KEADAAN GERAKAN KELUARGA BERENCANA DI DESA PARLONDUT KECAMATAN PANGURURA KABUPATEN SAMOSIR.
KEADAAN GERAKAN KELUARGA BERENCANA DI DESA
PARLONDUT KECAMATAN PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memeroleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
LASRIANA SINURAT
NIM. 3113131042
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
(2)
(3)
(4)
viii
Lasriana Sinurat, NIM. 3113131042,Keadaan Gerakan Keluarga Berencana Di Desa Parlondut Kecamatan Pangurura Kabupaten Samosir, Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, januari 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Keadaan gerakan KB ditinjau dari faktor umur, (2) pendidikan, (3) pekerjaan, (4) budaya, (5) kualitas pelayanan akseptor KB di Desa ParlondutKecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
Populasi dalam penelitian ini adalah PUS yang sudah menikah minimal selama 5 tahun dan sudah memiliki anak. sampel dalamdilakukandengan total sampling yaitu 40 orang . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah daftar wawancara, menggunakan tehnik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) Sebagian besar PUS (47,50%) melangsungkan pernikahan pada usia 25-29 tahun dengan jumlah anak yang dilahirkan lebih dari dua orang, 2) Pada umumnya PUS (55,00%) berpendidikan SMA dengan jumlah anak yang dilahirkan lebih dari 2 orang 3) pada umumnya (37,50%) ibu-ibu PUS bekerja pada sektor non pertanian sebagai belah ikan, penjahit, IRT, pedagang, pengrajin tenun dengan jumlah anak yang dilahirkan lebih dari 2 orang, 4) Pada umumnya budaya Batak memiliki pengaruh dalam pola pikir PUS tentang nilai dan jumlah anak sebagai penerus marga(100%) 5) 6 Kualitas pelayanan akseptor KB yang berpengaruh terhadap ketidakberhasilan gerakan KB yakni pemilihan metode kontrasepsi yang kurang tepat dalam bentuk untik (35,00%) atas rekomendasi diri sendiri (67,50%), kinerja mekanisme pelayanan yang kurag efektif(82,50%) dengan sosialisasi/penyluha yang tidak kontiniu atau rutin (1-9 kali dalam setahun), sehingga banyaknya PUS yang memiliki anak lebih dari 2 orang dan tidak berhasil mengikuti gerakan KB sesuai dengan rencana dan harapan Pemerintah Dinas Kependudukan (BKKBN).
(5)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuha Yang Maha Esa, Bapa , Putra dan Roh kudus dan Bunda yang telah memberikan rahmatnya sehingga penulis menyelesaikan skripsi dengan judul”Keadaan Gerakan Keluarga Berencana di desa Parlondut Parlondut Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.Namun penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena begitu banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun penyusunan. Sehingga pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan sumbangan moril maupun materil selama perkuliahan sampai tersusunnya skripsi ini, yaitu kepada :
1. Bapak prof. Dr. Syawal Gultom M.Pdselaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
4. Ibu Dra. Asnidar,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
5. BapakDrs. Mbina Pinem, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan ilmu, saran, kritik dan semangat serta meluangkan waktunya dalam membimbing penulis dalam pembuatan skripsi ini.
(6)
6. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku Pembimbing Akademik atas bantuan dan arahan kepada penulis selama di bangku perkuliahan.
7. Ibu Dra.Tumiar Sidauruk, M.si selaku dosen penguji atas batuan dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini
8. Ibu Dra.Elfayetti, M.P selaku dosen penguji atas batuan dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini
9. Bapak /ibu osen di jurusan pendidikan geografi yag telah memberikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan
10. Bapak Hayat Siagian selaku staf pegawai di Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan yang telah banyak membantu. 11. Bapak Torop Sitanggang selaku Kepala Desa Parlondut beserta stafnya
yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
12. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda J.Sinurat terutama Ibunda tersayang H. Sitanggang yang telah memberikan kasih sayang, nasehat, semangat dan doa yang tulus dari penulis kecil hingga dewasa hingga menyandang gelar sarjana tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, semoga tuhan Yang Maha Esa kelak akan membalasnya.
13. Tristimewa juga kepada abangda tersayang Lundu.M. Sinurat dan adida Tina Bethmre Sinurat, Esra Lina Sinurat atas perhatian, semangat, dukungan dan da yang tulus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini
14. Teristimewa juga kepada abangda Rindu Sanjaya Siabutr da Juliaksen Silalahi, Pintauli Tambunan, Doksen sinurat atas perhatian,
(7)
v
semangat, dukungan dan da yang tulus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini
15. Keluarga UK-KMK St Martinus Unimed tempat dimana penuis bertumbuh dan berkembang dalam persaudaraan, iman, intelek terkhususnya kepada Aryadi Gultom, Edi Sitohang, Tiur Silitonga, Irvan Sihombing, Ligayu Nahampun, Susilowati Sinulingga, Winda, Leo, Lamtiar, Janter, Sri Agus, Niko, Graciana, Gustini, Harni, Enzy, Sari, Yessi, Melita, Hendra, Ririn, Evan, Feliks yang telah memberikan semangat dan dukungan pada saat perkuliahan hingga dalam penulisan skripsi ini, akhir kata saya ucapka Iuvante Deo Vincimus
16. Khususya sahabat A REG’011 yang selalu hadir dalam setiap kenangandan pengalaman. Perpisahan bukan akhir dari segalanya karena akan selalu mempersatuan kita.
17. Khususnya sahabat tercinta The Batak(Ruthe, Terong, Tilep, Melom, Endohe, Okas, Suang, Nardos, Maman, Jenlong, Sastra, Fredi, Andre) 18. Kepada abang angkat Filemon Sagala, adek angkat Hotma Siburia.
Aloysa Barus dan Desy Tambunan
19. Sahabat seperjuangan PPLT SMA SWASTA BINTANG TIMUR 1 BALIGE atas penalaman dan semangat yang pernah kita lalui bersama
(8)
20. Keluarga LAE ITAM COMMUNTY atas tawa dan kegilaan dalam waktu yang singkat yag telah kita lalui
21. Kepada adekku Sari Sitanggang buat semangat dan doa serta dukugan selama penyusunan tugas akhir in
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini diberikan balasan yang setimpal oleh Tuhan YME dan menjadi amal ibadah yang baik baginya, sehingga bermanfaat bagi pembaca khususnya Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Medan, Januari2016
LasrianaSinurat 3113131042
(9)
ix DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ... ... ii
KATA PENGANTAR... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi
ABSTRAK... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah. ... ...1
B. Identifikasi Masalah... 4
C. Pembatasan Masalah ... ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Kerangka Teori ... 6
B. Penelitian Yang Relevan ... ... 29
C. Kerangka Berpikir ... ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
(10)
x
D. Teknik Pengumpulan Data ... ... 39
E. Teknik Analisis Data ... ... F. BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN... 40
A. Keadaan Fisik... 40
B. Keadaan Non Fisik... 42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 52
A. Hasil Penelitian... 52
B. Pembahasan... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 102
A. Kesimpulan...102
B. Saran... 105
DAFTAR PUSTAKA... 106
(11)
xi
DAFTAR TABEL
No. Uraian Hal
1. Bentuk Penggunaan Lahan di Desa ParlondutTahun 2015... 41
2. Jumlah Penduduk Desa ParlondutTahun 2015... 42
3. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Parondut Tahun 2015...42
4. Komposisi Penduduk Menurut Umur di Desa Parondut Tahun 2015... 44
5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Parondut Tahun 2015... 46
6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Parondut Tahun 2015... 47
7. Komposisi Penduduk Menurut Agama di Desa Parlondut Tahun 2015... 48
8. Sarana dan Prasarana di Desa ParlondutTahun 2015... 50
9. Responden Berdasarkan Umur... 53
10. Umur Responden Saat Melangsungkan Pernikahan... 53
11. Responden Berdasarkan Jumlah Anak... 54
12. Responden Berdasarkan Usia Pernikahan... 54
13. Keadaan Keluarga Berencana Responden Menurut Umur Responden di Desa ParlondutTahun 2015... 55
14. Responden berdasarkan umur pada saat menjadi peserta KB desa parlondut tahun 2015...55
(12)
xii
2015...56 16. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di desa parlondut tahun
2015...57 17. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana Responden Menurut Pendidikan
Responden di Desa ParlondutTahun 2015... 58 18. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami ... 59 19. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Istri... 60 20. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana Responden Menurut Pekerjaan
Suami di Desa ParlondutTahun 2015... 61 21. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana Responden Menurut Pekerjaan
Istri di Desa ParlondutTahun 2015... 64 22. Pengaruh Budaya Masyarakat Terhadap Ketidakberhasilan
Gerakan KB... 65 23. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana Responden Menurut
Budaya di Desa ParlondutTahun 2015... 67 24. Responden Berdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi Yang di Gunakan... 68
25.Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam hal Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan alat kontrasepsi
yang digunakan di Desa Parlondut Tahun 2015 ... 69 26. Responden Berdasarkan Pemilihan Alat Kontrasepsi Yang di
Gunakan... 60 27.Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor
KB Dalam hal Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Desa ParlondutTahun 2015... 70
(13)
xiii
28. Persepsi PUS Terhadap Pemberian Informasi Alat Kontrasepsi Oleh
Petugas Kesehatan... 71 29.Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam hal Kualitas Pemberian Informasi di Desa Parlondut
Tahun 2015... 72 30. Partisipasi PUS Dalam Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan Gerakan
KB Oleh Petugas Kesehatan... 73 31.Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam hal Kemampuan Teknis Petugas di Desa Indra
Yaman Tahun 2015... 74 32. Responden Berdasarkan Hubungan Interpersonal Dengan Petugas
Kesehatan Dalam Hal Ketepatan Waktu, Sikap Responsif dan
Sikap Penghargaan Terhadap Akseptor KB... 75 33.Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam Hal Hubungan Interpersonal di Desa Parlondut
Tahun 2015... 76 34. Persepsi Responden Berdasarkan Ketersediaan Dalam Memperoleh
Alat Kontrasepsi... 78 35.Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam Hal Mekanisme Pelayanan Berdasarkan Ketersediaan Alat
Kontrasepsi di Desa ParlondutTahun 2015... ... 78 36. Responden Berdasarkan Penyedia Layanan Terhadap Pengadaan
(14)
xiv
Alat Kontrasepsi di Desa ParlondutTahun 2015... ... 80 38. Tingkat Kepuasan Akseptor KB Terhadap Pelayanan
Petugas Kesehatan... 81 39.Keadaan Gerakan KB ditinjau dari Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam Hal Ketepatan Konstelasi Pelayanan Akseptor KB di Desa
(15)
XV
DAFTAR GAMBAR
.No. Uraian Hal
(16)
No. Uraian Hal 1. Daftar Wawancara... 107 2. Data Induk Hasil Penelitian... 110
(17)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi dan padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi keempat dengan laju pertumbuhan tertinggi. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jia dengan wwlaju pertumbuhan 1,49. Hal ini berarti setiap tahunnya terjadi pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta setiap tahunnya. Jika laju pertumbuhan tidak ditekankan maka diperkirakan jumlah penduduk indonesia pada tahun 2045 menjadi sekitar 450 juta jia (BKKBN,2007). Hal ini menunjukkan satu dari dua puluh penduduk dunia adalah penduduk indonesia.
Tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi dan tidak diatur serta dibatasi, akan berdampak negatif terhadap bidang kehidupan bidang sosial, ekonomi, maupun politik, yang pada akhirnya akan menghambat kegiatan pembangunan nasional. Permasalahan kependudukan yang dihadapi Indonesia melahirkan sebuah konsep pembangunan berwawasan kependudukan. Upaya pemerintah untuk mengatasi ledakan penduduk ini, yaitu dengan suatu program yang dikenal dengan istilah Gerakan Keluarga Berencana. Untuk menjalankan tugas ini pemerintah membentuk suatu lembaga yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang mempunyai visi sesuai dengan Undang – Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yaitu : terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah, struktur dan persebaran penduduk dengan
(18)
lingkungan hidup baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tampung lingkungan, tetapi juga dengan kondisi perkembangan sosial budaya masyarakat
dengan motto “Dua anak cukup, laki –laki dan perempuan sama saja”
Gerakan Keluarga Berencana nasional (GKBN) telah berjalan kurang lebih 40 tahun tidak sepenuhnya berhasil dalam menuntaskan masalah kependudukan, hal ini diperlihatkan pertambahan penduduk Indonesia selama periode 2005-2014 berjumlah 29.232.215 jiwa atau pertumbuhan penduduk sebesar 1,56% periode 2005-2014. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni agama, umur, pendidikan, pekerjaan, budaya, akses pelayanan KB ( keterjangkauan fisik, keterjangkauan fisik, keterjangkauan ekonomi, keterjangkauan pengetahuan, keterjangkauan admmistrasi) dan kualitas pelayanan akseptor KB (pilihan metode kontrasepsi, kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan interpersonal, mekanisme pelayanan dan ketepatan Konstelasi pelayanan akseptor) (BKKBN, 2014) .
Kondisi tersebut tidak jauh berbeda di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki penduduk berjumlah 12.453.594 jiwa pada tahun 2005, dan pada tahun 2014 jumlahnya 13.530.911 jiwa, terkait hal tersebut maka selama sepuluh tahun terakhir penduduk Sumatera Utara bertambah sebesar 1.077.317 jiwa atau pertumbuhan penduduk sebesar 1,29% pada periode 2005-2014. Hal ini menyebabkan Provinsi Sumatera Utara berada pada posisi keempat dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah (BPS, 2014). Hal ini merupakan modal pembangunan jika dilihat dari kuantitas namun pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat dapat mengurangi output yang akan dihasilkan olh setiap penduduk, sehingga menekan
(19)
3
berbagai tingkat kehidupan yang mengakibatkan perjuangan hidup terasa sangat sulit. (Budiarto, 1986).
Kabupaten Samosir adalah bagian dari Provinsi Sumatera Utara yang memiliki 9 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Pangururan yang terdiri dari 28 Desa. Desa Parlondut merupakan salah satu desa di Kecamatan ini yang memiliki jumlah penduduk terbesar. Menurut data yang diperoleh dari PPKBD pada tahun 2014, penduduk di Desa ini berjumlah 4128 orang atau 945 KK di antaranya terdapat 624 PUS dengan peserta KB aktif 429 KK serta banyak usia PUS memiliki anak lebih dari dua orang (PPKBD, 2014). Keadaan ini dimungkinkan oleh faktorumur, pendidikan, pekerjaan, budaya, akses pelayanan ( keterjangkauan fisik, keterjangkauan ekonomi, keterjangkauan pengetahuan, keterjangkauan administrasi) dan kualitas pelayanan akseptor KB (pilihan metode kontrasepsi, kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan interpersonal, mekanisme pelayanan dan ketepatan Konstelasi pelayanan akseptor). Sehubungan dengan ini perlu dikaji keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini, maka identifikasi masalahnya adalah mencakup faktor umur, pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, akses pelayanan KB (keterjangkaun fisik, ekonomi, pengetahuan, administrasi) dan kualitas pelayanan akseptor KB (pilihan metode kontrasepsi, kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan interpersonal, mekanisme pelayanan dan ketepatan Konstelasi pelayanan akseptor) di desa Parlondut Kecamatan Pangururan.
(20)
C.Pembatasan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah, maka masalahnya dibatasi pada keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut meliputi faktor umur, pendidikan, pekerjaan, budaya,akses pelayanan KB (keterjangkaun fisik, ekonomi, pengetahuan, administrasi)dan kualitas pelayanan akseptor KB (pilihan metode kontrasepsi, kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan interpersonal, mekanisme pelayanan dan ketepatan Konstelasi pelayanan akseptor) di desa Parlondut Kecamatan Pangururan.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka masalahnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor umur?
2. Bagaimana keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor pendidikan?
3. Bagaimana keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor pekerjaan?
4. Bagaimana keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor budaya?
5. Bagaimana keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor kualitas pelayanan akseptor KB (pilihan metode kontrasepsi, kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan
(21)
5
interpersonal, mekanisme pelayanan dan ketepatan Konstelasi pelayanan akseptor) ?
E.Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui antara lain :
1. Keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor umur.
2. Keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor pendidikan.
3. Keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor pekerjaan.
4. Keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor budaya.
5. Keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor kualitas pelayanan akseptor KB (pilihan metode kontrasepsi, kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan interpersonal, mekanisme pelayanan dan ketepatan Konstelasi pelayanan akseptor)
F. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya Dinas Kependudukan Kabupaten Samosir dalam merumuskan kebijaksanaan untuk mengatasi masalah pertambahan penduduk melaui gerakan KB di Kabupaten pada umumnya, khususnya di Desa Parlondut.
(22)
3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti lain dalam penelitian yang sama pada objek yang berbeda.
(23)
52 BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
Dalam bab ini yang akan di uraikan adalah data-data hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan melalui data deskriptif kualitatif. Pemaparan hasil penelitian ini pada dasarnya ingin mengetahui bagaimana keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir meliputi faktor umur, pendidikan, pekerjaan, budaya dan kualitas pelayanan akseptor KB (pilihan metode kontrasepsi, kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan interpersonal, mekanisme pelayanan dan ketepatan Konstelasi pelayanan akseptor KB).
1. Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah 40 PUS yang merupakan penduduk Desa Parlondut Kecamatan Pangururan, dimana responden tersebut adalah penduduk yang sudah menikah minimal selama 6 tahun dan sudah memiliki anak. Data mengenai identitas responden ditekankan pada umur responden. Responden dalam penelitian ini pasangan usia subur yang mengikuti gerakan KB.
a. Umur Responden
Hasil penelitian menunjukan bahwa umur responden berkisar antara usia 20-49 tahun, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 9 :
(24)
Tabel 11 . Responden Berdasarkan Umur
No Umur Responden Frekuensi Persentase
1 2 3 4 5
25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 40-44 tahun 45-49 tahun
2 11 12 9 6 5,00 27,50 30,00 22,50 15,00
Jumlah 40 100
Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan frekuensi terbesar (30,00%) berumur antara 35-39 tahun, dan jumlah responden dengan frekuensi terkecil (5,00%) berumur antara 25-29 tahun.
1. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana
Keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dilihat dari faktor penyebab ketidakberhasilan gerakan KB yang meliputi faktor umur, pendidikan, pekerjaan, budaya dan kualitas pelayanan akseptor KB.
a. Umur
Umur yang dimaksud pada penelitian ini adalah umur responden saat melangsungkan pernikahan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 12 :
Tabel 12. Umur Responden Saat Melangsungkan Pernikahan di Desa Parlondut Tahun 2015
No Umur Responden Saat Melangsungkan Pernikahan Frekuensi (Jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4.
15 – 19 tahun 20 – 24 tahun 25 - 29 tahun 30 – 34 tahun
6 12 19 3 15,00 30,00 47,50 7,50
Jumlah 40 100
(25)
54
Dari tabel 10 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden (47,50%) melangsungkan pernikahan pada usia 25 - 29 tahun, dan sebagian kecil responden (7,50%) melangsungkan pernikahan pada usia 30 – 34 tahun.
Dari hasil penelitian berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan responden dapat dilihat pada tabel 11 :
Tabel 11. Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Parlondut Tahun 2015
No Jumlah Anak Responden Frekuensi (Jiwa) Persentase (%) 1.
2. 3. 4.
1 – 2 orang 3 – 4 orang 5 – 6 orang 7 – 8 orang
11 17 7 5 27,50 42,50 17,50 12,50
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari hasil penelitian berdasarkan usia perkawinan yang dimaksud disini adalah lamanya responden menjalani kehidupan berumah tangga, hal dapat dilihat pada tabel 12:
Tabel 12. Responden Berdasarkan Usia Pernikahan di Desa Parlondut Tahun 2015
No Usia Perkawinan Frekuensi
(Jiwa)
Persentase (%) 1.
2. 3.
5 - 10 Tahun 11 - 15 Tahun ≥15 Tahun
20 7 13 50,00 17,50 32,50
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015Sesuai tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar usia pernikahan responden (50,00%) 5 – 10 tahun tahun, sedangkan sebagian kecil (17,50%) usia pernikahan responden yang mencapai 11-15 tahun.
(26)
Tabel 13. Responden Berdasarkan Umur pada saat menjadi peserta KB di Desa Parlondut Tahun 2015
No Usia Pada Saat Menjadi Peserta KB Pada Saat
Pertama Kali Frekuensi (Jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3.
21-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun
2 21 17 5,00 52,50 42,50
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Sesuai tabel 13 dapat diketahui bahwa sebagian besar usia responden pada saat enjadi peserta KB untuk pertama kali (52,50) 26 – 30 tahun sedangkan sebagian kecil (5,00%) usia responden pada saat menjadi peserta KB untuk pertama kali adalah 21-25 tahun
Tabel 14. Responden Berdasarkan Kelahiran Anak saat Menjadi peserta KBdi Desa Parlondut Tahun 2015
No Kelahiran Anak Saat Menjadi Peserta KB
Frekuensi (Jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1 2 3 4 5 6 7 13 9 8 7 1 1 1 32,50 22,50 20,00 17,50 2,50 2,50 2,50
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Sesuai tabel 14 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (32,50%) menjadi peserta KB pada saat kelahiran anak pertama,sedangakan sebagian kesil(2,50%) respoden menjadi peserta kelahiran anak ke 6 dan 7
(27)
56
Tabel 15. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana Menurut Umur di Desa Parlondut Tahun 2015
No Umur Responden Saat Menikah (Tahun) Frekuensi (Jiwa) Persentase (%) Jumlah Anak Frekuensi (Jiwa) Persentase (%)
1 15 – 19 6 15,00 1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
1 - 2 3 2,50 - 5,00 7,50 2 20 – 24 12 30,00 1 – 2
3 – 4 5 – 6 7 – 8
1 6 3 2 2,50 15,00 7,50 5,00 3 4
25 – 29
30 - 34
19
3
47,50
7,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8 1 - 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
7 10 2 - 1 1 1 - 17,50 25,00 5,00 - 2,50 2,50 2,50 -
Jumlah 40 100 Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa keadaan gerakan KB responden di Desa Parlondut menurut umur adalah sebagian besar (47,50%) responden yang menikah pada umur 25-29 tahun yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 3-8 orang, sedangkan sebagian kecil (7,50%) responden yang menikah pada umur 30-34 tahun yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1orang .
(28)
b. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud pada penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah dijalani responden baik dari jenjang Pendidikan Dasar sampai Perguruan Tinggi . Hal ini dapat dilihat pada tabel 16 :
Tabel 16. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Parlondut Tahun 2015
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1. 2. 3. 4.
SD SMP SMA PT
5 1 22 12
12,50 2,50 55,00 30,00
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 16 menunjukan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden (55,00%) adalah tamatan SMA. Sedangkan hanya sebagian kecil responden (2,50%) yang sampai mengenyam tingkat Pendidikan SMP.
(29)
58
Tabel 17. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana Responden Menurut Jenjang Pendidikan di Parlondut Tahun 2015
No Tingkat Pendidikan Frekuensi (Jiwa) Persentase (%) Jumlah anak Frekuensi (Jiwa) Persentase (%)
1 SD 5 12,50 1 – 2
3 – 4 5 – 6 7 – 8
1 1 1 2 2,50 2,50 2,50 5,00
2 SMP 1 2,50 1 – 2
3 – 4 5 – 6 7 – 8
1 - - - 2,50 - - -
3 SMA 22 55,00 1 – 2
3 – 4 5 – 6 7 – 8
3 9 7 3 7,50 22,50 17,50 7,50
4 PT 12 30,00 1 – 2
3 – 4 5 – 6 7 – 8
4 8 - - 10,00 20,00 - -
Jumlah 40 100 Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Berdasarkan tabel 17 memperlihatkan bahwa keadaan gerakan keluarga berencana responden di Desa Parlondut menurut jenjang pendidikan adalah sebagian besar (55,00%) responden yang berpendidikan SMA yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-8 orang, sedangkan sebagian kecil (2,50%) responden yang berpendidikan SMA yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan hanya 1orang.
(30)
c. Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud pada penelitian ini adalah jenis mata pencaharian responden baik pekerjaan suami maupun istri dari pasangan usia subur sebagai penduduk di desa ini, baik jenis pekerjaan pertanian maupun non pertanian. Hal ini dapat dilihat pada tabel 18 :
Tabel 18. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami di Desa Parlondut Tahun 2015
No Jenis Pekerjaan Frekuensi (Jiwa) Persentase (%) 1.
2.
Pertanian
Non Pertanian -wiraswasta -PNS -Honorer
20
9 6 5
50,00
20,00 15,00 12,50
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 18 menunjukan bahwa jenis pekerjaan pokok suami responden sebagian besar (50,00%) bekerja pada sektor pertanian sebagai petani, sedangkan sebagian kecil (12,50%) bekerja pada sektor non pertanian dibidang tenaga profesional sebagai honorer.
(31)
60
Tabel 19. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Istri di Desa Parlondut Tahun 2015
No Jenis Pekerjaan Frekuensi
(Jiwa)
Persentase (%) 1
2
Pertanian Petani
Non Pertanian - wiraswasta - Pengrajin tenun - PNS
- Pedagang
11 4 14
9 3
27,50 10,00 35,00 22,50 7,5o
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Berdasarkan tabel 19 memperlihatkan bahwa jenis pekerjaan responden sebagian besar (27,50%) bekerja pada sektorpertanian yaitu petani, sedangkan sebagian kecil (7,50%) bekerja pada sektor non pertanian sebagai pedagang
(32)
Tabel 20. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana Menurut Jenis Pekerjaan Suami di Desa Parlondut Tahun 2015
No Jenis Pekerjaan Suami Frekuens i (Jiwa) Persentase (%) Jumlah Anak yang Di Miliki Frekuens i (Jiwa) Persentase (%)
1 Pertanian
-Petani 20 50,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
3 7 5 5 7,50 17,50 7,50 7,50 2 Non
Pertanian Wiraswasta -PNS -Honorer 9 6 5 22,50 15,00 12,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8 1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
4 4 1 - 2 3 1 - 3 2 - - 10,00 10,00 2,50 - 5,00 7,50 2,50 - 7,50 5,00 - -
Jumlah 40 100 Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Sesuai tabel 20 menunjukan bahwa keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut menurut jenis pekerjaan suami adalah sebagian besar (50,00%) suami responden yang memiliki pekerjaan di sektor pertanian sebagai petani dengan jumlah anak yang dimiliki 1-8 orang, sedangkan hanya sebagian kecil (12,50%) suami dari responden yang bekerja pada sektor non pertanian dibidang tenaga profesional sebagai honorer dan yang bekerja pada sektor non pertanian sebagai pengusaha dengan jumlah anak yang dimiliki 1-6 orang.
(33)
62
Tabel 21. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana Menurut Jenis Pekerjaan Istri di Desa Parlondut Tahun 2015
N o Jenis Pekerjaan Istri Frekuens i (Jiwa) Persentase (%) Jumlah Anak Yang Di Lahirka n Frekuens i (Jiwa) Persentase (%)
1 Pertanian
-Petani 11 27,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
1 5 2 3 2,50 12,50 5,00 7,50
2 Non Pertanian -Wiraswata -Pedagang -Pengrajin tenun -PNS 4 3 14 9 10,00 7,50 35,00 22,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8 1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8 1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8 1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
2 2 - 1 2 - - 3 3 6 2 3 6 - - 5,00 5,00 - - 2,50 5,00 - - 7,50 7,50 15,00 5,00 7,50 15,00 - -
Jumlah 40 100 Jumlah 40 100
Sumber, Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 21 memperlihatkan bahwa keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut menurut jenis pekerjaan istri adalah pada umumnya (37,50%)
(34)
responden yang memiliki pekerjaan di sektor non pertanian sebagai pengrajin tenun, yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-8 orang, sedangkan hanya sebagian kecil ibu-ibu PUS (7,50%) yang bekerja pada sektor non pertanian sebagai pedagang dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-8 orang.
d. Budaya
Budaya yang dimaksud pada penelitian ini adalah pandangan masyarakat melayu terhadap gerakan keluarga berencana yang mengikuti budaya lama terhadap nilai dan jumlah anak yang beranggapan bahwa keluarga besar keluarga bahagia, banyak anak banyak rezeki, anak sebagai faktor ekonomi dan tempat sandaran hidup dihari tua.
Berdasarkan hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar (82,50%) masyarakat suku etnisbatak toba di Desa Parlondut menyatakan bahwa gerakan keluarga berencana tidak bertentangan dengan Adat-istiadat“menjarangkan anak’’, sementara 19 orang responden (17,50%) sebagian kecil menjawab bahwa gerakan keluarga berencana bertentangan dengan Adat-istiadat “menjarangkan anak’’ .
Dalam hal lain banyaknya responden yang tidak setuju dengan motto BKKBN, yakni “dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja”, hal ini disebabkan adanya keinginan untuk menambah anak lagi jika belum ada anak laki-laki atau belum ada anak perempuan didalam keluarga tersebut atau adanya responden yang beranggapan bahwa hanya 2 anak saja tidak cukup dalam satu keluarga, yang dapat dilihat pada hasil penelitian bahwa hanya sebagian kecil yaitu 12 orang responden (30,00%) yang menjawab setuju, sedangkan sebagian
(35)
64
besar responden (70,00%) mnjawab tidak setuju. Sehingga jumlah anak di desa ini karena pengaruh belum dapat diterimanya oleh sebagian masyarakat akan adanya Motto BKKBN tersebut meskipun mereka ikut dalam gerakan KB. Hasil penelitian menunjukan bahwa 5 pengaruh budaya masyarakat terhadap ketidakberhasilan gerakan KB, hal ini dilihat pada tabel 22 :
Tabel 22. Pandangan Budaya Masyarakat Terhadap Nilai Dan Jumlah Anak di Desa Parlondut Tahun 2015
No Budaya Frekuensi (Jiwa) Persentase (%)
1.
2
Budaya lama
-Anak sebagai penerus marga
-Anaksebagai penambah sahala
-Anak sebagai Ahli Waris -Anak Sebagai Pelaksana
Adat
-Aak sebagai Pembawa rezeki
Budaya baru
-Anak merupakan beban
40 38 38 36 36
7
100 95,00 95,00 90,00 90,00
17,50
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Sesuai dengan tabel 21 dapat diketahui bahwa sebesar (100%) responden mengikuti pandangan budaya lama yaitu anak sebagai pembawa klan(marga), (95,00%) anak sebagai penambah sahala, (95,00%) anak sebagai ahli waris (90,00%),(90,00%) responden memilih anak sebagai rezeki sedangkan sebagian kecil (17,50%) responden tidak mengikuti budaya lama dan lebih memilih budaya baru yang menganggap bahwa anak merupakan beban atau
(36)
semakin banyaknya anak maka semakin banyak pula yang harus ditanggung kebutuhannya.
Tabel 23. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana Responden Menurut Budaya di Desa Parlondut Tahun 2015
N o
Budaya Frekuen si (Jiwa) Persentas e (%) Jumla h Anak Frekuen si (Jiwa) Persentas e (%) 1 Budaya lama
- Anak peners marga
- Anak sebagai penambah sahala
- Anak sebagai ahli waris - Anak sebagai pelaksana adat - Anak sebagai pembawa 40 38 38 36 32 100 95,00 95,00 90,00 80,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8 1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8 1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8 1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
1-2 3-4 5-6 7-8 1 1 1 - 2 10 5 5 - 1 1 - 1 5 - - 2,50 2,50 2,50 - 5,00 25,00 12,50 12,50 - 2,50 2,50 - 2,50 12,50 - -
(37)
66
rezeki
2 Budaya baru -Anak
merupakan beban
7 17,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
7 - - -
17,50 - - -
Jumlah 40 100 Jumla
h
40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 23 memperlihatkan bahwa keadaan gerakan keluarga berencana responden menurut budaya di Desa Parlondut adalah sebesar (100%) responden mengikuti pandangan budaya batak yaitu anak sebagai pembawa kla (marga), dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-8 orang sedangkan (17,50%) responden yang mengikuti gerakan KB yang menganggap bahwa anak merupakan beban dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-2 orang.
e. Kualitas Pelayanan Akseptor KB
Kualitas pelayanan akseptor KB yang dimaksud pada penelitian ini adalah mutu pelayanan yang memungkinkan Akseptor KB secara sadar dan bebas memilih cara mengendalikan kelahiran yang diinginkan, aman dan terjangkau serta memenuhi kebutuhan dan mampu memberikan kepuasan pada klien termasuk antara lain ketanggapan, perhatian dan keramahan yang tulus dan waktu tunggu yang tidak terlalu lama, yang meliputi 6 kualitas dan keramahan yang tulus dan waktu tunggu yang tidak terlalu lama pelayanan kepada para
(38)
akseptor KB, yaitu : pilihan metode kontrasepsi, kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan interpersonal, mekanisme pelayanan dan ketepatan Konstelasi pelayanan akseptor. Keenam kualitas pelayanan akseptor KB tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian sebagai berikut :
1) Pilihan Metode Kontrasepsi
Pilihan metode kontrasepsi sebagai salah satu indikator kualitas pelayanan akseptor KB ini dilihat dari 2 hal yakni jenis alat kontrasepsi yang digunakan responden sebagai akseptor KB dan pemilihan alat kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor KB sehingga hal ini dapat dilihat pada tabel 24 :
Tabel 24. Responden Berdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi Yang Di Gunakan di Desa Parlondut Tahun 2015
No Jenis Alat Kontrasepsi Frekuensi (Jiwa)
Persentase (%) 1.
2. 3. 4. 5.
Spiral Suntik Pil
Vasektomi Tubektomi
9 14
5 2 10
22,50 35,00 12,50 5,00 25,00
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 24 menunjukan bahwa sebagian besar (35,00%) jenis alat kontrasepsi yang pakai oleh responden adalah jenis alat kontrasepsi dalam bentuk suntik, sementara sebagian kecil (5,00%) alat kontrasepsi yang digunakan responden adalah jenis alat kontrasepsi dengan metode Vasektomi.
Tabel 25. Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam Hal Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi di Desa Parlondut Tahun 2015
(39)
68 N o Jenis Alat Kontraseps i Frekuens i Persentas e Jumla h Anak
Frekuensi Persentas e
1 Spiral 9 22,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
3 3 2 1 7,50 7,50 5,00 2,50
2 Suntik 14 35,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
5 7 1 1 12,50 17,50 2,50 2,50
3 Pil 5 12,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
2 2 1 - 5,00 5,00 2,50 -
4 Vasektomi 2 5,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
- 2 - - - 5,00 - -
5. Tubektomi 10 25,00 1-2
3-4 5-6 7-8 - 3 4 3 - 7,50 10,00 7,50
Jumlah 40 100 Jumla
h
40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Sesuai tabel 25 menunjukan bahwa keadaan gerakan KB responden di menurut kualitas pelayanan akseptor KB dalam hal pilihan metode kontrasepsi berdasarkan jenis alat kontrasepsi yang digunakan responden Desa Parlondut adalah sebagian besar (35,00%) responden yang menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak y ang dilahirkan 1-8 orang, sedangkan sebagian kecil (5,00%) responden
(40)
yang menggunakan alat kontrasepsi jenis vasektomi yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 3-4 orang.
Tabel 26. Responden Berdasarkan Pemilihan Alat Kontrasepsi Responden di Desa Parlondut Tahun 2015
No Pemilihan Alat Kontrasepsi Responden Ferekuensi (Jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. Bidan PPKBD Diri Sendiri 9 4 27 27,50 10,00 67,50
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 26 menjelaskan bahwa sebagian besar (67,50%) pemilihan jenis alat kontrasepsi yang digunakan responden atas pilihan diri sendiri, sementara hanya sebagian kecil (10,00%) penggunaan jenis alat kontrasepsi yang di pakai responden berdasarkan atas pilihan PPKBD.
Tabel 27. Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam hal Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Desa Parlondut Tahun 2015
No Pemilihan Alat Kontraseps i Frekuens i Persentas e Jumla h Anak Frekuens i Persentas e
1 Bidan 9 22,50 1 – 2
3 – 4 5 – 6 7 – 8
9 - - - 22,50 - - -
2 PPKBD 4 10,00 1 – 2
3 – 4 5 – 6 7 – 8
3 1 - - 7,50 2,50 - -
(41)
70
3 Diri Sendiri 2 67,50 1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
1 14
7 5
2,50 35,00 17,50 12,50
Jumlah 40 100 Jumla
h
40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Berdasarkan tabel 27 dapat diketahui bahwa keadaan gerakan KB responden menurut kualitas pelayanan akseptor KB dalam hal pilihan metode kontrasepsi berdasarkan pemilihan alat kontrasepsi responden di Desa Parlondut adalah sebagian besar (67,50%) responden yang menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik dengan pilihan diri sendiri yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-8 orang, sedangkan sebagian kecil (10,00%) responden yang menggunakan alat kontrasepsi jenis Vasektomi berdasarkan atas piihan PPKBD yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-4 orang.
2) Kualitas Pemberian Informasi
Kualitas pemberian informasi berupa penjelasan yang diberikan petugas kesehatan kepada akseptor KB pada saat kegiatan sosialisasi/penyuluhan berlangsung, baik penjelasan mengenai jenis-jenis alat-alat kontrasepsi, macam-macam alat kontrasepsi beserta penggunaannya menyebabkan banyaknya persepsi responden terkait tingkat kejelasan petugas kesehatan dalam penyampaiannya, hal ini dapat dilihat pada tabel 28 :
(42)
Tabel 28. Persepsi Responden Terhadap Kualitas Pemberian Informasi Alat Kontrasepsi Oleh Petugas Kesehatan di Desa Parlondut Tahun 2015
No.
Persepsi Responden Terhadap Pemberian Informasi Alat Kontrasepsi
Oleh Petugas Kesehatan
Frekuensi (Jiwa)
Persentase (%)
1 2 3
Jelas
Cukup Jelas Kurang Jelas
9 23
8
22,50 57,50 20,00
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 28 memperlihatkan bahwa sebagian besar (57,50%) responden menjawab cukup jelas informasi yang diberikan petugas kesehatan terkait alat kontrasepsi, jenis-jenis alat kontrasepsi dampak serta, hal ini menunjukan kinerja petugas KB cukup baik dalam hal pemberian informasi, sementara hanya sebagian kecil responden 20,00%) yang menjawab kurang jelas dalam penyampaian informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan terkait alat kontrasepsi, jenis-jenis alat kontrasepsi dampak serta penggunaannya .
(43)
72
Tabel 29. Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam hal Kualitas Pemberian Informasi di ParlondutTahun 2015
No Persepsi PUS Terhadap Pemberian Informasi Alat Kontrasepsi Oleh Petugas Kesehatan Frekuensi (Jiwa) Persentase (%) Jumlah Anak Frekuensi (Jiwa) Persentase (%)
1 Jelas 9 22,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
9 - - -
22,50
2 Cukup Jelas 23 57,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
1 17 5 - 2,50 42,50 12,50 -
3 Kurang Jelas 8 20,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
- - 3 5 - - 7,50 12,50
Jumlah 40 100 Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Sesuai tabel 29 dapat diketahui bahwa keadaan gerakan KB responden menurut kualitas pelayanan akseptor KB dalam hal kualitas pemberian informasi di Desa Parlondut adalah sebagian besar (80,00%) responden yang mengikuti gerakan KB menjawab bahwa pemberian informasi oleh petugas kesehatan terhadap responden sebagai pengguna layanan tentang jenis alat kontrasepsi, dampak serta penggunaannya cukup jelas dengan jumlah anak yang dilahirkan 3-8 orang, sebagian kecil (20,00%) responden yang mengikuti gerakan KB
(44)
menjawab kurang jelas bahwa pemberian informasi oleh petugas kesehatan terhadap responden sebagai pengguna layanan tentang jenis alat kontrasepsi, dampak serta penggunaannya jelas dengan jumlah anak yang dilahirkan 4-8 orang.
3) Kemampuan teknis petugas
Kemampuan teknis petugas dapat dilihat dari partisipasi responden dengan mencermati keikutsertaannya dalam mengikuti kegiatan sosialisasi/penyuluhan oleh petugas kesehatan dibalai desa yang diadakan 12 kali dalam setahun, sehingga dapat diketahui seberapa besar kinerja petugas kesehatan dalam merangkul dan meyakinkan serta mempengaruhi masyarakat untuk turut serta mensukseskan kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan tersebut, hal dapat dilihat pada tabel 30 :
Tabel 30. Partisipasi Responden Dalam Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan Gerakan KB Oleh Petugas Kesehatan di Desa Parlondut Tahun 2015
No Partisipasi Responden Dalam Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan
Oleh Petugas Kesehatan
Frekuensi (Jiwa)
Persentase (%) 1
2 3 4
1-3 kali 4-6 kali 7-9 kali 10-12 kali
9 14 10 7
22,50 35,00 25,00 17,50
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Sesuai tabel 30 menunjukan bahwa sebagian besar (35,00%) kegiatan sosialisasi /penyuluhan tentang gerakan KB oleh petugas kesehatan hanya 4-6 kali
(45)
74
diikuti responden, sementara hanya sebagian kecil (17,500%) responden10 - 12 dalam mengikuti kegiatan sosialisasi/penyuluhan gerakan KB oleh petugas kesehatan.
Tabel 31. Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam hal Kemampuan Teknis Petugas di Desa Parlondut Tahun 2015
N o
Partisipasi PUS Dalam Kegiatan Sosialisasi/Penyuluh
an Oleh Petugas Kesehatan Frekuen si (Jiwa) Persentas e (%) Jumla h Anak Frekuen si (Jiwa) Persentas e (%)
1 1-3 kali 9 22,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
- - 4 5 - - 12,50 12,50
2 3-6 kali 14 35,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
3 9 2 - 7,50 22,50 5,00 -
3 7-9 kali 10 25,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
2 7 1 - 5,00 17,50 2,50 -
4 10-12 kali 7 17,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
7 - - - 17,50 - - -
Jumlah 40 100 Jumla
h
40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 31 memperlihatkan bahwa keadaan geraan KB responden menurut kualitas pelayanan akseptor dalam hal kemampuan teknis petugas di desa parlondut adalah sebagian besar (35,00%) responden yang mengikuti
(46)
gerakan KB 4-6 kali dalam mengikuti sosialisasi/penyuluhan gerakan KB oleh petugas kesehatan dibalai desa yang diadakan selama freskuensi 1 bulan sekali dengan jumlah anak yang dilahirkan 6-8 orang, sedangkan sebagian kecil (17,50%) responden yang yang mengikuti gerakan KB 10-12 kali dalam mengikuti sosialisasi/penyuluhan gerakan KB oleh petugas keseshatan dibalai desa yang diadakan selama freskuensi 1 bulan sekali dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-2 orang.
4) Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal antara petugas kesehatan dan peserta KB dalam hal ketepatan waktu, sikap responsif dan menghargai pemakai layanan yang merupakan salah satu dari 6 kualitas pelayanan KB, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 32. Persepsi Responden Terhadap Hubungan Interpersonal Antara Petugas Kesehatan Dengan Akseptor KB di Desa Parlondut Tahun 2015
No Hubungan Interpersonal Responden Dengan Petugas
Kesehatan
Frekuensi (Jiwa)
Persentase (%) 1.
2. 3.
Baik
Cukup Baik Kurang Baik
10 23 7
25,00 57,50 17,50
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 32 memperlihatkan bahwa responden menjawab sebagian besar (82,50%) hubungan interpersonal antara petugas dengan responden sebagai akseptor KB dalam hal ketepatan waktu, sikap responsif dan sikap penghargaan cukup terjalin dengan baik, sementara responden menjawab hanya sebagian kecil
(47)
76
(17,50%) hubungan interpersonal antara petugas dengan responden sebagai akseptor KB dalam hal ketepatan waktu, sikap responsif dan sikap penghargaan yang terjalin kurang baik, sehingga berdasarkan hal tersebut dapat diukur sejauh mana petugas mampu menjalin hubungan baik dengan pemakai pelayanan KB. Karena hubungan interpersonal petugas layanan kepada akseptor KB yang merupakan salah satu 6 kualitas pelayanan akseptor KB dapat menjadi salah satu tolak ukur berhasil tidaknya gerakan KB.
Tabel 33. Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam Hal Hubungan Interpersonal di Desa Parlondut Tahun 2015
N o Hubungan Interpersonal PUS Dengssan Petugas Kesehatan Frekuen si (Jiwa) Persent ase (%) Jumlah Anak Frekuen si (Jiwa) Persentas e (%)
1 Baik 12 30,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
10 2 - - 25,00 5,00 - -
2 Cukup Baik 21 50,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
- 15 6 - - 37,50 15,00 -
3 Kurang Baik 7 17,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
- - 2 5 - - 5,00 12,50
Jumlah 40 100 Jumlah 40 100
(48)
Sesuai tabel 33 memperlihatkan bahwa keadaan gerakan KB responden menurut kualitas pelayanan akseptor KB dalam hal hubungan interpersonal antara petugas kesehatan dengan responden sebagai akseptor KB di Desa Parlondut adalah sebagian besar (50,50%) responden yang mengikuti gerakan KB menjawab cukup baik hubungan interpersonal antara petugas kesehatan dengan responden dalam hal ketepatan waktu, sikap responsif dan sikap penghargaan dengan jumlah anak yang dilahirkan 3-6 orang, sedangkan hanya sebagian kecil (17,5%) responden yang mengikuti gerakan KB menjawab kurang baik hubungan interpersonal antara petugas kesehatan dengan responden dalam hal ketepatan waktu, sikap responsif dan sikap penghargaan dengan jumlah anak yang dilahirkan 5-8 orang.
5) Mekanisme Pelayanan
Mekanisme pelayanan petugas kesehatan dapat dicermati dalam dua hal yaitu berdasarkan kemudahan responden sebagai akseptor KB dalam memperoleh alat kontrasepsi yang digunakan dan penyedia layanan (bidan ,Puskesmas dan Rumah Sakit) dalam pengadaan alat kontrasepsi bagi responden sebagai akseptor KB, hal ini dapat dilihat pada tabel 34 :
(49)
78
Tabel 34. Persepsi Responden Terhadap Ketersediaan Alat Kontrasepsi di Desa Parlondut Tahun 2015
No. Persepsi Responden Terhadap Ketersediaan Alat Kontrasepsi Frekuensi (Jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. Tidak Kesulitan Kesulitan Sangat kesulitan 35 5 - 87,50 12,50 -
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 35 diketahui bahwa keseluruhan (100%) responden merasa tidak kesulitan dalam memperoleh alat kontrasepsi didesa ini,
Tabel 36. Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam Hal Mekanisme Pelayanan Berdasarkan Ketersediaan Alat Kontrasepsi di Desa Parlondut Tahun 2015
N o Persepsi PUS Terhadap Ketersediaan Alat Kontrasepsi Frekuens i (Jiwa) Persentas e (%) Jumla h Anak Frekuens i (Jiwa) Persentas e (%)
1 Tidak Kesulitan 35 87,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
7 15 8 5 17,50 37,50 20,00 12,50
2 Kesulitan 5 12,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
3 2 - - 7,50 5,00 - - 3 Sangat
Kesulitan
4- -
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
- - - - - - - -
Jumlah 40 100 Jumla
h
40 100
(50)
Sesuai tabel 35 dapat diketahui bahwa keadaan gerakan KB responden menurut kualitas pelayanan akseptor KB dalam hal mekanisme pelayanan berdasarkan ketersediaan dalam memperoleh alat kontrasepsi di Desa Parlondut adalah sebagian besar (87,50%) responden yang mengikuti gerakan KB menjawab tidak kesulitan dalam memeproleh alat kontrasepsi didesa ini dengan jumlah anak yang di lahirkan 2-8 orang, sedangkan sebagian kecil (12,50%) responden yang mengikuti gerakan KB menjawab kesulitan dalam memeproleh alat kontrasepsi didesa ini dengan jumlah anak yang di lahirkan 2-4 orang.
Tabel 36. Responden Berdasarkan Penyedia Layanan Terhadap Pengadaan Alat Kontrasepsi di Desa Parlondut Tahun 2015
No Penyedia Layanan Alat Kontrasepsi
Frekuensi (Jiwa)
Persentase (%) 1.
2. 3.
Puskesmas Bidan Rumah Sakit
17 16 7
42,50 40.00 17,50
Jumlah 40 100
Sumber: Data Primer Olahan, 2015
Berdasarkan tabel 36 menjelaskan bahwa sebagian besar (42,50%) responden mendapatkan alat kontrasepsi dari Puskesmas, sementara hanya sebagian kecil responden (17,50%) yang memperoleh alat kontrasepsi dari Rumah Sakit.
(51)
80
Tabel 37. Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam Hal Mekanisme Pelayanan Berdasarkan Penyedia Layanan Alat Kontrasepsi di Desa Parlondut Tahun 2015 No Penyedia Layanan Alat Kontraseps i Frekuens i (Jiwa) Persentas e (%) Jumla h Anak Frekuens i (Jiwa) Persentas e (%)
1 Puskesmas 17 42,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
4 8 5 - 10,00 20.00 12,50 -
2 Bidan 16 40,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
6 6 1 - 15,00 15,00 2,50 -
3 Rumah sakit 7 17,50
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
- 3 2 2 - 7,50 5,00 5,00
Jumlah 40 100 Jumla
h
40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Dari tabel 37 dapat diketahui bahwa keadaan gerakan KB responden menurut kualitas pelayanan akseptor KB dalam mekanisme pelayanan berdasarkan ketersediaan alat kontrasepsi oleh penyedia layanan di Desa Parlondut adalah sebagian besar (42,50%) responden yang mengikuti gerakan KB memperoleh alat kontrasepsi didesa ini dari Puskesmas dengan jumlah anak yang di lahirkan 2-8 orang, sedangkan sebagian kecil (17,50%) responden yang
(52)
mengikuti gerakan KB memperoleh alat kontrasepsi didesa ini dari Rumah Sakit dengan jumlah anak yang di lahirkan 4-8 orang.
6) Ketepatan Konstelasi pelayanan akseptor KB
Ketepatan konstelasi pelayanan akseptor KB dapat dilihat dalam hal tingkat kepuasan akseptor KB sebagai penggunan layanan dalam menilai kinerja petugas kesehatan baik dalam hal penyediaan waktu dan tempat pelayanan yang memadai maupun pelayanan lain yang diberikan, hal ini dapat dilihat pada tabel 38 :
Tabel 38. Tingkat Kepuasan Akseptor KB Terhadap Pelayanan Petugas Kesehatan di Desa Parlondut Tahun 2015
No. Tingkat Kepuasan Akseptor KB Terhadap Pelayanan Petugas
Kesehatan
Frekuensi (Jiwa)
Persentase (%)
1 2 3
Puas
Cukup Puas Kurang Puas
20 14 6
50,00 35,00 15,00
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Berdasarkan tabel 38 dapat menunjukan bahwa sebagian besar (50,00%) responden sebagai akseptor KB merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan didesa ini dalam hal penyediaan waktu dan tempat pelayanan yang memadai maupun pelayanan lain yang diberikan, sedangkan hanya sebagian kecil (15,00%) responden sebagai akseptor KB merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan baik dalam hal
(53)
82
penyediaan waktu dan tempat pelayanan yang memadai maupun pelayanan lain yang diberikan.
Tabel 39. Keadaan Gerakan KB Responden Menurut Kualitas Pelayanan Akseptor KB Dalam Hal Ketepatan Konstelasi Pelayanan Akseptor KB di Desa Parlondut Tahun 2015
No Tingkat Kepuasan Akseptor KB Terhadap Pelayanan Petugas Kesehatan Frekuen si (Jiwa) Persent ase (%) Jumlah Anak Frekue nsi (Jiwa) Persent ase (%)
1 Puas 20 50,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
9 10 1 - 22,50 25,00 2,50 -
2 Cukup Puas 14 35,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
1 8 5 - 2,50 20,00 12,50 -
3 Kurang Puas 6 15,00
1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8
- - 2 4 - - 5,00 10,00
Jumlah 40 100 Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Olahan, 2015
Sesuai tabel 39 memperlihatkan bahwa keadaan gerakan KB responden menurut kualitas pelayanan akseptor KB dalam hal ketepatan konstelasi pelayanan akseptor KB di Desa Parlondut adalah sebagian besar (50,00%) responden mengikuti gerakan KB menjawab kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada responden sebagai pengguna layanan (akseptor KB) dalam hal penyediaan waktu dan tempat pelayanan yang
(54)
memadai maupun pelayanan lain yang diberikan dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-6 orang, sedangkan hanya sebagian kecil (5-8%) responden yang mengikuti gerakan KB menjawab puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada responden sebagai pengguna layanan (akseptor KB) dalam hal penyediaan waktu dan tempat pelayanan yang memadai maupun pelayanan lain yang diberikan dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-2 orang, sedangkan hanya sebagian kecil (12,50%) yang mengikuti gerakan KB menjawab puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada respondden sebagai pengguna layanan (akseptor KB) dalam hal penyediaan waktu dan tempat pelayanan lain yang diberikan dengan jumlah anak yang diahirkan 7-8 orang.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan bahwa data-data mengenai keadaan gerakan keluarga di Desa Parlondut ditinjau dari faktor umur, pendidikan, pekerjaan, budaya dan kualitas pelayanan aksrptor KB (pilihan metode kontrasepsi, kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan interpersonal, mekanisme pelayanan dan ketepatan Konstelasi pelayanan akseptor).
1. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana di Desa Parlondut ditinjau dari Faktor Umur
Keadaan gerakan Keluarga Berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor umur adalah sebagian besar (47,50%) PUS yang menikah pada umur 25-29 tahun yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-6 orang, hal ini berarti bahwa mereka yang memiliki anak lebih dari 2 orang belum
(55)
84
melaksanakan gerakan KB sesuai yang direncanakan oleh Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN, sedangkan sebagian kecil (7,50%) PUS yang menikah pada umur 30-34 tahun dengan jumlah anak yang dilahirkan 2-4 orang, hal ini berarti PUS yang memiliki anak lebih dari 2 orang belum melaksanakan gerakan KB sesuai yang telah diharapkan oleh Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin muda umur pasangan usia subur pada saat melangsungkan pernikahan maka semakin besar pula jumlah anak yang akan dilahirkan, karena usia menikah merupakan salah satu unsur yang menentukan jumlah anak yang dapat dilahirkan. Semakin muda usia maka akan semakin panjang masa reproduksi PUS sehingga akan semakin besar pula peluang atau kesempatan untuk memiliki anak dalam jumlah yang besar, jika dibandingkan PUS yang menikah pada usia dewasa yakni ≥ 20 tahun.
Sebagian besar PUS didesa ini menikah ≥25 tahun, hal ini berarti mereka menikah sudah sesuai dengan UU perkawinan No.1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa masyarakat indonesia menurut UU ini diizinkan melangsungkan pernikahan setelah berumur 21 tahun begitu juga dengan NKKBS dalam BKKBN yang menentukan usia PUS untuk melangsungkan pernikahan yang ideal dan tepat menikah pada saat berusia 21 tahun dan melahirkan pada usia berkisar 21-30 tahun.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa keadaan gerakan KB yang ditinjau dari faktor umur tidak menjadi faktor penyebab ketidakberhasilan gerakan KB di Desa Parlondut.
(56)
3. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana di Desa Parlondut ditinjau dari Faktor Pendidikan
Keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor pendidikan dapat dicermati melalui jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani PUS, baik dari jenjang pendidikan dasar yakni SD dan SMP, pendidikan menengah yakni SMA dan Perguruan tinggi.
- Keadaan gerakan KB di Desa Parlondut ditinjau dari faktor pendidikan sebagian besar (12,50%) PUS yang berpendidikan SD dengan jumlah anak 1-8 orang.
- Keadaan gerakan KB di Desa Parlondut ditinjau dari faktor pendidikan sebagian PUS yang berpendidikan SMP sebesar (2,50%) dengan jumlah anak yang dilahirkan 1 orang.
- Keadaan gerakan KB di Desa Parlondut ditinjau dari faktor pendidikan sebagian PUS yang berpendidikan SMA sebesar (55,00%) dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-8 orang.
- Keadaan gerakan KB di Desa Parlondut ditinjau dari faktor pendidikan sebesar (30,00%) PUS yang berpendidikan PT dengan jumlah anak 1-6 orang.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pada umumnya PUS yang berpendidikan SD-SMA memiliki anak lebih dari 2 orang, hal ini berarti mereka belum berhasil melaksanakan gerakan KB sesuai harapan Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN, Bahkan PUS yang berpendidikan PT dengan jumlah anak 1-4 orang belum mengikuti gerakan KB sesuai yang diharapkan oleh Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN.
