PENAMBAHAN SHAKING MASSAGE PADA LATIHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING DARI PADA LATIHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING PADA SEKAA TERUNA BANJAR MEDAHAN.

(1)

ACTIVE ISOLATED STRETCHING LEBIH EFEKTIF DALAM

MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING

DARI PADA LATIHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING

PADA SEKAA TERUNA BANJAR MEDAHAN

I KADEK GUSNADI ADIWINATA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

PADA SEKAA TERUNA BANJAR MEDAHAN

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA FISIOTERAPI

Oleh:

I KADEK GUSNADI ADIWINATA

NIM. 1202305024

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI,DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016


(3)

(4)

(5)

(6)

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penambahan Shaking Massage Pada Latihan Active Isolated Stretching Lebih Efektif Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamsring Dari Pada Latihan

Active Isolated Stretching Pada Sekaa Teruna Banjar Medahan”.

Tugas ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, PFK. selaku ketua Program Studi Fisioterapi Universitas Udayana.

3. I Putu Sutha Nurmawan, SSt.FT, M.Fis selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr.Ni Wayan Tianing, S.Si, M.Kes selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

6

5. Seluruh dosen yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

6. Putu Nita Kumalasari, Made Widnyana dan Keluarga Besar saya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang selalu memberikan motivasi, semangat agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dan pendidikan Sarjana Fisioterapi.

7. Seluruh teman-teman saya di Axoplasmic, angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh kerabat dan sejawat fisioterapi yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan.

Denpasar, 2 Juni 2016

Penulis


(8)

7

PENAMBAHAN SHAKING MASSAGE PADA LATIHAN ACTIVE

ISOLATED STRETCHING LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN

FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING DARI PADA LATIHAN ACTIVE

ISOLATED STRETCHING PADA SEKAA TERUNA BANJAR MEDAHAN

ABSTRAK

Fleksibilitas adalah kemampuan tubuh untuk mengulur diri seluas-luasnya yang ditunjang oleh luasnya gerakan pada sendi. Fleksibilitas salah satu komponen yang dibutuhkan pada setiap orang untuk menjaga kondisi fisik.Kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi kualitas dari aktivitas yang dikerjakan, karena apabila keadaan fisik seseorang tanpa mengalami gangguan maka akan meningkatkan produktivitas yang berkualitas, sebaliknya bilamana seseorang tersebut mengalami gangguan maka akan mengganggu aktivitas yang menyebabkan turunnya kualitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penambahan shaking massage pada latihan active isolated

stretching dan latihan active isolated stretching dalam meningkatkan fleksibilitas

otot hamstring.

Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian randomized two group pre-test and post-test design. Sampel sebanyak 22 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan masing-masing 11 orang. Kelompok 1 diberikan latihan active isolated stretching dan kelompok 2 diberikan penambahan shaking massage pada latihan active isolated stretching.

Hasil penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan saphiro wilk test dan uji homogenitas dengan levene’s test.Perbedaan rerata peningkatan fleksibilitas otot hamstring sebelum dan setelah perlakuan setiap kelompok di uji dengan

paired sample t-test, dengan hasil p=0,000 dan beda rerata 6,59±1,496 pada

kelompok 1. Pada kelompok 2 p=0,000 dengan beda rerata 7,95±1,680. Dari uji beda independent sample t-test didapatkan selisih p sebelum dan setelah perlakuan dengan nilai p=0,034 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok 1 dan kelompok 2.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan penambahan shaking massage pada latihan active isolated stretching lebih efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstringdari pada latihan active isolated stretching.

Kata kunci: shaking massage, active isolated stretching, fleksibilitas, otot

hamstring.


(9)

8

THE ADDITION OF SHAKING MASSAGE IN ACTIVE ISOLATED STRETCHING IS MORE EFFECTIVE IN IMPROVING FLEXIBILITY OF HAMSTRING MUSCLES THAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING

EXERCISE AT SEKAA TERUNA BANJAR MEDAHAN ABSTRACT

Flexibility is the body's ability to extend themselves widest supported by the extent of movement in the joints. Flexibility is one of the components needed for every people to maintain physical condition. Good physical condition will affect the quality of the activity undertaken, because if the physical conditions of a person without disorder it will be increase the productivity of quality, otherwise when someone is experiencing interference will disrupt the activities that cause a decline in quality. The purpose of this research is to know the effectiveness of the addition of shaking massage on active isolated stretching exercises and active isolated stretching exercises to increase flexibility of hamstring muscles.

