10
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari kegiatan belajar. Istilah belajar didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang sebagai hasil belajar yang ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman,
sikap, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta aspek-aspek lain yang mengalami perubahan Sudjana, dalam Jihad Haris, 2008: 2. Serupa dengan pendapat di
atas, Belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru yang
memungkinkan perubahan perilaku yang relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan bertindak Susanto, 2013: 4.
Piaget mengatakan bahwa dengan adanya banyak pengalaman yang dimiliki oleh siswa semakin mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya.
Pengetahuan tersebut dibentuk sendiri oleh siswa melalui objek yang sedang dipelajari melalui kegiatan belajar. Proses belajar seharusnya dapat membantu
siswa untuk aktif mengonstruksikan pengetahuannya Piaget, dalam Suparno, 2001: 106-141. Kegiatan belajar sebaiknya mendorong siswa aktif untuk
memperoleh pengalaman, mencari informasi, mengatur, dan mengorganisasikan Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan,
dan kerangka berpikir. .1. Kajian Pustaka
Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Peneliti membahas beberapa hal diantaranya adalah belajar dan pembelajaran,
pembelajaran IPA, pendekatan saintifik, Lembar Kerja Siswa LKS, dan materi sifat-sifat bunyi.
.1.1.Belajar dan Pembelajaran Subbab ini menguraikan mengenai belajar dan pembelajaran. Berikut adalah
uraian dari subbab tersebut. .1.1.1. Belajar
11 informasi yang telah diketahui untuk mencapai suatu pengalaman yang baru
Dwijandono, 2006: 151. Belajar tidak hanya berkaitan dengan proses, namun juga berkaitan
dengan hasil. Hasil belajar dikelompokkan menjadi 3 aspek, yaitu pemahaman konsep aspek kognitif, sikap siswa aspek afektif, dan keterampilan proses
aspek psikomotorik Susanto, 2013: 5. Hasil akhir dalam kegiatan belajar adalah kemampuan siswa yang tinggi. Oleh karena itu, belajar perlu dipahami
sebagai suatu kegiatan yang membantu siswa secara optimal untuk memperoleh kemajuan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang sesuai dengan
tahap perkembangannya Suyono Hariyanto, 2011: 18.
Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan “pembelajaran”
berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar Tim Redaksi Kamus Besar Indonesia Pusat Bahasa, 2008: 23.
Pengertian pembelajaran juga didefinisikan oleh beberapa ahli. Gagne mengatakan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang membantu memudahkan seseorang dalam belajar, sehingga terjadi belajar yang optimal Kurniawan, 2014:
27. Selain itu, Winkel berpendapat bahwa pembelajaran adalah pengaturan kondisi di luar siswa yang dapat mendukung proses belajar siswa Winkel, dalam
Siregar Nara, 2011: 12. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik Susanto, 2013: 19.
Pembelajaran mengandung ciri-ciri. Ciri-ciri pembelajaran dikemukakan oleh Kustandi dan Sutjipto 2011: 5-6 menjelaskan bahwa terdapat lima ciri
dalam pembelajaran, yaitu 1 siswa merupakan individu yang dapat berkembang Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan perilaku yang dilakukan dengan sadar untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang dilakukan relatif
tetap karena adanya pengalaman. Pengalaman belajar akan menjadi bermakna apabila melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan atau percobaan. Karena itu,
dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan LKS sebagai alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif.
.1.1.2. Pembelajaran
12 apabila disediakan kondisi yang menunjang, 2 menekankan pada aktivitas siswa,
3 merupakan upaya sadar dan disengaja, 4 bukan kegiatan insidental tanpa persiapan, dan 5 pemberian bantuan yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Selain memuat ciri-ciri tersebut, pembelajaran juga harus memperhatikan sarana belajar. Pendekatan konstruktivistika, siswa menggunakan bahan, media,
peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya untuk membangun pengetahuannya sendiri.
Lingkungan belajar sangat mendukung dalam memunculkan pandangan dan aktivitas sehingga dapat membangun usaha belajar konstruktivistik Siregar
Nara, 2011: 41. Ciri-ciri lingkungan belajar yang konstruktif juga dikemukakan oleh Hujono dalam Trianto, 2009: 19 sebagai berikut 1 menyediakan
pengalaman belajar yang menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga terjadi pembentukan pengetahuan, 2
menyediakan alternatif pengalaman belajar, 3 melibatkan pengalaman konkret, 4 menimbulkan interaksi dan kerjasama antar siswa, 5 memanfaatkan berbagai
media agar lebih menarik, dan 6 melibatkan siswa secara sosial emosional. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang dipersiapkan untuk mendukung siswa dalam belajar agar dapat belajar secara optimal. Dalam pembelajaran, lingkungan
belajar menjadi hal yang penting guna membantu siswa mencari informasi mengenai kegiatan atau percobaan yang sedang dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa LKS yang membantu siswa dalam menyelesaikan suatu tugas dari guru dan LKS tersebut dapat dibawa
kemana-kemana. Selain itu, lingkungan juga memperkuat pemahaman siswa secara nyata tentang hal yang belum diketahui siswa sebelumnya.
IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam, terjemahan dari Natural Science atau Sciences. Science sains artinya ilmu pengetahuan
Iskandar, 1997: 2. Sebagai sekumpulan pengetahuan, sains merupakan susunan sistematis hasil temuan yang dilakukan para ilmuwan. Hasil temuan tersebut
.1.2.Pembelajaran IPA di SD .1.2.1. Hakikat Pembelajaran IPA
13 berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori maupun model ke dalam kumpulan
pengetahuan sesuai dengan bidang kajiannya, misalnya biologi, kimia, fisika, dan sebagainya Fatonah, 2014: 6. IPA tidak hanya merupakan kumpulan
pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3.
