Identifikasi Tanaman Karakteristik Simplisia Lada Hitam dan Lada Putih

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Identifikasi Tanaman

Hasil identifikasi yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi–LIPI Bogor terhadap tumbuhan buah lada yang diteliti adalah jenis Piper nigrum L. dari suku Piperaceae. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 32.

3.2. Karakteristik Simplisia Lada Hitam dan Lada Putih

Hasil pemeriksaan makroskopik untuk simplisia lada hitam dicirikan dengan berbentuk hampir bulat, warna coklat kelabu sampai hitam kecoklatan, garis tengah lebih kurang 2,5 mm sampai 6mm; permukaan berkeriput kasar, dalam serupa jala; pada ujung buah terdapat sisa dari kepala putik yang tidak bertangkai. Lada putih dicirikan dengan berbentuk hampir bulat, warna putih gading, permukaan rata, garis tengah lebih kurang 2 mm sampai 5 mm. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk lada hitam adalah perisperm dengan butir pati, parenkim dengan minyak atsiri, sel batu dari hipodermis, dan sel batu dari endokrap. Hasil pemeriksaan mikroskopik lada putih adalah parenkim dengan minyak atsiri, sel batu dari endocarp, perisperm dengan butir pati. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Hasil Karakterisasi Simplisia Lada Hitam dan Lada Putih No Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia Kadar yang diperoleh Syarat Menurut MMI Lada Hitam Lada Putih 1. Penetapan kadar air 8,595 7,318 Tidak lebih dari 10 2. Penetapan kadar sari yang larut dalam air 7,388 2,883 Tidak kurang dari 2,5 3. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol 11,415 10,271 Tidak kurang dari 8 4. Penetapan kadar abu total 5,013 5,983 Tidak lebih dari 6 5. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,41 0,52 Tidak lebih dari 1 6. Penetapan kadar minyak atsiri 1,085 1,75 Tidak kurang dari 1 Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 41-52. Kadar air dalam simplisia menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam simplisia yang digunakan, dari hasil penelitian diperoleh kadar air simplisia lada hitam 8,595 dan lada putih 7,318 . Kadar air simplisia berhubungan dengan proses pengeringan, kadar air ditentukan untuk mengetahui bahwa simplisia yang digunakan tidak ditumbuhi jamur dan aman digunakan. Pengeringan merupakan suatu usaha untuk menurunkan kadar air bahan sampai tingkat yang diinginkan. Dengan kadar air yang cukup aman maka simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Apabila simplisia yang dihasilkan tidak cukup kering maka akan terjadi pertumbuhan jamur dan jasad renik lainnya. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10 Syukur dan Hermani, 2001. Penetapan kadar sari simplisia menyatakan jumlah zat kimia yang tersari dalam air dan dalam etanol. Simplisia lada hitam dan lada putih kadar sari yang larut dalam etanol lebih tinggi daripada sari yang larut dalam air, hal ini berarti Universitas Sumatera Utara senyawa kimia yang tersari dalam etanol lebih besar daripada yang tersari dalam air. Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui jumlah material yang tersisa setelah pembakaran, dari hasil penelitian diketahui bahwa kadar abu total pada simplisia lada hitam 5,013 dan lada putih 5,983 , kadar abu lebih tinggi pada simplisia lada putih. Kadar abu tidak larut dalam asam adalah kadar abu yang berasal dari luar, dari hasil penelitian kadar abu tidak larut asam simplisia lada putih lebih tinggi daripada simplisia lada hitam. Abu total terbagi dua yang pertama abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang berasal dari bahan–bahan dari luar seperti pasir dan tanah yang terdapat pada permukaan simplisia. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan jumlah silika, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1992. Penetapan kadar minyak atsiri dengan menggunakan alat Stahl diketahui bahwa minyak atsiri lada hitam 1,085 sementara pada minyak atsiri lada putih 1,75 , dari hasil ini diketahui bahwa minyak atsiri lebih banyak terdapat pada lada putih dibandingkan lada hitam. Hal ini terjadi karena usia pemanenan buah yang berbeda.

3.3. Penentuan Indeks Bias dan Bobot Jenis Minyak Atsiri Hasil Isolasi