4
BAB II Pengelolahan Kasus
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Mobilisasi. 1.    Pengkajian
Adapun  pengkajian  menurut  Hidayat  2006  pada  masalah  pemenuhan kebutuhan mobilisasi meliputi:
a. Riwayat  Keperawatan  Sekarang,  meliputi  klien  yang  menyebabkan  terjadi
keluhangangguan  dalam  mobilitas  atau  imobilitas,  seperti  adanya  nyeri, kelemahan  otot,  kelelahan,  tingkat  mobilitas  dan  imobilitas,  dan  lama
terjadinya gangguan mobilitas. b.
Pengkajian  Keperawatan  Penyakit  yang  Pernah  di  Derita,  berhubungan dengan  pemenuhan  mobilitas,  misalnya  ada  nya  riwayat  penyakit  sistem
neurologis,  riwayat  penyakit  kardiovaskular,  riwayat  penyakit  sistem muskuluskeletal,  riwayat  penyakit  sistem  pernafasan,  riwayat  penyakit
pemakaian  obat  seperti  sedatife,  hipnotik,  depresan  sistem  saraf  pusat, laksania, dan lain-lain.
c. Kemampuan  Fungsi  Motorik,  pengkajiannya  antara  lain  pada  tangan  kanan
dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis.
d. Kemampuan Mobilitas, dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan
gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
5 Tingkat 0  : Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1  : Memerlukan penggunaan alat Tingkat 2  : Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3   : Memerlukan bantuan, pengawasan dan peralatan Tingkat 4   : Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan. e.
Kemampuan Rentang Gerak, Range of Motion-ROM dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Tabel 2.1 Kemampuan Rentang Gerak. Gerak Sendi
Derajat Rentang Normal Bahu
Adduksi:  gerakan  lengan  kelateral  dari posisi  samping  keatas  kepala,  telapak  tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh.
180
Siku Fleksi:  angkat  lengan  bawah  kearah  depan
dan kearah atas menuju bahu.
150
Pergelangan  tangan
Fleksi:  tekuk  jari-jari
tangan kearah bagian dalam lengan bawah.
80-90 Ekstensi:  luruskan  pergelangan  tangan  dari
posisi fleksi. 80-90
Hiperektensi:  tekuk  jari-jari  tangan  kearah belakang sejauh mungkin.
70-90 Abduksi:  tekuk  pergelangan  tangan  kesisi
ibu  jari  ketika  telapak  tangan  menghadap keatas.
0-20
Tangan dan Jari Fleksi: buat kepalan tangan
Ekstensi: luruskan jari Hiperektensi:  tekuk  jari-jari  tangan
kebelakang sejauh mungkin. Abduksi: kembangkan jari tangan
Adduksi:  rapatkan  jari-jari  tangan  dari posisi abduksi
90 30
20 20
Sumber: Hidayat 2006
6 f.
Kekuatan Otot dan Gangguan Kordinasi, dalam mengkaji kekuatan otot dapat dilakukan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat
dibuat dalam enam derajat 0-5 derajat ini menunjukan tingkat kemampuan otot yang berbeda-beda, keenam derajat dapat dilihat pada
tabel Asmadi, 2008.
Tabel 2.2 Derajat Kekuatan Otot
Derajat 5 Kekuatan normal dimana seluruh gerakan dilakukan otot
dengan  tahanan  maksimal  dari  proses  yang  dilakukan berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan.
Derajat 4 Dapat melakukan  range  of  motion  ROM  secara  penuh
dan dapat melawan tahanan organ. Derajat 3
Dapat melakukan  range  of motion  ROM  secara  penuh dengan melawan gaya berat gravitasi, tetap tidak dapat
melawan tahanan.
Derajat 2 Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan
range of motion ROM secara penuh.
