sikap terhadap hal tersebut. Pendekatan ini biasanya dilakukan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi
yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku, biasanya
digunakan melalui media masa.
c. KebudayaanLingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu
wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan
sikap pribadi atau sikap seseorang.
2.2. Diabetes Melitus
2.2.1 Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus DM adalah penyakit metabolisma yang mempunyai
karekteristik kadar gula darah yang tinggi hiperglikemia. Ini disebabkan oleh kerna terdapat gangguan fungsi pankreas dalam mensekresi jumlah insulin atau
efektivitas insulin atau kedua-duanya.G.Gardner Shoback , 2007 dan PERKENI,2011.
Menurut World Health OrganizationWHO 2015, Diabetes Melitus adalah satu penyakit kronis yang terjadi pada saat pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkannya secara efektif.
2.2.2. Diabetes Melitus tipe 2
Diabetes Melitus Tipe 2 atau lebih dikenali sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Melitus NIDDM terjadi kerna kerusakan progresif sekretorik insulin
akibat resistensi insulin. Pada DM Tipe 2, tubuh mampu memproduksi insulin tapi insulin yang diproduksi tidak cukup atau tubuh tidak mampu untuk merespon
pada insulin itu maka terjadinya resistensi insulin. DM tipe 2 terjadi sebanyak 90- 95 dari semua DM. Insidensi berlakunya DM Tipe 2 ini lebih umum pada
golongan berumur lebih dari 30 tahun. ADA,2014 ; Smeltzer dan Bare,2010.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Faktor Resiko Diabetes Melitus tipe 2 Faktor resiko DM tipe 2 terdiri dari faktor resiko yang tidak bisa
dimodifikasi , yang bisa dimodifikasi dan faktor lain yang terkait dengan risiko DM Tipe 2.
a. Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi yaitu :
1. Ras dan etnik
2. Riwayat keluarga dengan DM
3. Umur risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat
seiring dengan meningkatnya umur yaitu dari umur lebih dari 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM.
4. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi
4000gram atau riwayat pernah menderita diabetes gestational. 5.
Riwayat lahir dengan berat badan kurang dari 2,5kg bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai risiko yang lebih
tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan berat badan normal. b.
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi yaitu : 1.
Berat badan lebih IMT 23kgm2 2.
Kurangnya aktivitas fisik 3.
Hipertensi 14090mmHg 4.
Dislipidemia HDL35mgdL dan atau trigliserida 250mgdL 5.
Diet yang tidak sehat unhealthy diet, diat dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes atau
intoleransi glukosa dan DM Tipe 2. c.
Faktor lain yang terkait dengan risiko DM tipe 2 yaitu : 1.
Penderita Policystic Ovary Syndrome PCOS atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin.
2. Penderita sindrom metabolik memiliki riwayat Toleransi Glukosa
Terganggu TGT atau Glukosa Darah Puasa Terganggu GDPT sebelumnya.
3. Penderita yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti
stroke, penyakit jantung koroner PJK atau Peripheral Arterial Diseases PAD PERKENI, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Patofisiologi Diabetes Melitus tipe 2 Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan
karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat
penting dalam munculnya DM tipe 2. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik,
diet dan tingginya kadar asam lemak bebas.ADA,2014 Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan kerna resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut maka terbentuk satu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Apabila terjadi penurunan reaksi intrasel ini maka berlakulah
resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe 2. Justeru insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan ADA,2014.
Pada penderita Toleransi Glukosa Terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipe 2. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang
merupakan ciri khas DM tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi bahan keton yang
menyertainya. Kerna itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe 2. Meskipun demikian, DM tipe 2 yang tidak terkontrol akan menimbulkan masalah
akut lainnya seperti sindron Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik NHNK. Smeltzerdan Bare,2010.