This research method is experimental research with the study design randomized two group pre-test and post-test design. The samples were consisting of 22 people who divided into two treatment groups of 11 people each. Group 1 was given active isolated stretching exercises and group 2 was given the addition shaking massage on active isolated stretching exercises.

The results of this study were conducted by normality shapiro wilk test and homogeneity test with levene's test. Differences between the average increase in the flexibility of the hamstring muscles before and after each treatment group tested by paired sample t-test, with the result p = 0.000 and a mean difference of 6.59 ± 1.496 in group 1. In group 2, p = 0.000 with a mean difference 7.95 ± 1.680. From different test independent sample t-test p difference obtained before and after treatment with p = 0.034 (p <0.05). The results showed that there were significant differences between group 1 and group 2.

Based on the results, it can be concluded the addition shaking massage on active isolated stretching exercises are more effective in improving the flexibility of the hamstring muscles of the active isolated stretching exercises.

Keywords: shaking massage, active isolated stretching, flexibility, hamstring muscles.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

Bab I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

Bab II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1Anatomi dan Biomekanik Otot Hamstring ... 8

2.1.1 Otot Biceps Femoris ... 8

2.1.2 Otot Semitendinosus... 8

2.1.3 Otot Semimembranosus ... 9

2.2Pemendekan Otot Hamstring ... 9

2.2.1 Definisi PemendekanOtot Hamstring ... 9

2.2.2 Patofisiologi ... 10

2.2.3 Tanda-tanda Pemendekan Otot Hamstring ... 11

2.3Fleksibilitas ... 12

2.3.1 Definisi ... 12

2.3.2 Keterbatasan Fleksibilitas ... 15

2.3.3 AlatUkur ... 16

2.4Stretching Exercise ... 17


(11)

2.4.1 Definisi Stretching Exercise... 17

2.4.2 Fisiologi Stretching ... 18

2.4.3 Mekanisme Pemanjangan Otot ... 21

2.5Active Isolated Stretching ... 23

2.5.1Respon Fisiologis AIS Terhadap Peningkatan Pemanjangan Otot .. 23

2.5.2Prosedur Pelaksanaan Metode Active Isolated Stretching ... 25

2.6 Massage ... 26

2.6.1 Manfaat Massage ... 27

2.6.2 Efek Massage ... 27

2.6.3 Indikasi dan Kontraindikasi Massage ... 29

2.6.3.1 Indikasi Massage ... 29

2.6.3.2 Kontraindikasi Massage ... 30

2.6.4 Shaking Massage ... 30

2.6.4.1 Pengertian Shaking Massage ... 30

2.6.4.2 Prosedur Pelaksanaan Manipulasi Shaking Massage ... 32

Bab III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, HIPOTESIS ... 33

3.1Kerangka Berpikir ... 33

3.2Kerangka Konsep ... 36

3.3Hipotesis ... 37

Bab IV METODE PENELITIAN ... 38

4.1Rancangan Penelitian ... 38

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

4.3Populasi dan Sampel ... 40

4.3.1 Populasi ... 40

4.3.2 Sampel ... 40

4.3.3 Besar Sampel ... 41

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel... 42

4.4Variabel Penelitian ... 43

4.4.1 Klasifikasi Variabel ... 43

4.5 Definisi Operasional Variabel ... 43

4.6 Instrumen Penelitian ... 45


(12)

4.7 Prosedur Penelitian... 46

4.7.1 Prosedur Pendahuluan ... 46

4.7.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 47

4.8 Alur Penelitian ... 51

4.9 Analisis Data ... 52

BAB V HASIL PENELITIAN ... 54

5.1 Data Karakteristik Sampel ... 54

5.2 Uji Normalitas dan Homogenitas ... 55

5.3 Pengujian Hipotesis ... 56

5.3.1 Uji Beda Rerata Fleksibilitas Otot Hamstring Sebelum dan Sesudah Pelatihan.. ... 56

5.3.2 Uji Komparasi Hasil Selisih Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pada Kedua Kelompok ... 57

BAB VI PEMBAHASAN ... 59

6.1 Pembahasan Hasil Deskripsi Penelitian ... 59

6.2 Distribusi dan Varians Sampel Penilitian ... 59

6.3 Latihan Active Isolated Stretching Dapat Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Sekaa Teruna Banjar Medahan ... 60

