METODE PENELITIAN Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi sifat-sifat bunyi.

34

BAB III METODE PENELITIAN

Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitan, rancangan penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development RD. “Research and Development adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan mengu ji keefektifan produk tersebut” Sugiyono, 2011: 297. Sebelum menghasilkan produk, harus dilakukan analisis kebutuhan dan pengujian keefektifan produk agar berfungsi secara layak di masyarakat luas Sugiyono, 2011: 297. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada materi sifat-sifat bunyi mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. 3.2. Setting Penelitian Setting penelitian membahas mengenai subjek penelitian, objek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian. 3.2.1. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD. Sampel yang diujikan adalah sekelompok siswa yang berjumlah enam anak yang terdiri dari empat siswa perempuan dan dua siswa laki-laki untuk keperluan pengambilan data di SDN Demangan. Pemilihan sekelompok siswa tersebut berdasarkan hasil diskusi dan rekomendasi dari guru kelas. Selain itu, peneliti juga memilih berdasarkan nilai akademik siswa pintar, sedang, dan rendah. Hal ini dikarenakan, peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan hasil dari anak berdasarkan nilai akademik setelah diujicobakan produk LKS IPA. Peneliti juga memberikan beberapa pertimbangan terkait pemilihan subjek berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada saat pembelajaran. 35 3.2.2. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah produk penelitian berupa LKS IPA berbasis pendekatan saintifik pada materi sifat-sifat bunyi. Produk LKS IPA ini dirancang untuk menuntun siswa dalam proses pembelajaran dan di dalamnya terdapat beberapa kegiatan percobaan yang akan dilaksanakan oleh siswa. Penelitian ini mengembangkan LKS IPA tersebut untuk mempelajari sifat-sifat bunyi kelas IV semester gasal. Produk tersebut terdiri dari petunjuk dan langkah kerja, alat dan bahan percobaan, serta soal evaluasi. LKS disusun dengan bahasa yang singkat, sederhana, dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Selain itu, LKS disusun dengan tampilan menarik sehingga menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. 3.2.3. Lokasi Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dilakukan untuk keperluanpengujian pengambilan data yang dilakukan di SDN Demangan. SDN Demangan terletak di Jl. Munggur No.38, Demangan, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55221, Indonesia. Peneliti memilih SDN Demangan sebagai tempat uji coba lapangan terbatas, karena SDN Demangan minim dalam menggunakan LKS ketika melakukan pembelajaran di kelas maupun luar kelas. Guru di SDN Demangan juga minim dalam pemahaman LKS berbasis pendekatan saintifik. Selain itu, SDN Demangan memiliki letak yang strategis dan mudah dijangkau sehingga mempermudah peneliti dalam mencari dan mengumpulkan data. 3.2.4. Waktu Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada bulan Juni hingga Desember 2016. Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 6 bulan. 3.3. Rancangan Penelitian Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk LKS dalam penelitian R and D , peneliti mengadopsi model yang dikembangkan oleh Dick Carey 2003, dalam Setyosari, 2013: 230-235. Terdapat sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan tersebut yaitu: 1 analisis kebutuhan dan tujuan, 2 36 analisis pembelajaran, 3 analisis pembelajaran dan konteks, 4 merumuskan tujuan performansi, 5 mengembangkan instrumen, 6 mengembangkan strategi pembelajaran, 7 mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, 8 merancang dan melakukan evaluasi formatif, 9 melakukan revisi, dan 10 evaluasi sumatif. Penelitian R and D yang akan dilakukan adalah pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi sifat-sifat bunyi. Langkah pengembangan LKS ini mengikuti langkah penelitian yang dikembangkan oleh Dick Carey. Penelitian ini dibatasi hanya sampai pada evaluasi sumatif dan menghasilkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Dick Carey Dari langkah-langkah tersebut diatas, berikut penjelasan setiap tahap pada penelitian R and D Dick Carey. 1. Analisis kebutuhan dan tujuan Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk yang akan dikembangkan. Kegiatan analisis kebutuhan ini peneliti mengidentifikasi kebutuhan prioritas yang segera dipenuhi. Dengan menguji kebutuhan, peneliti akan mengetahui adanya suatu keadaan yang seharusnya ada dan keadaan nyata di lapangan yang sebenarnya. Dengan cara melihat Merumuskan tujuan khusus Analisis kebutuhan dan tujuan Merancang dan melakukan evaluasi formatif Evaluasi Sumatif Analisis pembelajaran Mengemban- gkan strategi pembelajaran Mengembang- kan dan memilih bahan pembelajaran Mengem- bangkan instrumen Melaku kan revisi Analisis pembelajar an dan konteks 37 kesenjangan yang terjadi, peneliti mencoba menawarkan suatu alternatif pemecahan dengan cara mengembangkan suatu produk atau desain tertentu. 