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat selama bertahun- tahun dan progresif, maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama-lama sembuh, infeksi
Universitas Sumatera Utara
vagina atau pandangan kabur jika kadar glukosanya sangat tinggi. Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit DM selama bertahun-tahun adalah
terjadinya komplikasi DM jangka panjang misalnya kelainan mata neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis
ditegakkan Smeltzer dan Bare,2010. Bagi kebanyakan orang faktor resiko yang paling lazim untuk menghidap
DM tipe 2 adalah obesitas. Selain itu, kecenderungan genetik untuk mengembangkan penyakit ini lumayan. Terdapat kemungkinan bahwa kelainan
pada trait genetik menyebabkan reseptor insulin atau second messenger gagal merespon pada insulin secara adekuat. Terdapat juga kemungkinan bahwa genetik
link ini berkait dengan obesitas dan menstimulasi secara berpanjangan pada reseptor insulin. Stimulasi berpanjangan pada reseptor dapat menyebabkan
penurunan jumlah reseptor insulin untuk hadir pada sel-sel tubuh. Penurunan ini disebut down regulation. Corwin,Elizabeth J., 2008
Penderita DM tipe 2 mampu menghasilkan insulin antibodi yang berikatan dengan insulin dimana ia memblokir akses insulin terhadap reseptor tetapi tidak
menstimulasi aktivitas pembawa carrier activity . Terdapat penelitian lain yang menunjukan defisit hormon leptin yang disebabkan oleh kekurangan produksi
leptin atau terdapat disfungsi padanya merupakan penyebab DM tipe 2 pada beberapa individu.Tanpa gen leptin kadang–kadang disebut gen obesitas, hewan
malah manusia gagal menanggapi isyarat kenyang dan dengan demikian lebih cenderung menjadi gemuk dan mengembangkan ketidakpekaan terhadap insulin.
Corwin,Elizabeth J., 2008 Meskipun obesitas merupakan faktor risiko utama untuk diabetes melitus
tipe 2, terdapat segelintir penderita DM tipe 2 yang menderita pada usia muda walaupun mempunyai keadaan tubuh yang kurus atau berat badan normal. Salah
satu contoh dari jenis penyakit diabetes kedewasaan-onset muda Mody, sebuah kondisi yang berhubungan dengan efek genetik dalam sel beta pankreas
sedemikian rupa sehingga tidak dapat memproduksi insulin. Dalam keadaan ini dan beberapa penyebab lainnya, tampaknya link genetik lebih kuat daripada di
sebagian besar jenis diabetes tipe 2. Corwin,Elizabeth J., 2008
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. Gejala Klinis Diabetes Melitus Tipe 2 Penderita DM tipe 2 sering kali tidak menyadari bahwa dirinya menghidap
DM tipe 2 sehingga dicurigai mengalami gejala dan tanda–tanda DM tipe 2. Gejala dan tanda-tanda DM tipe 2 dapat digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu
gejala akut dan gejala kronik PERKENI,2011 : 1.
Gejala Akut Gejala penyakit DM tipe 2 bervariasi pada setiap penderita, bahkan
mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Gejala yang ditunjukkan merupakan serba banyak poli yaitu banyak
makan poliphagi, banyak minum polidipsi dan banyak kencingpoliuri. Keadaan tersebut jika tidak segera diobati maka akan
timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat turun 5-10kg dalam
waktu 2-4 minggu , mudah lelah dan bila tidak jelas diobati akan timbul rasa mual. PERKENI,2011.
2. Gejala kronik
Penderita DM melitus tipe sering mengalami kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram,
mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering mengganti kaca mata, pada wanita sering gatal di sekitar kemaluan, gigi mudah goyah dan
mudah lepas, kemampuan seksual menurun dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau
dengan bayi berat badan lahir lebih dari 4 kg. PERKENI, 2011
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Diagnosis Diabetes Melitus tipe 2 Pada diagnosis DM tipe 2, dianjurkan pemeriksaan glukosa dengan cara
enzimatik dengan bahan glukosa darah plasma vena. Diagnosis DM tipe 2 dapat ditegakkan melalui :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma
sewaktu ≥200 mgdL 11.1mmolL sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM tipe 2. 2.
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126mgdL 7,0mmolL dengan
adanya keluhan klasik. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan selama 8jam.
3. Tes toleransi glukosa oral TTGO. Kadar gula plasma 2 jam pada
TTGO ≥200mgdL11.1mmolL. Meskipun TTGO dengan beban 75g
glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan
tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan
khusus. 4.
Tes hemoglobin–glikosilatHbA1C. DM tipe 2 terdiagnosis jika nilai HbA1C
≥ 6,5. Tes ini dilakukan di laboratorium yang menggunakan metoda yang bersertifikat National Glycohemoglobin Standardization
Program NGSP dan standard untuk diuji Diabetes Control and Complications Trial DCCT ADA,2014 dan PERKENI, 2011 .
2.3 Kaki Diabetik dari komplikasi Diabetes Melitus Tipe2