6.4 Penambahan Shaking Massage Pada Latihan Active Isolated Stretching Dapat Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Sekaa Teruna Banjar Medahan ... 61

6.5 Penambahan Shaking Massage Pada Latihan Active Isolated Stretching Lebih Efektif Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Sekaa Teruna Banjar Medahan ... 63

6.6 Kelemahan Penelitian ... 65

BAB VII ... 67

7.1 Simpulan ... 67

7.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Anatomi Otot Hamstring ... 9

2.2 Sit and Reach Test box ... 16

2.4 Mekanisme Kontraksi Otot ... 22

2.5 Memasang Yoga Strap Sebelum Stretching ... 25

2.6 Penguluran Otot Hamstring ... 26

2.7 Manipulasi Shaking ... 31

3.1 Kerangka Konsep ... 36

4.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 38

4.2 Sit and Reach Test ... 44

4.2 Alur Penelitian ... 51


(14)

DAFTAR TABEL

2.1 Sit and Reach Test ... 17 5.1 Distribusi Data Sampel Berdasarkan Umur ... 54 5.2 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Peningkatan Fleksibilitas Sebelum dan Sesudah Pelatihan ... 55 5.3 Uji Rerata Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Seka Teruna

Sebelum dan Setelah Pelatihan Pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 56 5.4 Hasil Uji Independent T-test ... 57 5.5 Persentase Hasil Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring ... 58


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas sehari-hari adalah bersekolah,kuliah,bekerja yang merupakan kegiatan rutin.Hal tersebut menjadi suatu hal yang alamiah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk menjalankan aktivitas tersebut tubuh harus dalam kondisi yang baik dan sehat, karena dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan apapun profesinya manusia juga harus bergerak seperti berjalan, berlari, makan dan sebagainya (Nala, 2011).

Kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi kualitas dari aktivitas yang dikerjakan, karena apabila keadaan fisik seseorang tanpa mengalami gangguan maka akan meningkatkan kinerja yang efektif, sebaliknya bilamana seseorang tersebut mengalami gangguan maka akan mengganggu aktivitas yang menyebabkan turunnya kualitas. Kemampuan melakukan aktivitas secara fungsional seharusnya dapat dilakukan secara mandiri tanpa melibatkan bantuan orang lain, oleh karena itu suatu fungsi gerak fisik pada manusia didukung beberapa aspek dasar. Aspek dasar tersebut yaitu keseimbangan atau postural

equilibrium, performa otot, daya tahan kardiopulmonal, fleksibilitas/mobilitas,

stabilitas, dan kontrol neuromuskular / koordinasi (Kisner &Colby, 2007).

Seiring berkembangnya kemajuan teknologi dan kemudahan yang ada saat ini sehingga hampir semua aktivitas dilakukan oleh teknologi/mesin. Yang akan


(16)

menyebabkan orang akan menjadi jarang bergerak karena adanya fasilitas dari teknologi/mesin. Orang yang mengembangkan gerakan biasanya hanya sebagai hobi, prestasi dan menjaga kebugaran. Semakin canggihnya teknologi/mesin yang diciptakan untuk memudahkan aktivitas seseorang, tidak selalu dapat menguntungkan bagi manusia. Karena dengan segala kemudahan yang diciptakan, ini dapat menyebabkan seseorang menjadi jarang bergerak karena semakin berkembangnya jaman. Jika orang tersebut tidak mengembangkan gerakannya, akan ada banyak kemungkinan terjadinya gangguan fungsional tubuh. Kemungkinan gangguan gerak disebabkan karena inaktivitas, imobilisasi dan postur yang salah berlangsung lama keadaan ini bisa menyebabkan kekakuan sendi dan otot terjadi ketegangan, pemendekan, kontraktur, kelemahan dan atrofi. Banyak orang yang mengalami cedera karena kurangnya fleksibilitas suatu otot terutama otot hamstring.

Fleksibilitas merupakan rentang gerakan atau kemampuan suatu jaringan/otot untuk memanjang semaksimal mungkin sehingga tubuh dapat bergerak dengan lingkup gerak sendi yang maksimal, tanpa adanya rasa sakit atau nyeri. Bompa (1994) menyebutkan bahwa fleksibilitas dipengaruhi oleh tipe dan struktur sendi, ligamen, tendon, otot, usia dan jenis kelamin, suhu tubuh dan suhu otot. Kurangnya mobilitas pada otot dalam waktu yang lama akan mengakibatkan pemendekan jaringan otot. Selain daripada itu frekuensi pemakaian kerja otot yang berlebihan akan mengakibatkan otot mengalami kelelahan berupa kontraktur sebagai reaksi pemendekan jaringan lunak. Pemendekan pada otot sering dan


(17)

banyak sekali terjadi di masyarakat maupun pada olahragawan, walaupun kadang tidak dirasakan sebagai suatu masalah yang serius.