2. Analisis pembelajaran Langkah berikutnya, peneliti melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup keterampilan, proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need”, perlu diidentifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi suatu produk atau desain yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri. 3. Analisis pembelajaran dan konteks Analisis ini bisa dilakukan secara bersamaan dengan analisis pembelajaran, atau dilakukan setelah analisis pembelajaran. Menganalisis pembelajaran dan konteks, yang mancakup kemampuan, sikap, dan karakteristik awal pembelajaran dalam latar pembelajaran, juga termasuk karakteristik latar pembelajaran tersebut dimana pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan. Langkah dua dan tiga dapat dilakukan baik secara berurutan, atau secara bersamaan. 4. Merumuskan tujuan performansi Merumuskan tujuan performansi atau unjuk kerja dilakukan setelah analisis- analisis pembelajaran dan konteks. Merumuskan tujuan unjuk kerja ini dilakukan dengan cara menjabarkan tujuan umum kedalam tujuan yang lebih spesifik yang berupa rumusan tujuan unjuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan operasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur yang dikembangkan. 5. Mengembangkan instrumen Langkah berikutnya adalah mengembangkan instrument assessment, yang secara langsung berkaitan dengan tujuan khusus, operasional sebagaimana yang dikemukakan di depan. Tugas mengembangkan instrumen ini menjadi sangat penting. Instrumen dalam hal ini bisa berkaitan langsung dengan tujuan operasional yang ingin dicapai berdasarkan indikator-indikator tertentu, dan juga instrument untuk mengukur perangkat produk atau desain yang dikembangkan. Instrumen yang berkaitan dengan tujuan khusus berupa tes hasil belajar, 38 sedangkan instrumen yang berkaitan dengan perangkat produk atau desain yang dikembangkan dapat berupa kuesioner atau daftar cek. 6. Mengembangkan strategi pembelajaran Mengembangkan strategi pembelajaran, yang secara spesifik untuk membantu pembelajaran mencapai tujuan khusus. Strategi pembelajaran tertentu yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan dinyatakan secara eksplisit oleh peneliti. Strategi pembelajaran yang dirancang ini juga berkaitan dengan produk atau desain yang ingin dikembangkan. 7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran Langkah ini merupakan kegiatan nyata yang dilakukan oleh peneliti. Pengembangan dan pemilihan bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat berupa bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajar, dan media lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan. Produk atau desain yang dikembangkan berdasarkan tipe, jenis, dan model tertentu perlu diberikan argument atau alasan mengapa memilih dan mengembangkan berdasarkan tipe atau model tersebut. 8. Merancang dan melakukan evaluasi formatif Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan oleh peneliti selama proses, prosedur, program, atau produk yang dikembangkan. Evaluasi formatif ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan maksud untuk mendukung proses peningkatan efektifitas. Dick Carey merekomendasikan suatu proses evaluasi formatif yang terdiri atas tiga langkah: 1 Uji coba prototipe bahan secara perorangan one – to – one – try out; uji coba perorangan ini dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang produk atau rancangan tertentu. Uji coba perorangan dilakukan kepada subjek 1-3 orang. Setelah dilakukan uji coba perorangan, produk atau rancangan direvisi. 2 Uji coba kelompok kecil small group try out. Uji coba ini melibatkan subjek yang terdiri atas 6 - 8 subjek. Hasil uji coba kelompok kecil ini dipakai untuk melakukan revisi produk atau rancangan. 3 Uji coba lapangan field try out. Uji coba lapangan ini yang melibatkan subjek dalam kelas yang lebih besar yang melibatkan 15-30 subjek. 39 Selama uji coba ini peneliti melakukan observasi dan wawancara. Dengan demikian, peneliti melakukan pendekatan kualitatif disamping data kuantitatif hasil tes skala sikap, rubric dan sebagainya. Hasil validasi dari merancang dan melakukan evaluasi formatif ini kemudian dipakai untuk melakukan revisi. 9. Melakukan revisi Revisi dilakukan terhadap proses pembelajaran, prosedur, program atau produk dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya. Revisi dilakukan terhadap tujuh langkah pertama yaitu tujuan umum pembelajaran, analisis pembelajaran, perilaku awal, tujuan unjuk kerja atau performansi, butir tes, strategi pembelajaran, dan bahan-bahan pembelajaran. 