Gambaran Keefektifan Proses Menyusui pada Ibu Menyusui di Klinik Bersalin Mariani

(1)

GAMBARAN KEEFEKTIFAN PROSES MENYUSUI

PADA IBU MENYUSUI DI KLINIK BERSALIN MARIANI

TANGIA LESTARI NIEKAESA BINTANG

081101053

SKRIPSI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Gambaran Keefektifan Proses Menyusui Pada Ibu Menyusui di Klinik Bersalin Hj. Mariani”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu serta penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama masa penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Hj. Mariani, Amkeb selaku pimpinan Klinik Bersalin Mariani yang telah memberikan izin melakukan penelitian dan membantu selama penelitian. 4. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I yang telah

memberikan masukan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini, dan Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen penguji II dan


(4)

pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat serta bimbingan selama perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 5. Teristimewa kepada keluargaku tercinta : Bapak R. C. Bintang dan Mama H.

Sianturi atas kasih sayang, dukungan moral dan material dalam tiap langkah hidupku, serta kakakku Irne C.A Bintang, ST, Tuveri Debora H. Bintang, ST, Yolanda Yosephine L. Bintang, dan adik-adikku Arthur Khasway M Bintang dan Artchie Roman Hasiansky Bintang yang tetap setia memberikan dukungan, doa, semangat, dan membantu terutama selama penelitian dan pembuatan Laporan Tugas Sarjana.

6. Ferdinan A. Lubis, yang senantiasa menemani, memberikan semangat, doa dan dukungan di setiap waktu kepada penulis mulai dari awal penelitian sampai penyelesaian Tugas Sarjana.

7. Sahabat-sahabatku Esi P. Tarigan, Clara G. Sitohang, dan Elviana K. Situmorang yang senantiasa bersama menjalani susah senang masa-masa perkuliahan , saling membantu dan saling mendukung selama proses pengerjaan Tugas Sarjana.

8. Teman-teman angkatan 2008, terutama kelompok D (Elisa, Asty, Dina, Devi, Dewi, Eliza, Sry, Siska, Fransiska, Fiza, dan Win), juga Ade dan Wani (teman seperjuangan saat penelitian), dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dengan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Terima Kasih.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i

Halaman Persetujuan...ii

Kata Pengantar...iii

Daftar Isi ...v

Daftar Tabel...vii

Daftar Skema...viii

Abstrak ...ix

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1. Latar Belakang ... .1

2. Pertanyaan penelitian ... .5

3. Tujuan penelitian ... .5

4 . Manfaat Penelitian ...6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... .7

1. Anatomi Payudara ... .7

2. ASI ... .9

3. Laktasi ... 11

4. Keefektifan Proses Menyusui ... 14

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 24

1. Kerangka konseptual ... 24

2. Defenisi Operasional ... 26

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 29

1. Desain Penelitian ... 29

2. Populasi dan Sampel ... 29

3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 30

4. Pertimbangan Etik Keperawatan ... 30

5. Alat Pengumpul Data ... 31

7. Pengumpulan Data ... 36

8. Analisa Data ... 37

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

1. Hasil Penelitian ... 39

2. Pembahasan ... 43

3. Keterbatasan Penelitian ... 54

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

1. Kesimpulan...55

2. Saran...56

DAFTAR PUSTAKA...57

Lampiran...59

1. Inform Consent...59

2. Jadwal Tentatif Penelitian...60

3. Taksasi Dana...61

4 Instrumen Penelitian...62

5. Lembar Bukti Bimbingan...65


(6)

7. Uji Reliabilitas ...70 8. Hasil Pengolahan Data...74 9. Riwayat Hidup...79


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ... 25

Tabel 2 ... 26

Tabel 1.1 ... 37

Tabel 1.2.1 ... 38

Tabel 1.2.2 ... 38

Tabel 1.2.3 ... 39

Tabel 1.2.4 ... 39


(8)

DAFTAR SKEMA


(9)

Judul : Gambaran Keefektifan Proses Menyusui pada Ibu Menyusui di Klinik Bersalin Mariani

Nama mahasiswa : Tangia Lestari Niekaesa Bintang

NIM : 081101053

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Ajaran : 2011 – 2012

ABSTRAK

Pemberian ASI merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang menuju potensi maksimal. Hambatan utama pemberian ASI adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang proses menyusui pada ibu. Menyusui merupakan proses yang didapat secara alami,walau demikian dibutuhkan keterampilan untuk dapat menyusui secara efektif. Proses menyusui yang efektif didukung oleh posisi ibu dan bayi yang benar (Body position), perlekatan bayi yang tepat (Latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking), dan transfer ASI (Milk transfer). Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani dan menggunakan purposive sampling dengan responden sebanyak 30 orang. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuisioner data demografi,kuisioner dan lembar observasi keefektifan proses menyusui. Pengolahan data dengan komputerisasi, disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan proses menyusui pada umumnya tergolong tidak efektif (53,3%). Posisi tubuh antara ibu dan bayi pada umumnya tergolong benar (73,3%). Masalah utama penyebab ketidakefektifan proses menyusui adalah transfer ASI yang tidak baik (80%). Hal ini disebabkan oleh perlekatan yang tidak tepat pada payudara (73,3%) dan ketidakefektifan hisapan bayi (76,7%). Setelah penelitian ini diharapkan perawat mensosialisasikan proses menyusui yang efektif melalui pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya ibu menyusui.


(10)

Judul : Gambaran Keefektifan Proses Menyusui pada Ibu Menyusui di Klinik Bersalin Mariani

Nama mahasiswa : Tangia Lestari Niekaesa Bintang

NIM : 081101053

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Ajaran : 2011 – 2012

ABSTRAK

Pemberian ASI merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang menuju potensi maksimal. Hambatan utama pemberian ASI adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang proses menyusui pada ibu. Menyusui merupakan proses yang didapat secara alami,walau demikian dibutuhkan keterampilan untuk dapat menyusui secara efektif. Proses menyusui yang efektif didukung oleh posisi ibu dan bayi yang benar (Body position), perlekatan bayi yang tepat (Latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking), dan transfer ASI (Milk transfer). Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani dan menggunakan purposive sampling dengan responden sebanyak 30 orang. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuisioner data demografi,kuisioner dan lembar observasi keefektifan proses menyusui. Pengolahan data dengan komputerisasi, disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan proses menyusui pada umumnya tergolong tidak efektif (53,3%). Posisi tubuh antara ibu dan bayi pada umumnya tergolong benar (73,3%). Masalah utama penyebab ketidakefektifan proses menyusui adalah transfer ASI yang tidak baik (80%). Hal ini disebabkan oleh perlekatan yang tidak tepat pada payudara (73,3%) dan ketidakefektifan hisapan bayi (76,7%). Setelah penelitian ini diharapkan perawat mensosialisasikan proses menyusui yang efektif melalui pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya ibu menyusui.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat di suatu negara. Menurut Menteri kesehatan, pada pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2010 terjadi penurunan angka kematian bayi. Pada tahun 1991 AKB adalah 68 per 1.000 kelahiran hidup (KH) dan mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 34 per 1.000 KH. Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan bahwa diseluruh dunia sekitar 1,5 juta bayi meninggal setiap tahunnya karena tidak disusui (Moody, 2006).

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam membantu mengurangi AKB dalam rangka pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, yaitu 23 per 1.000 KH untuk angka kematian bayi dimuat pada Keputusan Menteri Kesehatan No. 450/MENKES/SK/VI/SK/2004 tentang program pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif (Sujudi, 2004).

Pemberian ASI secara ekslusif merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nation Childrens Fund (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan dan minuman tambahan pada bayi (Sulistyawati, 2009).


(12)

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang menuju potensi yang maksimal. ASI juga mengandung antibodi yang dapat mengurangi resiko bayi terkena alergi, diare, infeksi dada, penyakit saluran cerna, infeksi telinga, masalah pernafasan dan radang selaput otak (Moody, 2006).

Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga bagi ibu. Pemberian ASI dapat menjalin ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (bonding), menunda kehamilan dan juga berdampak pada kesehatan ibu yaitu penurunan berat badan ibu setelah kehamilan (Roesli, 2008). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara menunjukkan pada tahun 2007 tercatat 41.346 bayi yang ada di kota Medan. Jumlah yang diberi ASI eksklusif hanya 623 bayi, dengan kata lain pencapaian pemberian ASI eksklusif hanya 1,51%.

Pengalaman dalam upaya peningkatan pemberian ASI selama 15 tahun menunjukan bahwa hambatan utama pemberian ASI adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI dan proses menyusui pada ibu. ASI dan menyusui yang umumnya dianggap hal biasa yang tidak perlu dipelajari dan manajemen laktasi atau cara menyusui yang kurang tepat sering menghambat pemberian ASI (Roesli, 2000).

Penjelasan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui, penatalaksanaanya sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun, termasuk mengatasi kesulitan-kesulitan pada saat menyusui merupakan salah satu


(13)

langkah yang dimuat dalam Resolusi World Health Assembly 43.34 (1992) tentang 10 langkah menuju keberhasilan menyusui (Sujudi, 2004).

Seiring dengan perkembangan promosi pemberian ASI, banyak peneliti yang meneliti hal-hal yang dibutuhkan untuk mengkaji kualitas proses menyusui dan menggambarkan indikator yang berhubungan dengan keefektifan maupun ketidakefektifan proses menyusui. Hal ini bermanfaat bagi pengkajian proses menyusui, pengkajian pengetahuan dan keterampilan ibu dalam menyusui, memprediksi kesulitan-kesulitan pada proses menyusui, juga menyediakan tindak lanjut perawatan bagi pasangan ibu dan bayi yang membutuhkan bantuan (Mulder, 2006).

Menyusui merupakan proses yang didapat secara alami. Walau demikian dibutuhkan keterampilan untuk dapat menyusui secara efektif, yaitu teknik menyusui yang benar (Lawson, 2007). Proses menyusui dapat berjalan secara efektif bila didukung oleh posisi ibu dan bayi yang benar, perlekatan bayi yang maksimal pada payudara ibu, dan keefektifan hisapan bayi pada payudara (Riordan , 2006).

Pemahaman akan keefektifan proses menyusui akan membantu ibu untuk mengetahui keefektifan hisapan bayi dalam memeras ASI. Posisi dan perlekatan bayi pada payudara ibu secara tepat dan maksimal akan mengurangi kemungkinan terjadinya lecet pada puting dan mastitis pada ibu (Sulistyawati, 2009).

Keefektifan proses menyusui oleh Mulder (2006), didefinisikan sebagai proses interaktif antara ibu dan bayi yang berakibat secara langsung pada transfer


(14)

ASI dari payudara ibu kepada bayi, dalam perilaku yang menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan bayi. Menurutnya terdapat empat indikator dalam proses menyusui yang efektif. Keempat indikator tersebut meliputi posisi ibu dan bayi yang benar (Body position), perlekatan bayi yang tepat (Latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking), dan transfer ASI (Milk transfer).

Pada penelitian Goyar (2010) di Libya tentang praktek menyusui ; posisi, perlekatan dan keefektifan hisapan bayi payudara,didapatkan hasil posisi tidak benar menyusui sebanyak 24%, perlekatan yang buruk sebanyak 30%, dan proses menghisap payudara yang tidak efektif sebanyak 42,8 % pada neonatal.

Belum adanya penelitian terkait keefektifan proses menyusui ditinjau dari posisi ibu dan bayi, perlekatan pada payudara, keefektifan hisapan bayi pada payudara, dan transfer ASI, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani. Perkiraan ibu menyusui yang mengunjungi Klinik Bersalin Mariani pada bulan Maret- April adalah sebanyak 30 - 45 orang.

2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani?”


(15)

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani.

3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui gambaran posisi ibu dan bayi yang benar (Body position) pada proses menyusui .

b) Untuk mengetahui gambaran perlekatan bayi yang tepat (Latch) pada proses menyusui.

c) Untuk mengetahui gambaran keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking) pada proses menyusui.

d) Untuk mengetahui gambaran transfer ASI (Milk transfer) pada proses menyusui.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

4.1Praktik Keperawatan

Informasi yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perawat sehingga klien dapat mendapatkan pelayanan mengenai proses menyusui, diharapkan kinerja pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan lebih baik.


(16)

4.2Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi tenaga pendidik keperawatan untuk menambah pengetahuan peserta didik tentang keefektifan proses menyusui.

4.3 Peneliti Keperawatan

Sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang proses menyusui dan ibu menyusui dengan jenis penelitian lain atau dengan penambahan variabel penelitian yang lebih lengkap dengan metode penelitian yang berbeda.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokan menjadi 4 bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui.

1. Anatomi Payudara

Payudara pada perempuan merupakan suatu kelenjar eksokrin berukuran besar yang tersusun oleh sekitar 18 segmen yang berisi lemak, jaringan penyambung yang sangat banyak mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf (Bobak, 2005). Payudara berkembang pada saat pubertas, perkembangan ini distimulasi oleh estrogen yang diproduksi selama siklus haid. Pertumbuhan yang jauh lebih besar terjadi pada saat kehamilan, dan kelenjar payudara berkembang secara sempurna untuk pembentukan air susu. Pada umumnya diameter payudara berkisar 10 – 12 cm dengan berat rata-rata 600 – 800 gram pada masa menyusui (Soetjiningsih, 1997 ; Maryunani, 2009).

Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV,sedangkan secara horizontal payudara terletak mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis (Maryunani, 2009).

Dilihat dari penampang luarnya, payudara terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu korpus mammae (badan), areola, dan puting susu atau papilla (Maryunani, 2009).

Korpus mammae merupakan bagian yang paling besar dari payudara yang terdiri dari jaringan parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur


(18)

yang terdiri dari duktus laktiferus yang berfungsi menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus, sinus laktiferus/ampula yang berfungsi sebagai kantung penyimpanan ASI, dan alveoli yang berfungsi sebagai kantung penghasil ASI. Stroma terdiri dari jaringan lemak dan penyangga. Jaringan lemak disekeliling alveoli dan sekitar duktus laktiferus menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot polos, yang akan berkontraksi memeras keluar ASI. (IDAI, 2008 ; Maryunani, 2009).

Areola merupakan daerah berpigmentasi lebih yang mengelilingi puting susu. Pada areola terdapat kelenjar-kelenjar kecil yaitu kelenjar Montgomery yang menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan kulit disekitar areola dan puting susu agar tetap lunak dan lentur selama menyusui (IDAI, 2008).

Puting susu atau papilla merupakan bagian yang menonjol di puncak payudara. Pada puting susu terdapat lubang –lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf yang penting pada proses menyusui, pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Puting susu mengandung serat-serat otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu sehingga menyebabkan duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi (Maryunani, 2009).

2. ASI

2.1 Defenisi

ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh payudara ibu sebagai makanan utama


(19)

bagi bayi (Soetjiningsih, 1997). ASI adalah salah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, antibodi, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin,2003). 2.2 Manfaat ASI

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui (Moody dkk, 2006).

Menurut Ross (2006), manfaat pemberian ASI pada bayi yaitu : ASI mengandung nutrisi seimbang yang sangat sempurna bagi tumbuh kembang bayi, mudah dicerna oleh bayi, mengandung antibodi yang melindungi bayi dari penyakit, baik untuk perkembangan rahang bayi, meningkatkan kemampuan penglihatan bayi dan mengurangi timbulnya serangan jantung pada bayi. Sedangkan pada ibu yaitu : pemberian ASI membantu uterus berkontraksi yang mempercepat pengeluaran darah, dapat menurunkan berat badan ibu setelah melahirkan, merupakan cara kontrasepsi alami yang efektif, dan dapat memberikan rasa tenang pada ibu saat menyusui.

2.3 Keberhasilan menyusui

Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui eksklusif selama 6 bulan pertama. Menurut IDAI (2008), berikut merupakan beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar dapat menyusui secara eksklusif, antara lain :


(20)

1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah lahir dalam 1 jam pertama kehidupannya (inisiasi menyusu dini). Bayi memiliki refleks menghisap yang sangat kuat pada saat itu. Proses menyusui dimulai dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit ke kulit. Hal ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin ibu dan bayi serta perkembangan bayi.

2. Ibu harus meyakini bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayinya. Tidak ada makanan atau cairan lainnya yang diberikan karena akan menghambat keberhasilan proses menyusui.

3. Menyusui bayi sesuai kebutuhan sampai puas. Bila bayi sudah merasa puas, maka ia akan melepaskan puting dengan sendirinya.

4. Ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke mulut bayi secara efektif.

3. Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI ( Soetjiningsih, 1997). Laktasi akan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu fisiologi laktasi , mekanisme menyusui dan konsep ASI.

3.1 Fisiologi Laktasi

Produksi ASI merupakan suatu interaksi kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan hormon-hormon. Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun, hal ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin yang


(21)

merupakan awal produksi ASI. Ketika bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks oksitosin atau yang disebut juga dengan “let-down reflex” (Roesli, 2000 ; Maryunani, 2009).

3.1.1 Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin)

Hisapan bayi pada payudara akan merangsang ujung saraf sensoris disekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian depan untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus menghasilkan ASI. Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah payudara dihisap, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk diminum berikutnya. Sedangkan untuk minum yang sekarang bayi mengambil ASI yang ada pada sinus laktiferus . Semakin sering bayi menyusu maka semakin banyak ASI yang diproduksi. (IDAI, 2008 ; Maryunani, 2009 ; Sulistyawati, 2009).

Ditambahkan oleh Sulistyawati (2009) bahwa pada ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaaan-keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anastesi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin dan pengaruh obat-obatan.

3.1.2 Refleks Oksitosin (Let-down Reflex)

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofifis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh hisapan bayi. Oksitosin dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan


(22)

merangsang kontraksi otot disekeliling alveoli dan memeras ASI keluar dari sinus laktiferus (IDAI, 2008)

Beberapa keadaan dapat meningkatkan produksi oksitosin diantaranya yaitu : ibu dalam keadaan tenang, ibu mendengar tangisan atau celotehan bayinya, ayah menggendong bayi, ayah membantu mengganti popok dan memandikan bayi serta perasaan dan curahan kasih sayang ibu terhadap bayinya (Sulistyawati, 2009).

3.2 Mekanisme Menyusui

Dalam mekanisme menyusui terdapat 3 refleks pada bayi yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses menyusui (Bobak, 2005), yaitu :

a) Refleks Mencari / Menangkap (Rooting reflex)

Menurut Riordan (2005), istilah refleks mencari / menangkap (rooting reflex) merupakan gambaran perilaku bayi untuk menoleh, membuka mulut dan berusaha mencari puting untuk menyusu kearah datangnya rangsangan . Rangsangan ini dapat berupa sentuhan di pipi bayi atau payudara ibu yang menempel pada sisi mulut bayi. Pada akhirnya bayi akan mampu membuka mulut dengan lebar dan menarik puting susu masuk ke dalam mulutnya.

b) Refleks Mengisap (Sucking Reflex)

Refleks mengisap pada bayi akan timbul bilamana puting susu ibu merangsang langit-langit (palatum) dalam mulut bayi. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakang mulut bayi dengan sempurna, maka sebagian besar areola ibu sedapat mungkin harus masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian,


(23)

sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah, serta langit-langit sehingga air susu dapat diperas secara sempurna ke dalam mulut bayi (Maryunani, 2009).

c) Refleks Menelan (Swallowing reflex)

Pada saat menelan, bagian belakang lidah akan terangkat dan menekan bagian posterior dinding faring. Laring kemudian bergerak ke atas dan ke depan untuk menutup trakea dan mendorong ASI masuk ke dalam kerongkongan, sehingga memulai refleks menelan pada bayi. Setelah itu, laring akan kembali ke posisi sebelumnya. Volume ASI yang cukup dibutuhkan untuk memicu refleks menelan. Refleks menelan dapat diamati selama beberapa hari pertama setelah bayi lahir. Menelan dapat diamati dari gerakan rahang bayi yang berirama dan gerakan otot-otot tenggorokan (Riordan, 2005).

4. Keefektifan Proses Menyusui

4.1 Defenisi

Proses menyusui bukan hanya perilaku tunggal bayi menghisap payudara ibu, tetapi merupakan serangkaian perilaku yang bisa digambarkan, dikaji, dan diukur (Riordan, 2005). Menurut Association of Women Health, Obstentric and Neonatal Nurses (2000), proses menyusui merupakan proses dimana bayi menerima ASI. Greenwood (2002) menyatakan bahwa proses menyusui dikatakan efektif apabila selama proses baik bayi maupun ibu merasakan kepuasan dan bebas dari rasa sakit.

Keefektifan proses menyusui oleh Mulder (2006), didefinisikan sebagai proses interaktif antara ibu dan bayi yang berakibat secara langsung pada transfer


(24)

ASI dari payudara ibu kepada bayi, dalam perilaku yang menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan bayi.

4.2 Indikator Keefektifan Proses Menyusui

Seiring dengan perkembangan promosi pemberian ASI, banyak peneliti yang meneliti hal-hal yang dibutuhkan untuk mengkaji kualitas proses menyusui dan menggambarkan indikator yang berhubungan dengan keefektifan maupun ketidakefektifan proses menyusui. Hal ini bermanfaat bagi pengkajian proses menyusui, pengkajian pengetahuan dan keterampilan ibu dalam menyusui, memprediksi kesulitan-kesulitan pada proses menyusui, juga menyediakan tindak lanjut perawatan bagi pasangan ibu dan bayi yang membutuhkan bantuan (Mulder, 2006).

4.2.1 Infant Breastfeeding Assesment Tool (IBFAT)

Pada hasil penelitian Mattews (1988), tentang Infant Breastfeeding Assesment Tool (IBFAT) dikemukakan bahwa terdapat empat indikator yang digunakan dalam pengkajian proses menyusui. Keempat indikator tersebut meliputi kesiapan bayi untuk menyusu, refleks rooting, lamanya waktu yang dibutuhkan bayi untuk mulai menyusu dan pola hisapan bayi pada payudara. Pada masing-masing indikator diberikan nilai dari 0 – 3. Total nilai keseluruhan berkisar 0 – 12. Proses menyusui dikatakan efektif apabila penilaian mencapai angka 9 – 12. Pencapaian penilaian tersebut digambarkan dari kesiapan bayi untuk menyusu dengan tanpa paksaan atau rangsangan untuk memulai proses menyusu, refleks rooting bayi yang efektif, waktu yang singkat untuk langsung dapat menyusu, dan pola hisapan yang baik dan teratur (Lawrance, 2011).


(25)

4.2.2 Mother-Baby Assesment Tool (MBA)

Menurut Mulford (1992), keefektifan proses menyusui dinilai dari tiap tahapan proses menyusui, baik dari ibu maupun bayi. Dalam sistem penilaian Mother-Baby Assesment Tool (MBA), tahapan menyusui terbagi atas tahapan isyarat kesediaaan menyusui, posisi ibu dan bayi, perlekatan bayi pada payudara, transfer ASI dan tahap mengakhiri proses menyusui.

Proses menyusui dikatakan efektif apabila dalam tahapan isyarat kesediaan menyusui, ibu dapat melihat dan mendengar isyarat bayi. Ibu dapat memeluk bayi, berbicara pada bayi dan memberi rangsangan pada bayi ketika bayi masih mengantuk. Isyarat kesediaan bayi untuk menyusu dapat dilihat dari kesiagaan bayi, refleks rooting, refleks suckling,dan isyarat bayi melalui suara juga tangisan (Riordan, 2006).

Pada posisi, ibu akan menggendong bayi pada posisi tubuh yang baik dengan kepala ,bahu dan bagian belakang tubuh bayi ditopang. Pada perlekatan, bayi akan melekat pada payudara, dengan mulut terbuka lebar dan areola berada di dalam mulut bayi. Transfer ASI dapat diobservasi dari refleks menelan bayi yang dapat didengar dan pada tahap mengakhiri proses menyusu, bayi akan melepas sendiri payudara sebagai tanda terpenuhinya kebutuhan bayi akan ASI (Cadwell, 2006 : Lawrance, 2011).

4.2.3 LACTH Assesment Tool

Menurut Jensen dkk (1994), terdapat lima indikator dalam mengevaluasi keefektifan proses menyusui. Indikator - indikator tersebut terangkum dalam alat


(26)

pengkajian LACTH yang meliputi perlekatan bayi pada payudara (Lacth), terdengarnya suara menelan pada saat transfer ASI (Audible Swallowing), jenis puting susu ibu (Type of Nipple), keadaan puting selama proses menyusui berlangsung (Comfort Nipple), dan kemampuan ibu memegang bayi saat proses menyusui (Hold).

Proses menyusui dikatakan efektif apabila pada perlekatan, lidah bayi berada di bawah payudara, hisapan bayi teratur, dan bibir bagian bawah terputar keluar. Keadaan puting selama proses menyusui dinilai dari puting tetap lunak, tanpa memar dan lecet. Kemampuan ibu dalam memegang bayi terlihat dari ada atau tidaknya bantuan yang diberikan dalam upaya mempertahankan posisi bayi selama proses menyusui (Lawrance, 2011).

4.2.4 Attributes of Effective Breastfeeding

Seiring dengan perkembangan penelitian tentang pengkajian proses menyusui, Mulder (2006) dalam penelitiannya mencoba menganalisis konsep keefektifan proses menyusui yang telah ada. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dari konsep – konsep yang telah ada terdapat empat indikator yang paling sering muncul dalam menggambarkan keefektifan proses menyusui.

Keefektifan proses menyusui oleh Mulder (2006), didefinisikan sebagai proses interaktif antara ibu dan bayi yang berakibat secara langsung pada transfer ASI dari payudara ibu kepada bayi, dalam perilaku yang menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan bayi. Menurutnya terdapat empat indikator dalam proses menyusui yang efektif. Keempat indikator tersebut meliputi :


(27)

a. Posisi Tubuh (Body Position)

Posisi tubuh antara ibu dan bayi sangat mempengaruhi keberhasilan proses menyusui. Posisi yang tidak benar dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu maupun bayi. Posisi tubuh ibu saat menyusui antara lain posisi berbaring miring dan posisi duduk. Posisi berbaring miring biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau nyeri. Pada posisi duduk, ibu dapat memilih posisi tangan seperti memegang bola, posisi tangan transisi, dan posisi crisscross hold. Pada posisi tubuh yang benar, ibu akan terlihat nyaman dan tidak tegang, sedangkan ketidaknyamanan posisi ibu dapat terlihat dari bahu ibu yang tegang dan badan ibu cenderung condong ke arah bayi (Sulistyawati, 2009).

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel pada perut ibu. Kepala dan badan bayi berada pada satu garis lurus. Sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher, tetapi seluruh bagian punggung bayi. Badan bayi akkan cenderung condong ke arah ibu. (IDAI, 2008).

Menurut WHO dan UNICEF (2003) dalam penilaian proses menyusui terkait posisi tubuh dengan Observasi BREAST, posisi tubuh yang benar bercirikan ibu terlihat santai dan nyaman, badan bayi menempel pada perut ibu, kepala lurus menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting,kepala dan badan bayi berada pada satu garis lurus,badan bayi condong ke arah ibu dan punggung bayi disanggah dengan baik. Sedangkan posisi tubuh yang tidak benar


(28)

bercirikan badan bayi menjauhi badan ibu, leher bayi terputar dan cenderung ke depan,badan bayi tidak menghadap ke badan ibu, dan hanya bagian kepala dan leher saja yang ditopang.

b. Perlekatan yang tepat (Latch)

Perlekatan merupakan ciri yang paling sering dihubungkan dengan keefektifan proses menyusui. Perlekatan menggambarkan posisi mulut, lidah dan bibir bayi pada puting, areola dan payudara ibu. Posisi tubuh yang benar akan menghasilkan perlekatan yang maksimal. Perlekatan yang maksimal dapat memfasilitasi refleks bayi saat proses menyusui. Perlekatan yang kurang maksimal akan mengurangi keefektifan hisapan bayi pada payudara. Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara ke dalam mulutnya, bukan hanya menghisap puting, agar lidah bayi dapat memeras sinus laktiferus yang berada tepat dibawah areola (Mulder, 2006).

Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara (titik pertemuan). Untuk mendapatkan perlekatan yang maksimal, setelah berada pada posisi tubuh yang benar, sentuh bibir bayi dengan puting. Ketika mulut bayi terbuka lebar secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi. Sasarannya adalah memposisikan bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari pangkal puting susu. Bayi harus mengulum sebagian besar areola di dalam mulutnya. Hal ini akan memungkinkan bayi menarik sebagian dari jaringan payudara masuk ke dalam mulutnya dengan lidah dan rahang bawah. Bila diposisikan dengan benar, jaringan puting susu, payudara dan sinus laktiferus


(29)

akan berada dalam rongga mulut bayi,sehingga lidah dan langit-langit dapat memeras ASI secara sempurna. Puting susu akan masuk sejauh langit-langit lunak bayi dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan merangsang refleks menghisap pada bayi. (IDAI, 2008 ; Sulistyawati, 2009).

Dalam penilaian proses menyusui terkait perlekatan dengan Observasi BREAST, menurut WHO dan UNICEF (2003) ada beberapa tanda yang mencirikan perlekatan yang baik, yaitu : bayi tidak hanya mengisap puting tetapi payudara, mulut bayi terbuka lebar, dagu menempel pada payudara, bibir bagian bawah terputar keluar, lidah berlekuk disekitar payudara, lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah, dan ibu tidak merasa nyeri saat bayi menyusu. Sedangkan pada perlekatan yang tidak baik terlihat mulut bayi tidak terbuka lebar, bibir mencucu, lebih banyak areola bagian bawah yang terlihat dan terasa sakit pada puting saat proses menyusui.

c. Hisapan yang efektif (Effective Sucking)

Hisapan yang efektif merupakan prasyarat proses menyusui yang efektif. Perlekatan yang tepat dapat memicu hisapan yang baik. Pada posisi perlekatan yang tepat, rahang bawah bayi akan menutup pada jaringan payudara, penghisapan akan terjadi, dan puting susu akan ditangkap dengan baik dalam rongga mulut, sementara lidah memberikan penekanan secara berulang-ulang seperti memeras secara teratur sehingga ASI akan keluar dari duktus laktiferus. Pergerakan cairan selama menyusui terjadi dari daerah bertekanan tinggi di payudara yang diciptakan oleh volume ASI dan refleks pengeluaran ASI ke


(30)

daerah bertekanan rendah yaitu mulut bayi. Hisapan yang baik adalah hisapan menggunakan lidah dan rahang. Hal ini terlihat dari pipi bayi yang membulat pada saat proses menyusui. Hisapan bayi yang efektif pada payudara berirama dan selaras, hal ini ditandai dengan pola hisapan lambat dan dalam yang diselingi dengan jeda atau istirahat ( Mulder, 2006 ; IDAI 2008 ; Walker, 2011).

d. Transfer ASI (Milk transfer)

Transfer (perpindahan) ASI terjadi ketika cairan ASI melewati puting masuk ke dalam mulut dan ditelan oleh bayi. Hal ini dipengaruhi oleh refleks pengeluaran (letdown reflex) dan hormon oksitosin. Transfer ASI dapat dirasakan oleh ibu seperti sensasi kesemutan pada payudara saat ASI keluar melewati puting dan akan ada ASI yang menetes di payudara ibu di bagian yang berlawanan dengan payudara yang digunakan menyusui, sedangkan pada bayi dapat diamati pada saat terlihat dan terdengar bunyi menelan (Cadwell, 2006 : Walker, 2011).

4.3 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Keefektifan Proses Menyusui

Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan proses menyusui terdiri dari: 4.3.1 Usia gestasi

Usia gestasi dan berat lahir mempengaruhi intake ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ (Aritonang, 2007).


(31)

4.3.2 Anatomi payudara ibu

Anatomi payudara ibu juga sangat mempengaruhi produksi ASI dan proses menyusui. Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, maka sel-sel yang berfungsi memproduksi ASI akan berkurang. Hal ini mengakibatkan produksi ASI yang kurang dari kebutuhan (Maryunani, 2009).

4.3.3 Pemberian susu formula

Pemberian susu formula secara bergantian dengan menyusu pada ibu dapat mengakibatkan bayi bingung puting (nipple confusion). Hal ini terjadi karena mekanisme menyusu yang berbeda antara keduanya. Menyusu pada puting ibu memerlukan usaha yang lebih daripada minum pada botol, yaitu bayi harus mempergunakan otot pipi, gusi, langit-langit dan lidahnya. Sementara itu, menyusu dengan botol membuat bayi pasif menerima susu karena dot sudah mempunyai lubang diujungnya, sehingga bayi dapat menelan susu yg terus mengalir tanpa dihisap (Maryunani, 2009).

4.3.4 Faktor psikologis

Keadaan psikologis ibu mempengaruhi pengeluaran ASI. Pikiran dan perasaan seorang ibu sangat mempengaruhi refleks let-down atau refleks pengeluaran ASI. Keadaan psikologis ibu yang dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin antara ain perasaan dan curahan kasih sayang ibu pada bayinya, mendengar celoteh atau tangisan bayi, memikirkan bayi dan ibu merasa tenang. Sedangkan kondisi ibu dalam keadaan sedih, kesal, kecewa, kurang percaya diri, cemas terhadap bentuk payudara dan tubuh, dan takut ASI tidak mencukupi


(32)

kebutuhan bayi dan adanya rasa sakit sewaktu menyusui (Derek & Jones, 2005 : Maryunani, 2009).

4.3.5 Pengetahuan Ibu

Pengetahuan akan keterampilan dan teknik menyusui yang benar akan sangat membantu ibu memahami proses menyusui dan pentingnya posisi dan perlekatan yang baik pada payudara terhadap produksi ASI. Pemahaman akan hal ini dapat meminimalkan resiko lecet/nyeri puting, abses dan mastitis pada payudara (IDAI, 2008).

4.3.6 Dukungan keluarga

Kemauan ibu untuk memberikan ASI salah satunya dipengaruhi oleh dukungan keluarga (suami). Bentuk dukungan suami ini mencakup sebagai tim penyemangat, membantu mengatasi masalah dalam pemberian ASI, ikut merawat bayi, mendampingi ibu menyusui walau tengah malam, melayani ibu menyusui, dan menyediakan anggaran ekstra (Meiliasari, 2002).


(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini disusun berdasarkan konsep keefektifan proses menyusui yang bertujuan untuk menggambarkan Keefektifan Proses Menyusui pada Ibu Menyusui di Klinik Bersalin Mariani.

Secara konseptual yang dimaksud dengan proses menyusui yang efektif adalah proses interaktif antara ibu dan bayi yang berakibat secara langsung pada transfer ASI dari payudara ibu kepada bayi, dalam perilaku yang menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan bayi.

Menurut Mulder (2006), terdapat empat indikator dalam proses menyusui yang efektif. Keempat indikator tersebut meliputi posisi tubuh antara ibu dan bayi yang benar (Body position), perlekatan bayi yang tepat (Latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking), dan transfer ASI (Milk transfer).

Posisi tubuh antara ibu dan bayi yang benar ditunjukan oleh posisi badan bayi dengan perut dan payudara ibu, letak telinga, lengan, kepala dan bagian belakang badan bayi. Perlekatan menggambarkan posisi dagu, mulut, lidah dan bibir bayi pada puting, areola dan payudara ibu. Keefektifan hisapan bayi merupakan kemampuan bayi memerah ASI keluar dari duktus laktiferus dan transfer ASI merupakan perpindahan ASI secara adekuat dari ibu kepada bayi yang ditunjukan dari refleks menelan, sensasi kesemutan yang dirasakan ibu dan rembesan ASI dari payudara.


(34)

Keterangan :

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

Skema 1. Kerangka Konseptual Penelitian Indikator keefektifan proses menyusui menurut :

1. Infant Breastfeeding Assesment Tool (IBFAT) 3. LACTH Assesment Tool

2. Mother-Baby Assesment Tool (MBA) 4. Attributes of Effective Breastfeeding

Attributes of Effective Breastfeeding:

1.Posisi tubuh (Body Position) tidak benar benar

2.Perlekatan bayi yang tepat(Latch) tidak tepat tepat

3.Keefektifan isapan bayi pada payudara (Effective Sucking) tidak efektif

efektif

4.Transfer ASI (Milk transfer) tidak baik baik Faktor-faktor yang

mempengaruhi keefektifan proses menyusui :

1.Usia gestasi

2.Anatomi payudara ibu

3.Pemberian susu formula

4. Faktor psikologis 5.Pengetahuan ibu 6.Dukungan keluarga

- Tidak efektif - Efektif


(35)

2. Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel

Penelitian

Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Keefektifan Proses Menyusui

Proses menyusui yang efektif adalah proses interaktif antara ibu dan bayi yang ditunjukan dalam posisi tubuh (Body position), perlekatan bayi yang tepat (Latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking), transfer ASI (Milk transfer)

Lembar observasi dengan 17 pernyataan dan Kuisioner dengan 4 pertanyaan - Tidak efektif (Skor 0-11) - Efektif (Skor 12- 21) Ordinal Indikator Posisi tubuh (Body position)

Posisi tubuh antara ibu dan bayi yang ditunjukan oleh posisi badan bayi dengan perut dan payudara ibu, letak telinga, lengan, kepala dan bagian belakang badan bayi. Lembar Observasi dengan 6 pernyataan - Tidak benar (Skor 0 – 3) - Benar (Skor 4-6)


(36)

Tabel 2 (Lanjutan)

No Indikator Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Perlekatan bayi yang tepat (Latch)

Perlekatan menggambarkan posisi dagu, mulut, lidah dan bibir bayi pada puting, areola dan payudara ibu.

Lembar Observasi dengan 7 pernyataan - Tidak tepat (Skor 0 – 4) - Tepat (Skor 5 - 7)

Ordinal Keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking) Kemampuan bayi memerah ASI keluar dari duktus laktiferus. Lembar Observasi dengan 4 pernyataan - Tidak Efektif (Skor 0-2) - Efektif (Skor 3 – 4)

Ordinal

Transfer ASI (Milk transfer)

Perpindahan ASI secara adekuat dari ibu kepada bayi yang ditunjukan dari refleks menelan, sensasi kesemutan yang dirasakan ibu dan rembesan ASI dari payudara. Kuisioner dengan 4 pertanyaan - Tidak Baik (Skor 0-2) - Baik (Skor 3 – 4)


(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Desain penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan, bukan untuk menguji hipotesis tertentu (Arikunto, 2000). Desain ini bertujuan untuk menggambarkan keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani.

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani dalam satu tahun yakni 300 orang dengan rata-rata 25 orang per bulan.

2.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Arikunto (2006), jika populasi lebih dari 100 maka sampel dibuat sekitar 10-15% atau 20-25% dari total populasi. Berdasarkan ketentuan tersebut, jumlah sampel yang diteliti oleh peneliti adalah 10% dari 300 orang, yakni 30 orang.

2.3. Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003).


(38)

Adapun kriteria sampel tersebut yaitu ibu menyusui dengan usia gestasi normal, bayi yang disusui berusia 0 - 6 bulan, tidak mengalami kelainan anatomi mulut, dan bersedia menjadi responden.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Mariani Medan, Jl. Gatot Subroto Gg. Johar No.5 . Adapun alasan pemilihan lokasi dengan pertimbangan bahwa klinik bersalin tersebut memiliki jumlah pasien yang cukup banyak setiap bulannya sehingga tersedia sampel yang memadai dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai keefektifan proses menyusui sebelumnya. Penelitian ini dilakukan pada 1 Maret – 30 April 2012

4. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu dengan memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden harus menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Jika calon responden bersedia diteliti tetapi tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka persetujuan dilakukan secara lisan. Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Kerahasiaan catatan tentang data calon responden juga dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya menuliskan inisial namanya saja untuk menjaga kerahasiaan informasi yang


(39)

diberikan. Data-data yang telah diperoleh dari calon responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian (Nursalam, 2008)

5. Alat Pengumpulan Data

5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuisioner dan lembar observasi yang diadopsi dari B-R-E-A-S-T Feed Observation Form oleh WHO dan didasarkan pada tinjauan kepustakaan. Kuisioner yang ada memuat data demografi responden dan dan lembar observasi memuat keefektifan proses menyusui.

5.1.1 Kuisioner Data Demografi

Kuisioner data demografi meliputi nama (inisial), usia, bayi yang disusui, pendidikan, dan pekerjaan ibu. Data demografi calon responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden dan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan presentase demografi terhadap keefektifan proses menyusui.

5.1.2 Lembar Observasi dan Kuisioner Keefektifan proses menyusui

Lembar observasi dan kuisioner keefektifan proses menyusui terdiri dari 21 pernyataan dengan pilihan jawaban ”Ya” atau ”Tidak”. Untuk setiap jawaban ”Ya” diberi nilai 1 dan jika ”Tidak” diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 21 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 0.

Berdasarkan rumus statistik menurut Hidayat (2007) :


(40)

banyak kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) dimana rentang kelas sebesar 21 dan banyak kelas 2 yaitu : tidak efektif dan efektif, sehingga diperoleh nilai p = 11 dan batas kelas interval bawah 0. Maka keefektifan proses menyusui dikategorikan menjadi : 0 -10 = tidak efektif dan 11 -21 = efektif

5.1.3 Lembar Observasi dan Kuisioner Indikator Keefektifan proses menyusui

a. Posisi tubuh (Body position),

Lembar observasi Posisi tubuh (Body position), terdiri dari 6 pernyataan dengan pilihan jawaban ”Ya” atau ”Tidak”. Untuk setiap jawaban ”Ya” diberi nilai 1 dan jika ”Tidak” diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 6 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 0.

Berdasarkan rumus statistik menurut Hidayat (2007) :

p = rentang

banyak kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) dimana rentang kelas sebesar 6 dan banyak kelas 2 yaitu : tidak efektif dan efektif, sehingga diperoleh nilai p = 3 dan batas kelas interval bawah 0. Maka keefektifan proses menyusui dikategorikan menjadi : 0 - 2 = tidak efektif dan 3 - 6 = efektif


(41)

b. Perlekatan bayi yang tepat (Latch)

Lembar observasi perlekatan bayi yang tepat (Latch), terdiri dari 7 pernyataan dengan pilihan jawaban ”Ya” atau ”Tidak”. Untuk setiap jawaban ”Ya” diberi nilai 1 dan jika ”Tidak” diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 7 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 0.

Berdasarkan rumus statistik menurut Hidayat (2007) :

p = rentang

banyak kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) dimana rentang kelas sebesar 7 dan banyak kelas 2 yaitu : tidak efektif dan efektif, sehingga diperoleh nilai p = 4 dan batas kelas interval bawah 0. Maka keefektifan proses menyusui dikategorikan menjadi : 0 - 3 = tidak tepat dan 4 - 7 = tepat.

c. Hisapan bayi pada payudara (Effective Sucking)

Lembar observasi hisapan bayi pada payudara (Effective Sucking), terdiri dari 4 pernyataan dengan pilihan jawaban ”Ya” atau ”Tidak”. Untuk setiap jawaban ”Ya” diberi nilai 1 dan jika ”Tidak” diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 4 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 0.

Berdasarkan rumus statistik menurut Hidayat (2007) :


(42)

banyak kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) dimana rentang kelas sebesar 4 dan banyak kelas 2 yaitu : tidak efektif dan efektif, sehingga diperoleh nilai p = 2 dan batas kelas interval bawah 0. Maka hisapan bayi pada payudara (Effective Sucking) dikategorikan menjadi : 0 - 2 = tidak efektif dan 3 - 4 = efektif.

d. Transfer ASI (Milk Transfer)

Kuisioner transfer ASI (Milk Transfer), terdiri dari 4 pertanyaan dengan pilihan jawaban ”Ya” atau ”Tidak”. Untuk setiap jawaban ”Ya” diberi nilai 1 dan jika ”Tidak” diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 4 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 0.

Berdasarkan rumus statistik menurut Hidayat (2007) :

p = rentang

banyak kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) dimana rentang kelas sebesar 4 dan banyak kelas 2 yaitu : tidak efektif dan efektif, sehingga diperoleh nilai p = 2 dan batas kelas interval bawah 0. Maka Transfer ASI (Milk Transfer) dikategorikan menjadi : 0 - 2 = tidak baik dan 3 - 4 = baik.


(43)

Uji validitas pada instrumen penelitian bertujuan untuk menunjukan kemampuan instrumen pengumpulan data untuk mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas isi, disusun berdasarkan teori yang relevan dan dikonsultasikan kepada ahli. Validitas instrumen telah diuji oleh dosen bagian keperawatan maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 18 dan 20 Januari 2012. Berdasarkan uji validitas tersebut, lembar observasi dan kuisioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pertanyaan yang akan mengukur sasaran yang ingin diukur sesuai dengan teori atau konsep. Dari hasil uji validitas terdapat 17 pernyataan dan 4 pertanyaan yang telah valid dan dapat disebarkan kepada responden.

Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur sencara konsisten sasaran yang akan diukur (Arikunto, 2006). Menurut Nursalam (2003), uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebagai sampel tetapi tidak akan menjadi sampel pada penelitian. Uji reliabilitas yang digunakan dalam instrumen ini adalah uji reabilitas Spearman-Brown dan KR-20. Untuk instrumen yang baru, akan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih besar dari nilai r pada product-moment (Arikunto, 2003). Lembar observasi tentang posisi tubuh antara ibu dan bayi saat menyusu memiliki nilai reliabilitas 0,79. Lembar observasi tentang perlekatan bayi yang tepat pada payudara memiliki nilai reliabilitas 0,81. Lembar observasi tentang keefektifan hisapan bayi memiliki nilai reliabilitas 0,67. Kuisioner tentang transfer ASI memiliki nilai reliabilitas 0,86. Nilai reliabilitas instrumen memiliki nilai r yang lebih besar daripada nilai r


(44)

pada product-moment, oleh karena itu instrumen telah reliabel dan dapat disebar pada responden.

6. Pengumpulan Data

Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara). Kemudian surat permohonan izin akan disampaikan ke tempat penelitian (Klinik Bersalin Mariani). Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian, lalu calon responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan menjadi responden penelitian. Jika responden tidak bersedia menjadi subjek penelitian, peneliti menghargai haknya dan tidak melakukan pemaksaan. Peneliti mengambil data demografi responden dengan memberikan kuisioner data demografi untuk diisi oleh responden. Sedangkan data keefektifan proses menyusui diperoleh dari pengisian lembar observasi yang diisi sendiri oleh peneliti melalui tindakan mengobservasi ibu saat proses menyusui berlangsung. Setelah kusioner dan lembar observasi selesai diisi, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang dapat segera dilengkapi, selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.


(45)

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan data dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya peneliti memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik univariat. Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisis data dari variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan hasil penelitian. Pada penelitian ini metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa variabel keefektifan proses menyusui dan masing-masing indikator yang ada, data akan dianalisa menggunakan skala ordinal dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 30 orang responden di Klinik Bersalin Mariani Medan. Proses pengambilan data untuk penelitian ini menggunakan instrumen berupa lembar observasi yang diisi oleh peneliti saat mengobservasi responden dan kuisioner yang diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah.

Penyajian hasil penelitian ini meliputi deskriptif karakteristik responden dan keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani Medan. Hasil dari lembar observasi dan kuisioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

1. Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka hasil penelitian akan menguraikan gambaran demografi responden dan keefektifan proses menyusui yang meliputi posisi ibu dan bayi yang benar (Body position), perlekatan bayi yang tepat (Latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking), dan transfer ASI (Milk transfer).


(47)

1.1 Karakteristik Responden

Tabel 1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik reponden berdasarkan usia, bayi yang disusui, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) Usia (tahun) 15-20 21-25 26-30 31-35 35-40

Bayi yang disusui anak ke- 1 2 3 4 Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA D3/S1 Pekerjaan

Ibu rumah tangga PNS

Pegawai Swasta

Pembantu rumah tangga

Penghasilan

> 1 jt 1-2 jt 2-3 jt < 3 jt

5 7 9 7 2 13 8 7 2 1 2 5 15 7 24 1 3 2 18 8 1 3 16,7 23,3 30,0 23,3 6,7 43,3 26,7 23,3 6,7 3,3 6,7 16,7 50,0 23,3 80,0 3,3 10,0 6,7 60,0 26,7 3,3 10,0


(48)

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden yaitu mayoritas berusia 26-30 tahun yaitu sebanyak 9 orang (30%), bayi yang disusui merupakan anak pertama yaitu sebanyak 13 orang (43,3%), berpendidikan SMA sebanyak 15 orang (50%), merupakan ibu rumah tangga sebanyak 24 orang (80%), dan penghasilan kurang dari Rp 1.000.000,00 sebanyak 18 orang (60%).

1.2 Analisa Data Keefektifan Proses Menyusui

Tabel 1.2.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Keefektifan Proses Menyusui

Keefektifan Proses Menyusui

Frekuensi Persentase (%)

Efektif Tidak Efektif 14 16 46,7 53,3

Total 30 100,0

Ditinjau dari keefektifan proses menyusui, berdasarkan tabel 1.2.1 dapat dilihat bahwa terdapat 16 orang responden (53,3%) dengan proses menyusui yang tidak efektif, sedangkan proses menyusui yang efektif, sebanyak 14 orang (46,7%).

Tabel 1.2.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Posisi Tubuh antara Ibu dan Bayi yang benar (Body Position)

Posisi Tubuh Frekuensi Persentase (%)

Benar Tidak benar 22 8 73,3 26,7

Total 30 100,0

Ditinjau dari posisi tubuh antara ibu dan bayi (body position) pada proses menyusui, berdasarkan tabel 1.2.2 dapat dilihat bahwa terdapat 22 orang ibu


(49)

(73,3%) dengan posisi tubuh yang benar pada proses menyusui, sedangkan posisi tubuh yang tidak benar, sebanyak 8 orang (26,7%).

Tabel 1.2.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perlekatan bayi yang tepat (Latch) pada payudara pada Proses Menyusui

Perlekatan Frekuensi Persentase (%)

Tepat Tidak Tepat

7 23

23,3 76,7

Total 30 100,0

Ditinjau dari perlekatan bayi yang tepat pada payudara,berdasarkan tabel 1.2.3 dapat dilihat bahwa terdapat 23 orang bayi (76,7%) dengan perlekatan yang tidak tepat, sedangkan perlekatan yang tepat sebanyak 7 orang (23,3%).

Tabel 1.2.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Keefektifan Hisapan bayi pada Payudara (Effective Suckling)

Keefektifan Hisapan Frekuensi Persentase (%)

Efektif Tidak Efektif

8 22

26,7 73,3

Total 30 100,0

Ditinjau dari keefektifan hisapan bayi pada payudara (Effective Suckling), berdasarkan tabel 1.2.4 dapat dilihat bahwa terdapat 22 orang bayi (73,3%) dengan hisapan yang tidak efektif pada payudara, sedangkan hisapan yang efektif sebanyak 8 orang (26,7%).


(50)

Tabel 1.2.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Transfer ASI (Milk Transfer pada Proses Menyusui

Transfer ASI Frekuensi Persentase (%)

Baik Tidak Baik

6 24

20,0 80,0

Total 30 100,0

Ditinjau dari transfer ASI (Milk Transfer), berdasarkan tabel 1.2.5 dapat dilihat bahwa terdapat 24 orang responden (80%) dengan transfer ASI yang tidak baik, sedangkan transfer ASI yang baik sebanyak 6 orang (20%).

2. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan dengan tujuan menggambarkan keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani Medan yang meliputi posisi ibu dan bayi yang benar (Body position), perlekatan bayi yang tepat (Latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking), dan transfer ASI (Milk transfer).

a. Keefektifan Proses Menyusui (Effective Breastfeeding)

Analisa hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden (30%) berusia 26-30 tahun. Kelompok usia tersebut termasuk kedalam kelompok usia reproduktif yaitu antara 23-28 tahun (Potter Perry, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan proses meyusui yang tidak efektif berusia 26-30 tahun (88,9%).


(51)

Mayoritas responden (43,3%) menyusui bayi yang merupakan anak pertama dan didapat sebanyak 9 responden dengan proses menyusui yang tidak efektif. Sedangkan 2 responden (6,6%) yang menyusui bayi yang merupakan anak keempat, proses menyusuinya tergolong efektif. Asumsi peneliti hal ini mungkin berkaitan dengan belum berpengalamannya ibu dalam praktek menyusui, mengingat bayi yang disusui merupakan anak pertama. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Yuliani (2007) yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Ibu tentang ASI dan Kondisi Ibu Baru Lahir terhadap Keputusan Pemberian ASI” yang mengatakan bahwa jumlah anak berpengaruh terhadap pengetahuan ibu karena praktek ibu menyusui sangat berhubungan dengan proses belajar dari praktek ibu menyusui pada anak sebelumnya.

Mayoritas responden (50%) berpendidikan SMA dan sebanyak 8 orang dengan proses menyusui yang efektif. Sedangkan pada responden yang berpendidikan SMP terdapat 2 orang responden dengan proses menyusui yang tidak efektif dan 2 orang responden yang berpendidikan SD dengan proses menyusui yang tidak efektif. Asumsi peneliti tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku ibu dalam praktek menyusui. Data dari Center for Diseasse Control (CDC) pada tahun 2005 menyatakan bahwa angka menyusui lebih rendah pada ibu yang berpendidikan dibawah jenjang sekolah menengah atas daripada ibu yang jenjang pendidikannya lebih tinggi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Muzaham (1995) yang mengatakan bahwa jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan mendorong seseorang untuk mencari informasi tentang hal yang sedang terjadi dan dengan pendidikan formal pada


(52)

dasarnya akan memberikan kemampuan dalam menyerap informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki responden, maka semakin mudah dan berwawasan luas mengetahui tentang teknik menyusui yang benar sehingga proses menyusui menjadi efektif.

Dilihat dari pekerjaan, mayoritas responden yaitu sebanyak 24 orang (80%) merupakan ibu rumah tangga dan sebanyak 14 orang diantaranya dengan proses menyusui yang tidak efektif. Sedangkan ibu yang bekerja sebagai PNS dan Pegawai swasta sebanyak 4 orang (13,3%), memiliki proses menyusui yang efektif. Sementara hasil penelitian Goyal (2006) menyatakan proses menyusui yang tidak efektif lebih banyak ditemukan pada kategori ibu yang bekerja (24%).

Asumsi peneliti, pekerjaan juga berpengaruh terhadap keefektifan proses menyusui. Hal ini disebabkan ibu yang bekerja mempunyai lingkungan yang lebih luas sehingga informasi yang didapat lebih banyak, sedangkan bagi ibu yang tidak bekerja apabila informasi dari lingkungan kurang maka pengetahuannya juga kurang, terlebih bila ibu tersebut tidak aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan kesehatan maka informasi yang diterimanya akan lebih sedikit. Penelitian Purwanti (2004) menemukan bahwa ibu yang tidak bekerja kurang mendapatkan informasi tentang menyusui disebabkan karena ibu kurang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pertukaran informasi dan pengalaman baik dari lingkungan kerja maupun dari luar.

Menurut Association of Women Health, Obstentric and Neonatal Nurses (2000), proses menyusui merupakan proses dimana bayi menerima ASI.


(53)

Greenwood (2002) menyatakan bahwa proses menyusui dikatakan efektif apabila selama proses baik bayi maupun ibu merasakan kepuasan dan bebas dari rasa sakit. Keefektifan proses menyusui oleh Mulder (2006), didefinisikan sebagai proses interaktif antara ibu dan bayi yang berakibat secara langsung pada transfer ASI dari payudara ibu kepada bayi, dalam perilaku yang menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan bayi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki proses menyusui yang tidak efektif (53,3%). Mulder (2006), menyatakan posisi tubuh antara ibu dan bayi yang benar, perlekatan yang tepat, keefektifan hisapan bayi pada payudara dan transfer ASI yang baik merupakan komponen proses menyusui yang efektif. Riordan (2005), menyatakan bahwa proses menyusui bukan merupakan perilaku tunggal, tetapi serangkaian perilaku yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Dari data hasil penelitian ditemukan bahwa masalah utama penyebab ketidakfektifan proses menyusui adalah trasfer ASI yang tidak baik (80%). Asumsi peneliti hal ini berhubungan dengan tingginya angka ketidakefektifan hisapan bayi (73,3%) yang disebabkan oleh perlekatan yang tidak tepat pada payudara (76,7%). Perlekatan yang maksimal dapat memfasilitasi refleks bayi saat proses menyusui. Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara ke dalam mulutnya, bukan hanya menghisap puting, agar lidah bayi dapat memeras sinus laktiferus yang berada tepat dibawah areola (Fitria, 2011). Cara yang tepat untuk mengetahui proses menyusui berjalan secara efektif dan bayi mendapat cukup ASI adalah dengan memastikan ibu dan


(54)

bayi berada dalam posisi menyusui yang benar dan melekat dengan tepat pada payudara sehingga refleks bayi saat menghisap terfasilitasi dan transfer ASI dapat berjalan dengan baik (Lawson, 2007).

b. Posisi ibu dan bayi yang benar (Body position)

Berdasarkan hasil penelitian, sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel 1.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden menyusui dalam posisi yang benar (73,3%). Asumsi peneliti mayoritas responden telah memiliki pengetahuan yang baik tentang posisi menyusui sehingga dapat menyusui dalam posisi yang benar. Menurut Perinasia (2003), pengetahuan yang baik membuat ibu tahu bagaimana menyusui bayinya dengan teknik menyusui yang benar. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Mayasari (2011) yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Primigravida Trimester III Terhadap Teknik Menyusui yang Benar” dimana masih terdapat 74 orang ibu (76,3%) dari respondennya yang tidak mengetahui posisi menyusui yang benar.

Lawson (2007), menyatakan bahwa posisi tubuh antara ibu dan bayi yang tidak benar merupakan masalah terbesar penyebab tidak berhasilnya proses menyusui. Selain itu kejadian lecet puting juga lebih mudah terjadi pada posisi menyusui yang tidak benar. Blair (2003) , juga menyatakan bahwa posisi tubuh antara ibu dan bayi merupakan hal yang paling utama untuk menentukan perlekatan pada payudara yang tepat sehingga hisapan bayi pada payudara efektif dan transfer ASI dapat berlangsung dengan baik.

Dalam penelitian ini, lebih banyak ibu muda (<20 tahun) yang memiliki posisi yang tidak benar dibandingkan ibu yang berusia lebih tua. Hal tersebut


(55)

sesuai dengan penelitian Goyal di Libya (2006), dimana posisi menyusui yang tidak benar lebih banyak pada ibu berusia <20 tahun (22,2%). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kronborg dkk, di Denmark (2009) , Gupta di India Utara (2008), dan Santo dkk di Brazil (2007) yang melaporkan bahwa posisi yang tidak benar dalam proses menyusui lebih banyak pada ibu yang tergolong remaja.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas ibu multipara memiliki posisi menyusui yang benar dibandingkan ibu primipara. Asumsi peneliti hal ini berhubungan dengan pengalaman ibu dalam menyusui anak yang sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Goyal (2006), yang menunjukkan bahwa mayoritas (74%) dari ibu multipara memiliki posisi dan perlekatan yang baik dalam proses menyusui. Hal yang sama juga dikemukakan Kronborg dan Coca (2009), yang melaporkan bahwa parietas secara bermakna dapat dikaitkan dengan posisi tubuh antara ibu dan bayi yang benar dan perlekatan pada payudara yang tepat. Namun, Gupta (2008) dalam penelitiannya tidak menemukan keterkaitan yang bermakna antara parietas dengan posisi tubuh antara ibu dan bayi yang benar dan perlekatan pada payudara yang tepat.

Dari keenam pernyataan dalam lembar observasi yang menggambarkan posisi tubuh yang benar antara ibu dan bayi, paling banyak responden yaitu sebanyak 29 orang (96,6%) melakukan tindakan benar pada pernyataan pertama (ibu dalam posisi yang nyaman). Menurut Jones (2005), rasa nyaman merupakan faktor psikologis yang dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga mempengaruhi pengeluaran ASI (Let-down reflex).


(56)

Penelitian Dian (2009) yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif’ menyatakan bahwa produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung stimulasi pada kelenjar payudara dimana salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah faktor psikologis ibu pada saat menyusui. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian Prasetyono (2009), yang menyatakan bahwa 80% kegagalan ibu menyusui disebabkan oleh faktor psikologis.

Keadaan psikologis ibu dalam keadaan tidak nyaman, kesal, kurang percaya diri, dan kecemasan akan produksi ASI dapat merangsang kelenjar hipofisis untuk menekan pengeluaran hormon oksitosin yang mengatur pengeluaran ASI (Sulistyawati,2009).

Sebanyak 12 orang responden (40%) melakukan paling banyak tindakan salah pada pernyataan keenam (badan bayi condong ke arah ibu). Posisi badan ibu yang condong ke arah bayi pada saat menyusui dapat menyebabkan kelelahan.Posisi tubuh yang benar adalah badan bayi condong ke arah ibu. Posisi ini dapat meminimalkan pengeluaran energi dan memberikan ibu waktu istirahat (Suryani, 2007).

c. Perlekatan bayi yang tepat (Latch)

Ditinjau dari perlekatan bayi yang tepat pada payudara, dapat dilihat bahwa mayoritas responden (76,7%) masuk dalam kategori perlekatan yang tidak tepat. Menurut Daulat (2003), perlekatan yang tidak tepat pada payudara dapat mengakibatkan puting lecet. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Fitria (2011) yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI” yang


(57)

menyatakan bahwa keadaan lecet puting merupakan salah satu faktor yang menghambat pemberian ASI dan penyebab utama terjadinya lecet puting adalah perlekatan yang tidak baik. Puting lecet dapat menyebabkan mastitis (peradangan payudara), oleh karena itu salah satu penanganan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya lecet puting adalah dengan teknik menyusui yang benar meliputi posisi dan perlekatan bayi yang tepat pada payudara (Daulat, 2003).

Penelitian Lamontagne, dkk (2008) yang berjudul “The Breastfeeding Experience of Woman with Major Difficulties Who Use the Service of a Breastfeeding Clinic” juga menyatakan bahwa lecet puting merupakan masalah utama (89%) yang paling sering dihadapi ibu menyusui dan merupakan alasan ibu berhenti menyusui bayinya (39%) . Lawson (2007), menyatakan bahwa memposisikan bayi dengan benar dan perlekatan yang tepat pada payudara dapat mengurangi resiko terjadinya lecet puting. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Coca (2009), dimana ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara perlekatan yang tidak tepat dengan kejadian lecet puting dan mastitis.

Perlekatan yang maksimal dapat memfasilitasi refleks bayi saat proses menyusui. Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara ke dalam mulutnya, bukan hanya menghisap puting, agar lidah bayi dapat memeras sinus laktiferus yang berada tepat dibawah areola. Perlekatan yang kurang maksimal akan mengurangi keefektifan hisapan bayi pada payudara. Bila bayi tidak melekat dengan baik, hanya menghisap puting, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan merusak kulit


(58)

puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting (Mulder, 2006 ; Fitria, 2011).

Sasaran perlekatan yang tepat pada payudara adalah memposisikan bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari pangkal puting susu. Bayi harus mengulum sebagian besar areola di dalam mulutnya. Hal ini akan memungkinkan bayi menarik sebagian dari jaringan payudara masuk ke dalam mulutnya dengan lidah dan rahang bawah. Bila diposisikan dengan benar, jaringan puting susu, payudara dan sinus laktiferus akan berada dalam rongga mulut bayi,sehingga lidah dan langit-langit dapat memeras ASI secara sempurna. Puting susu akan masuk sejauh langit-langit lunak bayi dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan merangsang refleks menghisap pada bayi. (IDAI, 2008 ; Sulistyawati, 2009).

d. Keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking)

Ditinjau dari keefektifan hisapan bayi pada payudara, dapat dilihat bahwa mayoritas responden (73,3%) masuk dalam kategori hisapan yang tidak efektif. Asumsi peneliti hal ini berkaitan dengan perlekatan bayi pada payudara. Sebagaimana telah dipaparkan bahwa mayoritas responden (76,7%) masuk dalam kategori perlekatan yang tidak tepat. Hal ini sesuai dengan penyataan Mulder (2006) yang menyatakan bahwa perlekatan yang tepat dapat memfasilitasi hisapan yang efektif pada payudara, sebaliknya perlekatan yang tidak tepat dapat mengurangi keefektifan hisapan bayi pada payudara.


(59)

Pada posisi perlekatan yang tepat, rahang bawah bayi akan menutup pada jaringan payudara, penghisapan akan terjadi, dan puting susu akan ditangkap dengan baik dalam rongga mulut, sementara lidah memberikan penekanan secara berulang-ulang seperti memeras secara teratur sehingga ASI akan keluar dari duktus laktiferus (Walker,2011).

Faktor usia gestasi dan berat bayi lahir juga mempengaruhi keefektifan hisapan. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ (Aritonang, 2007).

Hal lain yang berpengaruh pada kemampuan bayi untuk dapat menghisap secara efektif adalah pemberian susu formula. Pemberian susu formula secara bergantian dengan menyusu pada ibu dapat mengakibatkan bayi bingung puting (nipple confusion). Hal ini terjadi karena mekanisme menyusu yang berbeda antara keduanya. Menyusu pada puting ibu memerlukan usaha yang lebih daripada minum pada botol, yaitu bayi harus mempergunakan otot pipi, gusi, langit-langit dan lidahnya. Sementara itu, menyusu dengan botol membuat bayi pasif menerima susu karena dot sudah mempunyai lubang diujungnya, sehingga bayi dapat menelan susu yang terus mengalir tanpa dihisap. Hal tersebut membuat kurang efektifnya hisapan bayi pada payudara (Maryunani, 2009).

e. Transfer ASI (Milk transfer)

Ditinjau dari transfer ASI (Milk Transfer), dapat dilihat bahwa mayoritas responden (80%) dengan transfer ASI yang tidak baik. Asumsi peneliti hal ini


(60)

berhubungan dengan tingginya angka ketidakefektifan hisapan bayi (73,3%) yang disebabkan oleh perlekatan yang tidak tepat pada payudara (76,7%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Riordan (2005), yang menyatakan bahwa proses menyusui bukan merupakan perilaku tunggal, tetapi serangkaian perilaku yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Sebanyak 20 orang responden (66,6%) dapat merasakan sensasi kesemutan sewaktu ASI keluar dan ada ASI yang menetes di payudara ibu di bagian yang berlawanan dengan payudara yang digunakan untuk menyusui. Kemudian ada sebanyak 27 orang responden (90%) yang tidak dapat melihat dan mendengar bunyi bayi menelan ASI. Sensasi kesemutan sewaktu ASI keluar dan ada ASI yang menetes di payudara ibu merupakan tanda transfer ASI yang baik yang dipengaruhi oleh refleks pengeluaran (letdown reflex) dan hormon oksitosin (Cadwell, 2006).

Faktor psikologis juga dapat mempengaruhi transfer ASI. Pikiran dan perasaan seorang ibu sangat mempengaruhi refleks let-down atau refleks pengeluaran ASI. Keadaan psikologis ibu yang dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin antara ain perasaan dan curahan kaish sayang ibu pada bayinya, mendengar celoteh atau tangisan bayi, memikirkan bayi dan ibu merasa tenang. Sedangkan kondisi ibu dalam keadaan sedih, kesal, kecewa, kurang percaya diri, cemas terhadap bentuk payudara dan tubuh, dan takut ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi dan adanya rasa sakit sewaktu menyusui (Derek & Jones, 2005 : Maryunani, 2009).


(61)

3. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, masih banyak keterbatasan yang dimiliki peneliti. Salah satunya adalah lokasi penelitian, sebaiknya penelitian tersebut dilakukan di rumah dengan mengobservasi ibu pada saat menyusui (saat bayi ingin menyusu). Penelitian yang dilakukan di klinik dapat menghasilkan hasil yang bias dikarenakan tidak tepatnya waktu bayi menyusu. Selain itu kriteria sampel diperluas, ada yang diberi ASI dan susu formula secara bergantian dan yang hanya diberi ASI saja. Hal tersebut guna melihat ada atau tidaknya pengaruh pemberian susu formula terhadap keefektifan proses menyusui.


(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai gambaran proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani Medan. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

a) Proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani pada umumnya tergolong tidak efektif yaitu sebanyak 16 orang responden (53,3%).

b) Posisi ibu dan bayi (Body position) pada proses menyusui di Klinik Bersalin Mariani pada umumnya tergolong benar yaitu sebanyak 22 orang responden (73,3%).

c) Perlekatan bayi (Latch) pada proses menyusui di Klinik Bersalin Mariani pada umumnya tergolong tidak tepat yaitu sebanyak 23 orang bayi (76,7%).

d) Hisapan bayi pada payudara (effective sucking) pada proses menyusui di Klinik Bersalin Mariani pada umumnya tergolong tidak efektif yaitu sebanyak 22 orang bayi (73,3%).

e) Transfer ASI (Milk transfer) pada proses menyusui di Klinik Bersalin Mariani pada umumnya tergolong tidak baik yaitu sebanyak 24 orang responden (80%).


(63)

2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu :

a) Bagi praktik keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi kepada perawat sehingga dapat membantu ibu khususnya primigravida dalam memahami dan mengatasi masalah – masalah yang didapat selama proses menyusui dan dapat juga dijadikan sebagai bahan informasi dalam perbaikan dan pengembangan program pelayanan kesehatan terkait proses menyusui yang efektif. Misalnya, dengan mengadakan penyuluhan dan meningkatkan pengetahuan kader tentang proses menyusui yang efektif melalui pelatihan sebagai wadah penyalur informasi kepada ibu menyusui dan bagi perawat maternitas di rumah sakit atau klinik agar mengadakan program tetap untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu menyusui.

b) Bagi pendidikan keperawatan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi keperawatan maternitas maupun komunitas yang membutuhkan informasi terkait keefektifan proses menyusui.

c) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih memperdalam cakupan penelitiannya dengan meneliti hubungan antara keefektifan proses menyusui dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aritonang, Evawany. (2007) Peran ASI bagi Bayi : Produksi ASI dan faktor yang

mempengaruhinya.Diakses dari

September 2011

Blair, A. (2003). The Relationship Between Position, The Breast Dynamic, The Latching Process and Pain in Breastfeed mother with sore nipple. Breastfeed review (11 :5- 10)

Bobak & Lawdermilk. (2005) Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Cadwell, Karin. (2006) Maternal and Infant Assesment For Breastfeeding and Human Lactation A Guide For The Practitioner. London : Jones and Bartlett Publisher

Coca, K.P. (2009). Factors Associated with Nipple trauma in The Maternity Unit. J. Pediatric (85: 34 :1-5)

.(2009). Does Breastfeeding Position Influence The Onset Of Nipple Trauma?. Rev Esc Enferm USP. (42 :442 -8)

Dinkes Sumut. (2007). Profil Dinas Kab/Kota Tahun 2007. Diakses dari

Goyal,dkk. (Agustus, 2011). Breastfeeding Practices : Positioning, Attachment (Lact-on), and effective suckling - A hospital based study in Libya. Journal of Family and Community Medicine. (74 – 79).

Gupta M, Angrawal.(2008). Feasibility Study of IMNCI Guideline of Effective Breastfeeding in Rural Area of North India. Indian J Community Med. (33 : 201-3)

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

IDAI. (2008) Bedah ASI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Kronborg, H.(2009). How Are Effective Breastfeeding Technique and Pacifier Use Related to Breastfeeding Problems and Duration?. Birth (36 : 39-42) Lamontage, Caroline.(2008).The Breastfeeding Experience of Women With Major

Difficulties Who Use The Service Of Breastfeeding Clinic ; a descriptive Study. International Breastfeeding Journal. (30 :17)


(65)

Lawrance, Ruth. (2011) Breastfeeding a guide for medical profession. Missouri : Maryland Heightss

Maryunani, Anik. (2009). Asuhan pada ibu dalam masa nifas (postpartum). Jakarta : Trans Info Media

Meiliasari, Mila. (2002) Menyusui bukan hanya tugas ibu. Diambil tanggal 4

November 2011 dari

Moody, dkk. (2006) Menyusui : Cara Mudah Praktis & Nyaman. Jakarta : Arcan Mulder, J. ( May/June, 2006). A Concept Analysis Of Effective Breastfeeding.

AWHONN, the Association of Women’s Health, Obstentric and Neonatal Nurses, 332 – 339.

Neilson. (1990) Cara Menyusui Yang Baik. Jakarta : Arcan

Nursalam. (2003). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Riordan, J. ( 2006) Breastfeeding and Human Lactation. London : Jones and Bartlett Publisher

Roesli, Utami. ( 2000) Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya (2008) Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Arcan Soetjiningsih (1997). ASI : Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Sulistyawati (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Trans

Info Media

Walker, Marsha. (2011) Breasstfeeding Management for the Clinician. London : Jones and Bartlett Publisher

WHO (2003). Essential Newborn Care Course Clinical Practice Workbook. Switzerland : Ganeva 27


(66)

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Gambaran Keefektifan Proses Menyusui pada Ibu Menyusui di Klinik

Bersalin Mariani

Oleh :

Tangia Lestari Niekaesa Bintang

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Hj. Mariani.

Saya mengharapkan partisipasi ibu dalam penelitian ini, namun jika ibu tidak bersedia menjadi peserta saya akan menghargainya. Saya menjamin jawaban dan identitas yang ibu berikan, akan saya jaga kerahasiaannya dan saya gunakan semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian ini.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan menandatangani kolom di bawah ini.

Medan, 2012

Peneliti Responden

( Tangia Lestari N. B ) ( )


(1)

(2)

Lampiran 8

HASIL PENGOLAHAN DATA

Frequency Table

usia responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 15-20 5 16.7 16.7 16.7

21-25 7 23.3 23.3 40.0

26-30 9 30.0 30.0 70.0

31-35 7 23.3 23.3 93.3

36-40 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

anak

ke-Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 13 43.3 43.3 43.3

2 8 26.7 26.7 70.0

3 7 23.3 23.3 93.3

4 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak sekolah 1 3.3 3.3 3.3


(3)

SD 2 6.7 6.7 10.0

SMP 5 16.7 16.7 26.7

SMA 15 50.0 50.0 76.7

D3/S1 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid <1jt 18 60.0 60.0 60.0

1-2jt 8 26.7 26.7 86.7

2-3jt 1 3.3 3.3 90.0

<3jt 3 10.0 10.0 100.0 Total 30 100.0 100.0

posisi tubuh (body position)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak benar 8 26.7 26.7 26.7

benar 22 73.3 73.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

perlekatan bayi yang tepat (latch) Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak tepat 23 76.7 76.7 76.7

tepat 7 23.3 23.3 100.0


(4)

keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective suckling) Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak efektif 22 73.3 73.3 73.3

efektif 8 26.7 26.7 100.0 Total 30 100.0 100.0

transfer ASI (milk transfer)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak baik 24 80.0 80.0 80.0

baik 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

keefektifan proses menyusui Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak efektif 16 53.3 53.3 53.3

efektif 14 46.7 46.7 100.0 Total 30 100.0 100.0


(5)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ibu rumah tangga 24 80.0 80.0 80.0

pegawai negri 1 3.3 3.3 83.3

pegawai swasta 3 10.0 10.0 93.3 pembantu rumah tangga 2 6.7 6.7 100.0


(6)

Lampiran 9

Riwayat Hidup

I. Identitas

Nama

: Tangia Lestari Niekaesa Bintang

Tempat/Tanggal Lahir

: Belang Malum, 23 Maret 1990

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Jl. Pangeran Diponegoro No. 99 Dumai

II. Nama Orang Tua

Ayah

: Rein Cristal Bintang

Ibu

: Helen Mardiana Sianturi

III. Riwayat Pendidikan

1.

1996 – 2002

: SD Santo Tarcisius Dumai

2.

2002 – 2005

: SMP Santo Tarcisius Dumai

3.

2005 – 2008

: SMA N 2 Dumai