yang menyebutkan bahwa semua guru harus berpendidikan minimal S1 agar memperoleh sertifikasi. Tetapi dalam pelaksanaannya banyak calon kepala sekolah memiliki jenjang pendidikan terakhir yaitu S2 terutama calon kepala sekolah untuk SMP, dan sekolah menengah. Hal ini dapat dilihat dari daftar calon yang mengikuti proses seleksi dalam dua periode pengadaan yaitu pada tahun 2007 dan 2008 yang ada dibawah ini : Tabel 4.6 Daftar Calon kepala sekolah berdasar status pendidikan 21 commit to user Tahun Satuan Pendidikan Pendidikan terakhir Pendidikan S1 S2 2007 TK 6 - SD 39 2 SMP 23 9 SMK 6 6 2008 TK 6 - SD 31 5 SLB 5 - SMP 30 17 SMA 2 12 SMK 12 4 Sumber : Arsip Dinas Dikpora Kota Surakarta tentang hasil seleksi calon kepala sekolah. b Usia Didalam penentuan usia Dinas Dikpora Kota Surakarta menetapkan batas makmsimal usia calon kepala sekolah adalah 56 tahun pada saat diangkat menjadi kepala sekolah. Hal ini dilakukan untuk menghindari rendahnya produktivitas yang nantinya akan dihasilkan oleh calon kepala sekolah yang bersangkutan dan menghindari batas masa pensiun. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sugiyanto selaku Kabid. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, menyatakan : ”... dalam penentuan usia kita menetapkan batas usia maksimal 56 tahun pada saat nanti calon tersebut diangkat menjadi kepala sekolah. Jadi pada saat melakukan proses penarikan calon kepala sekolah Dikpora menyarankan pihak sekolah agar calon yang diusulkan tidak mendekati batas usia yang telah ditetapkan.” wawancara, 13 Juli 2010. c Pengalaman 22 commit to user Pengalaman bekerja selama 3-5 tahun pada jenjang pendidikan tertentu, dirasa sudah tepat bagi calon kepala sekolah untuk dapat mengetahui seluk beluk yang ada disekolah. Tetapi dalam proses penarikan yang dilakukan oleh pihak Dinas Dikpora Kota Surakarta, calon kepala sekolah umumnya telah menjadi guru atau mempunyai pengalaman lebih dari 10 tahun. Kenyataan menunjukkan semakin lama calon itu bekerja , makin banyak pula pengalaman yang dimiliki tenaga kerja yang bersangkutan. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Saryanto selaku Kepala Sekolah SD Negeri Mijen I : “ya kalau pengalaman calon tersebut, memang harus dicari yang lebih berpengalaman, tapi tidak menjamin kalau pengalaman mngajar lebih banyak akan bisa diusulkan untuk mengikuti proses pengadaan kepala sekolah ini. Seperti yang saya lakukan kemarin, saya mengusulkan salah satu guru dari sekolah ini yang pengalamannya baru saja 8 tahun, tapi guru ini memiliki kualitas yang lebih dari yang lain. Itu semua tergantung dengan sumber daya yang ada.” Wawancara, 19 Juli 2010. d Pangkat Penentuan batasan kepangkatan dan golongan yang dilakukan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta dalam proses penarikan calon kepala sekolah yang dilakukan dalam 2 periode tersebut serendah-rendahnya IIId. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Sugiyanto selaku Kabid. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan : ”...waktu itu Dinas Dikpora menetapkan golongan yang dibutuhkan serendah-rendahnya adalah IIIc, sesuai dengan aturan yang berlaku, tapi kita menyarankan pihak sekolah bahwa golongan yang harus dipenuhi minimal IIId, karena sekarang ini sudah banyak juga guru yang mempunyai golongan IVa, jadi ya tidak terlalu sulit.” Wawancara, 13 Juli 2010 23 commit to user Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses penarikan yang menyangkut kualifikasi umum Dinas Dikpora Kota Surakarta mempunyai strategi Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah madrasah dalam kualifikasi umum hanya digunakan sebagai acuan oleh Dinas Dikpora dalam menentukan kebijakan. Kebijakan-kebijakan tersebut tidak menyimpang dari peraturan yang ada, hanya saja ditingkatkan kualifikasi tersebut. Selain kualifikasi umum terdapat pula kualifikasi khusus yang disertakan dalam Permendiknas ini, antara lain : a Calon yang akan