39
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Data yang dianalisis pada bab ini adalah data laporan KPRI XX yang terdiri dari neraca dan Sisa Hasil Usaha SHU. Untuk menilai kinerja keuangan
KPRI XX ada beberapa teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis rasio keuangan dan analisis
trend.
1. Analisis Rasio Keuangan
Analisis data untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu dengan analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja keuangan koperasi
meliputi rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. a.
Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo.
1
Cash Ratio
Rasio Kas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
uang kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya
dalam melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh tempo dengan uang kas yang ada. Dengan rumus:
x 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhitungan rasio lancar pada KPRI XX tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11 Perhitungan
Cash Ratio
KPRI XX Tahun 2011 – 2015
dalam rupiah
Sumber : data tahun 2011 – 2015 diolah
Hasil perhitungan
cash ratio
KPRI XX pada tahun 2011
menunjukkan angka sebesar 17,43 yang berarti bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp 1,00 mendapat jaminan kas sebesar Rp 0,17. Pada
tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 18,63 yang berarti setiap hutang lancar sebesar Rp 1,00 mendapat jaminan kas sebesar
Rp 0,19. Meningkatnya
cash ratio
disebabkan karena naiknya kas pada unit simpan pinjam dan non simpan pinjam. Pada tahun 2013
mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar 6,19 yang artinya bahwa setiap hutang lancar Rp 1,00 mendapat jaminan kas sebesar Rp
0,06. Rendahnya
cast ratio
disebabkan menurunya tabungan giro di bank pada unit non usp dan meningkatnya hutang lancar. Pada tahun
2014 mengalami kenaikan cukup baik sebesar 12,26 yang berarti setiap hutang lancar sebesar Rp1,00 mendapat jaminan kas sebesar
Rp 0,12. Meningkatnya
cast ratio
tahun 2014 disebabkan karena kas dan giro dibank meningkat. Pada tahun 2015
cast ratio
KPRI XX 2011
648.122.598 3.719.340.244
17,43 2012
672.439.289 3.609.029.405
18,63 2013
253.341.707 4.090.083.112
6,19 2014
494.443.264 4.033.691.421
12,26 2015
466.435.062 3.222.578.862
14,47
Tahun kas dan Bank
Hutang Lancar CR
mengalami peningkatan sebesar 14,47 yang berarti setiap hutang lanacra sebesar Rp 1,00 mendapat jaminan kas sebesar Rp 0,14.
2
Current Ratio
Rasio Lancar Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiaban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar
yang tersedia. Rasio Lancar dihitung menggunakan rumus: Rasio Lancar
x100 Perhitungan rasio lancar pada KPRI XX tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12 Perhitungan
Current Ratio
CR KPRI XX Tahun 2011 –
2015 dalam rupiah
Sumber : data tahun 2011 – 2015 diolah
Hasil perhitungan
current ratio
KPRI XX, pada tahun 2011 menunjukkan angka rasio sebesar 302,74 hal ini berarti bahwa
setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,03 aktiva lancar. Pada tahun 2012 menunjukkan angka rasio sebesar 309,56 hal ini
berarti bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,10, pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan
current ratio
sebesar 6,82 yang disebabkan karena hutang lancar
2011 11.259.807.854 3.719.340.244
302,74 200
Buruk 2012
11.172.140.082 3.609.029.405 309,56
200 Buruk
2013 11.632.888.032 4.090.083.112
284,42 200
Buruk 2014
11.663.180.023 4.033.692.421 289,14
200 Buruk
2015 11.074.890.317 3.222.578.862
343,67 200
Buruk
Tahun Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Current Ratio
Persentase Kriteria
mengalami penurunan yang disebabkan karena berkurangnya hutang dana dan jasa pada unit non usp. Pada tahun 2013 menunjukkan angka
rasio sebesar 284,42 hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 2,84 aktiva lancar, pada tahun 2012 sampai
dengan tahun 2013 terjadi penurunan
current ratio
sebesar 25,14 yang disebabkan meningkatnya hutang lancar pada hutang uang, dana
dan jasa, dan hutang dagang. Pada tahun 2014 menunjukkan angka rasio sebesar 289,14 hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 hutang
lancar dijamin dengan Rp 2,89 aktiva lancar, pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terjadi kenaikan sebesar 4,72 yang disebakan
karena mengalami peningkatan pada, kas, giro dibank, piutang KIPA, dan persediaan barang barang. Pada tahun 2015 menunjukkan angka
rasio sebesar 343,67 hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,44 aktiva lancar, pada tahun 2014 sampai
dengan tahun 2015 terjadi kenaikan
current ratio
sebesar 54,53 yang disebabkan karena pada hutang lancar terjadi penurunan.