10. Evaluasi sumatif Evaluasi sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat efektifitas produk, program, proses secara keseluruhan dibandingkan dengan program lain. Keperluan pengembangan ini biasanya peneliti hanya menggunakan sampai pada langkah ke Sembilan, yaitu evaluasi formatif dimana rancangan, proses, program sudah dianggap selesai. Akan tetapi, untuk keperluan uji efektifitas rancangan, proses, program secara menyeluruh diperlukan uji atau evaluasi secara eksternal. Demikian diperoleh tingkat efesiensi, efektifitas, dan daya tarik rancangan, proses dan program secara menyeluruh. 3.4. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dikembangkan mengadopsi Dick and Carey 2003. Peneliti memodifikasi tahap penelitian menjadi delapan langkah yaitu analisis kebutuhan analisis siswa dan pembelajaran, merumuskan tujuan khusus, mengembangkan instrumen, mengembangkan strategi, mengembangkan isi LKS, evaluasi formatif, revisi, dan evaluasi sumatif. Tahap penelitian dan pengembangan terkait delapan langkah tersebut yang tersaji dalam bagan 3.2. 40 langa Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan LANGKAH I Analisis kebutuhan Analisis pembelajaran Analisis siswa Merumuskan tujuan LANGKAH II LANGKAH III Mengembangkan instrumen Rubrik penilaian ahli validasi instrumen Pretest Posttest LANGKAH IV Mengembangkan strategi Mengembangkan isi LKS LANGKAH V LANGKAH VI Evaluasi Formatif Uji coba lapangan terbatas Penilaian ahli Dosen IPA Guru SD Siswa Kelas IV SD LANGKAH VII Revisi Sesuai dengan komentar dari ahli LANGKAH VIII Evaluasi Sumatif Persentase Peningkatan Posttest Pretest 41 3.4.1. Analisis Kebutuhan Pada tahap pertama, peneliti melakukan dua analisis kebutuhan yang terdiri dari analisis pembelajaran dan analisis siswa. Berikut penjelasan dari kedua analisis tersebut. 3.4.1.1. Analisis Pembelajaran Peneliti melakukan analisis pembelajaran berdasarkan observasi yang dilakukan pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Demangan. Saat peneliti melakukan observasi, ternyata guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses pembelajaran, melainkan guru lebih dominan menggunakan buku guru dan siswa, serta metode ceramah sehingga siswa cenderung pasif jika diminta untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru. 3.4.1.2. Analisis Siswa Setelah melakukan analisis pembelajaran, peneliti melakukan analisis siswa berdasarkan observasi yang dilakukan pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Demangan. Observasi dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2016. Hasil yang diperoleh adalah ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, banyak dari siswa yang tidak memperhatikan dengan baik dan cenderung berbicara dengan temannya. Selain itu, tidak ada keaktifan siswa yang muncul saat guru bertanya mengenai materi yang disampaikan. Ada siswa yang meletakkan kepalanya di atas meja, karena merasa materi yang disampaikan oleh guru membosankan dan sulit untuk dipahami. 3.4.2. Merumuskan Tujuan Khusus Pada tahap kedua, peneliti merumuskan tujuan khusus berdasarkan empat karakteristik LKS berbasis pendekatan saintifik sebagai berikut 1 mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran; 2 mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat; 3 mengarahkan siswa untuk membangun konsepnya secara mandiri; dan 4 mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik yaitu lain mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Berdasarkan empat tujuan LKS menjadi pedoman bagi peneliti dalam penyusunan LKS. 42 3.4.3. Mengembangkan Instrumen Pada tahap ketiga, peneliti melakukan pengembangkan instrumen dengan cara merumuskan soal pretest dan posttest, dan membuat rubrik penilaian ahli validasi instrumen. Pengujian soal pretest dan posttest dilakukan pada uji coba lapangan terbatas di SDN Demangan. Peneliti menyusun dan mengembangkan tes berdasarkan Kompetensi Dasar KD 3.5 tentang memahami Sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dengan indera pendengaran. Peneliti mengembangkan KD tersebut menjadi empat indikator. Keempat indikator tersebut dikembangkan menjadi 20 soal tipe pilihan ganda. 3.4.4. Mengembangkan strategi Pada tahap empat, peneliti mengembangkan strategi. Strategi pada hal ini berkaitan dengan isi LKS yang dibuat peneliti. Adapun isi dari LKS yaitu 1 peneliti membuat pemetaan Kompetensi Inti KI, Kompetensi Dasar KD, indikator, dan tujuan kegiatan. Pada setiap kegiatan LKS terdapat lima tahapan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. 3.4.5. Mengembangkan Isi LKS Pada tahap kelima, peneliti mengembangkan isi LKS. Pengembangan tersebut berdasarkan pemetaan KI dan KD yang telah dilakukan pada tahap pengembangan strategi. Selain itu, peneliti juga menggunakan lima tahapan pendekatan saintifik. 3.4.6. Evaluasi Formatif Pada tahap keenam, setelah produk LKS selesai dibuat, kemudian peneliti membuat rubrik penilaian untuk validasi produk. Peneliti memilih dua ahli yaitu ahli IPA dan guru SD setara. Setelah ahli memberikan validasi kepada produk LKS dan dinyatakan layak untuk diujicobakan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan uji coba lapangan terbatas kepada enam siswa kelas IV SDN Demangan. 3.4.7. Revisi Pada tahap ketujuh, peneliti melakukan revisi produk LKS berdasarkan komentar dari ahli validasi dan hasil wawancara terhadap siswa setelah menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. 43 3.4.8. Evaluasi Sumatif Pada tahap kedelapan, peneliti melakukan pengolahan data berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas kepada enam siswa kelas IV SDN Demangan. Pengolahan data tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan pretest dan posttest, serta mengetahui keefektifan penggunaan LKS. 3.1. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data kualitatif diperlukan untuk melengkapi dan mengonfirmasi data yang telah diperoleh secara kuantitatif, seperti yang dikemukakan oleh Krathwohl 2004: 546 bahwa setiap studi eksperimental selalu dianjurkan memasukkan unsur-unsur kualitatif untuk mengangkat sudut pandang subjek penelitian, misalnya wawancara. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner, observasi, dan gabungan dari ketiganya Sugiyono, 2011: 137. Selain itu, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan analisis dokumen Widoyoko, 2015: 33. Peneliti mengumpulkan data dengan teknik wawancara, observasi, kuesioner, dan tes dalam penelitian ini. 3.1.1. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun buatan, untuk mencapai tujuan tertentu Arifin, 2011: 231. Observasi dilaksanakan pada pembelajaran IPA kelas IV dan ketersediaan dalam penggunaan LKS IPA di SDN Demangan. Aspek yang diobservasi ketika pembelajaran IPA adalah penggunaan LKS IPA dalam melakukan pembelajaran di kelas. 3.1.2. Wawacara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitiaan dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide panduan wawancara Nazir, 2014: 170. Selain itu, teknik pengumpulan data ini digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan 44 permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikitkecil Sugiyono, 2011: 188. Wawancara ditujukan kepada beberapa narasumber yaitu Kepala SDN Demangan, guru kelas IV, dan siswa kelas IV. Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala sekolah adalah informasi terkait dengan sekolah. Wawancara kepada guru kelas IV dilakukan untuk mengumpulkan data terkait pemahaman guru tentang pendekatan saintifik, pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik di pembelajaran, kegiatan yang dominan dilakukan di pembelajaran IPA, manfaat bagi siswa setelah menerapkan pembelajaran saintifik, kesulitan yang dihadapi guru dalam implementasi pendekatan saintifik, dan kesulitan siswa mengikuti lima tahapan pendekatan saintifik. 3.1.3. Kuesioner Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya Sugiyono, 2011: 192. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner dalam beberapa hal yaitu analisis kebutuhan dan validasi produk. Peneliti menggunakan jenis kuesioner yang dibedakan dari cara menjawabnya, kuesioner dibedakan menjdi dua, yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang bisa dijawab direspon secara bebas oleh responden. Sedangkan kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang jumlah item dan alternatif jawaban maupun responnya sudah ditentukan, responden tinggal memilihnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya Widoyoko, 2012: 36. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru dan siswa kelas IV SDN Demangan untuk menganalisis kebutuhan terkait penggunaan LKS berbasis pendekatan saintifik. Kuesioner validasi produk ditujukan kepada ahli-ahli untuk menilai kelayakan produk LKS yang dibuat. Selain kepada para ahli, kuesioner validasi produk juga diberikan kepada siswa untuk menilai kelayakan produk LKS yang dibuat setelah uji coba produk terbatas. 45 3.1.4. Tes Teknik pengumpulan data menggunakan tes bertujuan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi Arikunto, 2006: 223. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pernyataan Djemari, dalam Widoyoko, 2012: 57. Tes juga dapat diartikan sebagai sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes Widoyoko, 2012: 57. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes prestasi achievement test yang berupa pretest dan posttest yang berbentuk pilihan ganda. Tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian maupun kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari sesuatu hal sesuai dengan yang akan diteskan Widoyoko, 2015: 51. Pretest dan posttest tersebut digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan produk LKS dalam uji coba produk terbatas. 3.6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian Sanjaya, 2014: 247. Instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis tentang wawancara, pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden Gulo, dalam Widoyoko, 2012: 51. 3.2.1. Pedoman observasi Observasi dilaksanakan pada pembelajaran IPA kelas IV SD N Demangan dan penerapan pendekatan saintifik serta penggunaan LKS IPA. Aspek yang di observasi ketika pembelajaran IPA kelas IV adalah ketersediaan LKS IPA, pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik, dan partisipasi siswa. Peneliti mencatat hal-hal yang berkaitan dengan aspek yang diobservasi setiap rentang waktu tertentu. Kisi-kisi observasi pembelajaran IPA kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.1. 46 Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA kelas IV No Kisi-kisi Observasi Objek yang diamati 1 Ketersediaan LKS IPA untuk mengajar Belum adanya LKS IPA yang digunakan guru untuk mengajar 2 Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mengikuti 5 tahapan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA Siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti 5 tahapan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA 3 Partisipasi siswa dalam mengikuti praktikum IPA Siswa kurang aktif dalam mengikuti praktikum IPA dan guru cenderung ceramah Pedoman observasi telah divalidasi oleh guru SD. Uji validitas pada instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk Sugiyono, 2014: 170. Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen Widoyoko, 2012: 145. Karena itu, pedoman observasi tersebut diuji dengan uji validitas konstruk. Selan itu, peneliti juga menggunakan pendapat para ahli expert judgement untuk meminta pendapat tentang instrumen yang telah disusun. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman observasi. Hasil validasi pedoman observasi dapat dilihat pada lampiran 1. 3.2.2. Pedoman wawancara Pedoman wawancara berisi uraian tentang data yang akan diungkap, biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan agar proses wawancara berjalan dengan baik. Wawancara ditujukan kepada kepala sekolah, guru kelas IV, dan siswa kelas IV. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis kebutuhan guru dan siswa mengenai LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Adapun pedoman wawancara yang peneliti gunakan di bawah ini. 3.6.2.1. Wawancara Kepala Sekolah Pengumpulan data melalui wawancara yang pertama ditujukan kepada Kepala SDN Demangan. Teknik wawancara yang dipilih adalah teknik wawancara terencana-tidak terstruktur sehingga peneliti hanya menyusun rencana wawancara, tetapi tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya Sugiyono, 2011: 318. Adapun rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2. 47 Tabel 3.2 Rencana wawancara dengan Kepala Sekolah No Topik Pertanyaan 1 Informasi berkaitan dengan sekolah 2 Penerapan kurikulum 2013 pendekatan sanitifik di sekolah 3 Penggunaan LKS dalam pembelajaran 4 Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan LKS 3.6.2.2. Wawancara Guru Kelas IV Kegiatan wawancara yang kedua ditujukan kepada guru kelas IV. Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara terencana-tidak terstruktur. Adapun pedoman wawancara dengan guru kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas IV No Topik Pertanyaan No. Pertanyaan 1 Pemahaman guru tentang pendekatan saintifik 1 dan 2 2 Pelaksanaan lima langkah pendekatan saintifik di pembelajaran 3 dan 4 3 Kesulitan yang dihadapi guru dalam implementasi pendekatan saintifik 5 4 Kesulitan siswa mengikuti lima langkah pendekatan saintifik 6 5 Manfaat bagi siswa setelah menerapkan pembelajaran saintifik 7 3.6.2.3. Wawancara Siswa kelas IV Selain kepada Kepala Sekolah dan guru kelas IV, kegiatan wawancara juga ditujukan kepada siswa kelas IV untuk mengetahui LKS yang diperlukan oleh siswa seperti apa. Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik terencana-tidak terstruktur. Adapun rencana wawancara dengan siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa Kelas IV No Topik Pertanyaan No. Pertanyaan 1 Penggunaan LKS IPA dalam pembelajaran di kelas 1 2 Pendapat siswa tentang LKS yang menarik warna, gambar dan ukuran 2 3 Bentuk LKS yang disukai siswa 3 4 Pentingnya penggunaan LKS dalam membantu pemahaman materi 4 5 Pemahaman siswa terhadap penggunaan bahasa di LKS 5 6 Pemahaman siswa terhadap petunjuk di LKS 6 48 Pedoman wawancara tersebut telah divalidasi oleh guru SD dan para ahli expert judgment. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji Validitas pada instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk Sugiyono, 2014: 170. Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen Widoyoko, 2012: 145. Hasil validasi pedoman wawancara guru dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil wawancara guru dapat dilihat pada lampiran 4. 3.2.3. Kuesioner Peneliti menggunakan kuesioner dalam beberapa hal yaitu analisis kebutuhan, validasi produk oleh para ahli, dan validasi produk melalui uji coba lapangan terbatas. 