Derajat 1 Kontraksi  otot  minimal  terasateraba  pada  otot
bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan. Derajat 0
Tidak ada kontraksi otot sama sekali. Sumber: Asmadi 2008.
g. Perubahan  Psikologis,  disebabkan  karena  adanya  gangguan  mobilitas  dan
imobilitas,  antara  lain  perubahan  perilaku,  peningkatan  emosi,  perubahan dalam mekanisme tulang, dan lain-lain
2. Analisa Data
Data  dasar  adalah  kumpulan  data  yang  berisikan  mengenai  status  kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang  perubahan-perubahan  atau  respon  klien  terhadap  kesehatan  dan  masalah
kesehatannya  serta  hal-hal  yang  mencakup  tindakan  yang  dilaksanakan  terhadap klien Potter  Perry, 2005.
7 Pengumpulan  data  adalah  pengumpulan  informasi  tentang  pasien  yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan- kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dalam proses keperawatan. Tujuan pengumpulan data:
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien;
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien;
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien;
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah.
Tipe Data: 1.
Data Subjektif Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan  kejadian.  Informasi  tersebut  tidak  bisa  ditentukan  oleh  perawat,  mencakup persepsi,perasaan,ide pasien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri,
perasaan  lemah,  ketakutan,  kecemasan,  frutasi,  mual,  perasaan  malu  Potter Perry, 2005.
2. Data Objektif
Data  yang  dapat  diobservasi  dan  diukur,  dapat  diperoleh  menggunakan  Panca indera  lihat,  dengar,  cium,  raba  selama  pemeriksaan  fisik.  Misalnya  frekueni
nadi, pernafasaan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran Potter Perry, 2005.
8 Kesulitan dalam melakukan
aktivitas                                                                            Tirah baring
Keterbatasan ROM                                                               mobilitas menurun
Kelemahan otot Hemiplagia
Hemiplagi  Hemiplagi atas              bawah                               kerusakan pusat gerakan motorik
Stroke Skema 2.1: Pohon Masalah Sumber: Price 2006.
3. Rumusan Masalah
Diagnosa  keperawatan  mengidentifikasi  perubahan  kesejajaran  tubuh  dan mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama
pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasi ada atau resiko terjadi masalah.
Intoleransi aktifitas
Gangguan mobilitas fisik
Defisit keperawatan diri
9 Saat  mengidentifikasi  diagnosa  keperawatan,  perawat  menyusun  strategi
keperwatan  untuk  mengurangi  atau  mencegah  bahaya  berhubungan  dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi Potter  Perry, 2006.
Diagnosa  keperawatan  yang  mungkin  muncul  pada  gangguan  mobilisasi yaitu:
1. Hambatan mobilisasi fisik
2. Intoleransi aktivitas
3. Defisit keperawatan diri
4. Perencanaan
Perencanaan  adalah  kategori  dari  perilaku  keperawatan  dimana  tujuan  yang berpusat  pada  klien  dan  hasil  yang  diperkirakan  ditetapkan  dan  intervensi
keperawatan  dipilih  untuk  mencapai  tujuan  tersebut  Potter    Perry,  2005. Rencana  asuhan  keperawatan  bersifat  individual,  bergantung  kepada  kebutuhan
dasar  mobilisasi  klien.  Rencana  asuhan  keperawatan  bertujuan  untuk  memenuhi kebutuhan  klien  untuk  mepertahankan  fungsi  motorik  dan  kemandirian
Potter    Perry,  2006.  Rencana  asuhan  keperawatan  didasari  oleh  satu  lebih tujuan berikut ini:
1. Menunjukan  tingkat  mobilisasi  ditandai    dengan  indikator  tingkat
ketergantungan  fisik  individu  0-4  yaitu  mampu  merawat  diri  sendiri  secara penuh,  memerlukan  penggunaan  alat,  memerlukan  bantuan  atau  pegawasan
orang  lain,  dan  peralatan,  sangat  tegantung  dan  tidak  dapat  melakukan  atau berpartisipasi dalam perawatan;
2. Menigkatkan kekuatan otot, fleksibilitas sendi;
3. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat;
10 4.
