PPKN 207
agreement lebih bersifat teknis atau administratif, dan tidak mutlak harus GLUDWL¿NDVL0LVDOQ\Dagreement tentang ekspor-impor komoditas tertentu.
c. Konvensi convention,yaitu suatu perjanjian yang bersifat multilateral. Ketentuan-ketentuanya berlaku bagi masyarakat internasional secara
keseluruhan law making treaty. Misalnya, Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982 di Montego-Jamaika.
d. Protokol protocol
yaitu suatu perjanjian yang kurang resmi dibandingkan
traktat atau konvensi dan pada umumnya tidak dibuat oleh kepala negara. Protokol hanya mengatur masalah-masalah tambahan, seperti penafsiran
klausul-klausul atau persyaratan perjanjian tertentu. Contohnya, Protokol Den Haag tahun 1930 tentang perselisihan penafsiran undang-undang nasionalitas
tentang wilayah perwalian dan lain-lain.
e. Piagam statuta,yaitu himpunan peraturan yang ditetapkan sebagai persetujuan internasional, baik mengenai lapangan-lapangan kerja internasional maupun
mengenai anggaran dasar suatu lembaga. Misalnya, Statuta of The International Court of Justice, pada tahun 1945. Adakalanya piagam itu digunakan untuk
alat tambahanlampiran pada konvensi, seperti Piagam Kebebasan Transit yang dilampirkan pada Convention of Barcelona tahun 1921.
f. Charter, yaitu suatu piagam yang digunakan untuk membentuk badan tertentu. Misalnya, The Charter of The United Nations tahun1945 dan Atlantic Charter
tahun 1941.
g. Deklarasi declaration, yaitu suatu perjanjian yang bertujuan untuk
memperjelas atau menyatakan adanya hukum yang berlaku atau menciptakan hukum baru. Misalnya Universal Declaration of Human Rights pada tanggal
10 Desember 1948.
h. Modus vivendi, yaitu suatu dokumen yang mencatat persetujuan internasional
yang bersifat sementara, sampai berhasil diwujudkan secara permanen, terinci GDQVLVWHPDWLVVHUWDWLGDNPHPEXWXKNDQUDWL¿NDVL
i. Covenant, yaitu istilah yang digunakan untuk menyebut anggaran dasar Liga
Bangsa-Bangsa pada tahun 1920, yang bertujuan untuk menjamin terciptanya perdamaian dunia, meningkatkan kerja sama internasional dan mencegah
terjadinya peperangan.
j. Ketentuan penutup ¿QDODFW,yaitu suatu dokumen yang mencatat ringkasan
hasil konferensi, di sini disebutkan tentang negara-negara peserta dan nama- nama utusan yang ikut berunding serta hal-hal yang disetujui dalam konferensi
itu, termasuk interpretasi ketentuan-ketentuan hasil konferensi.
k. Ketentuan umum general act, yaitu traktat yang bersifat resmi dan tidak resmi. Misalnya, LBB Liga Bangsa-Bangsa menggunakan ketentuan umum
mengenai arbitrasi untuk menyelesaikan secara damai pertikaian internasional tahun 1928.
Di unduh dari : Bukupaket.com
208 Kelas XII SMAMTs
Semester 1
l. Pertukaran nota,yaitu metode yang tidak resmi, tetapi akhir-akhir ini banyak digunakan. Biasanya, pertukaran nota dilakukan oleh wakil-wakil militer dan
negara serta bersifat multilateral. Akibat pertukaran nota ini tibul kewajiban yang menyangkut mereka.
m. Pakta pact, yaitu suatu perjanjian oleh beberapa negara secara khusus dan PHPEXWXKNDQUDWL¿NDVL0LVDOQ\D3DNWD:DUVDZDWDKXQ
3.
.ODVL¿NDVL3HUMDQMLDQ,QWHUQDVLRQDO\DQJLODNXNDQ,QGRQHVLD
Secara formal perjanjian internasional tidak mengenal penggolongan. Namun demikian, suatu perjanjian internasional dapat dikelompokkan dalam bermacam-
PDFDPSHQJJRORQJDQ\DQJGLGDVDUNDQDWDVKDOKDOWHUWHQWXGDSXQNODVL¿NDVL dari perjanjian internasional adalah sebagai berikut.
Menurut subjeknya, meliputi beberapa hal berikut. x Perjanjian antarnegara yang dilakukan oleh banyak negara yang merupakan
subjek hukum internasional. Misalnya, perjanjian antara Indonesia dengan Cina, Indonesia dengan Australia dan sebagainya.
x Perjanjian antara negara dengan subjek hukum internasional lainnya, misalnya dengan organisasi internasional atau dengan Takhta Suci Vatikan. Seperti,
Indonesia dengan ASEAN, Indonesia dengan PBB dan sebagainya. x Perjanjian antar-subjek hukum internasional selain negara. Misalnya, perjanjian
antara ASEAN dengan PBB, antara ASEAN dengan MEE dan sebagainya. Menurut jumlah pihak yang mengadakan perjanjian, meliputi beberapa hal berikut.
x Perjanjian bilateral, artinya perjanjian antara dua negara yang mengatur kepentingan dua negara tersebut. Misalnya, perjanjian antara Indonesia dengan
Australia pada tanggal 9 Oktober 1973 tentang batas dasar laut selatan Pulau Tanimbar dan Pulau Timor.
x Perjanjian multilateral, artinya perjanjian yang melibatkan banyak negara yang mengatur kepentingan semua pihak. Misalnya, konvensi hukum laut di
Montego Bay-Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 tentang Zona Ekonomi Ekslusif ZEE.
Menurut isinya, terdiri dari: x Segi politis, seperti pakta pertahanan dan pakta perdamaian. Misalnya, NATO,
ANZUS dan SEATO. x Segi ekonomi, seperti bantuan ekonomi dan keuangan. Misalnya, CGI, IMF,
IBRD dan sebagainya. x Segi hukum, seperti status kewarganegaraan Indonesia-Cina, ekstradisi dan
sebagainya. Misalnya, perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan Malaysia tahun 1974.
Di unduh dari : Bukupaket.com
PPKN 209
x Segi batas wilayah, seperti batas laut teritorial, batas alam daratan dan sebagainya. Misalnya, persetujuan antara Indonesia dengan Singapura tentang
garis batas laut teritorial di Selat Singapura. x Segi kesehatan, seperti masalah karantina, penanggulangan wabah penyakit,
dan sebagainya. Menurut proses pembentukannya. meliputi beberapa hal berikut.
x Perjanjian bersifat penting yang dibuat melalui proses perundingan, SHQDQGDWDQJDQDQGDQUDWL¿NDVL0LVDOQ\D3HUMDQMLDQDQWDUD,QGRQHVLDGHQJDQ
Republik Rakyat Cina tahun 1955 tentang dwikewarganegaraan. x Perjanjian bersifat sederhana yang dibuat melalui dua tahap, yaitu perundingan
dan penandatanganan biasanya digunakan kata persetujuan. Misalnya Persetujuan antara indonesia dengan Malaysia tentang batas laut teritorial di
Selat Malaka
Menurut sifat pelaksanaan perjanjian, meliputi beberapa hal berikut. x Perjanjian yang menentukan dispositive treaties, yaitu suatu perjanjian
yang maksud dan tujuannya dianggap sudah tercapai sesuai isi perjanjian itu. Misalnya, perjanjian tentang tapal batas negara, penyerahan wilayah
kedaulatan dan sebagainya.
x Perjanjian yang dilaksanakan executory treaties, yaitu perjanjian yang pelaksanaannya tidak sekali, melainkan dilanjutkan secara terus-menerus
selama jangka waktu perjanjian berlaku. Misalnya, perjanjian dagang. Menurut fungsinya, meliputi bebeapa hal berikut.
1. Perjanjian yang membentuk hukum law making treaties, yaitu suatu perjanjian yang meletakkan ketentuan-ketentuan hukum bagi masyarakat internasional
secara keseluruhan atau bersifat multilateral. Perjanjian ini bersifat terbuka bagi pihak ketiga. Misalnya, Konvensi Wina tahun 1958 tentang hubungan
diplomatik, Konvensi Montenegro tentang hukum laut internasional tahun 1982, dan sebagainya.
2. Perjanjian yang bersifat khusus treaty contract, yaitu perjanjian yang hanya menimbulkan akibat-akibat hukum hak dan kewajiban bagi pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian atau bersifat bilateral. Misalnya perjanjian antara Indonesia dengan Republik Rakyat Cina tahun 1955 tentang dwi-
kewarganegaraan, perjanjian antara Indonesia dengan Australia pada tanggal 9 Oktober 1973 tentang batas dasar laut selatan Pulau Tanimbar dan Pulau
Timor, dan sebagainya.
Di unduh dari : Bukupaket.com
210 Kelas XII SMAMTs
Semester 1
4. Tahap-Tahap Perjanjian Internasional