IPA merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual factual, baik berupa kenyataan
reality atau kejadian events dan hubungan sebab-akibatnya Wisudawati, 2014: 22. Ada dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai
produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakogitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah. Serupa
dengan pendapat Wisudawati, Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah Sumanto, dalam Putra, 2013: 40.
Ketika memecahkan suatu masalah seorang ilmuwan sering berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usahanya mencapai hasil yang
diharapkan. Sikap itu dikenal dengan nama sikap ilmiah. Ciri-ciri sikap ilmiah itu, antara lain 1 objektif terhadap fakta, objektif artinya tidak dicampuri oleh
perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu. Jika fakta menunjukkan bahwa sesuatu itu hitam, maka ia harus mengatakan itu hitam, meskipun menurut
pendapatnya seharusnya itu putih; 2 tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, bila belum cukup data yang menyokong kesimpulan itu. Dalam
mengambil keputusan harus dilakukan secara hati-hati dan harus dipikir secara matang; 3 berhati terbuka, artinya bersedia mempertimbangkan pendapat atau
penemuan orang lain, sekalipun pendapat atau penemuannya itu bertentangan dengan penemuannya sendiri. Bila cukup data menunjukkan bahwa penemuannya
sendiri salah, ia tidak ragu-ragu menolak penemuannya sendiri dan menerima Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa IPA atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala alam termasuk makhluk hidup.
.1.2.2. Ciri-ciri Sikap Ilmiah IPA
14 penemuan orang lain; 4 tidak mencampur adukkan fakta dengan pendapat; 5
bersifat hati-hati; 6 ingin menyelidiki Iskandar, 1997:10.
Dalam prosesnya, terdapat 4 unsur utama dalam IPA, yaitu IPA sebagai sikap, proses, produk, aplikasi Parmin, 2013: 13. Pertama, IPA sebagai sikap.
IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar IPA bersifat open ended. Apabila rasa ingin tahu tersalurkan, maka sikap butuh belajar akan menjadikan dorongan dari
dalam diri untuk bisa dan bekerja keras; Kedua, IPA sebagai proses. Prosedur pemecahan masalah melalui
metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan.
Kekuatan dan keterbatasan kerja ilmiah ada pada panca indera. Kelainan pada alat indera dan ketidaktelitian pada saat pengamatan menjadi perhatian guru yang
sedang membimbing kerja ilmiah; Ketiga, IPA sebagai produk. IPA menghasilkan produk berupa fakta,
prinsip, teori, dan hukum. Belajar dengan berbuat, itu yang sangat diharapkan peserta didik. Karya sederhana apabila dihargai oleh guru, misalnya dengan
memajang produk di ruang kelas akan menjadi dorongan untuk menghasilkan karya-karya berikutnya.
Keempat, IPA sebagai aplikasi. Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Seberapa manfaat yang dirasakan pesera didik
dari konsep yang telah dipelajari, itu yang menciptakan dorongan untuk melanjutkan belajar.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh
Dalam pengajaran IPA untuk sekolah dasar struktur kognitif anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Mereka perlu diberi
kesempatan untuk berlatih berpikir dan memiliki sikap ilmiah, maka pengajaran IPA dan keterampilan proses IPA untuk mereka hendaknya dimodifikasi sesuai
dengan tahap perkembangan kognitifnya. .1.2.3. Unsur-unsur Utama IPA
15 IPA menyediakan berbagai pengalaman untuk memahami konsep dan
proses. Paling disukai oleh peserta didik dengan karakter yang berbeda-beda ketika belajar menyelesaikan suatu masalah. Cara belajar dapat disalurkan dari
berbagai gaya yang berbeda. Berikut empat tujuan pembelajaran IPA bagi peserta didik Parmin, 2013: 11.
Tujuan pertama yaitu membentuk sikap positif terhadap IPA dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa. Kedua yaitu memupuk sikap jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini bisa muncul apabila guru
memfasilitas melalui suatu kerja ilmiah. Bersikap jujur sesuai hasil yang diperoleh, menyampaikan sesuai data atau fakta, terbuka dalam menerima kritik
dan masukan, semangat bekerja keras, senang menyelesaikan masalah dan bekerja tidak individual, sehingga dominasi peserta didik tertentu ketika belajar tidak
terjadi lagi. Ketiga yaitu mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan
menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Keempat yaitu mengembangkan penguasaan konsep dan
prinsip IPA dan saling keterkaitannya dengan bidang lainnya, serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. Kelima yaitu
menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Peserta didik dilatih
membuat suatu karya dari konsep-konsep yang memungkinkan diteruskan menjadi suatu karya; dan Keenam yaitu meningkatkan kesadaran dan berperan
serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Menciptakan rasa cinta lingkungan, misalnya dengan menanam, memisahkan sampah organik dan anorganik, dan
membudayakan hidup bersih. dan menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam melalui
kegiatan pemecahan masalah yang menerapkan langkah-langkah metode ilmiah. .1.2.4. Tujuan Pembelajaran IPA
16 Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” Daryanto, 2014: 51. Pendekatan
pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik dalam menyelesaikan setiap
permasalahan dalam pembelajaran Majid, 2014: 195. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menciptakan pembelajaran selain dengan tetap mengacu pada
standar proses dimana pembelajarannya diciptakan dengan mengedepankan kondisi peserta didik yang berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak
mengamati, menanya,
menalar, merumuskan,
menyimpulkan, dan
mengomunikasikan, sehingga peserta didik dapat dengan benar menguasai materi yang dipelajari dengan baik. Dalam pembelajaran saintifik, peserta didik
diharapkan untuk mencari tahu dari berbagai sumber informasi, karena informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi
searah dari guru Hosnan, 2014: 34.
Dalam proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai- nilai, prinsip-prinsip atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika
memenuhi kriteria Kemendikbud, dalam Abidin, 2014: 130 yaitu 1 substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
.1.3.Pendekatan Saintifik .1.3.1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang melibatkan proses mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai acuan utama perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik. Dalam pelaksanaan proses-proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan. Dalam hal ini, guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan
pembimbing jika ada siswa mengalami kesulitan atau kekeliruan. .1.3.2. Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
17 Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut Hosnan, 2014: 36. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut 1
meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; 2 membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik; 3 terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa dengan logika atau penalaran tertentu bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda,
atau dongeng semata; 2 penjelasan guru, respons peserta didik, dan interaksi edukatif guru-guru peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; 3 mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analisis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran; 4 mendorong dan menginspirasi peserta
didik mampu berpikir berdasarkan hipotesis dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran; 5
mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons
substansi atau materi pembelajaran; 6 berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan; dan 7 tujuan pembelajaran
dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya. .1.3.3. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik memiliki beberapa prinsip Daryanto, 2014: 58 yaitu 1 pembelajaran berpusat pada siswa; 2 pembelajaran membentuk student
self concept; 3 pembelajaran terhindar dari verbalisme; 4 pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi
konsep, hukum, dan prinsip; 5 pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; 6 pembelajaran meningkatkan motivasi belajar
siswa dan motivasi mengajar guru; 7 memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi; dan 8 adanya proses validasi
terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
.1.3.4. Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintifik
18 Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah saintifik. Berikut Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran menurut
beberapa para ahli, antara lain. Langkah pertama, mengamati observing. Kegiatan ini mengutamakan
kebermaknaan proses pembelajaran meaningful learning Daryanto, 2014: 60. Kegiatan mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media
objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Pengamatan sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan observasi, peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara
objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati yang dilakukan menggunakan panca indera untuk
memperoleh informasi Sani, 2014: 54. Pengamatan yang cermat sangat dibutuhkan untuk dapat menganalisis suatu permasalahan atau fenomena. Guru
dapat menanyangkan sebuah video dan meminta siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal tertentu serta membuat catatan Sani, 2014: 57.
Kedua, menanya questioning. Kegiatan selanjutnya setelah siswa mengamati, siswa menjadi penasaran, ingin tahu yang diwujudkan dengan
mengajukan pertanyaan. Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini, sangat penting untuk
meningkatkan keingintahuan curiosity dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat Sani, 2014: 57. Pada saat
guru bertanya, pada saat itu guru membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula guru mendorong muridnya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik Kurniasih Sani, 2014: 32. Di sini, peserta didik masih memerlukan
bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat dimana peserta bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan; 4 diperolehnya hasil belajar yang
tinggi; 5 melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah; dan 6 mengembangkan karakter siswa.
.1.3.5. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
19 didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya,
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan Daryanto, 2014: 64.
Ketiga, menalar associating. Fase pembelajaran ini dilakukan saat siswa sudah memperoleh informasi dari hasil penelitian yang dilakukan. Dengan
data yang telah dikumpulkannya, siswa dapat membandingkan antara yang telah diketahuinya sebelumnya dengan fakta dari fenomena atau objek yang
diamatinya. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori Daryanto, 2014: 71. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan
dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman
sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai mengasosiasi. Agar penguasaan konsep siswa lebih bermakna dan kokoh, siswa didorong untuk
melakukan refleksi dengan memeriksa ulang penguasaan konsep sebelum dan sesudah pembelajaran. Dengan cara ini siswa akan tumbuh pengetahuan
metakognitif. Keempat, mencoba
experimenting. Langkah selanjutnya
adalah mencoba. Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai Kurniasih Sani, 2014: 41. Kegiatan mencoba dilakukan dalam
rangka mengumpulkan informasi. Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui mengeksplorasi, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentukgerak,
melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan
memodifikasi menambahimengembangkan.
Kegiatan mengumpulkan
informasi akan
menumbuhkan kemampuan kolaborasi, bekerja dengan tim, belajar empati, sharing, dan sikap-sikap sosial lainnya seperti jujur, teliti, disiplin, tanggung
jawab, dan peduli. Kelima, mengomunikasikan networking. Langkah terakhir adalah
mengomunikasikan, kegiatan dimana siswa menginformasikan pengetahuan
20 yang telah dibangunnya. Guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari Daryanto, 2014: 80. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di depan kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk
dapat membangun jaringan dan berkomunikasi. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk berbicara dengan orang lain, menjalin persahabatan yang
potensial, mengenal orang yang dapat memberi nasihat atau informasi, dan dikenal oleh orang lain Sani, 2014: 71. Melalui kegiatan ini siswa belajar untuk
berkomunikasi secara efektif, menumbuhkan etika berkomunikasi, menggunakan bahasa yang baik dan efektif. Selain itu kegiatan ini juga melatih siswa untuk
berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, menghargai pendapat orang lain, berpendapat secara kritis dan proaktif.
Lembar Kerja Siswa student work sheet merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk
dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya Majid, 2009: 176. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa
dapat berupa tugas teori dan tugas praktik. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah cerita, kemudian membuat rangkuman dan selanjutnya dipresentasikan,
sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya siswa mengamati sebuah alat musik yang dimainkan, kemudian siswa
diminta untuk menganalisis dan menyimpulkan benda yang telah diamatinya tersebut.
LKS bukan merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi “Lembar Kerja Siswa” Prastowo, 2014: 269. LKS merupakan materi ajar yang sudah
dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi,
.1.4. Lembar Kerja Siswa .1.4.1. Pengertian Lembar Kerja Siswa
21 ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS siswa
dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.
Lembar kegiatan siswa merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogam Trianto, 2010: 212. Selain itu,
Lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif. Kegiatan yang diberikan
dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan Depdikbud, dalam Trianto, 2010: 212.
LKS dibagi dua karakteristik, yaitu lembar kerja yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan peserta didik dalam menemukan konsep
dalam suatu tema, dan lembar kerja ini tidak terstruktur; lembar kerja siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses pembelajaran tanpa
bimbingan guru dan lembar kerjanya terstruktur Trianto, 2010: 212. Dalam menyusun lembar kerja siswa, ada beberapa kriteria yang harus ditentukan, yaitu
mengacu pada kurikulum; mendorong siswa untuk belajar dan bekerja; bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh peserta didik; dan tidak dikembangkan
untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujikan guru dengan cara duplikasi. Dalam mengembangkan lembar kerja, siswa harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu: persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan teknis. Maksud dari persyaratan pedagogik adalah lembar kegiatan siswa yang dibuat
harus berdasarkan asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti memberi proses menemukan konsep dan petunjuk mencari tahu Ibrahim, dalam Trianto, 2010:
213. Maksud dari persyaratan konstruksi adalah dalam mengembangkan lembar kerja siswa, harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami yang sesuai
dengan usianya, menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan pendek, serta jelas. Selain itu, harus memiliki tujuan belajar jelas, memiliki identitas untuk
memudahkan mengadministrasikannya. Maksud dari persyaratan teknis adalah Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS
merupakan lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk yang harus dikerjakan siswa.
.1.4.2. Karakteristik LKS
22 Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas
sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Ada lima jenis LKS, adalah sebagai berikut Prastowo, 2014: 272-273.
Pertama, LKS Penemuan membantu siswa menemukan suatu konsep. Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif
mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Ini merupakan salah satu karakteristik pembelajaran tematik. LKS jenis ini memuat apa yang harus
dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk
mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan
dibangun siswa dalam benaknya. Kedua, LKS Aplikatif-Integratif membantu siswa menerapkan dan
mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. Di dalam sebuah pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya kita
latih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, LKS Penuntun berfungsi sebagai penuntun belajar. LKS penuntun berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa
dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama dalam mengembangkan lembar kerja siswa, harus mencakup tulisan, gambar, dan
tampilan. .1.4.3. Fungsi dan tujuan LKS
LKS memiliki peran yang sangat penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Berikut ini akan diuraikan fungsi dan tujuan LKS bagi kegiatan
pembelajaran. LKS mempunyai empat fungsi, yaitu 1 LKS, sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa; 2
LKS, sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan; 3 LKS, sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk
berlatih; dan 4 LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa Prastowo, 2014: 270.
.1.4.4. Jenis-jenis LKS
23 LKS ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi
pembelajaran yang terdapat di dalam buku. Keempat, LKS Penguatan berfungsi sebagai penguatan. LKS penguatan
diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan
kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar.
Kelima, LKS Praktikum berfungsi sebagai petunjuk praktikum. Kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan
demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.
Ada empat langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun LKS Prastowo, 2014: 280-285, antara lain pertama, menentukan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai siswa ke dalam LKS, dalam latihan ini harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran; kedua, pengumpulan materi, langkah yang
perlu dilakukan adalah menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan dalam LKS. Kumpulkan bahan atau materi dan buat perincian tugas yang harus
dilaksanakan siswa. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau dapat dengan memanfaatkan materi yang sudah ada. Tambahkan pula
ilustrasi atau bagan yang dapat memperjelas penjelasan naratif yang akan disajikan;
Ketiga, menyusun elemen atau unsur-unsur LKS, pada bagian ini, guru mengintegrasikan desain hasil dari langkah pertama dengan tugas sebagai hasil
dari langkah kedua hasilnya akan memperoleh produk LKS; dan keempat, pemeriksaan dan penyempurnaan, pada langkah ini, guru tidak langsung
memberikan LKS tersebut kepada siswa. Sebelum LKS dibagikan kepada siswa, LKS yang digunakan dalam pengembangan adalah gabungan antara LKS
yang penemuan membuat siswa menemukan suatu konsep, LKS yang aplikatif- integratif membuat siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep
yang telah ditemukan, LKS yang penuntun berfungsi sebagai penuntun belajar, dan LKS yang praktikum berfungsi sebagai petunjuk praktikum.
.1.4.5. Langkah-langkah Penyusunan LKS
24 guru hendaknya melakukan pengecekan kembali terhadap LKS yang sudah
dikembangkan dan memperbaiki jika ada kesalahan. Guru perlu mencermati kembali apakah LKS yang sudah dikembangkan sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diambil dari kompetensi dasar, sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa, kejelasan penyampaian LKS mudah
dibaca dan apakah tersedia cukup ruang untuk mengerjakan tugas yang diminta. LKS yang sudah dikembangkan segera dilakukan evaluasi. Cara mengevaluasinya
dengan meminta siswa untuk mengomentari LKS setelah menggunakan LKS tersebut. Masukan dari siswa dapat digunakan untuk menyempurnakan LKS yang
dikembangkan.
Energi bunyi dapat berpindah tempat dengan cara merambat melalui media tertentu. Bunyi juga dapat dipantulkan dan diserap, berikut penjelasan dari
sifat-sifat bunyi. 1.
Bunyi Merambat melalui Benda Gas Udara merupakan benda gas. Udara menjadi perantara bunyi ketika
berkomunikasi. Oleh sebab itu, dimana pun kamu berada, akan mudah berkomunikasi. Bahkan dalam jarak cukup jauh pun dapat dilakukan, asal
suaranya dikeraskan Rositawaty, 2008: 142. Selain itu, kita dapat mendengar suara orang berbicara dan burung berkicau karena getaran suara itu masuk ke
telinga kita. Hal itu menunjukkan bahwa suara dapat merambat melalui udara. Demikian juga halnya pada guntur. Pada saat hari mendung, kita sering
.1.5.Materi Sifat-sifat Bunyi .1.5.1. Pengertian Bunyi
Bunyi adalah sesuatu yang terdengar didengar atau ditangkap oleh telinga. Banyak macam bunyi yang kita dengar. Ada bunyi yang kuat dan bunyi
yang lemah. Bunyi yang kuat disebut juga bunyi yang keras karena ditimbulkan dari getaran yang kuat, sedangkan bunyi yang lemah ditimbulkan oleh getaran
yang lemah. Bunyi dapat merambat, proses perambatan itulah yang membuat kamu dapat mendengar. Maka, setiap getaran benda yang dapat menghasilkan
bunyi dinamakan sumber bunyi Rositawaty, 2008: 141. .1.5.2. Sifat-sifat bunyi
25 mendengar guntur. Guntur dapat kita dengar karena getaran suaranya masuk ke
telinga kita setelah merambat melalui udara. Bunyi tidak dapat merambat di ruang hampa Rositawaty, 2008: 142. Hal ini
dapat ditunjukkan ketika astronot berada di luar angkasa. Di luar angkasa, komunikasi tidak dapat dilakukan dengan mudah, karena disana tidak terdapat
udara sehingga bunyi tidak dapat merambat. Oleh karena itu, para astronot berkomunikasi menggunakan radio.
2. Bunyi Merambat melalui Benda Padat
Bunyi dapat merambat melalui benda padat Devi, 2008: 145. Perambatan bunyi melalui benda padat dapat kamu gunakan untuk membuat mainan. Misalnya
membuat mainan telepon-teleponan. Pada waktu bermain telepon-teleponan bunyi merambat melalui benang menuju ke telinga kita. Selain itu ketika kita sedang
berjalan di atas rel, kita dapat mendengar bunyi kereta yang bergerak dengan cara mendekatkan telinga kita pada rel tersebut. Hal ini disebabkan karena bunyi kereta
api tersebut mengalami perambatan melalui rel yang merupakan zat padat. Zaman
dahulu, kemampuan zat padat menghantarkan bunyi dengan cepat telah banyak digunakan. Kemudian, apabila ingin mengetahui keberadaan musuh atau binatang
buruan, orang-orang suku pedalaman akan menempelkan telinganya ke tanah. Dengan demikian, gerak benda yang berjarak jauh dapat di ketahui keberadaannya
Rositawaty, 2008: 144. 3.
Bunyi Merambat melalui Benda Cair Selain merambat melalui benda padat, bunyi juga dapat merambat melalui
benda cair. Ketika dua batu diadu di dalam air, bunyi yang ditimbulkan dapat kita dengar. Hal itu menunjukkan bahwa bunyi dapat merambat melalui zat cair. Sifat
bunyi yang dapat merambat melalui zat cair dimanfaatkan oleh tim SAR untuk mencari dan menolong kecelakaan yang terjadi di tengah lautan. Adanya sifat itu,
komunikasi antara orang yang ada di atas kapal dan penyelam dapat dilakukan sehingga pencarian korban dapat berjalan lancar.
4. Pemantulan dan Penyerapan Bunyi
Ketika merambat ke tempat lain, bunyi dapat mengenai benda-benda di sekitarnya. Bunyi yang mengenai permukaan suatu benda dapat dipantulkan
ataupun diserap. Jika sebuah bola kita lemparkan ke dinding yang keras akan
26 mengalami pemantulan. Demikian pula dengan bunyi. Bunyi pun dapat memantul.