Mencapai range of motion ROM penuh atau optimal; 5.
Meningkatkan toleransi aktivitas; 6.
Mencapai pola eliminasi normal; 7.
Mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri. Sebagai  rencana  tindakan  dari  diagnosa  keperawatan  yang  mungkin  muncul
pada  gangguan  mobilisasi  North  American  Nursing  Diagnosis  Association- International
NANDA,  Nursing  intervention  classification  NIC,  dan  Nursing Outcome Classification NOC:
Diagnosa  1.  Hambatan  Mobilisasi  Fisik  berhubungan  dengan  Gangguan Neuromuscular pada Ekstremitas Bawah.
Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Batasan Karakteristik:
1. Penurunan waktu reaksi;
2. Kesulitan membolak-balik posisi tubuh;
3. Dispnea setelah beraktivitas;
4. Perubahan cara berjalan misalnya,penurunan aktivitas, dan kecepatan
berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan langkah kecil, berjalan dengan menyeret kaki, pada saat berjalan badan mengayun ke samping;
5. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus;
6. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus;
7. Keterbatasan rentang pergerakan sendi;
8. Ketidakstabilan postur;
9. Pergerakan lambat;
11 10.
Pergerakan tidak terkoordinasi. Faktor yang berhubungan:
1. Intoleransi aktivitas;
2. Perubahan metabolism selular;
3. Ansietas;
4. Indeks masa tubuh diatas perentil ke-75 sesuai usia;
5. Gangguan kognitif;
6. Konstraktur;
7. Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia;
8. Fisik tidak bugar;
9. Penurunan ketahan tubuh;
10. Penurunan kendali otot;
11. Penurunan massa otot;
12. Gangguan muskuloskletal;
13. Gangguan neuromuscular;
14. Nyeri;
15. Program pembatasan gerak.
Tujuan: 1.
Menunjukan tingkat mobilitas, ditandai dengan indikator 1-5: ketergantungan, membutuhkan bantuan orang lain dan alat;
2. Penampilan seimbang; 3. Penampilan posisi tubuh;
4. Pergerakan sendi dan otot; 5. Melakukan perpindahanambulasi Berjalan.
12 Kriteria Hasil: 1. Klien mampu melakukan latihan rentang gerak pada
sendiekstremitas yang terganggu. 2. Klien mampu untuk berjalan tanpa alat bantu
3. Klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri Intervensi:
1. Kaji tingkat mobilisasi pasien dengan  Tingkatan 0-4 secara berkala.
Rasional: Menunjukan perubahan tingkatan mobilisasi pasien setiap hari. 2.
Kaji  kekuatan  ototkemampuan  fungsional  mobilitas  sendi  dengan menggunakan  skala kekuatan otot 0-5 secara teratur.
Rasional:  Menentukan  perkembangan  peningkatan  kekuatan  ototmobilitas sendi pasien sebelum dan sesudah dilakukan latihan rentang gerak ROM.
3. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional: Kelumpuhan otot mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas 4.
Instruksibantu pasien melakukan latihan ROM pasifaktif secara konsisten. Rasional:  Meminimalkan  atrofi  otot,  mningkatkan  sirkulasi,  membantu
mencegah  kontrakutur  dan  meningkatkan  pemulihan  fungsi  kekuatan  otot  dan sendi.
5. Instruksikan pasien pada aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
Rasional:  Meningkatkan  kemampuan  aktivitas  mandiri  pasien,  harga  diri,  dan peran diri pasien sehari-hari.
6. Melibatkan pasien dalam perawatan untuk mengurangi depresi dan kebosanan
yang berkaitan dengan terapi mobilisasi range of motion ROM. Rasional: Peran pasien mendukung motivasi diri untuk menikmati pengobatan
dan perawatan yang diberikan.
13 7.
Kolaborasi  dengan  ahli  terapi  fisik  Fisioterapi  atau  okupasi  dan  atau rehabilitasi spesialis.
Rasional:  Mendukung  peningkatan  kekuatan  otot  dan  fungsi  ekstremitas fungsional dan mencegah kontraktur.
Diagnosa  2.  Intoleransi  Aktivitas  berhubungan  dengan  Kelemahan  Umum pada Ekstremitas Bawah
. Definisi: ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan  aktivitas  kehidupan  sehari-hari  yang  harus  atau  yang  ingin dilakukan.
Batasan Karakteristik: 1.
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas; 2.
Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas; 3.
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia; 4.
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia; 5.
Ketidaknyamanan setelah aktivitas; 6.
Dispnea setelah beraktivitas; 7.
Menyatakan merasa letih; 8.
Menyatakan merasa lelah. Faktor yang berhubungan :
1. Tirah baring atau imobilisasi;
2. Kelemahan umum;
3. Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen;
4. Imobilisasi;
5. Gaya hidup monoton.
14 Kriteria Hasil: 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan
peningkatan normal tekanan darah, dan pola napas normal. 2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Intervensi: 1.
Monitor keterbatasan aktivitas dan kelemahan saat aktivitas Rasional: Merencanakan intervensi dengan cepat.
2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri.
Rasional: Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri. 3.
Bantu dengan rentang gerak aktifpasif Rasional:  Mempertahankanmeningkatkan  fungsi  sendi,  kekuatan  otot  dan
stamina umum 4.
Lakukan istirahat yang adekuat setelah latihan dan aktivitas. Rasional: Membantu mengembalikan energi.
5. ajarkan  keluarga  untuk  menggunakan  tehnik  penghematan  energi,  misal
mandi dengan duduk, duduk untuk beraktivitas. Rasional: Mendorong kllien melakukan banyak dengan membatasi
penyimpanan energi dan mencegah kelemahan Aktivitas kolaborasi
6. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam latihan aktivitas
Rasional: Meningkatkan kerjasama tim dan perawatan holistik.
Diagnosa 3. Defisit Keperawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan
Definisi:  Hambatan  kemampuan  untuk  melakukan  atau  menyelesaikan  mandi aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
15 Batasan Karakteristik:
1. Ketidakmampuan mengakses kamar mandi;
2. Ketidakmampuan mengeringkan tubuh;
3. Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi;
4. Ketidakmampuan menjangkau sumber air;
5. Ketidakmampuan mengatur air mandi;
6. Ketidakmampuan membasuh tubuh.
Faktor Berhubungan: 1.
Gangguan kognitif; 2.
Penurunan motivasi; 3.
Kendala lingkungan; 4.
Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh; 5.
Ketidakmampuan merasakan hubungan spasial; 6.
Gangguan muskuloskletal; 7.
Gangguan neuromuscular; 8.
Nyeri; 9.
Gangguan persepsi; 10.
Kelemahan. Kriteria Hasil: 1.  Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri. 2.
Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
3. Mempertahankan aktivitas dalam penyediaan mandi.
16 Intervensi:
1. Kaji  kemampuan  dan  tingkat  kekuatan  skala  0-4  untuk  melakukan
kebutuhan sehari-hari. Rasional:  Membantu  dalam  mengantisipasimerencanakan  pemenuhan
kebutuhan secara individual 2.
Hindari untuk melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional: Meningkatkan kemandirian dan harga diri. 3.
Pertahankan mobilisasi, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. Rasional: Mendukung kemandirian fisik.
4. Berikan  umpan  balik  yang  positif  untuk  setiap  usaha  yang  dilakukan  atau
keberhasilannya. Rasional:  Meningkatkan  perasaan  makna  diri,  meningkatkan  kemandirian
dan mendorong pasien untuk berusaha secara kontinu.
17
B. ASUHAN  KEPERAWATAN  PADA  Ny.  A  DENGAN  PRIORITAS