Fleksibilitas dan mobilitas otot merupakan komponen terpenting dalam suatu gerakan pada manusia, karena semakin fleksibel otot seseorang maka semakin kecil kemungkinan akan terjadi cedera. Ketika otot berkontraksi,efek fisiologis otot adalah memanjang dan memendek. Daya kontraktil pada otot dilakukan untuk menggerakkan tulang dan memudahkan jarak dan gerak pada persendian. Fleksibilitas yang baik selain memiliki keuntungan yang positif bagi otot dan persendian, fleksibilitas otot juga mampu meningkatkan kualitas hidup serta kemampuan fungsional secara mandiri. Menurut Nelson dan Kokkonen (2007) fleksibilitas otot yang baik akan mencegah terjadinya cedera, mengurangi terjadinya muscle soreness, dan meningkatkan efisiensi dalam semua aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari.

Pemendekan otot hamstring merupakan suatu gambaran keterbatasan gerak akibat dari pemendekan adaptif pada jaringan lunak (Kisner dan Colby, 2007). Penderita pemendekan otot hamstring tidak tampak terlihat kelainan fisik bagi penderitanya namun secara umum penderita akan merasakan sensasi seperti rasa tegang dan nyeri serta terbatasnya gerakan pada otot yang mengalami pemendekan bisa terjadi pada siapa saja dan pemendekan otot hamstring

merupakan faktor yang sangat berisiko terhadap terjadinya cedera pada otot (Witvrouw et al, 2003).

Otot hamstring merupakan otot yang sering sekali mengalami cedera. Hal tersebut dikarenakan otot hamstring mengalami pemendekan otot hamstring dan


(18)

menyebabkan fleksibilitas otot hamstring jadi bermasalah. Otot hamstring

berfungsi sebagai gerakan fleksi lutut, ekstensi hip, eksternal dan internal rotasi

hip. Grup otot ini terdiri atas otot semimembranosus, otot semitendinosus, dan otot

biceps femoris. Hamstring merupakan jenis otot tipe I atau tonik, dimana bila

terjadi suatu patologi akan mengalami penegangan dan pemendekan. Panjang otot

hamstring berkaitan dengan fleksibilitas otot, dimana bila otot mengalami

pemendekan maka fleksibilitas otot juga akan menurun dan timbul nyeri.

Tightness hamstring adalah pemendekan pada otot hamstring.Tightness dapat

terjadi ketika otot bekerja secara intensif, respon otot lebih cepat untuk mengalami pemendekan. Tightness membuat otot yang berlawanan bekerja lebih keras. Hal ini akan membuat otot yang bekerja lebih sedikit menjadi lemah. Jika otot yang memendek tetap dibiarkan, pola jalan seseorang akan ikut berubah.

Untuk mengatasi masalah pemendekan dan gangguan fleksibilitas yang terjadi serta meningkatkan kerja otot hamstring secara optimal, maka dibutuhkan suatu terapi atau bentuk latihan dengan cara menggunakan metode latihan

stretching, dan manipulasi massage.Stretching adalah suatu metode atau latihan

fisik yang meregangkan agar otot dapat terulur untuk meningkatkan dan menjaga fleksibilitas serta mobilitas dari otot dan persendian, serta stretching juga mampu mengurangi terjadinya cedera dan gangguan postur tubuh. Sedangkan massage

adalah salah satu bentuk teknik manipulasi memijat untuk meringankan rasa nyeri dan menghasilkan suasana rileks dengan tujuan untuk menghasilkan efek-efek fisiologis, dan terapeutikatau pengobatan pada tubuh.