(57)
86
Hal ini sesuai tidak dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula pola pikirnya terhadap penentuan jumlah anak, karena bagi mereka yang berpendidikan tinggi mutu dan kualitas anak lebih diutamakan dari pada kuantitasnya sehingga penduduk yang berpendidikan tinggi akan cenderung memiliki anak dalam jumlah sedikit dibanding penduduk yang berpendidikan rendah, karena penduduk yang berpendidikan rendah lebih mengutamakan kuantitas dari pada kualitas dan mutu anak sehingga penduduk yang berpendidikan rendah cenderung memiliki anak dalam jumlah besar. Jenjang pendidikan akan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk memahami dan melaksanakan serta menerima peraturan yang ada, dalam hal bidang kependudukan melalui gerakan KB atas dasar sukarela tanpa paksaan atas keinginan sendiri, sebab kebijakan Gerakan KB sangat menentukan PUS dalam penggunaan dan pemilihan alat kontrasepsi secara sukarela dan terus menerus karena tingkat pengetahuan seseorang menentukan PUS dalam memutuskan sesuatu keputusan sehingga pendidikan dapat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya gerakan KB khususnya penentuan jumlah anak dan pola pikir dalam partisipasinya terhadap gerakan pemerintah khususnya dalam bidang kependudukan melalui gerakan KB.
Disamping itu tingginya tingkat pendidikan juga dapat menunda pernikahan karena pendidikan tanpa disadari dapat menunda terjadinya pernikahan usia muda sebab untuk memasuki jenjang pendidikan yang tinggi membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sehingga dengan pendidikan yang tinggi PUS akan menyadari pentingnya pelaksanaan gerakan KB, berbeda dengan PUS yang berpendidikan rendah yang kurang mau tahu akan gerakan KB, padahal
(58)
dengan adanya gerakan KB maka pembentukan NKKBS akan semakin mudah dilaksanakan dan kesejahteraan masyarakat akan semakin terjamin. Disamping rendahnya pengetahuan dalam penentuan jumlah anak dalam satu keluarga karena rendahnya tingkat pendidikan PUS juga berdampak pada kurangnya pengetahuan dalam memilih jenis alat kontrasepsi yang digunakan, Dengan demikian Dapat dikemukakan bahwa keadaan gerakan KB yang ditinjau dari faktor pendidikan di Desa tidak menjadi faktor penyebab ketidakberhasilan gerakan KB di Desa Parlondut .
2. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana di Desa Parlondut ditinjau dari Faktor Pekerjaan
Keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor pekerjaan suami adalah sebagian besar (52,50%) suami dari ibu-ibu PUS memiliki pekerjaan di sektor pertanian sebagai petani dengan jumlah anak yang dimiliki 1-8 orang, hal ini berarti bahwa suami dari ibu-ibu PUS didesa ini belum melaksanakan gerakan KB sesuai dengan yang direncanakan oleh pemerintah dinas kependudukan BKKBN yakni memiliki anak 1-2 orang, sedangkan sebagian kecil suami dari ibu-ibu PUS (12,50%) yang bekerja pada sektor non pertanian yakni sebagai honorer dengan jumlah anak yang dilahirk1-4 orang yang berhasil mengikuti gerakan KB sesuai yang direncanakan pemerintah dinas kependudukan.
Selain jenis pekerjaan suami, jenis pekerjaan istri didesa ini pada umumnya (35,00%) ibu-ibu PUS yang memiliki pekerjaan di sektor non pertanian sebagai pengrajin tenun dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-8 orang. Hal ini berarti bahwa ibu-ibu PUS didesa ini belum melaksanakan gerakan KB sesuai
(59)
88
dengan yang direncanakan oleh Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN yakni memiliki anak 1-2 orang, sedangkan hanya sebagian kecil ibu-ibu PUS (10,00%) yang bekerja pada sektor non pertanian yakni sebagai pedagangjumlah anak yang dilahirkan 1-4 orang tidak berhasil mengikuti gerakan KB sesuai yang diharapkan Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jenis pekerjaan seseorang dapat menentukan banyaknya jumlah anak yang dilahirkan dalam 1 keluarga, karena kondisi ekonomi yang lemah akibat jenis pekerjaan yang di sandang mengakibatkan penghasilan yang kurang memadai sehingga mempengaruhi dan berdampak pada daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok dan yang lainnya termasuk kemampuan membeli alat kontrasepsi dan partisipasinya dalam gerakan KB, sehingga kita lihat bahwa sebagian besar keluarga dari sosial ekonomi rendah didesa ini yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan belah ikan cenderung memiliki banyak anak lebih dari 2 bahkan rata-rata mencapai 4-8 orang orang, karena kemiskinan membuat sebagian besar mereka pasif dalam berpartisipasi dalam gerakan KB untuk meningkatkan kualitas diri dan keluarganya, lain halnya dengan PUS yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang memadai yakni serta pengusaha yang cenderung memiliki anak sedikit yakni 1-2 orang karena mereka berpendapatan memadai sehingga mampu dan turut serta dalam berpartisipasi terhadap gerakan KB baik dalam hal pembelian alat kontrasepsi yang digunakan maupun kemampuan dalam peningkatan kesejahteraan keluarga serta peningkatan mutu dan kualitas anak melalui partisipasi terhadap kegiatan gerakan KB. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa keadaan gerakan keluarga berencana ditinjau dari faktor
(60)
pekerjaan menjadi faktor penyebab ketidakberhasilan gerakan KB di Desa Parlondut.
3. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana di Desa Parlondut ditinjau dari Faktor Budaya
Keadaan gerakan keluarga berencana di Desa Parlondut ditinjau dari faktor budaya adalah sebesar (7,50%) PUS yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-6 orang dengan alasan mengikuti budaya lama keluarga besar keluarga bahagia, sebesar (55,00%) PUS yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-8 orang dengan alasan mengikuti budaya lama banyak anak banyak rezeki, sebesar (5,00%) PUS yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 3-6 orang dengan alasan mengikuti budaya lama anak sebagai faktor ekonomi, sebesar (15,00%) PUS yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-4 orang dengan alasan mengikuti budaya lama anak sebagai tempat sandaran hidup di hari tua, sedangkan sebagian kecil (17,500%) PUS yang mengikuti gerakan KB tidak mengikuti budaya lama dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-2 orang dengan alasan budaya baru anak merupakan beban.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pada umumnya PUS yang mengikuti gerakan KB terhadap pandangan budaya lama dengan alasan keluarga besar keluarga bahagia, banyak anak banyak rezeki, anak sebagai faktor ekonomi dan anak sebagai tempat sandaran hidup dihari tua dengan jumlah anak lebih dari 2 orang belum mengikuti gerakan KB sesuai yang diharapkan Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN, sedangkan sebagian kecil PUS yang mengikuti gerakan KB terhadap budaya baru dengan alasan anak merupakan beban dengan jumlah
(61)
90
anak yang dilahirkan 1-2 orang sudah melaksanakan gerakan KB sesuai yang diharapkan Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN, hal ini disebabkan mereka sudah melalui pendidikan tinggi sehingga pola pikir mereka terhadap budaya lama tidak mempengaruhi mereka dalam penentuan jumlah anak karena mereka memiliki persepsi sendiri terhadap nilai dan jumlah anak.
Hal ini sesuai dengan teori yang menguraikan pandangan budaya lama tentang nilai dan jumlah anak dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat khusunya mereka berpendidikan rendah bahwa keluarga besar adalah keluarga bahagia, karena PUS menganggap bahwa semakin besar jumlah keluarga maka akan semakin bahagia pula keluarga tersebut karena bagi mereka “hamoraon, hagabeon dan hasangapon” karena besarnya jumlah anak dalam satu keluarga menimbulkan rasa tentram, rasa senang dan rasa bahagia dihati orang tua, karena keramaian dan eksistensi lebih diutamakan dari pada jumlah keluarga yang kecil namun mereka merasa kesepian, dengan melihat anak-anaknya dalam satu rumah mereka tidak merasa kesepian meskipun mereka tahu semakin banyak anak maka akan semakin besar pula kebutuhan yang dikeluarkan namun hal itu tidak menjadi prioritas utama bagi mereka, karena berkumpulnya satu keluarga menjadi sebuah kenikmatan tersendiri bagi mereka, Anak diyakini dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya, karena fungsi dan peranan keluarga amat menentukan bagi perkembangan kepribadian anak yang kiranya tak dapat dipungkiri karena biar bagaimanapun telah menjadi anggapan umum di dalam etnis masyarakat.
Selain itu mereka juga meyakini bahwa banyaknya jumlah anak mendatangkan rezeki dari Tuhan YME karena dalam diri setiap anak mengalir rezeki anak masing-masing sehingga Tuhan akan menambah terus rezeki yang
(62)
Dengan demikian keadaan gerakan KB didesa Parlondut yang ditinjau dari faktor budaya menjadi penyebab ketidakberhasilan gerakan KB.
(63)
92
4. Keadaan Gerakan Keluarga Berencana di Desa Parlondut ditinjau dari Faktor Kualitas Pelayanan Akseptor KB
Kualitas pelayanan akseptor KB yang dimaksud pada penelitian ini adalah mutu pelayanan yang memungkinkan Akseptor KB secara sadar dan bebas memilih cara mengendalikan kelahiran yang diinginkan, aman dan terjangkau serta memenuhi kebutuhan dan mampu memberikan kepuasan pada klien termasuk antara lain ketanggapan, perhatian dan keramahan yang tulus dan waktu tunggu yang tidak terlalu lama, yang meliputi 6 kualitas pelayanan kepada para akseptor KB, yaitu :
1) Pilihan Metode Kontrasepsi
Keadaan gerakan keluarga berencana didesa Parlondut ditinjau dari faktor kualitas pelayanan akseptor KB dalam hal pilihan metode kontrasepsi adalah sebagian besar (35,00%) PUS yang menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-8 orang, hal ini berarti mereka tidak mengikuti gerakan KB sesuai yang diharapkan pemerintah dinas kependudukan BKKBN, sedangkan sebagian kecil (5,00%) PUS yang menggunakan alat kontrasepsi jenis vasektomi atau metode operasi pria yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 3-4 orang, hal ini berarti mereka tidak melaksanakan gerakan KB sesuai yang direncanakan dan diharapkan Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN.