diusulkan tersebut harus berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan tertentu TK, SD, SLB, SMP, dan SMASMK, sehingga nanti pada waktu penempatan sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki calon tersebut. Jadi orang yang berasal bukan dari guru tidak bisa mendaftar mengikuti proses penarikan calon kepala sekolah. Seperti pernyataan dari Bapak Sugiyanto selaku Kabid. Pendidik dan tenaga kependidikan Kota Surakarta, menjelaskan bahwa : ”...ya, ini kan formasinya kepala sekolah, jadi yang dibutuhkan adalah guru dimana guru tersebut kan sudah mengetahui tentang segala sesuatu tentang sekolah tersebut. Jadi guru yang diusulkan dari SD akan mendaftar dan ditempatkan menjadi kepala sekolah SD, guru SMP nantinya juga akan menjadi kepala sekolah SMP, dan seterusnya.” Wawancara, 13 Juli 2010 b Seorang guru harus mempunyai sertifikat pendidik pada satuan pendidikan tertentu tertentu TK, SD, SLB, SMP, dan SMASMK. Para guru calon kepala sekolah sekarang ini sudah banyak yang 24 commit to user mempunyai sertifikat pendidik, karena sudah banyak pula guru yang telah disertifikasi, jadi untuk syarat ini tidak terlalu memberatkan bagi calon kepala sekolah itu sendiri. c Bagi kepala sekolah yang masa jabatannya akan habis bukan karena pensiun dan diusulkan kembali untuk menjadi kepala sekolah lagi harus menyertakan sertifikat sebagai kepala di satuan pendidikan tertentu TK, SD, SLB, SMP, dan SMASMK. Sertifikat kepala ini juga akan diterima oleh calon kepala sekolah yang telah lolos seleksi dan akan segera ditempatkan pada satuan penididikan yang ada formasi jabatan kepala sekolah yang kosong. Hal ini didukung oleh keterangan Bapak Sugiyanto selaku Kabid. PTK, menyatakan bahwa : ”sertifikat kepala di satuan pendidikan ini akan diberikan apabila calon tersebut telah diterima atau lolos seleksi dan akan ditempatkan di sekolah, dan bagi kepala sekolah yang belum mempunyai sertifikat kepala sekolah ini bisa mengurusnya kembali untuk medapatkannya sesuai dengan standar yang berlaku sekarang ini. Kebijakan ini baru dijalankan kurang lebih 3 tiga tahun dari mulai sejak Dinas Dikpora Kota Surakarta menggunakan sistem pengadaan yang baru, bekerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah. Sertifikat kepala sekolah ini dibuat sesuai dengan rekomendasi dari Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP. Wawancara, 13 Juli 2010 Dari kualifikasi khusus diatas dapat diketahui bahwa kualifikasi ini merupakan kualifikasi tambahan yang harus dipenuhi oleh masing-masing calon kepala sekolah. Kualifikasi ini di sertakan guna memberikan kejelasan berasal dari tingkatan pendidikan mana calon 25 commit to user kepala sekolah tersebut. Dengan demikian kualifikasi khusus ini bisa digunakan untuk menempatkan calon kepala sekolah yang benar-benar sesuai dengan keahlian dan jenjang tingkatan pendidikan darimana calon itu diusulkan. Dalam Permendiknas diatas kualifikasi khusus yang dipakai di wilayah Kota Surakarta hanya kualifikasi untuk kepala sekolah SD, SLB, SMPMTs, SMASMKMA, karena hanya satuan pendidikan ini saja yang ada di Kota Surakarta. Kekosongan jabatan tidakalah selalu ada setiap saat. Oleh karena itu, pelaksanaan proses kegiatan penarikan calon kepala sekolah dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Mengenai hal ini Ibu Latynina, selaku Kasi Bidang Pendidik dan tenaga Kependidikan Sekolah Menengah Dinas Dikpora Kota Surakarta membenarkan pelaksanaan kegiatan penarikan tersebut : “…dari Dinas Dikpora sendiri melaksanakan kegiatan penarikan atau rekrutmen ini setiap satu tahun sekali, pada tahun 2007 dan 2008. Tetapi pada tahun 2009, Dinas Dikpora tidak mengadakan rekrutmen karena masih ada stock dari hasil perekrutan tahun sebelumnya, baru pada 2010 ini, mau diadakan proses perekrutan lagi.” Wawancara, 2 Juli 2010. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa porses penarikan calon kepala sekolah dilaksanakan 1 tahun sekali, tetapi apabila tidak ada formasi yang kosong pada tahun tesebut maka tidak diselenggarakan proses penarikan untuk sementara waktu. Dalam melaksanakan proses penarikan guna memperoleh calon kepala sekolah yang baik, ditentukan berdasar pada spesifikasi 26 commit to user pekerjaan. Dalam memperoleh calon kepala sekolah Dinas Dikpora Kota Surakarta menggunakan sumber penarikan yang berasal dari internal Dinas Dikpora sendiri. Karena yang nantinya akan mengisi lowongan kepala sekolah adalah guru-guru yang berada dibawah naungan Dinas Dikpora Kota Surakarta. Agar proses penarikan calon kepala sekolah ini dapat berjalan dengan baik, maka Dinas Dikpora perlu menyadari berbagai kendala yang ada dalam proses penarikan, baik dari internal Dinas Dikpora sendiri maupun yang berasal dari eksternal organisasi. Tetapi dalam hal ini proses penarikan calon kepala sekolah yang dilakukan oleh Dinas Dikpora tidak mengalami kendala apapun, begitu juga dengan pengusul calon kepala sekolah dan calon kepala sekolah itu sendiri. Hal ini disampaikan oleh Bapak Sugiyanto selaku Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dinas Dikpora Kota Surakarta : “…Dalam proses perekrutan atau penarikan yang Dinas Dikpora laksanakan selama dua periode lalu tidak menemui suatu kendala apapun, karena kita melaksanakannya dengan rencana yang matang agar didapatkan calon yang baik. Jadi semuanya lancar. “ Wawancara, 7 Juli 2010. Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Sri Ramtini selaku Kepala sekolah SD Negeri Mijen II : “…Kalau hambatan dalam proses penarikan calon kepala sekolah yang pernah saya lakukan di sekolah ini tidak pernah mengalami hambatan. Karena guru yang saya usulkan sudah memenuhi kriteria yang diminta oleh Dinas Dikpora dan sudah melalui beberapa pertimbangann dari pihak sekolah dan layak untuk dicalonkan menjadi kepala sekolah. “ Wawancara, 15 Juli 2010. 27 commit to user Selaku calon kepala sekolah hal tersebut juga dibenarkan oleh Bapak Yusmar Setyobudi selaku calon kepala sekolah dari SMA Negeri 5 Surakarta : “Dalam proses perekrutan ini saya tidak mengalami kendala apapun, karena semua persyaratan yang dibutuhkan sudah terpenuhi. Jadi tidak ada hambatan sama sekali bagi saya.” Wawancara, 12 Juli 2010. Dari keterangan-keterangan diatas dapat diketahui bahwa proses penarikan yang dilakukan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta dalam proses pengadaan kepala sekolah sudah baik. Proses penarikan atau perekrutan calon kepala sekolah dapat dilakukan setelah adanya surat edaran dari Dinas Dikpora Kota Surakarta. Dengan adanya penarikan atau perekrutan ini melalui surat edaran yang dikirimkan ke tiap-tiap sekolah yang ada di kota Surakarta dapat membantu pihak Dinas Pendidikan pemuda dan olahraga Kota Surakarta untuk mendapatkan calon kepala sekolah yang tepat. Setelah surat edaran itu diberitahukan kepada guru-guru yang akan mewakili sekolah dalam proses pengadaan kepala sekolah, pihak sekolah akan memberitahukan tentang batas akhir pengumpulan berkas adminstrasi yang harus dipenuhi. Seperti yang disampaikan oleh Ibu JP. Latynina selaku Kasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Menengah : “… setelah surat edaran itu dikirimkan ke tiap-tiap sekolah, biasanya kami Pihak Dinas Dikpora Kota Surakarta memberi batasan 2-3 minggu untuk pengumpulan pemberkasan. Setelah pemberkasan itu selesai, diberitahukan juga jadwal pelakasanaan seleksi, maksimal 1 bulan setelah pemberkasan 28 commit to user itu terpenuhi.” Wawancara, 13 Juli 2010. Adanya strategi atau upaya yang dilakukn oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta dalam proses penarikan calon kepala sekolah yaitu Dinas Dikpora Kota Surakarta dalam merekrut calon kepala sekolah melebihkan jumlah kebutuhan yang seharusnya ada. Setelah semua persayaratan terpenuhi oleh calon kepala sekolah maka proses selanjutnya yang akan dijalankan oleh calon kepala sekolah yaitu seleksi.

