Suku Pendidikan Riwayat Persalinan Pembahasan

Tabel 3. Data Demografi Responden Karakteristik Demografi Responden Jumlah 1. Usia 20-24 tahun 25-29 tahun 30-35 tahun 2 7 4 15.4 53.8 30.8

2. Suku

batak karo Jawa Melayu Mandailing Lain-lain Padang 2 5 2 2 2 15.4 38.5 15.4 15.4 15.4

3. Pendidikan

SLTP SLTA Perguruan Tinggi 1 8 4 7.7 61.5 30.8

4. Riwayat Persalinan

1 kali 2 kali 2 kali 6 2 5 46.2 15.4 38.5

5. Kondisi saat persalinan

Normal 13 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada pada rentang usia 25-29 tahun yaitu sekitar 53.8 sedangkan 15.4 responden berada pada rentang usia 20-24 tahun dan 30.8 responden berada pada rentang usia 30-35 tahun. Responden penelitian ini mayoritas suku jawa, yaitu sekitar Universitas Sumatera Utara 38.5 dan suku batak karo, melayu, mandailing, dan padang masing-masing 15.4. Tingkat pendidikan, responden sebagian besar adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA, yaitu sekitar 61.5, 7.7 tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, dan sekitar 30.4 tamatan perguruan tinggi S1. Responden dalam penelitian ini lebih banyak ibu primipara yaitu sekitar 46.2, ibu multipara sekitar 15.4, dan ibu grandmultipara sekitar 38.5. keadaan saat persalinan seluruh responden adalah normal.

1.2 Tinggi Fundus Uteri pada Kala IV Sebelum dan Sesudah Intervensi

Massase Uterus Peneliti mengukur tinggi fundus uteri pada kala IV responden pada saat responden telah selesai dibersihkan oleh perawat atau bidan yang menangani proses persalinan. Pengukuran tinggi fundus uteri dengan cara meletakkan meteran di bagian tengah abdomen responden dan pengukuran dilakukan dengan mengukur dari batas atas simfisis pubis sampai ke batas atas fundus. Meteran pengukur ini menyentuh kulit sepanjang abdomen. Ukuran yang digunakan peneliti adalah satuan milimeter mm. Setelah dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri, maka peneliti mulai melakukan intervensi massase. Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa massase yang diberikan akan menimbulkan rasa nyeri dimana rasa nyeri tersebut ada karena uterus sedang berkontraksi dalam proses involusi uteri. Massase dilakukan dengan cara memberikan pijatan yang lembut dan tegas pada daerah Universitas Sumatera Utara fundus uteri responden. Posisi responden pada saat dilakukan massase adalah tidur terlentang dengan kaki dalam posisi lurus. Massase uterus dilakukan peneliti pada awal intervensi dilakukan dan dilanjutkan sesuai dengan kondisi fundus uteri responden. Jumlah intervensi massase uterus masing-masing responden berbeda, sesuai dengan keadaan fundus uteri responden. Massase berikutnya dilakukan pada saat fundus uteri responden teraba lembek dan posisi uterus tidak di tengah. Responden primipara mendapat lebih sedikit massase karena kontraksi uterus pada primipara baik. Jumlah intervensi massase yang diberikan pada responden primipara sebanyak 6 kali dengan selang waktu setiap 20 menit. Responden multipara dan grandmultipara mendapatkan intervensi massase lebih banyak. Pada responden multipara, jumlah massase yang dilakukan sekitar 8-10 kali sedangkan pada responden grandmultipara, jumlah massase yang dilakukan lebih dari 10 kali. Durasi waktu intervensi massase adalah satu menit dalam sekali intervensi massase. Selain itu, peneliti juga tetap menjaga agar kandung kemih responden tidak penuh agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Pengukuran tinggi fundus dilakukan secara berkala oleh peneliti. Pada satu jam pertama intervensi, peneliti mengukur tinggi fundus uteri setiap 15 menit sekali sedangkan pada jam kedua intervensi, pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan setiap 30 menit sekali. Prosedur pengukuran tinggi fundus uteri yang dilakukan setelah intervensi sama dengan prosedur pengukuran tinggi fundus uteri sebelum dilakukan intervensi. Universitas Sumatera Utara Setelah terkumpul ukuran tinggi fundus uteri pada akhir intervensi, maka peneliti mencari rata-rata perubahan tinggi fundus uteri dalam dua jam pada kala IV. Berikut ini adalah hasil pengukuran tinggi fundus uteri sebelum dan sesudah intervensi massase uterus pada kala IV: Tabel 4. Tinggi Fundus Uteri Sebelum dan Sesudah Intervensi Massase Uterus Sampel Penelitian Tinggi Fundus Uteri mm Total Penurunan TFU kala IV mm Sebelum Intervensi 1 jam pertama 1 jam kedua 15’ 15’ 15’ 15’ 30’ 30’ Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 135 88 90 100 90 130 87 85 127 124 135 130 93 135 88 90 100 90 130 87 85 127 124 135 130 93 134 87 89 99 89 128 86 84 126 124 135 130 92 133 87 88 99 89 127 86 84 126 123 134 129 92 133 86 87 98 88 127 85 83 125 123 134 129 91 132 85 86 97 87 126 84 82 124 122 132 128 90 131 84 85 96 86 126 83 81 123 122 131 128 89 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa, tinggi fundus uteri 15 menit setelah dilakukan massase belum mengalami penurunan. Penurun fundus uteri terjadi setelah 30 menit dilakukan massase uterus. Penurunan tinggi fundus masing-masing responden berbeda-beda pada saat dilakukan pengukuran. Universitas Sumatera Utara