Pemantulan bunyi terjadi apabila bunyi tersebut dalam perambatannya dihalangi oleh benda yang permukaannya keras. Benda tersebut dapat berupa batu, kayu,
besi, seng, kaca, dan sebagainya Devi, 2008: 147. Bunyi pantul memiliki beberapa sifat, antara lain 1 bunyi pantul
memperkuat bunyi asli yaitu bunyi pantul yang dapat memperkuat bunyi asli. Biasanya terjadi pada keadaan antara sumber bunyi dan dinding pantul jaraknya
tidak begitu jauh kurang dari 10 meter, 2 gaung adalah bunyi pantul yang terdengar kurang jelas atau tidak sejelas bunyi aslinya. Biasanya terjadi pada jarak
antara 10 sampai 20 meter. Gaung dapat terjadi di dalam gedung bioskop, gedung konser, atau gedung pertemuan. Oleh karena itu, untuk meniadakan gaung pada
gedung bioskop atau gedung pertemuan perlu dipasangi bahan peredam bunyi, 3 gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli, gema terdengar jelas
seperti bunyi aslinya. Biasanya terjadi pada jarak lebih dari 20 meter. Gema akan terjadi jika kita berteriak di tengah-tengah stadion sepak bola atau di lereng
bukit. Jenis bunyi pantul lain adalah bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli. Sifat bunyi pantul ini yaitu memperkuat bunyi asli. Contohnya suara
kita ketika bernyanyi di dalam kamar mandi Sulistyanto, 2008: 135. Selain dapat dipantulkan, bunyi juga dapat diserap. Benda-benda yang dapat
menyerap bunyi adalah benda yang permukaannya lunak. Benda yang demikian disebut peredam bunyi, misalnya karet, karpet, goni, kertas, kain, busa, spon, dan
wol. Jika dipasang di tembok ruang pertemuan, peredam bunyi menyebabkan pembicaraan di ruangan itu tidak dapat didengar dari luar. Sebaliknya, suara yang
datang dari luar juga tidak dapat masuk ke ruangan itu. Itulah sebabnya peredam bunyi banyak dipasang pada dinding dan langit-langit gedung pertemuan, gedung
bioskop dan ruang rekaman. Selain itu, bunyi radio yang terlebih dahulu mengenai stirofoam akan terdengar lebih lemah. Lemahnya bunyi ini terjadi
karena sebagian bunyi itu diserap. Umumnya benda atau bahan yang berpori bersifat menyerap bunyi. Bahan-bahan ini banyak dipasang pada dinding
sebelah dalam ruangan studio musik ataupun studio rekaman. Dengan dilapisi peredam bunyi, suara musik yang keras tidak terdengar dari luar studio.
27 Pemasangan peredam bunyi juga untuk menghindari terjadinya gaung
Sulistyanto, 2008: 136.
membahas penelitian tentang pengembangan LKS IPA berbasis Pendekatan Saintifik dan penelitian tentang materi sifat-sifat bunyi yang dijabarkan sebagai
berikut. Rachmayani 2016 mengembangkan LKS menggunakan pendekatan
saintifik subtema tugas-tugas sekolahku untuk siswa kelas dua II Sekolah Dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan RD.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk berupa LKS menggunakan pendekatan saintifik pada sub tema “Tugas-tugas sekolahku” untuk
siswa kelas II Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kelayakan LKS oleh dua pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS
menghasilkan skor 4,56 sangat baik dan 4,5 sangat baik, dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,0 baik dan 3,75 baik. Hasil pengujian LKS pada kelas II
SD memperoleh rerata skor 4,20 dengan skala 1- 5 dengan kategori “Baik”.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis pendekatan saintifik, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar di SD
Negeri Kalasan I, Sleman. Shalikhah 2015 mengembangkan lembar kerja siswa LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk melatih keterampilan proses sains siswa SDMI kelas IV. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan RD.
Prosedur pengembangan melalui tujuh tahap, yaitu tahap penelitian dan mengumpulkan informasi, perencanaan, mengembangkan bentuk awal produk, uji
lapangan awal, revisi produk awal, uji lapangan utama, dan tahap revisi produk operasional. Penelitian ini bertujuan untuk 1 mengembangkan LKS IPA berbasis
pendekatan scientific pada materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit untuk SDMI kelas IV, 2 mengetahui proses pengembangan LKS IPA,
3 mengetahui kualitas LKS IPA, dan 4 mengetahui dampak penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan scientific terhadap keterampilan proses sains siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kelayakan LKS oleh pakar materi .2. Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan
Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa penelitian yang relevan. Peneliti
28 sebesar 75 baik, pakar bahasa sebesar 75 baik, pakar media sebesar 91,25
sangat baik. Hasil penilaian teman sejawat dan guru sebesar 92,66 sangat baik. Hasil tanggapan siswa kelas eksperimen mengenai produk pengembngan
LKS IPA sebesar 92,29 dengan kategori interval antara “Setuju dan Sangat
Setuju”, sedangkan tanggapan siswa kelas kontrol mengenai LKS IPA sebelumnya sebesar 67,29 termasuk kategori interval antara “Kurang setuju dan
Setuju”. Hasil observasi keterampilan proses sains siswa yang menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan scientific dengan siswa yang tidak menggunakan LKS
IPA berbasis pendekatan scientific terdapat perbedaan secara signifikan, yaitu sig 0,01 0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa yang
menggunakan produk LKS IPA berbasis pendekatan scientific
dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan produk LKS IPA dapat digunakan
sebagai media pembelajaran IPA di SDMI. Mbasi 2016 mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada
sub tema hewan disekitarku untuk siswa kelas II sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan RD. Pengembangan
LKS ini menggunakan model Borg dan Gall serta Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 5 langkah yaitu 1
analisis masalah, 2 pengumpulan data, 3 pengembangan produk, 4 validasi produk, dan 5 revisi produk hingga menghasilkan desan produk final berupa
LKS menggunakan pendekatan saintifik untuk siswa sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa LKS menggunakan
pendekatan saintifik pada subtema hewan di sekitarku untuk siswa kelas II sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian dari dua pakar
media LKS menghasilkan skor 3,93 baik dan 4,06 baik. Hasil penilaian dari dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,12 baik dan 3,93 baik. LKS
menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-
5 dan termasuk dalam kategori “baik”. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis pendekatan
saintifik, layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar.
29 Mustofa 2013 mengembangkan LKS berbasis observasi pada taman sekolah
sebagai sumber belajar sains di SDN 1 Tinjomoyo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan RD, dengan penekanan pada
proses penilaian kelayakan LKS serta ujicoba LKS pada porses pembelajaran. LKS dikatakan layak, apabila memenuhi standar kriteria kelayakan desain dan
materi yaitu ≥ 62,25, keaktifan siswa ≥ 50, serta ≥ 75 siswa telah mencapai
nilai ketuntasan sebesar ≥ 6.0. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelayakan pengembangan LKS berbasis observasi pada taman sekolah sebagai sumber belajar sains di SD. Penelitian menunjukkan bahwa hasil penilaian
kelayakan LKS oleh pakar materi sebesar 90 sangat layak, pakar desain sebesar 96 sangat layak, dan guru sebesar 93,18 sangat layak. Hasil
pengujian LKS pada kelas skala kecil kelas IVB menunjukkan rerata aktivitas siswa sebesar 94,6, siswa tuntas belajar sebanyak 90 dengan rerata nilai
sebesar 7,08. Sedangkan pengujian pada kelas skala besar kelas IVA menunjukkan peningkatan, yaitu rerata aktivitas siswa sebesar 100, siswa tuntas
belajar sebanyak 92,11 dengan rerata nilai sebesar 7,84. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis
observasi taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sans di SDN 1 Tinjomoyo, Semarang.
Afifah 2015 mengembangkan LKS Ilmu pengetahuan alam berbasis metode percobaan untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian dan pengembangan RD yang meliputi beberapa tahapan yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data, desain LKS, validasi LKS oleh
pakar, uji coba skala kecil, revisi LKS, uji coba skala besar, revisi LKS, dan LKS final berupa LKS yang siap digunakan pada kelas pemakaian. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengembangan LKS berbasis metode percobaan dan efektivitas LKS IPA berbasis metode percobaan serta peningkatan hasil belajar
siswa dengan menggunakan LKS berbasis metode percobaan IPA dalam pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa hasil validasi penyajian LKS
melalui angket oleh ahli media menghasilkan persentase 62 dengan kriteria cukup dan ahli materi menghasilkan persentase 61 dengan kriteria cukup. Hasil
angket aktivitas siswa menghasilkan persentase 80 dengan kriteria baik,
30 tanggapan dari guru terhadap LKS berbasis metode percobaan menghasilkan
persentase 91. Hasil pretest dengan rata-rata 69 dan postttest dengan rata-rata 76, sehingga dalam pembelajaran mengalami peningkatan 100. Desain produk
yang dikembangkan di SDN Mejing 2 kelas IV dengan menggunakan desain before after. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan LKS berbasis metode percobaan dapat digunakan dalam pembelajaran.
Sinatra 2012 mengembangkan lembar kerja siswa LKS berbasis inkuiri pokok bahasan energi dan perubahannya untuk siswa kelas VI sekolah dasar. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan RD. Pengembangan LKS ini menggunakan model Dick and Carey, tahapannya yaitu
identifikasi tujuan umum, analisis pembelajaran, identifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa, perumusan tujuan khusus pembelajaran, mengembangkan
butir tes acuan patokan, pengembangan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, merancang dan melakukan evaluatif formatif,
dan merevisi pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk dan mengetahui kelayakan LKS berbasis inkuiri pokok bahasan energi dan
perubahannya. Hasil penelitian menunjukkan dari validasi ahli media menghasilkan persentase 97,73 dengan kategori valid. Penilaian dari ahli materi
menghasilkan persentase 96,67 dengan kategori valid, sedangkan angket siswa menghasilkan persentase 96,25 dengan kategori valid. Setelah LKS divalidasi
ke ahli media dan materi, LKS diujicobakan ke siswa. Ketika diujicobakan terlihat siswa sangat aktif, senang, dan antusias untuk belajar menggunakan LKS berbasis
model inkuiri. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan produk LKS IPA berbasis model inkuiri pokok dapat meningkatkan
keaktifan siswa, pembelajaran menyenangkan, dan antusias untuk belajar. Berdasarkan paparan keenam penelitian di atas, diketahui bahwa penelitian
yang dilakukan hanya berfokus pada pengembangan Lembar Kerja Siswa pada materi pokok tertentu, pengembangan Lembar Kerja Siswa untuk melatih
keterampilan proses sains siswa, Lembar Kerja Siswa berbasis observasi, Lembar Kerja Siswa berbasis metode percobaan, dan Lembar Kerja Siswa berbasis inkuiri.
Penelitian pengembangan yang akan dilakukan oleh peneliti diperluas sesusai
31 tuntutan Kurikulum 2013 khususnya kebutuhan guru dalam mengembangkan LKS
menggunakan pendekatan saintifik. Pengembangan LKS yang dilakukan juga membantu guru dalam proses pembelajaran. Bagan penelitian yang relevan dalam
penelitian ini dapat dilihat di bawah ini.
Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan bagan literature map hasil penelitian yang relevan di atas,
dapat disimpulkan bahwa penelitian dari Rachmayani, Shalikhah, Mbasi, Afifah, Sinatra, dan
Mustofa sama-sama
mengembangkan LKS, tetapi Afifah mengembangkan LKS dengan metode percobaan, Sinatra mengembangkan LKS
dengan metode inkuiri, dan Mustofa mengembangkan LKS berbasis observasi. Sedangkan, peneliti mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik. Jadi,
LKS yang dikembangkan peneliti berbeda dari penelitian-penelitian tersebut dan penelitian di atas jadikan sumber bagi peneliti.
Rachmayani 2016
LKS, pendekatan saintifik, Tugas-tugas
sekolahku, kelas II
Shalikhah 2015
LKS, IPA, pendekatan saintifik, keterampilan
proses, kelas IV
Mbasi 2016
LKS, pendekatan saintifik, hewan
disekitarku, kelas II Yang diteliti adalah
LKS, IPA, pendekatan saintifik, sifat-sifat
bunyi, kelas IV
Afifah 2015
LKS, metode percobaan, kelas IV
Mustofa 2013
LKS, observasi pada taman sekolah sebagai sumber
belajar , sains di SDN 1 Tinjomoyo, kelas IV
Sinatra 2012
LKS, metode inkuiri, IPA, energi dan
perubahannya, kelas VI
32 hanya alam saja. IPA juga mempelajari tentang apa yang sering ditemui di
lingkungan sekitar yang hampir setiap hari dialami oleh manusia, misalnya bunyi. Bunyi merupakan salah satu fenomena yang sering sekali kita dengar dalam
kehidupan sehari-sehari dan banyak macam bunyi yang terdengar melalui telinga kita. Manusia tidak menyadari bunyi itu berasal dari mana dan bagaimana caranya
dapat sampai ke telinga. Bunyi itu dapat dihasilkan dari alam ataupun hewan. Selain itu, benda-benda yang ada di sekitar lingkungan dapat membantu untuk
menciptakan sebuah bunyi yang sangat sederhana dan penting untuk diketahui oleh manusia. Bila ditelusuri lebih lanjut, bunyi itu sendiri memiliki banyak
manfaat bagi kehidupan manusia, tetapi manusia tidak menyadari itu. Berdasarkan pengamatan di SD, banyak sekali guru yang menggunakan
metode ceramah dan siswa cenderung hanya mendengarkan, menghafal, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, guru juga tidak mengajak
siswa untuk aktif melakukan suatu kegiatan melainkan hanya meminta siswa untuk membaca materi yang telah ditampilkan pada Power Point. Oleh sebab itu,
banyak waktu yang terbuang sia-sia dan materi yang disampaikan tidak akan selesai. Akibatnya, banyak dari siswa yang cenderung berbicara dengan teman
dan ada juga siswa yang seringkali meletakkan kepalanya di atas meja, karena materi yang disampaikan membosankan dan pengetahuan yang disampaikan oleh
guru tidak sepenuhnya dipahami oleh siswa. Karena itu, siswa perlu belajar secara mandiri untuk mempelajari materi yang akan diajarkan agar siswa tidak cepat
bosan. LKS IPA berbasis pendekatan saintifik, dapat membantu guru untuk
mengarahkan siswa aktif untuk melakukan berbagai kegiatan; mengajak siswa untuk mencari sumber informasi beragam yang dapat ditemukan di lingkungan
sekolah, rumah, dan masyarakat; mendorong siswa untuk membangun konsep secara mandiri; dan yang paling penting mengarahkan siswa untuk melaksanakan
lima tahapan pendekatan saintifik secara utuh. LKS yang dikembangkan berisi kegiatan atau percobaan yang dapat dilakukan oleh siswa dan bahan yang
digunakan sangat mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Kegiatan yang ada di .3. Kerangka Berpikir
IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang alam namun tidak
33 LKS ini mengandung unsur 5M yaitu kegiatan mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengomunikasikan sehingga siswa dituntut untuk aktif dan mandiri dalam proses belajar di kelas maupun luar kelas. Kemudian LKS yang
dikembangkan juga memperhatikan kebutuhan siswa dengan memperhatikan ciri- ciri LKS yang baik digunakan dalam proses belajar, antara lain bahasa yang
mudah dipahami oleh siswa, tampilan yang menarik, mengaktifkan siswa dalam kegiatan, dan mempermudah siswa dalam memahami materi.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan terhadap LKS IPA di Sekolah Dasar. Penelitian ini difokuskan pada
Kompetensi Dasar 3.5 tentang memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dengan indera pendengaran menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik
materi sifat-sifat bunyi. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas IV di SDN Demangan. Jika LKS IPA ini diterapkan dengan baik, khususnya materi sifat-sifat
bunyi, siswa akan terbantu dalam memahami materi tersebut.
menggunakan pendekatan saintifik pada materi sifat-sifat bunyi untuk siswa kelas IV SD?
.4. Pertanyaan Penelitian .4.1.Bagaimana langkah pengembangan produk berupa Lembar Kerja Siswa
.4.2.Bagaimana kualitas produk Lembar Kerja Siswa materi sifat-sifat bunyi untuk siswa kelas IV SD menurut ahli IPA?
.4.3.Bagaimana kualitas produk Lembar Kerja Siswa materi sifat-sifat bunyi untuk siswa kelas IV SD menurut guru kelas IV SD?
.4.4.Bagaimana dampak penggunaan Lembar Kerja Siswa berbasis pendekatan saintifik materi sifat-sifat bunyi terhadap proses belajar siswa selama uji
coba lapangan terbatas? .4.5.Bagaimana dampak penggunaan Lembar Kerja Siswa berbasis pendekatan
saintifik materi sifat-sifat bunyi terhadap hasil belajar siswa pada uji coba lapangan terbatas.
34
BAB III METODE PENELITIAN