b. Seleksi

Selection Setelah diadakannya proses penarikan dari tiap-tiap sekolah melalui pemberitahuan surat edaran tersebut, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan olahraga Kota Surakarta adalah menyeleksi calon kepala sekolah yang telah diusulkan dari tiap- tiap sekolah. Menurut Ibu JP. Latynina selaku Kasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah menengah Dinas Dikpora Kota Surakarta menerangkan bahwa : “….para calon kepala sekolah tersebut akan mengikuti beberapa seleksi, dimana tiap seleksi harus diikuti oleh calon kepala sekolah, baik itu yang berupa seleksi administrative maupun seleksi tulis. “ Wawancara, 2 Juli 2010. Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sistem seleksi yang dilaksanakan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta dalam menyeleksi para calon kepala sekolah menggunakan sistem Compensatory Approach , 29 commit to user dimana seleksi calon kepala sekolah itu terdiri dari 2 dua tahap yang merupakan satu kesatuan proses yang tidak dapat dipisahkan dan harus diikuti oleh semua calon kepala sekolah. Para calon kepala sekolah mengikuti seluruh proses seleksi, kemudian akan dihitung nilali rata-rata tes. Calon yang memenuhi standar dinyatakan lolos, sedangakan yang tidak memenuhi standar dinyatakan gugur. Tahapan-tahapan atau prosedur dalam proses seleksi yang dilakukan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta mengacu pada Kepmendiknas Nomor 162U2003 dan Keputusan Walikota Surakarta nomor 14 tahun 2004 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah. Tahapan-tahapan dalam peraturan tersebut terdiri dari 2 dua tahap yang meliputi : 1. Tahap I, yaitu Seleksi administratif, dilakukakn untuk meneliti kelengkapan administrasi. Seleksi administratif merupakan persyaratan awal yang dilakukan pada saat proses penarikan calon kepala sekolah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seleksi administratif ini untuk melengkapi dokumen-dokumen yang harus dipenuhi oleh calon kepala sekolah. 2. Tahap II, yaitu Tes Tertulis digunakan untuk menguji calon kepala sekolah dalam beberapa hal yang menyangkut tentang kepribadian, tes potensi akademik, kepemimpinan, tes kecerdasan, dan lain-lain dimana tes tersebut sangat penting untuk mengetahui kemampuan calon kepala sekolah di bidang kemampuan umum dan keprofesionalan mereka. Hal ini disampaikan oleh Bapak Bapak 30 commit to user Yusmar Setyobudi selaku calon kepala sekolah dari SMA Negeri 5 Surakarta: “…dalam proses seleksi itu para calon kepala sekolah di beri soal-soal tentang masalah pendidikan, tes tentang kepribadian, tes tentang pengetahuan umum, dan masih banyak lagi. Dalam pelaksanaan ujian tersebut kita dituntut untuk sportif, jadi tidak ada yang bermain curang setahu saya, karena pengawas ujian dalam menjaga proses seleksi tersebut sangat ketat. Selain itu dalam mengerjakan soal-soal tersebut kita hanya diberi waktu sedikit untuk mengerjakan tiap soal, jadi ya tidak ada waktu untuk berbuat curang, karena nantinya akan ketinggalan untuk soal selanjutnya.” Wawancara, 12 Juli 2010. Hal senada juga di ungkapkan oleh Ibu Sri Ramtini selaku Kepala Sekolah SD Negerui Mijen II dan juga pernah mengikuti pernah mengikuti proses seleksi pada periode pertama tahun 2007, menyatakan bahwa : “…proses seleksi yang saya alami dulu sangat cepat ya mbak, dari mulai pemenuhan persyaratann hingga tesnya. Kalau soal tes, memang dituntut untuk lebih sportif, soal tes yang diberikan banyak dan hanya diberi waktu sedikit. Ya kalau mengerjakan soalnya tidak cepat akan ketinggalan dengan soal selanjutnya. Waktu itu tes yang diuji meliputi tes kepribadian, kemampuan umum, tes kreativitas, dll. “ wawancara, 15 Juli 2010 Keseluruhan tes yang dilaksanakan merupakan upaya untuk menilai dan mengukur kemampuan, pengetahuan dan kreativitas para calon kepala sekolah dalam mengerjakan soal. Setelah selesai mengerjakan soal yang diberikan, para calon kepala sekolah tersebut juga harus membuat karya Tulis Ilmiah dengan tema isu-isu tentang pendidikan, dan proses yang terakhir yaitu 31 commit to user wawancara. Wawancara ini ternyata dilakukan untuk mewawancarai para peserta seleksi tentang karya tulis ilmiah yang mereka buat, bukan wawancara tentang personal dari calon kepala sekolah tersebut. Mengenai hal ini Bapak Poernama Iriato selaku calon kepala sekolah dari SMP Negeri 14 Surakarta memberi keterangan : “…iya pada hari pertama memang kami membuat karya tulis ilmiah yang harus dibuat pada hari pertama ujian, dan harus selesai serta dikumpulkan pada hari itu juga. Dalam menmbuat atau mengerjakan karya tulis ini hanya diberi waktu 60 menit, untuk menulis karya dengan tema pendidikan. Selanjutnya pada hari kedua dan di session yang terakhir karya tulis yang dibuat akan digunkan penguji sebagai bahan wawancara.” Wawancara, 17 Juli 2010. Proses seleksi calon kepala sekolah diselenggarakan selama 2 dua hari di Kota Surakarta. Seluruh calon harus mengikuti tes tertulis, penulisan karya tulis dan wawancara. Wawancara dilakukan mengenai karya tulis ilmiah yang telah dibuat oleh para calon kepala sekolah dengan tema yang telah ditentukan, dan karya tulis itu dibuat pada saat proses seleksi masih berlangsung yaitu pada hari ke 2 dua proses seleksi. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sugiyanto selaku Kabid pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah sebagai berikut: “ proses seleksi dilaksanakan selama 2 dua hari di SMA N 4 Surakarta. Materi seleksi meliputi tes tertulis, penulisan karya ilmiah, dan wawancara, dimana semua itu dilaksanakan selama 2 dua hari. Tes tertulis dilaksanakan pada hari pertama dan kedua, dan wawancara serta penulisan karya tulis dilaksanakan pada hari kedua juga. Dalam mengerjakan materi-meteri tersebut para calon diberi batasan waktu untuk setiap materi. Jadi ya biar tidak terjadi kecurangan.” Wawancara, 7 Juli 2010. 32 commit to user Beliau juga menambahkan : “…pengerjaan karya ilmiah juga dilaksanakan pada 2 hari itu juga, tepatnya pada hari pertama dan pada hari kedua hari terakhir dilakukan wawancara tentang karya tulis ilmiah yang dibuat oelh calon kepala sekolah.” Dari keterangan diatas, diketahui bahwa proses seleksi yang dilaksanakan secara tidak langsung akan menuntut kreasi para calon kepala sekolah dalam menuangkan ide-idenya ke dalam sebuah karya ilmiah dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui kemampuan calon kepala sekolah dan menghindari adanya kecurangan oleh para calon dalam membuat karya tulis ilmiah. Keseluruhan hasil dari tes, baik tes tertulis, karya ilmiah dan wawancara inilah yang nantinya akan menghasilkan nilai yang digunakan untuk menentukan calon kepala sekolah mana yang dianggap layak dan mana yang belum layak. Dalam penentuan kriteria layak lolos seleksi dan belum layak tidal lolos seleksi bagi calon kepala sekolah yang ikut seleksi di setiap tingkatan pendidikan TK, SDSLB, SMP, SMASMK berbeda-beda. 1 Bagi calon kepala sekolah TK standar nilai yang dianggap layak yaitu minimal nilai kumulatif dari berbagai tes yang dilakukan adalah 5400-5800 atau C+ 2 Bagi calon kepala sekolah SD standar nilai yang dianggap layak yaitu minimal nilai kumulatif dari berbagai tes yang dilakukan adalah 5500-6000 atau C+ 3 Bagi calon kepala sekolah SLB standar nilai yang dianggap layak 33 commit to user yaitu minimal nilai kumulatif dari berbagai tes yang dilakukan adalah 5000-6000 atau C+ 4 Bagi calon kepala sekolah SMP standar nilai yang dianggap layak yaitu minimal nilai kumulatif dari berbagai tes yang dilakukan adalah 5800-6300 atau B 5 Bagi calon kepala sekolah SMA standar nilai yang dianggap layak yaitu minimal nilai kumulatif dari berbagai tes yang dilakukan adalah 5815-6400 atau B 6 Bagi calon kepala sekolah SMK standar nilai yang dianggap layak yaitu minimal nilai kumulatif dari berbagai tes yang dilakukan adalah 5700-6400 atau B. Sumber : Arsip Dinas Dikpora Kota Surakarta tentang hasil seleksi calon kepala sekolah tahun 2007 dan 2008. Pembedaan kriteria skor di masing-masing jenjang tingkatan sekolah dikarenakan semakin tinggi jenjang tingkatan sekolah maka akan semakin tinggi pula kriteria skor yang akan dibebankan pada calon kepala sekolah. Hal ini dilakukan untuk memberi pembedaan dan agar meningkatkan kualitas dari calon kepala sekolah yang lolos dalam seleksi. Pengumuman seleksi dilaksanakan kurang lebih 1-2 jam setelah proses seleksi itu selesai, dan yang diumumkan adalah mereka calon kepala sekolah yang layak, sedangakan yang belum layak tidak dicantumkan namanya. Tetapi bagi calon yang belum layak ini bisa menjadi calon kepala sekolah lagi untuk periode selanjutnya apabila diikutkan untuk mewakili sekolah yang menaungi calon tersebut. Para calon kepala sekolah yang lolos dalam seleksi tersebut 34 commit to user merasa puas karena proses antara seleksi dan pengumuman hasil seleksi tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini disampaikan oleh Bapak Poernama Irianto selaku calon Kepala sekolah dari SMP Negeri 14 Surakarta : “…Proses seleksi yang saya ikuti waktu itu sangat transparan, karena pengumuman hasil dari seleksi itu tidak harus menunggu lama, setelah keseluruhan tes selesai pada hari itu juga diumumkan hasilnya. Sangat berbeda dengan proses pengadaan kepala sekolah yang sebelum ini, harus menunggu hasil pengumuman itu setelah beberapa hari mengikuti proses seleksi. Jadi, seperti inilah yang saya harakan, sangat transparan.” Wawancara, 17 Juli 2010. Hal yang sama juga disdampaikan oleh Bapak Sugiyanto selaku Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dinas Dikpora Kota Surakarta : “…Pengumuman hasil seleksi diumumkan pada hari kedua setelah keseluruhan proses seleksi itu dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan, dan dari pihak Dinas Dikpora sendiri juga ingin memberikan yang terbaik bagi calon kepala sekolah.” Wawancara, 7 Juli 2010 Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan proses seleksi yang diadakan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta sangat transparan dengan ditunjukkan hasil pengumuman secara langsung, tanpa harus menunggu lama bagi calon kepala sekolah tersebut. Dalam proses seleksi calon kepala sekolah, Dinas Dikpora Kota Surakarta tidak melaksanakan seleksi calon kepala sekolah sendiri, Dinas Dikpora Kota Surakarta didukung oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan LPMP 35 commit to user Jawa Tengah dalam proses seleksi calon kepala sekolah. Hal ini dilakukan agar proses seleksi berjalan dengan transparan dan akuntabel. Setelah diadakannya pengumuman bagi calon yang dianggap layak maka calon kepala sekolah akan mengikuti tahap selanjutnya yaitu proses penempatan.

