posisi akhir dari ujung jari Quinn, 2008; Panteleimon et al, 2010. Kriteria penilaian sit and reach test disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1Sit and Reach TestPanteleimon et al, 2010 Putra cm
Kriteria 40
Sangat baik 34-39
Diatas rata-rata 30-33
Rata-rata 25-29
Bawah rata-rata 24
Buruk
2.4. Stretching Exercise
2.4.1 Definisi Stretching exercise merupakan latihan mobilitas yang dapat dilakukan
secara pasif maupun aktif baik bantuan dari orang lain maupuan fisioterapis pendamping, bisa juga dilakukan secara mandiri. Stretching exercise ini dapat
memperkuat dan memperpanjang struktur kolagen. Latihan peregangan secara alami dibatasi oleh rasa nyeri. Imobilitas nantinya akan perlu dilanjutkan dengan
mobilisasi untuk membantu reabsorsi jaringan parut dan rekapilerisasi area yang mengalami cedera. Stretching exercise juga penting dalam upaya mencegah
kontraktur pemendekan sendi Ylinen, 2008. Menurut Nelson Kokkonen, 2007 stretching merupakan bagian dasar dari optimalisasi kesehatan dan aktivitas
seseorang. Kisner Colby, 2007 juga menyatakan bahwa stretching merupakan
penguluran pada otot yang akan membantu meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas otot serta memaksimalkan Range of Motion ROM dari persendian.
2.4.2. Fisiologi Stretching Secara akut peregangan dapat menyebabkan peningkatan dari compliance
otot yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena adanya sifat viscoelastic dari serabut otot sehingga apabila diberikan suatu gaya maka serabut tersebut akan
memanjang dan apabila gaya tersebut dihilangkan panjang dari otot tersebut akan berkurang seiring waktu.
Dalam tendon otot terdapat reseptor proprioceptors bertugas mendeteksi adanya setiap perubahan di dalam otot yang kemudian diinformasikan ke susunan
saraf pusat, dan dari susunan saraf pusat dikeluarkan perintah untuk menyesuaikan kondisi otot. Sehingga akan timbul gerakan tubuh baru yang telah
disesuaikan dengan gerakan tubuh secara sistemik. Proprioceptors berperan menginformasikan
stimulus secara
konstan ke
susunan saraf
pusat. Proprioceptors berada di dalam otot, tendon, dan sambungan-sambungan
termasuk di sekitar jaringan pelindung seperti kapsul, ligamen, serta selaput- selaput lain dan dalam labirin dari telinga dalam.
Proprioceptors dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1muscle proprioceptors yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs, 2 joint
and skin proprioceptors, dan 3 labyrinthine and neck proprioceptors.Muscle proprioceptors merupakan proprioceptors yang berperan untuk meregangkan
otot, dimana terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs. Jadi setiap pergerakan otot tidak lepas dari peranan muscle spindle dan golgi tendo organs.
Muscle spindle bertugas menerima rangsang dari regangan otot yang terletak di dalam otot. Regangan yang cepat akan menghasilkan impuls yang kuat
pada muscle spindle. Adanya rangsangan yang kuat akan menyebabkan refleks muscle spindle dengan cara mengirim impuls ke spinal cord menuju jaringan otot
dengan cepat, yang akan menimbulkan kontraksi otot yang cepat dan kuat. Peranan dari muscle spindle yaitu dalam proses pergerakan atau pengaturan
motorik. Peran muscle spindle dalam pengaturan motorik adalah mendeteksi adanya suatu perubahan panjang serabut otot dan kecepatan perubahan panjang
otot. Muscle spindle bekerja sebagai pembanding dari panjang kedua jenis serabut otot intrafusal dan ekstrafusal. Bila panjang serabut ekstrafusal lebih besar
daripada panjang serabut intrafusal, maka spindle menjadi terangsang untuk berkontraksi. Sebaliknya, bila panjang serabut ekstrafusal lebih pendek daripada
serabut intrafusal, maka spindle menjadi terinhibisi keadaan yang menyebabkan refleks seketika untuk menghambat terjadinya kontraksi otot. Jadi spindle
tersebut dapat dirangsang atau dihambat. Peregangan suatu kelompok otot hendaknya dilakukan secara perlahan dan jangan dilakukan secara tiba
– tiba, karena akan merangsang muscle spindle dan menyebabkan reflek regang.
Stretch receptor letaknya di dalam tendon otot yang disebut golgi tendon organs GTO, tepat di luar perlekatan pada serabut otot. Tegangan otot yang
berlebihan mengakibatkan munculnya refleks GTO. Impuls dari GTO dihantarkan ke medula spinalis kedalam PHC langsung dijawab oleh AHC
berupa hambatan respon negative feed-back terhadap kontraksi otot yang terjadi. Proses tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya sobekan otot
sebagai akibat tegangan yang berlebihan. Jadi dapat disimpulkan bahwa refleks GTO merupakan pelindung untuk mencegah terjadinya kerobekan otot, namun
dapat juga bekerja sama dengan muscle spindle untuk mengontrol seluruh kontraksi otot dalam pergerakan tubuh. Golgi tendon organjuga memiliki fungsi
dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik yakni mendeteksi ketegangan selama kontraksi otot atau peregangan otot. Golgi tendon organs dengan muscle
spindle memiliki perbedaan fungsi. Pada golgi tendon organ memiliki fungsi sebagai pendeteksi adanya
ketegangan otot, sedangkan muscle spindle berfungsi untuk mendeteksi perubahan panjang serabut otot. Golgi tendon organ memunculkan sinyal yang dihantarkan
ke medula spinalis untuk menyebabkan efek refleks pada otot yang bersangkutan. Efek inhibisi dari golgi tendon organ menyebabkan rileksasi seluruh otot secara
tiba-tiba. Efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi atau regangan yang kuat pada suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suatu refleks seketika yang menghambat
kontraksi otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tegangan ini berfungsi sebagai suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek
pada otot atau lepasnya tendon dari perlekatannya ke tulang. Peregangan mempengaruhi sistem refleks pada otot, yang mengontrol efek
neural, meliputi refleks regang, refleks regang terbalik dan persepsi dan kontrol rasa nyeri oleh pacinian corpuscles. Ketiga refleks ini aktif ketika melakukan
teknik peregangan, menyebabkan kontraksi secara refleks dari musculotendinous unit MTU, menyebabkan persepsi nyeri.
Hal ini menyebabkan teraktivasinya Golgi Tendon Organ GTO yang memiliki efek inhibisi terhadap kontraksi dan pacinian corpuscles. Kedua refleks
ini menyebabkan relaksasi pada MTU dan berkurangnya persepsi nyeri. Pada gerakan peregangan yang dilakukan berulang terjadi perubahan dari tingkat
eksitabilitas neuron akibat paparan yang memanjang dari masukan afferen. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan toleransi terhadap maneuver peregangan
yang dilakukan. Schwellnus, 2009. 2.4.3 Mekanisme Pemanjangan Otot
Terjadinya kontraksi otot dimulai dengan adanya beda potensial pada motor end plate akibat suatu stimulus sehingga tercetusnya suatu potensial aksi
pada serat otot. Penyebaran depolarisasi terjadi ke dalam tubulus T dan mengakibatkan pelepasan Ca2+ dari sisterna terminal retikulum sarkoplasmik
serta difusi Ca2+ ke filamen tebal dan filamen tipis. Selanjutnya terjadi suatu pengikatan Ca2+ oleh troponin C, yang membuka tempat pengikatan myosin dari
aktin. Gambar Mekanisme Kontraksi Otot disajikan pada Gambar 2.4
Gambar 2.3 Mekanisme Kontraksi Otot Sumber: Huxley and Hansen, 2010
Proses diatas tersebut menyebabkan terbentuknya ikatan silang cross links antara actin dan myosin dan terjadi pergeseran filamen tipis pada filamen
tebal pemendekan atau kontraksi. Pada tahap relaksasi Ca2+ akan dipompakan kembali kedalam retikulum sarkoplasmik dan terjadi pelepasan Ca2+ dari
troponin sehingga interaksi antara actin dan myosin berhenti. Saat proses otot berkontraksi dan relaksasi maka otot akan mengalami perubahan panjang yang
dihasilkan serabut otot. Stretching akan memberikan efek langsung pada muscle spindle. Muscle spindle akan menyampaikan stimulus ke medula spinalis
kemudian sistem saraf pusat. Impuls yang diproses menimbulkan stretch reflex atau refleks miostatis untuk mencoba menahan perubahan panjang otot yang
terjadi oleh tendon golgi dengan cara otot yang diulur akan mengalami kontraksi.
Apabila perubahan panjang otot berlangsung secara tiba-tiba maka kontraksi akan
semakin kuat.
2.5 Active Isolated Stretching AIS.