2 Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
kepada kreditor, supplier, pegawai, pemerintah, dan kemampuannya dalam mengumpulkan dan untuk kepentingan ekspansi perusahaan.
3 Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam
pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengendalian. 4
Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba jangka panjang.
c. Memungkinkan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan
laba. d.
Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan aset dan kewajiban, dan
e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan oleh para
pemakai laporan.
C. Analisis Rasio Keuangan
1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Hery, 2015: 161 rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur
dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.
Analisis rasio menggambarkan suatu perbandingan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dari neraca atau labarugi dengan jumlah lain.
Analisis ini dapat memberi gambaran kepada pengurus koperasi tentang baik-buruknya posisi keuangan koperasi serta hasil operasinya. Penilaian
baik-buruknya posisi keuangan itu bisa dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan analisis rasio tersebut dengan angka rasio
pembanding yang digunakan sebagai standar. Rasio keuangan merupakan alat utama untuk melakukan analisis
keuangan dan memiliki beberapa kegunaan. Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya lima pertanyaan berikut: 1
bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, 2 apakah pihak manajemen telah efektif dalam menghasilkan laba operasi atas aset yang dimiliki perusahaan,
3 bagaiman kebutuhan dana perusahaan dibiayai, 4 apakah pemegang saham mendapatkan tingkat pengembalian yang memadai dari hasil
investasinya, dan 5 apakah manajemen sudah mencapai target yang telah ditetapkan.
Hery, 2015: 66 analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer
perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan analisis rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut adalah sebagai berikut:
a. Manajer perusahaan, menerpakan rasio untuk membantu menganalisis,
pengendalian, dan meningkatkan kinerja operasi serta keuangan perusahaan
b. Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat
obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk mengidentifikasi
kemampuan debitur dalam membayar utang-utangnya c.
Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan.
Berdasarkan sumber data analisis, analisis rasio keuangan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:
a. Analisis rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka keuangan yang
hanya bersumber dari neraca saja. b.
Analisis rasio laporan laba-rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba-rugi saja.
c. Analisi rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka yang
bersumber dari dua laporan, yaitu neraca dan laporan laba-rugi. 2.
Pengertian Rasio Likuditas Menurut Hery 2015: 166 rasio likuiditas merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo.
Rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemapuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya Prihadi, 2011:
162-163. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a.
Cash Ratio
Rasio Kas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
uang kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam
melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh tempo dengan uang kas yang ada Hery,2015: 166.
x 100
Cash ratio
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang harus segera di penuhi dengan kas yang
tersedia dan efek surat berharga yang dapat segera dicairkan. b.
Rasio Lancar
Current Ratio
Menurut Hery 2015: 167 rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemapuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Likuiditas suatu perusahaan yang tinggi belum tentu baik
ditinjau dari segi perusahaan tersebut.
Current ratio
yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak
terjual, yang tentu saja tidak dapat dipakai untuk membayar utang Prastowo,2005: 84. Rumus yang digunakan:
Rasio Lancar x100
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06perM.KUKMV2006
tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi, maka penilaian
current ratio
sebagai berikut:
Tabel 1 Penilaian
Current Ratio
Standar Nilai
Kriteria
175 - 200 100
Sangat baik 150 - 175
75 Baik
125 - 150 50
Cukup baik 100 - 125
25 Kurang baik
100 200 Buruk
Menurut Prihadi 2011: 163 perhitungan rasio ini bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah aset lancar
perusahaan dapat menjamin utang dari kreditor jangka pendek. 3.
Pengertian Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi Harahap, 2007: 303.
a.
Total Asset to Total Debt Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi keseluruhan hutang-hutangnya yang dijamin dengan
jumlah dari aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva, lebih besar rasionya lebih aman
Harahap,2002: 304. Bisa juga dibaca berapa porsi hutang dibandingkan dengan aktiva. Supaya aman maka porsi hutang terhadap aktiva harus
lebih kecil. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: TAtDR
x100 Peraturan Pemerintah 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah
Republik Indonesia
Nomor 06perM.KUKMV2006
tentang Pedoman
Penilaian Koperasi
Berprestasi, maka penilaian
Total Asset to Total Debt Ratio
sebagai
berikut: Tabel 2 Penilaian
Total Asset to Total Debt Ratio
Standar Nilai
Kriteria
135 - 150 100
Sangat baik 120 - 135
75 Baik
105 - 120 50
Cukup baik 90 - 105
25 Kurang baik
90 150 Buruk
4. Pengertian Rasio Rentabilitas Rasio Profitabilitas
Menurut Hanafi dan Halim 2009: 81 rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan
modal saham yang tertentu.
Pengukuran rasio
profitabilitas dapat
dilakukan dengan
membandingkan antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan laba- rugi atau neraca. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode.
Tujuannya adalah
untuk memonitor
dan mengevaluasi
tingkat perkembangan profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu Hery, 2015:
227.
a. Hasil pengembalian atas aset
Return on Asset
Menurut Hery 2015: 228 hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam
menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari
setiap rupiah yang tertanam dalam total aset. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hasil pengembalian atas aset x 100
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06perM.KUKMV2006
tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi, maka penilaian Hasil pengembalian atas aset sebagai berikut:
Tabel 3 Penilaian Hasil Pengembalian Atas Aset Standar
Nilai Kriteria
≥10 100
Sangat baik 7 - 10
75 Baik
3 - 7 50
Cukup baik 1 - 3
25 Kurang baik
1 Buruk
b. Hasil Pengembalian atas Ekuitas
Return on Equitas
Hery, 2015: 230 hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan
laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah
dana yang tertanam dalam total ekuitas. Secara matematis dapat dirumuskan sebagi berikut:
Hasil pengembalian atas ekuitas x 100
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06perM.KUKMV2006
tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi, maka penilaian Hasil pengembalian atas ekuitas sebagai berikut:
Tabel 4 Penilaian Hasil pengembalian atas Ekuitas Standar
Nilai Kriteria
≥21 100
Sangat baik 15 - 21
75 Baik
9 - 15 50
Cukup baik 3 - 9
25 Kurang baik
3 Buruk
c.
Net Profit Margin Net profit margin
menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih setelah pajak pada tingkat penjualan tertentu
atau bisa juga diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya di perusahaan pada periode tertentu. Profit margin yang
tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu, sedangkan untuk
profit margin
yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu
atau tingkat biaya yang tinggi untuk penjualan yang tertentu, atau kombninasi kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa
menunjukkan ketidak efisienan manajemen Hanafi, 2003: 84. Secara mamatematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
x 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06perM.KUKMV2006
tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi, maka penilaian Hasil pengembalian atas ekuitas sebagai berikut:
Tabel 5 Penilaian
Net Profit Margin
Standar Nilai
Kriteria
15 100
Sangat baik 12-15
75 Baik
8-12 50
Cukup baik 4-8
25 Kurang baik
4 Buruk
D. Analisis