1.3 Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri antara Sebelum dan

Sesudah Intervensi Massase Uterus Untuk melihat efektivitas massase uterus sebelum dan sesudah dilakukan intervensi massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri kala IV pada responden maka peneliti melakukan uji t-test, yaitu paired t-test dependent groups t-test. Berikut ini adalah hasil uji statistika perubahan tinggi fundus uteri sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi: Tabel 5. Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri antara Sebelum dan Sesudah Intervensi Massase Uterus Dari tabel uji paired t-test dependent groups t-test dapat diketahui bahwa perbedaan tinggi fundus uteri sebelum dan sesudah intervensi massase adalah 3.76923 dengan SD= 0. .83205. Hasil ini menunjukkan bahwa tinggi fundus uteri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi massase memiliki perbedaan yang signifikanbermakna p0,05. Dari hasil tersebut diketahui bahwa massase uterus efektif menurunkan tinggi fudus uteri pada kala IV persalinan. Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 TFU pre intervensi mm TFU post intervensi mm 3.76923 .83205 .23077 3.26643 4.27203 16.333 12 .000 Universitas Sumatera Utara

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat mengetahui efektivitas massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan. Dalam periode ini, tugas fisiologi yang paling penting adalah mempertahankan kontraksi dan retraksi uterus yang kuat Farrer, 1999. Kontraksi uterus setelah persalinan dipengaruhi oleh status persalinan ibu Varney, 2007. Responden primipara mendapatkan intervensi massase yang lebih sedikit dibandingkan responden multipara dan grandmultipara karena responden multipara dan grandmultipara beresiko mengalami atonia uteri setelah plasenta lahir. Tinggi fundus uteri setelah plasenta dilahirkan atau pada kala IV adalah dua jari di bawah umbilikus Bobak, 2004. Berdasarkan pengukuran tinggi fundus uteri yang dilakukan oleh peneliti sebelum dilakukan intervensi massase, peneliti mendapatkan tinggi fundus uteri berkisar antara 88-135 millimeter dimana peneliti juga meraba posisi uterus berada di bawah umbilikus. Tinggi fundus uteri pada akhir kala IV sekitar 81-131 millimeter dengan rata-rata penurunan tinggi fundus uteri sekitar 2-5 millimeter. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa penurunan tinggi fundus uteri masing-masing responden bervariasi dalam setiap waktu pengukuran yang sama. Selama satu sampai dua jam pertama postpartum, intensitas kontraksi uterus berkurang dan menjadi tidak teratur Bobak, 2004. Intensitas kontraksi uterus dipengaruhi oleh kadar oksitosin UI, 2005. Oksitosin merupakan hormon peptide yang disekresikan oleh pituitari posterior. Oksitosin mengubah arus ion Universitas Sumatera Utara transmembran dalam sel otot miometrium untuk menghasilkan kontraksi uterus yang terus-menerus Katzung, 2000. Oksitosin merangsang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot uterus UI, 2005. Pada saat intensitas kontraksi uterus berkurang peneliti melakukan intervensi massase uterus. Menurut Mekk 1993, dalam Potter Perry, 2005, massase merupakan teknik intregrasi sensori yang akan mempengaruhi aktivitas sistem otot dan saraf. Proses fisiologis yang terjadi saat rangsangan dilakukan pada kulit melalui massase yaitu sensasi tekanan dari massase tersebut akan diterima reseptor tekanan paccini di kulit dan akan membawa pesan tersebut menuju sistem saraf pusat sebagai suatu rangsangan impuls melalui hantaran medula spinalis. Kemudian sistem saraf pusat ini akan mengirimkan pesan melalui medula spinalis kembali ke sistem. Selama gerakan volunter, impuls turun dari jalur motorik ke medula spinalis. Impuls keluar dari medula spinalis melalui saraf motorik eferen dan berjalan melalui saraf ke otot. Dalam proses ini neurotransmitter merupakan substansi kimia seperti asetilkolin yang memindahkan impuls listrik dari saraf yang bersilangan pada simpul mioneural ke otot, akan diaktifkan Guyton, 1994. Manfaat massase yang paling berhubungan dengan kekuatan otot adalah manfaat melancarkan peredaran darah dan stimulasi refleks dari saraf untuk meningkatkan kekuatan otot yang lemah Shirley, 1997. Hal ini sesuai dengan keadaan yang ditemukan oleh peneliti pada saat melakukan massase dimana apabila otot uterus yang melemah dimassase maka otot uterus tersebut akan menjadi kuat yang ditandai dengan kontraksi otot yang kuat dan konsistensi uterus yang keras. Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor yang dipertimbangkan pada saat melakukan massase adalah: arah gerakan, kadar tekanan, kecepatan serta irama gerakan, media yang digunakan, posisi pasien maupun terapis, dan lama serta frekuensi tetap massase Shirley, 1997. Tindakan massase yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dengan arah sirkuler mengikuti arah jarum jam, dengan sedikit tekanan dan lembut, serta dilakukan dengan durasi waktu massase satu menit. Tindakan massase ini sesuai dengan Sarwono, 2008. Jumlah massase masing-masing responden berbeda-beda, sesuai dengan keadaan uterus responden selama kala IV karena kontraksi uterus dipengaruhi oleh status persalinan dimana reponden multipara dan grandmultipara mendapat tindakan massase uterus lebih banyak dibandingkan responden primipara. Tonus otot yang berkontraksi dan berelaksasi secara periodik dapat menimbulkan rasa nyeri setelah melahirkan Bobak, 2004. Nyeri yang terjadi tersebut disebabkan oleh adanya iskemik miometrium dan serviks karena kontraksi sebagai konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus dan adanya vasokontriksi akibat aktivitas berlebihan dari saraf simpatis. Nyeri lebih umum terjadi pada wanita dengan paritas tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan nyeri yang lebih berat pada paritas tinggi adalah penurunan tonus otot secara bersamaan yang menyebabkan relaksasi intermitten Rusdiatin,dkk, 2007. Berbeda pada wanita primipara yang tonus otot uterusnya masih kuat dengan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermitten. Nyeri postpartum akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik Varney, 2007. Peneliti melihat adanya rasa nyeri akibat kontraksi dan relaksasi uterus secara periodik tersebut dari ekspresi wajah Universitas Sumatera Utara responden dan ungkapan langsung oleh responden. Dalam penelitian, responden grandmultipara mengalami intensitas nyeri lebih lama dan lebih sering. Namun, peneliti tidak mengidentifikasi skala nyeri responden. Berdasarkan hasil uji paired t-test dependent groups t-test dari hasil penelitian efektivitas massase uterus terdapat penurunan tinggi fundus uteri yang signifikan. Dimana nilai mean difference = 3.76923 dengan level of significant = 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi massase uterus pada kala IV efektif membantu penurunan tinggi fundus uteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Simkin, 2007 yang menyatakan bahwa tindakan massase uterus dilakukan agar uterus tetap berkontrasi dengan baik. Kontraksi uterus yang baik akan menyebabkan proses involusi uterus dapat berlangsung dengan cepat. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Ha diterima karena adanya penurunan tinggi fundus uteri yang signifikan setelah dilakukan massase uterus selama kala IV karena dengan dilakukannya massase uterus, maka kontraksi uterus kembali kuat sehingga proses involusi uterus menjadi cepat dan tinggi fundus uteri semakin turun. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan. Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu bersalin pervaginam di klinik bersalin Mariani-Medan dengan jumlah responden 13 orang yang ditentukan dengan purposive sampling tanpa kelompok kontrol. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini kemudian dianalisis secara komputerisasi. Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi.

1. Kesimpulan Hasil Penelitian

Ibu-ibu bersalin pervaginam yang menjadi responden dalam penelitian ini mengalami penurunan tinggi fundus uteri setelah dilakukan massase uterus. Data hasil penelitian yang dikumpulkan telah diolah menggunakan paired t-test dependent groups t-test dan diketahui bahwa tinggi fundus uteri mengalami penurunan yang signifikan p0.05. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa intervensi massase uterus sangat mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV dengan rata-rata penurunan tinggi fundus uteri 2-5 millimeter. Universitas Sumatera Utara