c. Penempatan

Placement Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta dalam proses pengadaan kepala sekolah yaitu pengangkatan dan penempatan bagi calon kepala sekolah yang telah lolos seleksi. Proses penempatan bagi calon kepala sekolah yang layak tidak bisa langsung begitu saja ditempatkan. Harus ada prosedur yang harus dilakukan oleh Dinas Dikpora dalam menempatkan calon kepala sekolah menjadi kepala sekolah. Mereka harus menunggu adannya lowongan baik itu karena promosi, mutasi, pensiun, danatau meninggal dunia. Dalam waktu menunggu tersebut calon kepala sekolah tidak merasa khawatir kalau nantinya tidak ditempatkan, karena mereka secara tidak langsung sudah menjadi calon yang dijanjikan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta untuk ditempatkan, meskipun masih harus menunggu. Pernyataan ini dibenarkan oleh Bapak Sugiyanto selaku Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan mengatakan : “Kalau proses penempatan harus menunggu formasi kepala sekolah yang kosong mutasi, pensiun, promosi, danatau meninggal dunia, baru nanti bisa ditempatkan. Penempatan tersebut juga sesuai hasil ranking yang diperoleh dalam proses seleksi. Jadi, yang mendapatkan ranking teratas ya akan ditempatkan terlebih dahulu, sesuai dengan aturan yang berlaku.” Wawancara, 7 Juli 2010. 36 commit to user Seperti yang disampaikan oleh Bapak Poernama Irianto selaku calon kepala sekolah dari SMP Negeri 14 Surakarta : “Dalam proses menunggu untuk ditempatkan saya tidak perlu merasa was-was kalau nantinya tidak akan ditempatkan sebagai kepala sekolah. Kalau sampai saat ini saya belum ditempatkan ya mungkin belum ada yang kosong, dan penempatan itu kan sesuai dengan urutan rangking dari hasil seleksi, yang brupa tes-tes selama 2 dua hari itu.” Wawancara, 17 Juli 2010. Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Yusmar Setyobudi selaku calon Kepala sekolah dari SMA Negeri 5 Surakarta : “…Ya tinggal nunggu waktu yang tepat saja, karena yang ditempatkan terlebih dahulu kan yang rangking hasil seleski teratas dulu, baru yang lainnya akan menyusul.” Wawancara, 12 Juli 2010. Dari keterangan diatas diketahui bahwa proses penempatan yang dilakukan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta harus melalui prosedur yang telah ditetapkan. Semua hasil dari calon yang dianggap layak dalam proses seleksi oleh Dikpora dikirim ke Badan pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Baperjakat untuk diproses, hasil pertimbangan dari Baperjakat kemudian diusulkan oleh Walikota untuk menetapkan Keputusan Pengangkatan Kepala Sekolah bagi calon-calon kepala sekolah yang lolos dalam proses seleksi yang telah dilaksanakan. Sebelum hasil calon kepala sekolah yang lolos seleksi dikirim ke Tim Baperjakat untuk selanjutnya di serahkan ke Walikota kota Surakarta, Dinas Dikpora telah mengusulkan calon yang dianggap layak dalam seleksi ditempatkan di sekolah-sekolah yang membutuhkan calon kepala sekolah yang tepat. 37 commit to user Meskipun sudah ditetapkan Keputusan pengangkatan oleh Walikota Surakarta, sebagian calon kepala sekolah masih harus tetap menunggu adanya lowongan yang kosong dan dalam menempatkan calon kepala sekolah diurutkan berdasarkan ranking dari hasil seleksi. Dari uraian diatas, proses penempatan kepala sekolah yang dilakukan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta beradasar pada rangking hasil seleksi calon kepala sekolah. Sehingga penempatan calon kepala sekolah urut sesuai dengan hasil yang diperoleh. Bagi calon kepala sekolah SD jangka waktu penempatan yaitu 1 tahun, sedangkan untuk Sekolah menengah yaitu 2-3 tahun. Dari keseluruhan proses pengadaan kepala sekolah yang meliputi proses penarikan, seleksi, dan penempatan mempunyai cara tersendiri untuk mendapatkan calon kepala sekolah yang sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta. 38 commit to user

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN