1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita mioma uteri yang dirawat inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui trend kunjungan kecenderungan penderita mioma uteri
berdasarkan data tahun 2004-2008. b.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan sosiodemografi yang meliputi : umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, tempat tinggal. c.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan paritas penderita mioma uteri.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan
status haid penderita mioma uteri. e.
Untuk mengetahui ukuran diameter mioma penderita mioma uteri. f.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan letak mioma penderita mioma uteri.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan
jumlah mioma penderita mioma uteri.
Universitas Sumatera Utara
h. Untuk mengetahui ditribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan
riwayat pemakaian alat kontrasepsi penderita mioma uteri. i.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan keluhan penderita mioma uteri.
j. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan
tindakan medis yang dilakukan. k.
Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita mioma uteri. l.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita mioma uteri.
m. Untuk mengetahui perbedaan ukuran diameter mioma berdasarkan keluhan.
n. Untuk mengetahui perbedaan proporsi letak mioma berdasarkan keluhan.
o. Untuk mengetahui perbedaan jumlah mioma berdasarkan keluhan.
p. Untuk mengetahui perbedaan proporsi tindakan medis berdasarkan letak
mioma. q.
Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan tindakan medis.
r. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
dalam memberikan pelayanan perawatan penderita mioma uteri. b.
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam melakukan penelitian ilmiah dan sebagai referensi bagi peneliti lain untuk penelitian yang
akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.
3
Mioma uteri disebut juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat karena
jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini memperlihatkan
gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.
4
2.2. Anatomi Uterus
Uterus rahim merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di
belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah
7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57 gram.
Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran
ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabut- serabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen
sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada
masa predolesen.
15,16
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Pembagian Uterus
a. Fundus Uteri dasar rahim : bagian uterus yang proksimal yang terletak
antara kedua pangkal saluran telur. b.
Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim. c.
Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu
bagian serviks yang ada di atas vagina.
16
2.2.2. Pembagian Dinding Uterus
a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri. Endometrium
terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa haid
endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh darah
bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada janin. b.
Miometrium lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat
lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan
menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka. c.
Lapisan serosa peritoneum viseral terdiri dari lima ligamentum yang menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:
Universitas Sumatera Utara
c.1. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan
ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara
lain vena dan arteria uterine. c.2.
Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan. c.3. Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri
cepat karena uterus berkontraksi kuat. c.4.
Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat. c.5.
Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.
15,16
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Anatomi Uterus dan mioma uteri
17
Gambar 1. Anatomi Uterus Normal
Gambar 2. Letak Mioma uteri
Universitas Sumatera Utara
2.3. Klasifikasi Mioma Uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
2.3.1. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini
dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
2.3.2. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa
tumor di daerah perut sebelah bawah.
2.3.3. Mioma Uteri Submukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterusendometrium dan tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan
besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt.
Universitas Sumatera Utara
Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.
18, 19
2.4. Epidemiologi Mioma Uteri 2.4.1. Distribusi Frekuensi Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun proporsi 25. Setelah menopause hanya kira-kira 10 mioma
masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-25.
15
Penelitian Nishizawa di Jepang 2008 menemukan insidens rates mioma uteri lebih tinggi pada
wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause dan 12 per seribu wanita menopause P0,001.
20
Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita kulit
putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.
19
Penelitian Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan usia 35-49 tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi
35.
21
Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun 2008 melaporkan proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06 yaitu 586 orang dari 2.034 kasus
ginekologi.
22
Management of Uterine Fibroid at The University of Nigeria Teaching Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan proporsi mioma uteri 9,8 dari seluruh kasus
Universitas Sumatera Utara
ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus ginekologi.
23
Penelitian Gaym A di Tikur Anbessa Teaching Hospital, Addis Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat penderita
mioma uteri sebanyak 588 kasus.
24
2.4.2. Determinan Mioma Uteri
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor monoklonal
yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Tumbuh mulai dari benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium sangat
lambat tetapi progresif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri: a.
Estrogen Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori
Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest sel muda
yang terangsang dan estrogen perangsang sel nest secara terus menerus. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen.
19
Hormon estrogen dapat diperoleh melalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal Pil KB, Suntikan KB, dan
Susuk KB.
25
Peranan estrogen didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi pada
pasien yang nullipara.
Universitas Sumatera Utara
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.
19
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
i. Umur
Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.
19
Penelitian Chao-Ru Chen 2001 di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44 tahun beresiko
6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur 30 tahun OR =6,3; 95 CI:3,5-11,6. Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-44 tahun beresiko
27,5 kali untuk menderita mioma uteri jika dibandingkan umur 30 tahun OR=27,5; 95 CI:5,6-83,6.
26
ii. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative infertile, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah keadaan ini saling mempengaruhi.
19
Penelitian Okezie di Nigeria terhadap 190 kasus mioma uteri, 128 67,3 adalah nullipara.
23
Penelitian yang dilakukan di Nigeria terhadap wanita dengan usia rata 44,9 tahun, 40,8 nullipara dan 35 melahirkan 1-2 kali.
27
Demikian juga dengan
Universitas Sumatera Utara
hasil penelitian Buttrum memperoleh dari 1.698 kasus mioma uteri, 27 diantaranya infertile dan 31 melahirkan 1-2 kali.
28
iii. Faktor Ras dan Genetik
Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri lebih tinggi.
19
Penelitian Baird di Amerika yang dilakukan terhadap wanita kulit hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa wanita kulit hitam
beresiko 2,9 kali menderita mioma uteri OR=2,9; 95CI:2,5-3,4.
21
Terlepas dari faktor ras, kejadian mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga
ada yang menderita mioma uteri.
2.5. Perubahan Sekunder
Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada mioma karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder yang sering terjadi:
2.5.1 Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil.
2.5.2 Degenerasi Hialin
: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripada seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
2.5.3
Degenerasi Kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang
Universitas Sumatera Utara
tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
2.5.4 Degenerasi Membatu calcicerous degeneration : terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi
keras dan memberikan bayangan pada foto roentgen.
2.5.5 Degenerasi Merah carneous degeneration : perubahan ini biasanya terjadi
pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam dan kesakitan. Tumor uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini
seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma yang bertangkai.
2.5.6
Degenerasi lemak : jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi
hialin.
5,18,19
Universitas Sumatera Utara
2.6. Komplikasi
Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif yang terjadi pada penderita akibat mioma uteri.
2.6.1. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi Leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6 dari seluruh mioma, serta merupakan 50 – 75 dari seluruh sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. 2.6.2.
Torsi Putaran Tangkai Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah syndrome abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang
menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
19
Universitas Sumatera Utara
2.7. Pencegahan Mioma Uteri 2.7.1. Pencegahan Primordial