3.2.3.1. Kuesioner Analisis Kebutuhan Kuesioner yang digunakan adalah bentuk kuesioner terbuka dan tertutup. Kuesioner terbuka pada analisis kebutuhan dapat dijawab secara bebas oleh responden. Responden pada kuesioner analisis kebutuhan ini adalah guru kelas IV di SDN Demangan. Sedangkan kuesioner tertutup, responden menjawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan alternatif jawaban yang sudah ditentukan. Kuesioner terbuka berjumlah delapan pertanyaan dan kuesioner tertutup berjumlah tujuh pertanyaan. Kuesioner siswa berjumlah 16 pertanyaan. Hasil kuesioner tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang produk LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Selain itu, kuesioner tersebut dirancang berdasarkan lima karakteristik LKS yang dikembangkan. Berikut kuesioner analisis kebutuhan guru disajikan dalam tabel 3.5 kuesioner terbuka, 3.6 kuesioner tertutup, dan 3.7 Kuesioner siswa. Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Terbuka untuk Guru No Indikator No.item 1 Pendekatanmetodestrategi pembelajaran IPA 1 2 Kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA 2 3 Pengertian pendekatan saintifik 3 4 Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA 4, 5, 6, dan 7 5 Kesulitan Implementasi pendekatan saintifik 8 49 Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Tertutup untuk Guru No Indikator No.item 1 Pentingnya penggunaan media LKS 1 2 Karakkteristik LKS 2, 3, 4, 5, dan 6 3 Kebutuhan LKS dengan berbasis pendekatan saintifik 7 Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner untuk Siswa No Indikator No.item 1 Pentingnya penggunaan media LKS 1 2 Karakkteristik LKS 2, 3, 4, 5, dan 6 3 Kebutuhan LKS dengan berbasis pendekatan saintifik 7 4 Penerapan langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan 16 3.2.3.2. Kuesioner Validasi Produk Peneliti menyusun kuesioner validasi produk berdasarkan pada empat aspek yang dinilai dalam pengembangan produk. Validasi produk dengan kuesioner dilakukan untuk mengetahui kelayakan LKS yang dikembangkan. Kuesioner validasi produk berupa kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban berskala likert. Rentang skala yang disediakan yaitu 1-4 dengan jawaban skala 1 sangat kurang baik, 2 kurang baik, 3 baik, 4 sangat baik. Kuesioner validasi produk diisi oleh ahli yaitu ahli pembelajaran IPA dan guru kelas IV SDN Demangan. Kuesioner berisi pernyataan yang berjumlah 35 butir. Kisi-kisi kuesioner validasi produk oleh ahli disajikan dalam tabel 3.8. Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli No Aspek yang Dinilai No.item 1 Konten atau isi 1, 2, 3 ,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 2 Tampilan 1, 2, 3 ,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 3 Bahasa 1, 2, 3, 4, 5 4 Penggunaan dan penyajian 1, 2, 3 ,4, 5, 6, dan 7 Kuesioner analisis kebutuhan dan kuesioner validasi produk tersebut divalidasi oleh beberapa ahli yaitu guru SD dan ahli pembelajaran IPA. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji Validitas pada instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk Sugiyono, 2014: 170. Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu 50 teori yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen Widoyoko, 2012: 145. Karena itu, kuesioner tersebut diuji dengan uji validitas konstruk. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi kuesioner analisis kebutuhan dan rerata skor validasi produk. Hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada lampiran 6, sedangkan untuk siswa dapat dilihat pada lampiran 8. Hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 10. 3.2.4. Tes Instrumen tes untuk uji coba lapangan terbatas dilakukan dengan cara tes. Tes dilakukan dengan pemberian pretest dan posttest. Pretest dilakukan sebelum pembelajaran dilakukan dengan menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk mengetahui kondisi awal siswa. Posttest dilakukan di akhir pembelajaran setelah menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk mengetahui kemampuan yang diperoleh siswa. peneliti menyusun dan mengembangkan tes berdasarkan Kompetensi Dasar KD 3.5 tentang memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya dengan indra pendengaran untuk kelas IV semester ganjil. Peneliti mengembangkan KD tersebut menjadi empat indikator. Keempat indikator tersebut dikembangkan menjadi 20 soal tipe pilihan ganda. Kisi-kisi soal tes disajikan dalam tabel 3.9. Tabel 3.9 Kisi-kisi Instrumen Tes Kompetensi Dasar Indikator Nomor Item 3.5 Memaham sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya dengan indra pendengaran Menjelaskan sumber bunyi 1, 3, 5, 12, 15, 18 Menjelaskan perambatan sumber bunyi padat, cair, dan gas 2, 4, 6, 9, 10, 13, 14 Menjelaskan pemantulan bunyi 10,16, 19,20 Menjelaskan penyerapan bunyi 7, 8, 17 Instrumen tes yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi dengan data yang dilaporkan oleh peneliti Sugiyono, 2014: 361. Validitas dilakukan untuk menjamin adanya kesesuaian antara alat ukur dengan keadaan yang akan diukur Purwanto, 2007: 124. Alat ukur atau instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur Widoyoko, 2012: 141. 51 Kemudian instrumen diujikan secara empiris kepada siswa kelas IV di SD Penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya diuji dengan uji korelasi pearson dengan menggunakan progam SPSS 22 for Windows untuk menganalisis item soal valid. Item soal yang valid dapat dilihat dari perbandingan r hitung dan r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka item soal tersebut valid dan sebaliknya. Selain itu, valid atau tidaknya instrumen dapat dilihat dari harga sig. 2-tailed. Jika harga sig. 2-tailed lebih kecil dari 0,05 item soal dikatakan valid Widoyoko, 2012: 157. Hasil perhitungan validitas instrumen tes dengan SPSS 22 for Windows dapat dilihat pada lampiran 12. Setelah diuji validitasnya, selanjutnya peneliti menguji reliabilitas item soal. Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia berasal dari kata reliability atau reliable dalam bahasa Inggris yang artinya dapat dipercaya. Instrumen tes dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg konsisten apabila diteskan berkali- kali Widoyoko, 2012: 157. Reliabel atau tidaknya suatu instrumen dapat diketahui dari nilai koefisien Alpha. Item soal diuji dengan uji Alpha Cronbach dengan progam komputer SPSS 22 for Windows dengan menghitung nilai koefisien Alpha. Instrumen tes dikatakan reliabel jika mempunyai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,60 Nunnally, dalam Gozali, 2001: 46. Hasil perhitungan reliabilitas dengan SPSS 22 for Windows dapat dilihat pada lampiran 13. 3.3. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi digunakan untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan Sugiyono, 2014: 327-328. Triangulasi dibedakan menjadi dua macam yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik adalah menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk memperoleh data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber adalah penggunaan teknik pengumpulan data yang sama untuk memperoleh data dari sumber yang berbeda- beda Sugiyono, 2014: 327. Triangulasi teknik digunakan untuk memperoleh data analisis kebutuhan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam triangulasi teknik adalah observasi, wawancara, dan kuesioner. Analisis kebutuhan dilaksanakan pada 52 tahap awal untuk mengumpulkan data terkait ketersediaan dan penggunaan LKS berbasis pendekatan saintifik materi sifat-sifat bunyi di kelas IV. Gambar 3.1 adalah gambar triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan. Gambar 3.1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan Berdasarkan gambar 3.1 peneliti memperoleh data analisis kebutuhan melalui teknik observasi, wawancara, dan kuesioner. Data yang diperoleh melalui triangulasi teknik tersebut digunakan sebagai pertimbangan peneliti dalam mengembangkan LKS dengan melihat kebutuhan dari siswa dan guru. Hasil triangulasi teknik dapat dilihat pada gambar 4.1. Selain triangulasi teknik, peneliti juga menggunakan triangulasi sumber. Peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk menganalisis data hasil wawancara berdasarkan tiga sumber data. Gambar 3.2 merupakan gambar triangulasi sumber data. Gambar 3.2 Triangulasi Sumber Data Wawancara Berdasarkan gambar di atas, peneliti melakukan wawancara kepada tiga sumber yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa. Hasil triangulasi sumber dapat dilihat pada gambar 4.2. Hasil wawancara tersebut menjadi gambaran awal peneliti dalam mengidentifikasi masalah pada tahap awal penelitian. 3.4. Teknik Analisis Data Melalui pengumpulan data diperoleh data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka yang diperoleh Kuesioner Wawancara Observasi Kepala Sekolah Guru Siswa 53 dari hasil pengukuran Widoyoko, 2012: 21. Data kualitatif adalah data yang menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada, baik keadaan, proses, peristiwakejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata Widoyoko, 2012: 18. Dalam penelitian ini diperoleh data kuantitatif dari validasi kuesioner analisis kebutuhan, validasi kuesioner validasi produk, uji empiris soal tes, dan pretest dan posttest melalui uji coba terbatas. Selain itu juga diperoleh data kualitatif. Dalam penelitian ini, data kualitatif diperoleh dari beberapa hasil seperti hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, hasil validasi produk LKS IPA oleh ahli, hasil observasi, dan hasil wawancara. Data kuantitatif dan kualitatif tersebut kemudian dianalisis. Berikut adalah pembahasan teknik analisis dari data kuantitatif dan data kualitatif. 3.4.1. Analisis Data Kuantitatif Analisis data kuantitatif yaitu kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa dilakukan dengan menggunakan skala likert 1-4. Setiap skala dilengkapi dengan kriteria yang semakin memudahkan penilai dalam memberikan penilaian. Setiap instrumen penelitian memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam pedoman penilaiannya. Kriteria tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan dari penilaian. Berikut adalah instrumen penelitian dan skala beserta kriterianya. Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada pedoman observasi adalah sebagai berikut. Nilai 4 : Instrumen sudah layak digunakan tanpa diperbaiki Nilai 3 : Instrumen sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki Nilai 2 : Instrumen kurang layak digunakan dan perlu diperbaiki Nilai 1 : Instrumen tidak layak digunakan Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada pedoman wawancara adalah sebagai berikut. Nilai 4 : Instrumen sangat baik Nilai 3 : Instrumen baik Nilai 2 : Instrumen cukup baik Nilai 1 : Instrumen kurang baik Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa adalah sebagai berikut. 54 Nilai 5 : Instrumen sangat baik Nilai 4 : Instrumen baik Nilai 2 : Instrumen kurang baik Nilai 1 : Instrumen sangat kurang baik Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada kuesioner validasi produk adalah sebagai berikut. Nilai 4 : Instrumen sangat baik Nilai 3 : Instrumen baik Nilai 2 : Instrumen kurang baik Nilai 1 : Instrumen sangat kurang baik Hasil yang diperoleh dari penilaian dengan menggunakan skala Likert 1-4 kemudian dihitung untuk memperoleh rerata penilaian. Rerata penilaian dihitung dengan rumus 3.1. Rumus 3.1. Perhitungan Rerata Hasil Penilaian dengan Skala Likert Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut, diperoleh rerata nilai. Rerata nilai tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan acuan dari Widoyoko 2012: 144. Tabel 3.10 adalah tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif menurut Widoyoko. Tabel 3.10 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Interval Skor Kategori 3,26 - 4,00 Sangat Baik 2,51 - 3,25 Baik 1,76 - 2,50 Kurang 1,00 - 1,75 Sangat Kurang Interval skor tersebut juga dapat menunjukkan validtidaknya suatu instrumen. Berikut adalah kategorisasi hasil skor validasi instrumen oleh ahli yang dituangkan dalam tabel 3.11. ℎ = 55 Tabel 3.11 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Interval Skor Kategori Bobot 3,26 - 4,00 Sangat Baik Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan 2,51 - 3,25 Baik Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan 1,76 - 2,50 Kurang Keseluruhan instrumen kurang layak digunakan 1,00 - 1,75 Sangat Kurang Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari 2,50. Nilai terdapat pada rentang skor 3 kategori baik yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. Sebaliknya, apabila rerata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid. Analisis data kuantitatif yang selanjutnya dilakukan untuk menghitung persentase jawaban kuesioner. Persentase dihitung dengan menggunakan rumus dari Supraktiknya 2012: 128. Berikut rumus perhitungan persentase jawaban kuesioner disajikan pada rumus 3.2. Rumus 3.2 Perhitungan Persentase Jawaban Kuesioner Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan tes. Tes berupa pretest dan posttest dengan jumlah masing-masing 20 soal. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik melalui uji coba terbatas. Tipe soal yang digunakan adalah pilihan ganda. Skor untuk jawaban yang benar adalah 1 dan skor untuk jawaban yang salah adalah 0. Berikut perhitungan nilai pretest dan posttest dihitung dengan rumus 3.3. Rumus 3.3 Perhitungan nilai pretest dan posttest Persentase jawaban = × 100 Nilai = × 100 56 Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tes yang diperoleh oleh semua siswa dengan cara sebagai berikut: Rumus 3.4 Rerata Siswa Kemudian membandingkan nilai pretest dengan nilai postest dengan cara menghitung persentase peningkatan nilai pretest dengan posttest berikut ini. Rumus 3.5 Persentase Kenaikan Pretest dan Posttest 3.4.2. Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif yang pertama dilakukan pada pengolahan hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti membuat kode-kode dan tema secara kualitatif. Kedua, peneliti menghitung berapa kali kode dan tema tersebut muncul dalam data teks. Ketiga, peneliti membandingkan dengan data kuantitatif yang ada Creswell, 2012: 328-329. Selanjutnya analisis dilakukan pada teknik wawancara dan observasi. Data yang dihasilkan dari kegiatan wawancara diolah dengan langkah sebagai berikut praktis Poerwandari, dalam Supratiknya, 2012: 117. Pertama, membaca transkip wawancaraobservasi yang sudah disusun secara berulang-ulang dan pemahaman yang baik. Kedua, menemukan kata kunci atau tema, dan hasilnya ditulis di kolom sebelah kanan. Ketiga, membuat catatan lain berisi interpretasi atau kesimpulan wawancara. Keempat, mengumpulkan kata kunci dan tema dari daftar yang telah dibuat. Langkah selanjutnya, data yang diperoleh diolah dengan teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan menggabungkan data yang diperoleh dari tiga sumber yaitu Kepala sekolah, guru, dan siswa. Selain itu, triangulasi dilakukan pada teknik observasi, wawancara, dan kuesioner. Dengan demikian, diperoleh data yang semakin lengkap. Rerata = Persentase = × 100 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN