luas gerak sendi. ROM yang terbatas dan lokasi area nyeri maka dapat mengganggu aktivitas sehari-hari Wismanto, 2011
4. Menurunnya Fleksibilitas Otot Hamstring
Otot yang tidak pernah terulur secara maksimal dalam jangka waktu yang lama atau otot tersebut bekerja dalam kondisi yang statis akan menyebabkan
penurunan fleksibilitas Wismanto, 2011 5.
Kelemahan Otot Hamstring Reaksi tubuh yang protektif karena adanya nyeri menyebabkan otot
tersebut akan membatasi ruang geraknya sehingga otot tidak akan pernah terulur dan berkontraksi secara maksimal. Otot yang jarang digerakkan atau terulur secara
maksimal lama kelamaan otot tersebut akan mengalami kelemahan Wismanto, 2011.
6. Gangguan Postur
Fleksibilitas yang menurun akan berdampak pada struktur organ yang lain yaitu postur tubuh akan berubah. Postur yang tidak stabil dapat menyebabkan
munculnya berbagai permasalahan sehingga mengganggu pada saat beraktivitas sehari-hari Wismanto, 2011.
2.3 Fleksibilitas
2.3.1 Definisi Membicarakan masalah fleksibilitas selalu mengacu pada kemampuan
ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Fleksibilitas atau kelentukan adalah kemampuan tubuh untuk mengulur diri seluas-luasnya yang ditunjang oleh
luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan untuk menggerakan tubuh dan anggota tubuh seluas-luasnya, berhubungan erat dengan kemampuan gerak kelompok otot
besar dan kapasitas kinerjanya. Kemampuan ini terkait pula dengan peregangan otot dan jaringan sekeliling sendi Nala, 2011.
Fleksibilitas otot yang baik dikatakan apabila dapat berkontraksi secara konsentrik maupun eksentrik dengan maksimal atau full ROM dan tanpa adanya
rasa nyeri atau gangguan. Otot hamstring yang mengalami gangguan atau tightness menyebabkan seseorang mudah untuk terkena cedera strain dan dapat
berpengaruh pada kekuatan dan keseimbangan dari otot sehingga kerja dari otot tidak bisa maksimal dan sinergis Gago. dkk, 2013.
Menurut Frankl dalam Suciptha, 2013, terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi fleksibilitas yakni:
1. Faktor Internal Fleksibilitas :
a. Jaringan Otot : jaringan otot terbuat dari bahan elastis. Hal ini diatur dalam
bundle dari serat paralel. b.
Reseptor Peregangan : reseptor peregangan memiliki dua bagian: sel spindle dan tendon golgi. Sel spindle, terletak di pusat otot, mengirim
pesan untuk otot untuk berkontraksi. Golgi reseptor tendon yang terletak dekat ujung dari serat otot dan mengirim pesan untuk otot untuk relaksasi
c. Jaringan Areolar :adalah permeabel dan secara luas didistribusikan ke
seluruh tubuh. Jaringan ini bertindak sebagai pengikat untuk semua jaringan lain.
d. Tendon : tendon tidak elastis dan bahkan kurang elastis. Tendon
dikategorikan sebagai jaringan ikat. Jaringan ikat mendukung, mengelilingi, dan mengikat serat- serat otot. Mereka mengandung jaringan
elastis baik dan non-elastis. e.
Ligamen : ligamen terdiri dari dua jaringan yang berbeda yakni putih dan kuning. Jaringan ikat putih tidak melar, tetapi sangat kuat sehingga bahkan
jika tulang yang patah jaringan akan tetap di tempatnya. Jaringan putih memungkinkan kebebasan subjektif dari gerakan. Jaringan elastis kuning
dapat ditarik jauh saat kembali ke posisi semula. f.
Sendi : sendi dalam tubuh manusia dikelilingi oleh membran sinovial dan tulang rawan artikular yang berfungsi melindungi dan memelihara sendi
dan permukaan sendi. Meningkatkan elastisitas otot dan luas gerak sendi dengan mobilitas tertentu dapat meningkatkan fleksibilitas.
2. Faktor Eksternal Fleksibilitas ;
a. Pengaruh Usia: dari usia anak-anak, remaja, dan dewasa fleksibilitas
seseorang seperti kurva. Diawali usia anak – anak yang semakin
meningkat fleksibilitasnya namun sesudah remaja mulai menurun karena gaya hidup aktif pada usia anak
– anak mulai tidak dilakukan, apalagi pada usia dewasa yang tentunya muncul berbagai masalah degeneratif seperti
nyeri sendi, nyeri otot dan lain-lain. b.
Jenis Kelamin : secara umum perempuan lebih fleksibel daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan faktor hormonal dimana laki-laki memiliki hormone
testosteron yang memicu pertumbuhan dan pemendekan otot. Sedangkan perempuan memiliki hormone esterogen yang lebih tinggi yang dapat
meningkatkan panjang otot dan kelemahan sendi. c.
Cidera : karena adanya cidera pada sendi, otot, tulang, dan ligament maka seseorang akan takut menggerakkan anggota gerak karena nyeri sehingga
akan berpengaruh pada fleksibilitas d.
Pengalaman : seorang yang memiliki pengalaman dengan olahraga yang membutuhkan gerakan dinamis yang besar seperti tari, senam atau bela
diri, akan memiliki jangkauan yang lebih baik gerak dari seseorang dengan gaya hidup biasa saja atau sedikit pengalaman.
e. Kurang Aktif: orang yang aktivitasnya banyak diam akan berpengaruh
pada fleksibilitas. Hal ini terjadi karena jaringan lunak dan sendi menyusut sehingga kehilangan daya regang otot , dimana jika seseorang tidak aktif
maka otot-otot dipertahankan pada posisi memendek dalam waktu yang lama.
2.3.2 Keterbatasan Fleksibilitas Keterbatasan fleksibilitas merupakan keadaan dimana sendi dan otot tidak
dapat digerakkan secar full ROM secara aktif maupun pasif. Hal ini dapat terjadi karena suatu kondisi seperti terjadinya kekakuan sendi joint stiffness serta
pemendekan otot. Pada keterbatasan fleksibilitas otot hamstring biasanya disebabkan beberapa faktor antara lain otot hamstring yang mengalami tightness
atau pemendekan, terdapat cedera akut maupun kronis pada otot hamstring,
menurunnya mobilitas panggul, aktivitas yang berlebihan, serta pelatihan yang tidak benar.
Pada kejadian nyeri punggung bawah, apabila diberikan latihan penguluran rutin terhadap otot hamstring maka akan dapat menurunkan kualitas
rasa nyeri. Otot Hamstring yang berfungsi untuk gerakan fleksi lutut dan ekstensi panggul dalam aktivitas sehari
– hari jarang diberikan latihan khusus Miller, 2010
2.3.3 Alat Ukur Sit and Reach Test merupakan metode pengukuran fleksibilitas otot
hamstring yang menggunakan media berupa boks terbuat dari papan yang tingginya 30 cm, lalu diatas box diletakan penggaris ukur yang panjangnya 25 cm
keluar dari box dan -26 cm sampai ke ujung dari box tersebut. Gambar Sit and Reach box disajikan pada Gambar 2.2
Gambar 2.2Sit and Reach box Panteleimon et al, 2010 Prosedurnya pada saat pengukuran dilakukan duduk di lantai dengan lutut
ekstensi penuh dan pergelangan kaki posisi normal terhadap boks. Kemudian diperintahkan untuk menempatkan satu tangan di atas yang lain dan perlahan-
lahan maju sejauh mungkin sambil menjaga lutut tetap ekstensi. Gerakan dilakukan sebanyak 3x dan diambil nilai rata-rata, SRT skor cm tercatat sebagai
posisi akhir dari ujung jari Quinn, 2008; Panteleimon et al, 2010. Kriteria penilaian sit and reach test disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1Sit and Reach TestPanteleimon et al, 2010 Putra cm
Kriteria 40
Sangat baik 34-39
Diatas rata-rata 30-33
Rata-rata 25-29
Bawah rata-rata 24
Buruk
2.4. Stretching Exercise