Sementara keadaan gerakan KB ditinjau dari kualitas pelayanan akseptor KB dalam hal pilihan metode kontrasepsi berdasarkan pemilihan alat kontrasepsi PUS oleh pengguna layanan di Desa Parlondut adalah sebagian besar (35,00%) PUS yang menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik dengan pilihan diri sendiri
(64)
yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-8 orang, hal ini berarti mereka belum mengikuti gerakan KB sesuai yang diharapkan oleh Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN, sedangkan sebagian kecil (8,33%) PUS yang menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik berdasarkan atas piihan bidan desa yang mengikuti gerakan KB dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-2 orang, hal ini berarti mereka sudah melaksanakan gerakan KB sesuai yang diharapkan Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN.
PUS yang menggunakan alat kontrasepsi jenis kondom dan pil dengan jumlah anak lebih dari 2 orang dikarenakan PUS yang menggunakan alat kontrasepsi jenis kondom sering mengalami kebocoran sehingga terjadi kehamilan hal ini akibat dari pemilihan alat kontrasepsi dari diri sendiri yang dibeli dari puskesmas maupun bidan desa.
Hal ini sesuai teori yang menyatakan bahwa para pemakai alat kontrasepsi dimungkinkan memiliki kerentanan terhadap alat kontrasepsi tertentu sesuai kondisi fisik maupun biologisnya, sehingga dalam penggunaan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor KB perlu meminta rekomendasi dari petugas kesehatan atau bidan yang lebih mengetahui dampak positif dan negatif alat kontrasepsi tertentu, karena jika alat kontrasepsi yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi fisik atau tujuan pengguna layanan (akseptor) dalam mencegah angka kehamilan, akibat pilihan alat kontrasepsi oleh diri sendiri atau tanpa rekomendasi oleh petugas kesehatan atau bidan desa maka akan terjadi kehamilan diluar rencana, karena disamping memiliki dampak fositif namun alat kontrasepsi juga mempunyai dampak negatif yang disebabkan kesalahan Pemberi layanan (petugas kesehatan) maupun akibat adanya kelalaian dari pengguna layanan
(65)
94
(akseptor KB) seperti tidak menggunakan alat kontrasepsi sebelum melakukan hubungan suami istri karena lupa atau digunakan secara tidak teratur (tidak sesuai kebutuhan akseptor KB) sebagai dampak negatif dan kelemahan dari masing-masing jenis alat kontrasepsi itu sendiri atau kesalahan pengguna layanan.
2) Kualitas Pemberian Informasi
Keadaan gerakan keluarga berencana didesa Parlondut ditinjau dari faktor kualitas pelayanan akseptor KB dalam hal kualitas pemberian informasi adalah sebagian besar (22,50%) PUS yang mengikuti gerakan KB yang menjawab bahwa pemberian informasi oleh petugas kesehatan terhadap responden sebagai pengguna layanan tentang jenis alat kontrasepsi, dampak serta penggunaannya cukup jelas dengan jumlah anak yang dilahirkan 7-8 orang, hal ini berarti bahwa mereka belum melaksanakan gerakan KB sesuai yang harapan Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN, sementara sebagian kecil 57,50%) PUS yang mengikuti gerakan KB yang menjawab bahwa pemberian informasi oleh petugas kesehatan terhadap PUS sebagai pengguna layanan tentang jenis alat kontrasepsi, dampak serta penggunaannya kurang jelas dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-6 orang, hal ini berarti mereka sudah mengikuti gerakan KB sesuai yang direncanakan Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN sementara sebagian kecil (2000%) Pus yang mengikuti gerakan KB yang menjawab bahwa pemberian informasi oleh petugas kesehatan terhadap PUS sebagai pengguna layanan tentang jenis alat kontrasepsi, dampak serta penggunaanya kurang jelas dengan jumlah anak yang dilahirkan 1-2 orang, hal ini berarti mereka sudah mengikuti gerakan KB sesuai yang direncanakan peerintah Dinas Kependudukan BKKBN.
(1)
ini berarti mereka yang membeli alat kontrasepsi dari puskesmas tidak mengikuti gerakan KB sesuai yang direncanakan pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN sedangkan hanya sebagian keci (12,50%) PUS yang mengikuti gerakan KB menjawab kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan oeh petugas kesehatan kepada responden sebagai pengguna layanan (akseptor KB) daam hal penyediaan waktu dan tempat pelayanan yang memadai maupun peayanan lain yang diberikan dengan jumlah anak yang dilahirkan 7-8 orang, hal ini berarti mereka tidak melaksanakan gerakan KB sesuai harapan Pemerintah Dinas Kependudukan BKKBN.
Hal ini tidak Sesuai Teori hal ini dikarenakan tingkat kepuasan PUS berbeda-beda dalam hal pelayanan yang diberikan, semakin tinggi tingkat kepuasan penggunan layanan (akseptor KB) yang diberikan petugas kesehatan maka akan semakin mantap pula keputusannya dalam ber-KB terutama dalam penentuan jumlah anak yang dilahirkan, karena hal tersebut sangat mempengaruhi keikutsertaan PUS dalam menjalankan gerakan KB apabila pelayanan yang diberikan sesuai harapan akseptor KB karena berhasil tidaknya gerakan KB tergantung juga pada penyedia layanan atau petugas kesehatan dalam memuaskan akseptor KB sebagai pengguna layanan sehingga tepat pada sasaran sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan demikian kualitas pelayanan akseptor KB dalam hal Ketepatan konstelasi pelayanan akseptor KB tidak menjadi salah satu penyebab ketidakberhasilan gerakan KB di Desa Parlondut.
(2)
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Ardial. S. 1987. Lingkungan Biru KB Mandiri. Medan : Majalah kesehatan
Azwar, Saifuddin. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty
Badan Pusat Statistik Samosir. 2014. Samosir Dalam Angka In Figures 2014.Samosir : BPS
Badan Pusat Statistik Samosir. 2014. Kecamatan Pangururan Dalam Angka 2014. Samosir : BPS
Badan Pusat Statistik Samosir. 2014. Statistik Daerah Kecamatan Pangururan 2014. Samosir : BPS
Barus, Mirnawati Meidina. 2011. Analisis Ketidakberhasilan Keluarga Berencana di Desa Tanjung Barus Kecamatan Barus Jahe Kabupaten karo. Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED
BKKBN Sumatera Utara. 2014. Profil Kependudukan Provinsi Sumatera Utara. Medan : BKKBN
BKKBN. 1989. Buku Sumber Pendidikan KB. Jakarta: BKKBN
BKKBN. 1998. Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta : BKKBN BKKBN. 2000. Bimbingan ( Konseling ) KB. Jakarta : BKKBN
Daldjoeni, N. 1987. Pokok-pokok Geografi Manusia. Bandung : PT Alumni. Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek
Penelitian Pengrajin dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. 1992. Sistem Pengendalian Sosial Tradisional Masyarakat Melayu di Sumatera Utara. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Erna Setiyaningrum, Zulfa Binti Aziz. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Trans Info Media.
Fazidah A. Siregar. 2003. Pengaruh Nilai dan Jumlah Anak Pada Keluarga Terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia Dan Sejahtera (NKKBS) . (http://library.usu.ac.id/download/fkm-fazidah2.pdf).
Fitri, Nurma. 2011. Persepsi Pasangan Usia Subur ( PUS ) TentangPembatasan Jumlah Kelahiran Anak di Desa Cinta Rakyat Kecamatan Percut Sei Tuan. Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED
Handilbakti. 2013. Konsep Pasangan Usia Subur dan Akesptor KB, (Online), http://www.handilbakti.com/2013/06/pasanganusiasubur dan Akseptor -KB.html, diakses 21 Juni 2014).
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
(4)
Karolina, Anita.2015.Keadaan Gerakan Keluarga Berencana di Desa Indra Yaman Kecamtan Talawi Kabupate Batubara.Skripsi.Medan:Jurusan Pendidkan geografi FIS-UNIMED
Mantra, Ida bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka belajar.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. (et al). 2014. Grand DesignPembangunan Kependudukan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2035. Medan : Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
Pentaloka BKKBN. 1990. Sudut Pandang Adat Budaya Melayu Terhadap Konsep NKKBS. (http://usupress.usu.ac.id, diakses 18 April 2010.
Permana, Ida bagus. 2011. Kebijakan dan Strategi Operasional Pengendalian Penduduk. Jakarta : BKKBN
PP No. 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Simatupang, Melda. 2011. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Penduduk Menjadi Aseptor KB Studi Kasus Di Kecamatan Jati Negara Kecamatan Binjai Utara Kota Madya Binjai. Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Edisi keenam. Bandung : Tarsito
Sutardji. 2009. Karakteristik Demografi Dan Sosial Ekonomi. Jurnal Geografi. Semarang : Jurusan Pendidikan Geografi Fis.6 (2) : 121-131.
Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara. Tambunan, Morinah, 2007.Perubahan Fungsi dan makna anak laki-laki Dalam
Komunitas Batak Kristen
(http://library.su.ac.id/download/fkm-fazidh2.pdf.) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Yusnita, Ira. 2011. Studi Tentang Pelaksanaan Gerakan KB Bagi Keluarga Etnis Melayu di Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal. Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED
(5)
(6)