Secara keseluruhan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor
06perM.KUKMV2006, maka
current ratio
dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dalam kriteria buruk atau berada pada persentase
200. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban
– kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
1 Rasio Total Aset Terhadap Total Hutang
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi keseluruhan hutang-hutangnya yang dijamin dengan
jumlah dari aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva, lebih besar rasionya lebih aman
dengan rumus: TAtDR
x100 Rasio total aset terhadap total hutang pada KPRI XX tahun 2011 -
2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13 Total Aset Terhadap Total Hutang KPRI XX Tahun 2011-2015 dalam rupiah
Sumber: data 2011 – 2015 diolah
Perhitungan
toal asset to total debt ratio
KPRI XX, pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan maupun
penurunan, pada tahun 2011 menunjukkan angka rasio sebesar 191,73 artinya setiap Rp 1,00 aset dapat menjamin hutang Rp 1,92.
2011 11.625.506.705
6.063.604.722 191,73
150 Buruk
2012 11.590.022.634
5.988.742.396 193,53
150 Buruk
2013 12.126.417.334
6.576.081.650 184,40
150 Buruk
2014 12.134.164.135
6.586.641.666 184,22
150 Buruk
2015 11.537.386.883
6.009.034.661 192,00
150 Buruk
Kriteria Tahun
Total Aktiva Total Hutang
Total AssetTerhadap
Total Hutang Persentase
Pada tahun 2012
total asset to total debt ratio
mengalami peningkatan
sebesar 193,53 artinya setiap Rp 1,00 aset dapat menjamin hutang Rp 1,94. Pada tahun 2013
total asset to total debt ratio
mengalami penurunan sebesar 184,40 artinya setiap Rp 1,00 aset dapat
menjamin hutang sebesar Rp 1,84. Pada tahun 2014
total asset to total debt ratio
kembali mengalami penurunan sebesar 184,22 artinya setiap Rp 1,00 aset dapat menjamin hutang Rp1,84. Pada tahun 2015
total asset to total debt ratio
sebesar 192,00 artinya setiap Rp 1,00 aset dapat menjamin hutang sebesar Rp 1,92.
Secara keseluruhan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor
06perM.KUKMV2006, maka rasio aset terhadap hutang dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dalam kriteria buruk atau berada pada
persentase 150. c.
Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan pada penjualan, aset, dan modal saham tertentu.
1 Hasil pengembalian atas aset
Return on Asset
Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Hasil pengembalian atas aset
x 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhitungan rasio hasil pengembalian atas aset ROA pada KPRI XX tahun 2011 - 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14
Return on Asset
KPRI XX tahun 2011-2015 dalam rupiah
Sumber: data tahun 2011-2015 diolah
Perhitungan
return on asset
KPRI XX, pada tahun 2011 menunjukkan angka sebesar 3,47 hal ini berarti bahwa setiap Rp
1,00 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,03. Pada tahun 2012 menunjukkan angka rasio sebesar 3,57 hal ini berarti bahwa
setiap Rp 1,00 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,04, pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 terjadi kenaikan ROA sebesar
0,1 disebabkan karena terjadi kenaikan laba bersih. Pada tahun 2013 menunjukkan angka rasio sebesar 3,44 hal ini berarti bahwa setiap
Rp 1,00 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0.03, pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 terjadi penurunan ROA sebesar
0,13 yang disebabkan bahwa penggunaan aset koperasi belum efisien dan rendahnya tingkat laba yang dihasilkan oleh aset. Pada
tahun 2014 menunjukkan angka rasio 3,48 hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0.03, pada
tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terjadi kenaikan ROA sebesar 0,04 disebabkan karena terjadi kenaikan laba bersih dan diimbangi
2011 403.703.064
11.625.506.705 3,47
3 - 7 Cukup Baik 2012
413.543.527 11.590.022.634
3,57 3 - 7
Cukup Baik 2013
417.637.122 12.126.417.334
3,44 3 - 7
Cukup Baik 2014
421.932.264 12.134.164.135
3,48 3 - 7
Cukup Baik 2015
426.401.690 11.537.386.883
3,70 3 - 7
Cukup Baik
Tahun Laba
bersihSHU Total Assettotal
aktiva ROA Persentase
Kriteria
kenaikan total aset. Pada tahun 2015 menunjukkan angka rasio sebesar 3,70 hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 aktiva menghasilkan laba
bersih sebesar Rp 0,04, pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 terjadi kenaikan ROA sebear 0,22 disebabkan terjadi peningkatan
laba bersih. Secara keseluruhan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06perM.KUKMV2006, maka ROA dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015 dalam kriteria cukup baik atau berada pada persentase 3 - 7.
2 Hasil Pengembalian Atas Ekuitas ROE
Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagi berikut: Hasil pengembalian atas ekuitas
x 100 Rasio hasil pengembalian atas Ekuitas ROE pada KPRI XX
tahun 2011 - 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 15 Return On Equity KPRI XX Tahun 2011-2015 dalam rupiah
Sumber: data tahun 2011-2015 diolah
2011 403.703.064
5.561.901.983 7,26
3 - 9 Kurang Baik
2012 413.543.527
5.601.280.238 7,38
3 - 9 Kurang Baik
2013 417.637.122
5.550.335.684 7,52
3 - 9 Kurang Baik
2014 421.932.264
5.547.522.469 7,61
3 - 9 Kurang Baik
2015 426.401.690
5.528.352.142 7,71
3 - 9 Kurang Baik
Tahun laba
bersihSHU Modal Sendiri ROE
Persentase Kriteria
Perhitungan
return on equity
KPRI XX, pada tahun 2011 menunjukkan angka rasio sebesar 7,26 hal ini berarti bahwa setiap
Rp 1,00 modal sendiri menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,07. Pada tahun 2012 menunjukkan angka rasio sebesar 7,38 hal ini
berarti bahwa setiap Rp 1,00 modal sendiri menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,07, pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 terjadi
kenaikan ROE sebesar 0,12 yang disebabkan karena terjadi peningkatan laba bersih dan kenaikan modal sendiri. Pada tahun 2013
menunjukkan angka rasio sebesar 7,52 hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 modal sendiri menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,08, pada
tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 terjadi kenaikan ROE sebesar 0,14 yang disebabkan karena terjadinya peningkatan laba bersih.
Pada tahun 2014 menunjukkan angka rasio sebesar 7,61 hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 modal sendiri menghasilkan laba bersih
sebesar Rp 0.08, pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terjadi kenaikan ROE sebesar 0,09 yang disebabkan karena terjadi
peningkatan pada laba bersih. Pada tahun 2015 menunjukkan angka rasio sebesar 7,71 hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 modal sendiri
menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,08, pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 terjadi kenaikan ROE sebesar 0,1 yang
disebabkan karena terjadi peningkatan pada laba bersih. Secara keseluruhan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
06perM.KUKMV2006, maka ROE dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dalam kriteria kurang baik atau berada pada persentase 3
- 9. 3
Kemampuan Menghasilkan Laba
Net Profit Margin Net Profit Margin
menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih setelah pajak pada tingkat
penjualan tertentu atau bisa juga diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya di perusahaan pada periode tertentu.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: x100
Rasio
net profit margin
pada KPRI XX tahun 2011 - 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 16
Net Profit Margin
KPRI XX Tahun 2011-2015 dalam rupiah
Sumber: data tahun 2011- 2015 diolah Perhitungan
net profit margin
KPRI XX, pada tahun 2011 menunjukkan angka rasio sebesar 15,37 hal ini berarti bahwa setiap
Rp 1,00 penjualan akan memperoleh laba bersih sebesar Rp 0,15. Pada tahun 2012 menunjukkan angka rasio sebesar 16,24 hal ini
berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan akan memperoleh laba bersih
2011 403.703.064
2.627.224.391 15,37
15 Sangat Baik
2012 413.543.527
2.546.663.297 16,24
15 Sangat Baik
2013 417.637.122
2.309.639.852 18,08
15 Sangat Baik
2014 421.932.264
2.229.269.869 18,93
15 Sangat Baik
2015 426.401.690
2.383.728.131 17,89
15 Sangat Baik
Tahun laba bersihSHU
setelah pajak Pendapatan
NPM Persentase Kriteria
sebesar Rp 0,16, pada tahu 2011 sampai dengan tahun 2012 terjadi kenaikan NPM sebesar 0,87 disebabkan karena terjadi kenaikan
pada laba bersih. Pada tahun 2013 menunjukkan angka rasio sebesar Rp 1,00 penjualan akan memperoleh laba bersih sebesar Rp 0,18, pada
tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 terjadi kenaikan NPM sebesar 1,84 disebabkan karena terjadinya kenaikan pada laba bersih. Pada
tahun tahun 2014 menunjukkan angka rasio sebesar 18,93 hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan akan memperoleh laba bersih
Rp 0,19, pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terjadi kenaikan NPM sebesar 0.9 disebabkan karena adanya kenaikan pada laba
bersih meskipun pendapatan pada koperasi menurun. Pada tahun 2015 menunjukkan angka rasio sebesar 17,89 hal ini berarti bahwa setiap
Rp 1,00 penjualan akan memperoleh laba bersih sebesar Rp 0,18, pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 terjadi penurunan NPM sebesar
1,04 disebabkan karena tingkat pendapatan tidak mengalami peningkatan yang begitu besar hal ini juga menunjukkan bahwa biaya
– biaya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Secara keseluruhan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06perM.KUKMV2006, maka NPM dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015 dalam kriteria sangat baik atau berada pada persentase 15.
2. Penilaian Kinerja Koperasi Dari Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan
Rentabilitas Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 06PerM.KUKMV2006
Tabel 17 Perhitungan Skor Penilaian Koperasi Berprestasi KPRI XX
Sumber: Data 2011-2015 diolah Penilaian terhadap KPRI XX didasarkan pada Peraturan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 06PerM.KUKMV2006, maka perhitungan dilakukan adalah:
Tahun Rasio
Realitas Interval
Nilai Bobot
Skor
Current Ratio 302,74
200 3
Total Asset to Total Debt Ratio 191,73
150 2
Return on Asset 3,47
3 - 7 50
2 100
Return on Equity 7,26
3 - 9 25
2 50
Net Profit Margin 15,37
15 100
2 200
Jumlah 11
350
Current Ratio 309,56
200 3
Total Asset to Total Debt Ratio 193,53
150 2
Return on Asset 3,57
3 - 7 50
2 100
Return on Equity 7,38
3 - 9 25
2 50
Net Profit Margin 16,24
15 100
2 200
Jumlah 11
350
Current Ratio 284,42
200 3
Total Asset to Total Debt Ratio 184,40
150 2
Return on Asset 3,44
3 - 7 50
2 100
Return on Equity 7,52
3 - 9 25
2 50
Net Profit Margin 18,08
15 100
2 200
Jumlah 11
350
Current Ratio 289,14
200 3
Total Asset to Total Debt Ratio 184,22
150 2
Return on Asset 3,48
3 - 7 50
2 100
Return on Equity 7,61
3 - 9 25
2 50
Net Profit Margin 19,93
15 100
2 200
Jumlah 11
350
Current Ratio 343,67
200 3
Total Asset to Total Debt Ratio 192,00
150 2
Return on Asset 3,70
3 - 7 50
2 100
Return on Equity 7,71
3 - 9 25
2 50
Net Profit Margin 17,89
15 100
2 200
Jumlah 11
350 2011
2012
2013
2014
2015
Tabel 18 Klasifikasi Pemeringkatan Koperasi
Sumber: PERMEN No.6 Tahun 2006 Hasil total skor yang didapatkan dari penilaian kinerja keuangan KPRI XX
dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel
19 Hasil
Penilaian Kinerja
Keuangan Berdasarkan
PERMENKUKM RI No. 06PerM.KUKMV2006
Sumber: data tahun 2011-2015 diolah Dari hasil perhitungan tabel 19 dapat diketahui bahwa penilaian
kinerja keuangan koperasi terhadap KPRI XX berdasarkan PERMEN KUKM RI Nomor: 06PerM.KUKMV2006 diperoleh nilai masing -
masing sebesar 31,82. Jika dilihat, nilai tersebut berada pada interval 55, yang menunjukkan bahwa hasil penilaian kurang.
Nilai Klasifikasi
Keterangan
85 - 100 A
Sangat baik 70 - 84
B Baik
55 -69 C
Cukup 55
D Kurang
2011 350
11 31,82
Kurang 2012
350 11
31,82 Kurang
2013 350
11 31,82
Kurang 2014
350 11
31,82 Kurang
2015 350
11 31,82
Kurang
Tahun Total Skor
Total Bobot Nilai
Hasil Penilaian
3. Analisis
Trend
a.
Current Ratio
Berdasarkan perhitungan
current ratio
pada KPRI XX tahun 2011- 2015, maka
trend
dapat dihitung menggunkan metode kuadrat terkecil sebagai berikut:
Tabel 20 Perhitungan
Trend Current Ratio
Tahun 2011-2015
Sumber: data diolah Berdasarkan tabel 20 maka nilai a dan b adalah sebagai berikut:
Jadi perasamaan
trend
untuk
current ratio
Y = 305,91 + 6,14X
Gambar I: Grafik
Trend Current Ratio
Tahun 2011-2015 Pada gambar I di atas, dapat dilihat kondisi
current ratio
KPRI XX tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Dari persamaan
trend current
2011 302,74
-2 293,62
2012 309,56
-1 299,76
2013 284,42
305,90 2014
289,14 1
312,05 2015
343,67 2
318,19
Total 1529,52
1529,52 Tahun
Y = Current Ratio X
Yt
ratio
diperoleh nilai b
slope
positif sebesar 6,14, ini menunjukkan bahwa
trend current ratio
KPRI XX tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan kinerja ini disebabkan karena
trend current ratio
sudah melebihi batas atas dengan range 200 ini menunjukkan bahwa persediaan barang untuk dijual masih banyak yang belum terjual
sehingga menimbulkan penumpukan persediaan setiap tahun. b.
Total Asset to Total Debt Ratio
Berdasarkan perhitungan
Total Asset to Total Debt Ratio
pada KPRI XX tahun 2011
– 2015, maka
trend
dapat dihitung menggunakan metode kuadrat terkecil sebagai berikut:
Tabel 21 Perhitungan
Trend Total Asset to Total Debt Ratio
Tahun 2011-2015
Sumber: data diolah Berdasarkan tabel 21 maka nilai a dan b adalah sebagai berikut:
Jadi perasamaan
tren
d TAtTDR untuk Y= 189,18 + -0,88X
Tahun Y=
Total Asset to Total Debt Ratio
X Yt
2011 191,73
-2 190,93
2012 193,53
-1 190,05
2013 184,40
189,18 2014
184,22 1
188,30 2015
192,00 2
187,42
Total 945,88
945,88 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar II: Grafik
Trend
TAtTDR tahun 2011 - 2015 Pada gambar II di atas, dapat dilihat kondisi bahwa
total asset to total debt ratio
KPRI XX dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Dari persamaan
trend total asset to total debt ratio
diperoleh nilai b
slope
negatif sebesar -0,88,ini menunjukkan bahwa
trend total asset to total debt ratio
KPRI XX tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan kinerja karena
trend
sudah melebihi batas dengan range 150 ini dikarenakan masih banyak persediaan barang yang belum
terjual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c.
Return on Asset
Berdasarkan perhitungan ROA pada KPRI XX tahun 2011 – 2015, maka
trend
dapat dihitung menggunakan metode kuadrat terkecil sebagai berikut:
Tabel 22 Perhitungan
Trend
hasil pengembalian atas aset ROA tahun 2011-2015
Sumber: data diolah Berdasarkan data tabel 22 maka nilai a dan b adalah sebagai berikut:
Jadi perasamaan
trend
untuk ROA Y = 3,53 + 0,04X
Gambar III: Grafik
Trend
Return On Asset Tahun 2011 - 2015 Pada gambar III di atas, dapat dilihat kondisi
return on asset
KPRI XX dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Dari persamaan
trend
ROA diperoleh nilai b
slope
positif sebesar 0,04. Hal ini berarti bahwa
Tahun Y=
ROA
X Yt
2011 3,47
-2 3,46
2012 3,57
-1 3,50
2013 3,44
3,53 2014
3,48 1
3,57 2015
3,70 2
3,60
Total 17,66
17,66
pertumbuhan ROA pada KPRI XX meningkat dari tahun ke tahun tahun 2011-2015. KPRI XX dalam perkembangannya setiap tahun
berdasarkan ROA mengalami peningkatan kinerja, sehingga kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba setiap tahun 2011
– 2015 cukup berkembang.
d.
Return On Equity
Berdasarkan perhitungan ROE pada KPRI XX tahun 2011 – 2015, maka
trend
dapat dihitung menggunakan metode kuadrat terkecil sebagai berikut:
Tabel 23 Perhitungan
Trend Return On Equity
Tahun 2011-2015
Sumber: data diolah Berdasarkan data tabel 23 maka nilai a dan b adalah sebagai berikut:
Jadi perasamaan
trend
untuk ROE Y = 7,50 + 0,11X
Gambar IV: Grafik
Trend Return On Equity
Tahun 2011-2015
Tahun Y= ROE
X Yt
2011 7,26
-2 7,27
2012 7,38
-1 7,38
2013 7,52
7,50 2014
7,61 1
7,61 2015
7,71 2
7,72
Total 37,48
37,48
Pada gambar IV di atas, dapat dilihat kondisi ROA KPRI XX dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Dari persamaan
trend
ROE diperoleh nilai b
slope
positif sebesar 0,11. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ROE KPRI XX tahun 2011 sampai dengan tahun 2015
mengalami kenaikan setiap tahunnya. KPRI XX mengalami peningkatan kinerja berdasarkan ROE yang berarti koperasi memiliki kemampuan
dalam menghasilkan pendapatan usaha. e.
Net Profit Margin
Berdasarkan perhitungan NPM pada KPRI XX tahun 2011 – 2015 maka
trend
dapat dihitung menggunakan metode kuadrat terkecil sebagai berikut:
Tabel 24 Perhitungan
Trend Net Profit Margin
Tahun 2011-2015
Sumber: data diolah Berdasarkan data tabel 24 maka nilai a dan b adalah sebagai berikut:
Jadi perasamaan
trend
untuk NPM Y = 17,30 + 0,77X
Tahun Y= NPM
X Yt
2011 15,37
-2 15,75
2012 16,24
-1 16,53
2013 18,08
17,30 2014
18,93 1
18,07 2015
17,89 2
18,85
Total 86,50
86,50
Gambar V: Grafik
Trend Net Profit Margin
Tahun 2011-2015 Pada gambar V di atas, dapat dilihat kondisi NPM KPRI XX dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Dari persamaan
trend
NPM diperoleh nilai b positif sebesar 0,77. Hal ini berarti pertumbuhan NPM
pada KPRI XX cenderung meningkat dari tahun ke tahun. KPRI XX mengalami peningkatan yang sangat baik dalam usaha non simpan
pinjam pertokoan, jasa foto copy sehingga mampu menyerap pendapatan dari usaha tersebut.
B. Pembahasan