1
BAB I PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi
operasional. 1.1. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan manusia untuk mengembangkan dirinya, sehingga mampu menjadi manusia yang
berkualitas dan berpotensi serta mampu bersaing di era globalisasi. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat,
bangsa dan negara dalam rangka mengatasi persoalan-persoalan dan tantangan kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang. Untuk meningkatkan sumber
daya manusia perlu dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai Pancasila, hal ini selaras dengan tujuan Kurikulum 2013. Permendikbud No.67 tahun 2013 menjelaskan bahwa tujuan dari penerapan
Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dengan ini
diharapkan agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang jauh lebih baik daripada sebelumnya terutama di bidang Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Salah
satu tujuan manusia belajar IPA, karena IPA salah satu bidang ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dan mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya Darmojo, dalam Samatowa, 2011: 4. Alasan perlunya IPA
diajarkan di sekolah salah satunya adalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis dan jika IPA diajarkan
melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan Samatowa, 2011: 4.
2 Pada saat ini terjadi perubahan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum
2013. Hal ini dikarenakan, Kurikulum 2013 lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan KTSP. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJMN 2010-2014 di sektor pendidikan, bahwa perubahan kurikulum dilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah agar peserta didik mampu
bersaing di masa depan. Selain itu, alasan perubahan kurikulum adalah kurikulum sebelumnya dianggap memberatkan peserta didik dan terlalu banyak materi
pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik sehingga malah membuatnya terbebani. Sementara itu, Kurikulum 2013 titik beratnya bertujuan untuk
mendorong peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Oleh karena
itu, diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013, maka guru perlu menggunakan berbagai metode dan strategi dalam kegiatan
pembelajaran. Salah satunya adalah menggunakan pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum, a
tau prinsip yang “ditemukan” Daryanto, 2014:51. Pada pendekatan saintifik materi pembelajaran akan disampaikan
berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira ataupun khalayan. Maka dari itu, guru
harus dapat menerapkan pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus memfasilitasi siswa untuk mengembangkan berbagai keterampilan ilmiah
yaitu meliputi kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah data, menyimpulkan, menyajikan, dan mengomunikasikan pada kegiatan pembelajaran,
sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuannya melalui interaksi dalam belajar.
3 Salah satu bantuan yang dapat guru berikan dalam memfasilitasi siswa adalah
mengaktifkan siswa melalui bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa LKS. LKS merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan
terprogam Trianto, 2010: 212. Selain itu, LKS merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif.
Melalui LKS yang dirancang oleh guru, diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam menggali suatu konsep melalui serangkaian kegiatan-kegiatan dalam proses
pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat bunyi. Sifat-sifat bunyi merupakan salah satu materi IPA kelas IV semester ganjil
yang mempelajari tentang proses terjadinya bunyi, perambatan sumber bunyi, pemantulan bunyi, dan penyerapan bunyi. Materi tersebut dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-sehari dan mudah dipelajari oleh siswa karena bahan-bahan yang digunakan sangat sederhana dan mudah didapatkan. Oleh karena itu, guru
tidak perlu kesulitan dalam mencari sumber belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran. Guru hanya perlu menyediakan media yaitu LKS berbasis
pendekatan saintifik untuk melatih siswa menemukan konsep, mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan, mengajak siswa mencari berbagai sumber
informasi, dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di sekolah, LKS yang digunakan hanya berasal dari pemerintah dan penerbit saja, guru tidak membuat
LKS sendiri. Selain itu, LKS yang digunakan tidak berbasis pendekatan saintifik hanya berisi rangkuman materi, kumpulan-kumpulan soal berupa pertanyaan,
perpaduan warna yang kurang menarik, petunjuk dalam LKS kurang jelas, dan soal-soal yang sulit dimengerti sehingga siswa kurang memahami isi LKS
tersebut. Hal ini, juga didukung dengan penyampaian materi, guru hanya menggunakan metode ceramah yang cenderung membuat siswa kurang antusias
dan kurang semangat. Kemudian, guru juga tidak mempunyai ide kreatif guna menarik minat dan perhatian siswa supaya fokus dalam mengikuti pembelajaran
di kelas. Hal yang serupa peneliti temui di SDN Demangan. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan peneliti selama Progam Pengalaman Lapangan PPL
4 dan diperkuat dengan observasi pembelajaran IPA pada tanggal 25 Juli 2016.
Berdasarkan observasi peneliti, sekolah tersebut sudah menggunakan Kurikulum 2013 dan telah menerapkan pendekatan saintifik. Tetapi masih ada guru yang
belum paham tentang pendekatan saintifik dan belum melaksanakan seutuhnya lima tahapan pendekatan saintifik yaitu sebanyak 100. Guru cenderung
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru. Selain
itu, guru juga terpaku menggunakan Power Point dalam penyampaian materi, disini guru hanya membaca apa yang ia tulis di power point tanpa ada keaktifan
yang dilakukan oleh siswa. Meskipun guru telah membagi siswa dalam kelompok, keaktifan siswa tidak terlihat. Para siswa cenderung pasif dan kurang tertarik
dalam mengikuti pembelajaran. Seringkali siswa meletakkan kepalanya di atas meja, karena materi yang disampaikan membosankan dan sulit untuk dipahami.
Hal tersebut dapat diketahui ketika guru bertanya kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah disampaikan. Sebagian besar siswa hanya diam dan tidak
menjawab. Saat guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, siswa tersebut tidak menjawab dengan tepat. Dari hasil observasi, ada pula LKS yang digunakan
oleh guru dalam pembelajaran, namun LKS tersebut kurang lengkap, karena guru hanya mencontoh dari kegiatan yang tercantum dalam buku panduansiswa,
kemudian ditulis ulang atau di fotocopy dan dibagikan kepada siswa untuk kegiatan percobaan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu bahan ajar yang dapat
membantu keaktifan siswa melakukan suatu kegiatan dan mendorong siswa untuk membangun konsepnya sendiri.
Penggunaan LKS berbasis pendekatan saintifik memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmayani 2016 mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik subtema tugas-tugas
sekolahku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian LKS pada kelas II SD memperoleh rerata skor 4,20 dengan skala 1-
5 dengan kategori “baik” dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar. Penelitian yang dilakukan
oleh Shalikhah 2015 mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi perubahan kenampakan bunyi dan benda langit. Hasil penelitian
5 menunjukkan bahwa penggunaan produk LKS IPA berbasis pendekatan saintifik
dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil tanggapan siswa kelas eksperimen mengenai produk pengembangan LKS
IPA sebesar 92,29 dengan kategori interval “Setuju dan Sangat setuju”. Kemudian, ada perbedaan secara signifikan yaitu 0,01 0,05 dari hasil observasi
keterampilan proses sains siswa yang menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik dengan siswa yang tidak menggunakan LKS berbasis pendekatan
saintifik. Penelitian lain dilakukan oleh Mbasi 2016 mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada sub tema hewan di sekitarku. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian LKS menggunakan pendekatan saintifik menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dengan kategori
“baik”. Selain itu, terjadi peningkatan secara signifikan pada penelitian yang dilakukan oleh Mustofa 2013 mengembangkan LKS berbasis observasi pada
taman sekolah sebagai sumber belajar sains. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi dapat meningkatkan aktivitas siswa
sebesar 94,6 dan persentase siswa tuntas belajar sebanyak 90 dengan rerata nilai sebesar 7,08 pada pengujian LKS di kelas skala kecil. Sedangkan pengujian
pada kelas skala besar, dapat meningkatkan aktivitas siswa sebesar 100 dan persentase siswa tuntas belajar sebanyak 92,11 dengan rerata nilai sebesar 7,84.
Penelitian yang dilakukan oleh Afifah 2015 mengembangkan LKS IPA berbasis metode percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan LKS IPA
berbasis metode percobaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari perhitungan rata-rata pretest sebesar 69 dan posttest sebesar 76, sehingga dalam
pembelajaran mengalami peningkatan sebanyak 100. Penelitian lain dilakukan oleh Sinatra 2012 mengembangkan LKS berbasis inkuiri pokok bahasan energi
dan perubahannya. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan LKS berbasis inkuiri dapat membuat siswa lebih aktif, senang, dan antusias dalam kegiatan belajar. Hal
ini dapat terlihat dari persentase angket siswa sebesar 96,25. Adanya perbedaan dan persamaan dari penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Penelitian dari Rachmayani, Shalikhah, dan Mbasi memiliki
persamaan pada penelitian yang dilakukan yaitu sama-sama mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik. Ada perbedaan dari penelitian Mustofa,
6 Afifah, dan Sinatra dengan penelitian yang dilakukan. Mustofa mengembangkan
LKS berbasis observasi, Afifah mengembangkan LKS berbasis metode percobaan, dan Sinatra mengembangkan LKS berbasis inkuiri, sedangkan
penelitian yang dilakukan mengembangkan LKS berbasis pendekatan sainitifik. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu bahan
ajar pembelajaran yaitu LKS berbasis pendekatan saintifik bagi siswa dan hasil penelitian mengenai pendekatan saintifik yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada paparan di atas. Peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan Research and Development. Peneliti melakukan penelitian dan
pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi sifat-sifat bunyi. Pengembangan LKS IPA memperhatikan empat
karakteristik LKS berbasis pendekatan santifik yaitu mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran, mengajak siswa untuk mencari
sumber informasi yang beragam lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat, mengarahkan siswa untuk membangun konsep berpikir secara mandiri, dan
mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Kemudian, empat karakteristik tersebut dikembangkan peneliti
menjadi 8 ciri khusus yaitu 1 LKS mengarahkan siswa melakukan kegiatan di dalam dan luar kelas, 2 LKS mengarahkan mencari sumber informasi koran,
majalah, internet, dan sebagainya, 3 siswa melakukan pengamatan benda-benda di sekitar, 4 siswa melakukan kegiatan bertanya tentang permasalahan yang
ditemukan dalam pengamatan sebelumnya, 5 siswa melakukan kegiatan percobaan secara mandiri dalam pembelajaran IPA, 6 siswa menceritakan hasil
kerja di dalam kelompok, 7 siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, 8 siswa menggunakan gambar, poster, foto, grafik, atau tabel untuk
menunjukkan hasil kerja. Penelitian ini dibatasi hanya sampai pada tahap evaluasi sumatif dan menghasilkan produk pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan
saintifik untuk siswa kelas IV SD materi sifat-sifat bunyi.
7 1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana mengembangkan Lembar Kerja Siswa LKS IPA berbasis pendekatan saintifik pada materi sifat-sifat bunyi untuk siswa kelas IV SD?
1.2.2. Bagaimana kualitas produk Lembar Kerja Siswa LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Mengembangkan Lembar Kerja Siswa LKS IPA berbasis pendekatan
saintifik pada materi sifat-sifat bunyi untuk siswa kelas IV SD. 1.3.2. Mengetahui kualitas produk LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk
siswa kelas IV SD.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi sekolah
Sekolah mendapatkan wawasan baru mengenai LKS IPA berbasis pendekatan saintifik yang baik digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu,
sekolah juga dapat mengembangkan LKS sendiri berbasis pendekatan saintifik. Dengan demikian, sekolah dapat mengoptimalkan peserta didik untuk aktif dan
kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. 1.4.2. Bagi guru
LKS IPA berbasis pendekatan saintifik dapat membantu guru dalam menyampaikan materi melalui kegiatan percobaan. Selain itu, guru dapat
menyadari bahwa LKS IPA penting dalam proses pembelajaran dan membantu mengaktifkan siswa untuk berpikir kritis secara ilmiah.
1.4.3. Bagi siswa Siswa mendapatkan pengalaman belajar menggunakan LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik dan mempermudah siswa dalam memahami materi sifat-sifat bunyi melalui kegiatan percobaan. Kemudian, siswa memperoleh pembelajaran
yang menyenangkan dan menumbuhkan keaktifkan belajar untuk menemukan cara yang berbeda-beda dalam menjawab suatu pertanyaan.
8 1.4.4. Bagi peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman langsung dalam mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD. LKS IPA yang
dikembangkan menumbuhkan pemikiran yang baru bagi mahasiswa mengenai pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran di
kelas. 1.5. Spesifikasi Produk
Spesifikasi Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yaitu bahan ajar pada pembelajaran IPA berupa sebuah LKS IPA berbasis pendekatan
saintifik. Produk yang dikembangkan berupa LKS IPA yang sesuai dengan Kurikulum 2013 yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengomunikasikan. LKS yang dikembangkan berdasarkan pemetaan Kompetensi Dasar KD 3.5 tentang memahami sifat-sifat bunyi melalui
pengamatan dengan indera pendengaran. Selanjutnya peneliti merumuskan indikator dan tujuan, serta rincian kegiatan yang dilakukan oleh siswa. LKS ini
berisikan beberapa kegiatan atau percobaan yang berkaitan dengan “Sifat-sifat Bunyi”. LKS ini terdiri dari petunjuk dan langkah kerja, alat dan bahan
percobaan, serta soal evaluasi. Pengembangan LKS ini berfungsi untuk mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran, mengajak
siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat, mengarahkan siswa untuk membangun konsep berpikir
secara mandiri, dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. LKS dibuat dengan menggunakan
aplikasi Microsoft Word. Bentuk dari LKS dicetak menyerupai buku dengan ukuran tinggi 25 cm dan lebar 18 cm. Kertas yang digunakan adalah HVS B5 80
gram dan cover LKS diprint menggunakan kertas ivori 230 gram. LKS disusun dengan bahasa yang singkat, sederhana, dan sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik. Selain itu, LKS disusun dengan tampilan menarik sehingga menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
9 1.6. Definisi Operasional
1.6.1. LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik individu maupun kelompok dan terdapat cerita atau pertanyaan
secara singkat di awal kegiatan untuk memancing berpikir kritis siswa tentang percobaan yang akan dilakukan.
1.6.2. Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dilakukan dengan sadar untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan
kebiasaan yang dilakukan relatif tetap karena adanya pengalaman. 1.6.3. Pembelajaran adalah suatu proses yang dipersiapkan untuk mendukung
siswa dalam belajar agar dapat belajar secara optimal. 1.6.4. Pendekatan saintifik adalah suatu proses mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengomunikasikan yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan
pemahaman siswa. 1.6.5. IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang disusun
secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
1.6.6. Sifat-sifat bunyi adalah bunyi yang dapat merambat, dipantulkan, diserap melalui media perantara.
1.6.7. Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk menciptakan produk berkualitas tinggi sehingga masyarakat memiliki minat untuk
membeli. 1.6.8. Siswa SD adalah sekelompok anak didik yang menerima dan mencari
pengetahuan dan pengalaman di kelas IV Sekolah Dasar.
10
BAB II LANDASAN TEORI