(19)

Metode latihan stretching yang digunakan untuk mengurangi terjadinya pemendekan otot hamstringdan meningkatkan fleksibilitas otot hamstring adalah metode active isolated stretching yang merupakan suatu teknik atau metode penguluran yang menggunakan adaptasi suatu kontraksi otot agonis secara aktif dan merileksasikan otot antagonisnya melalui inhibisi timbal balik ( Reciprocal

Inhibition ) yang menyebabkan terjadinya peregangan pada otot antagonis tanpa

meningkatkan ketegangan otot ( Muscle Tension ) pada otot agonis (Longo, 2009). Metode ini bertujuan untuk memelihara atau pemulihan fisiologis dan fungsi otot, tendon, ligamen, dan persendian untuk memfasilitasi mobilitas dari permukaan jaringan fascia. Sedangkan teknik manipulasi massage yang digunakan untuk mengurangi adanya rasa nyeri, relaksasi otot, mengurangi terjadinya pemendekan otot hamstring dan meningkatkan fleksibilitas otot

hamstring adalah teknik manipulasi shaking massage yang merupakan suatu

teknik yang dilakukan dengan cara menggoncang-goncangkan sekelompok otot tertentu dengan telapak tangan secara berurutan antara tangan kanan dan kiri. Teknik ini bertujuan untuk merelaksasikan otot, merangsang saraf motorik, mempercepat aliran darah, dan sangat efektif untuk mengatasi kram otot atau ketegangan otot.

Dilihat dari manfaat kedua metode dan teknik latihan tersebut penulis berminat untuk meneliti tentang perbedaan antara penambahan manipulasi

shaking massage pada latihan active isolated stretching dan latihan active isolated


(20)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah latihan Active Isolated Stretching dapat meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada Sekaa Teruna Banjar Medahan?

2. Apakah penambahan Shaking Massage pada latihan Active Isolated

Stretching dapat meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada Sekaa

Teruna Banjar Medahan?

3. Apakah penambahan Shaking Massage pada latihan Active Isolated

Stretching lebih efektif meningkatkan fleksibilitas otot hamstring daripada

latihan Active Isolated Stretching pada Sekaa Teruna Banjar Medahan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk membuktikan bahwa latihan Active Isolated Stretching meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada Sekaa Teruna Banjar Medahan.

2. Untuk membuktikan bahwa penambahan Shaking Massage pada latihan Active

Isolated Stretching meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada Sekaa

Teruna Banjar Medahan.

3. Untuk membuktikan bahwa penambahan Shaking Massage pada latihan Active

Isolated Stretchinglebih efektif meningkatkan fleksibilitas otot hamstring

daripada latihan Active Isolated Stretching pada Sekaa Teruna Banjar Medahan


(21)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Ilmiah dan Teoritis

Untuk menambah wacana tentang intervensi terapi teknik Shaking

Massage dan latihan Active Isolated Stretching dalam meningkatkan fleksibilitas

otot hamstring. 2. Bagi Praktisi

a. Untuk memberikan alternatif intervensi terapi Active Isolated Stretching

dalam peningkatan fleksibilitas otot hamstring.

b. Untuk memberikan alternatif intervensi terapi penambahan Shaking Massage

pada latihan Active Isolated Stretching dalam meningkatkan fleksibilitas otot


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Biomekanik Otot Hamstring

Otot hamstring berfungsi sebagai gerakan untuk fleksi dari knee joint dan membantu untuk gerakan ekstensi dari hip joint. Hamstring juga merupakan otot tonik, yang berfungsi sebagai otot stabilitator postural, dan memiliki serat serabut otot yang tebal yang memiliki kandungan myoglobin dan kapasitas oksidatif tinggi sehingga tahan terhadap kelelahan yang cukup tinggi (Wismanto, 2011).

Otot hamstring merupakan salah satu group otot besar yang terdiri dari 3 kumpulan otot, yang tersusun oleh Biceps Femoris (BF), Semitendonosus (ST),

dan Semimembranosus (SM) (Gambar 2.1).

2.1.1 Otot Biceps Femoris

Merupakan otot yang terletak paling luar dari otot-otot penyusun

hamstring

Origo : Pada tuberositas ischia, setengah distal linea aspera tulang

femur, bagian lateral supracondylus.

Insersio : Condylus lateral tibia, collum femur.

Fungsi : Ekstensi hip, fleksi knee, lateral rotasi.

2.1.2 Otot Semitendinosus

Terletak diantara semimembranosus dan biceps femoris

Origo : Tuberositas Ischia

Insersio : Permukaan atas bagian medial pada tibia


(23)

Fungsi : Otot semitendinosus ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi hip,

fleksiknee, dan internal rotasi hip.

2.1.3 Otot Semimembranosus

Letak dari otot semimembranosus berada pada bagian medial diantara ketiga otot hamstring.

Origo : Berada pada tuberositas ischia

Insersio : Berada pada bagian posterior condyles medialis tibia

Fungsi : Otot semimembranosus ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi

hip, fleksi knee, dan internal rotasi.

Gambar 2.1 : Anatomi otot hamstring

Sumber: (Stephen et al, 2006)

2.2 Pemendekan Otot Hamstring

2.2.1 Definisi Pemendekan Otot Hamstring

Pemendekan otot hamstring adalah suatu kondisi patologi pada otot

hamstring yang mengalami pemendekan yang menyebabkan gangguan anatomi

dan fungsional tubuh. Pemendekan disebabkan karena hypermobility. Jaringan yang mengalami hypermobility dalam jangka waktu yang cukup lama akan


(24)

mengalami proses adaptasi dari jaringan yang disebut restrict movement dan

impair mobility. Hal ini sangat berpotensi terjadinya keterbatasan ROM ekstensi

lutut (Kisner et al, 2007). Menurut Wassem, (dalam Weerasekara, 2010) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemendekan otot hamstring adalah ketidakmampuan dari ekstensi lutut <1600 dalam posisi sendi panggul fleksi 900, atau ketidakmampuan gerak SLR <900 (Weerasekara et al, 2010).

2.2.2 Patofisiologi

Otot spasme merupakan kontraksi berkepanjangan dari otot dalam merespon adanya perubahan sirkulasi metabolisme yang terjadi ketika otot dalam keadaan terus kontraksi (Kisner et al, 2007). Otot yang berkontraksi secara terus menerus akan berada pada saat yang namanya kelelahan otot. Kondisi dimana ATP dipakai secara terus menerus sedangkan produksi ATP tidak berimbang. Tanpa adanya ATP yang cukup pada muscle fiber maka fungsi dari cross-bridge

dan ion transport tidak berjalan normal. Kelelahan otot dapat menjadi ekstrim jika

kontraksi berkepanjangan sedangkan ATP yang di produksi dengan pemakaian tidak seimbang, sehingga otot akan mengalami kontraktur. Kontraktur otot terjadi akibat tidak mampu melakukan kontraksi relaksasi pada otot (Guyton and Hall, 2006).

Pada pemendekan otot hamstring dalam jangka waktu yang lama akan berpengaruh pada kestabilan otot-otot disekitarnya karena sifat kerja dari otot seperti mata rantai antara otot yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Otot-otot disekeliling akan bekerja over karena menggantikan fungsi kerja otot yang memendek sehingga menimbulkan reaksi kompensasi. Gerakan yang timbul


(25)

akibat kompensasi menyebabkan pergerakan dari persendian menjadi tidak selektif. Efek dari pergerakan yang tidak selektif dalam jangka waktu yang lama akan berakibat otot-otot disekitar ikut mengalami pemendekan (Shumway-Cook & Wollacott, 2007).

2.2.3 Tanda-Tanda Pemendekan Otot Hamstring

Tanda-tanda yang timbul akibat adanya pemendekan otot hamstring otot hamstring :

1. Nyeri otot hamstring

Nyeri otot hamstring terjadi karena menurunnya fleksibilitas suatu otot sehingga kehilangan kemampuan untuk mengulur dan kembali ke bentuk semula. Hal ini terjadi karena otot tersebut jarang atau tidak pernah terulur secara maksimal sesuai kemampuannya sehingga jika terjadi pergangan pada otot tersebut golgi tendon secara ototmatis akan memberikan reaksi perlawanan yang menimbulkan nyeri saat dilakukan pergangan (Wismanto, 2011)

2. Spasme otot hamstring

Spasme otot merupakan kontraksi berkepanjangan dari otot dalam

merespon adanya perubahan sirkulasi metabolisme lokal yang terjadi ketika otot dalam keadaan terus kontraksi (Kisner & Colby, 2007)

3. Keterbatasan ROM Lutut Ekstensi

Nyeri sebagai faktor yang sangat mengganggu sehingga secara otomatis otot akan proteksi diri dengan membatasi ruang gerak dari persendian. Pembatasan ruang gerak yang berlangsung lama dapat menyebabkan penurunan


(26)

luas gerak sendi. ROM yang terbatas dan lokasi area nyeri maka dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (Wismanto, 2011)

4. Menurunnya Fleksibilitas Otot Hamstring

Otot yang tidak pernah terulur secara maksimal dalam jangka waktu yang lama atau otot tersebut bekerja dalam kondisi yang statis akan menyebabkan penurunan fleksibilitas (Wismanto, 2011)

5. Kelemahan Otot Hamstring

Reaksi tubuh yang protektif karena adanya nyeri menyebabkan otot tersebut akan membatasi ruang geraknya sehingga otot tidak akan pernah terulur dan berkontraksi secara maksimal. Otot yang jarang digerakkan atau terulur secara maksimal lama kelamaan otot tersebut akan mengalami kelemahan (Wismanto, 2011).

6. Gangguan Postur

Fleksibilitas yang menurun akan berdampak pada struktur organ yang lain yaitu postur tubuh akan berubah. Postur yang tidak stabil dapat menyebabkan munculnya berbagai permasalahan sehingga mengganggu pada saat beraktivitas sehari-hari (Wismanto, 2011).

2.3 Fleksibilitas 2.3.1 Definisi

Membicarakan masalah fleksibilitas selalu mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Fleksibilitas atau kelentukan adalah kemampuan tubuh untuk mengulur diri seluas-luasnya yang ditunjang oleh


(27)

luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan untuk menggerakan tubuh dan anggota tubuh seluas-luasnya, berhubungan erat dengan kemampuan gerak kelompok otot besar dan kapasitas kinerjanya. Kemampuan ini terkait pula dengan peregangan otot dan jaringan sekeliling sendi (Nala, 2011).

Fleksibilitas otot yang baik dikatakan apabila dapat berkontraksi secara konsentrik maupun eksentrik dengan maksimal atau full ROM dan tanpa adanya rasa nyeri atau gangguan. Otot hamstring yang mengalami gangguan atau

tightness menyebabkan seseorang mudah untuk terkena cedera (strain) dan dapat

berpengaruh pada kekuatan dan keseimbangan dari otot sehingga kerja dari otot tidak bisa maksimal dan sinergis (Gago. dkk, 2013).

Menurut Frankl (dalam Suciptha, 2013), terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi fleksibilitas yakni:

1. Faktor Internal Fleksibilitas :

a. Jaringan Otot : jaringan otot terbuat dari bahan elastis. Hal ini diatur dalam

bundle dari serat paralel.

b. Reseptor Peregangan : reseptor peregangan memiliki dua bagian: sel

spindle dan tendon golgi. Sel spindle, terletak di pusat otot, mengirim

pesan untuk otot untuk berkontraksi. Golgi reseptor tendon yang terletak dekat ujung dari serat otot dan mengirim pesan untuk otot untuk relaksasi c. Jaringan Areolar :adalah permeabel dan secara luas didistribusikan ke

seluruh tubuh. Jaringan ini bertindak sebagai pengikat untuk semua jaringan lain.


(28)

d. Tendon : tendon tidak elastis dan bahkan kurang elastis. Tendon dikategorikan sebagai jaringan ikat. Jaringan ikat mendukung, mengelilingi, dan mengikat serat- serat otot. Mereka mengandung jaringan elastis baik dan non-elastis.

e. Ligamen : ligamen terdiri dari dua jaringan yang berbeda yakni putih dan kuning. Jaringan ikat putih tidak melar, tetapi sangat kuat sehingga bahkan jika tulang yang patah jaringan akan tetap di tempatnya. Jaringan putih memungkinkan kebebasan subjektif dari gerakan. Jaringan elastis kuning dapat ditarik jauh saat kembali ke posisi semula.

f. Sendi : sendi dalam tubuh manusia dikelilingi oleh membran sinovial dan tulang rawan artikular yang berfungsi melindungi dan memelihara sendi dan permukaan sendi. Meningkatkan elastisitas otot dan luas gerak sendi dengan mobilitas tertentu dapat meningkatkan fleksibilitas.

2. Faktor Eksternal Fleksibilitas ;

a. Pengaruh Usia: dari usia anak-anak, remaja, dan dewasa fleksibilitas seseorang seperti kurva. Diawali usia anak – anak yang semakin meningkat fleksibilitasnya namun sesudah remaja mulai menurun karena gaya hidup aktif pada usia anak – anak mulai tidak dilakukan, apalagi pada usia dewasa yang tentunya muncul berbagai masalah degeneratif seperti nyeri sendi, nyeri otot dan lain-lain.

b. Jenis Kelamin : secara umum perempuan lebih fleksibel daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan faktor hormonal dimana laki-laki memiliki hormone


(29)

testosteron yang memicu pertumbuhan dan pemendekan otot. Sedangkan perempuan memiliki hormone esterogen yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan panjang otot dan kelemahan sendi.

c. Cidera : karena adanya cidera pada sendi, otot, tulang, dan ligament maka seseorang akan takut menggerakkan anggota gerak karena nyeri sehingga akan berpengaruh pada fleksibilitas

d. Pengalaman : seorang yang memiliki pengalaman dengan olahraga yang membutuhkan gerakan dinamis yang besar seperti tari, senam atau bela diri, akan memiliki jangkauan yang lebih baik gerak dari seseorang dengan gaya hidup biasa saja atau sedikit pengalaman.

e. Kurang Aktif: orang yang aktivitasnya banyak diam akan berpengaruh pada fleksibilitas. Hal ini terjadi karena jaringan lunak dan sendi menyusut sehingga kehilangan daya regang otot , dimana jika seseorang tidak aktif maka otot-otot dipertahankan pada posisi memendek dalam waktu yang lama.

2.3.2 Keterbatasan Fleksibilitas

Keterbatasan fleksibilitas merupakan keadaan dimana sendi dan otot tidak dapat digerakkan secar full ROM secara aktif maupun pasif. Hal ini dapat terjadi karena suatu kondisi seperti terjadinya kekakuan sendi (joint stiffness) serta pemendekan otot. Pada keterbatasan fleksibilitas otot hamstring biasanya disebabkan beberapa faktor antara lain otot hamstring yang mengalami tightness


(30)

menurunnya mobilitas panggul, aktivitas yang berlebihan, serta pelatihan yang tidak benar.

Pada kejadian nyeri punggung bawah, apabila diberikan latihan penguluran rutin terhadap otot hamstring maka akan dapat menurunkan kualitas rasa nyeri. Otot Hamstring yang berfungsi untuk gerakan fleksi lutut dan ekstensi panggul dalam aktivitas sehari – hari jarang diberikan latihan khusus (Miller, 2010)

2.3.3 Alat Ukur

Sit and Reach Test merupakan metode pengukuran fleksibilitas otot

hamstring yang menggunakan media berupa boks terbuat dari papan yang

tingginya 30 cm, lalu diatas box diletakan penggaris ukur yang panjangnya 25 cm keluar dari box dan -26 cm sampai ke ujung dari box tersebut. Gambar Sit and

Reach box disajikan pada Gambar 2.2

Gambar 2.2Sit and Reach box (Panteleimon et al, 2010)

Prosedurnya pada saat pengukuran dilakukan duduk di lantai dengan lutut ekstensi penuh dan pergelangan kaki posisi normal terhadap boks. Kemudian diperintahkan untuk menempatkan satu tangan di atas yang lain dan perlahan-lahan maju sejauh mungkin sambil menjaga lutut tetap ekstensi. Gerakan dilakukan sebanyak 3x dan diambil nilai rata-rata, SRT skor (cm) tercatat sebagai


(31)

posisi akhir dari ujung jari (Quinn, 2008; Panteleimon et al, 2010). Kriteria penilaian sit and reach test disajikan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1Sit and Reach Test(Panteleimon et al, 2010) Putra (cm) Kriteria

>40 Sangat baik 34-39 Diatas rata-rata 30-33 Rata-rata 25-29 Bawah rata-rata

<24 Buruk

2.4. Stretching Exercise

2.4.1 Definisi

Stretching exercise merupakan latihan mobilitas yang dapat dilakukan

secara pasif maupun aktif baik bantuan dari orang lain maupuan fisioterapis (pendamping), bisa juga dilakukan secara mandiri. Stretching exercise ini dapat memperkuat dan memperpanjang struktur kolagen. Latihan peregangan secara alami dibatasi oleh rasa nyeri. Imobilitas nantinya akan perlu dilanjutkan dengan mobilisasi untuk membantu reabsorsi jaringan parut dan rekapilerisasi area yang mengalami cedera. Stretching exercise juga penting dalam upaya mencegah kontraktur (pemendekan) sendi (Ylinen, 2008). Menurut (Nelson & Kokkonen, 2007) stretching merupakan bagian dasar dari optimalisasi kesehatan dan aktivitas seseorang. (Kisner& Colby, 2007) juga menyatakan bahwa stretching merupakan


(32)

penguluran pada otot yang akan membantu meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas otot serta memaksimalkan Range of Motion (ROM) dari persendian.

2.4.2. Fisiologi Stretching

Secara akut peregangan dapat menyebabkan peningkatan dari compliance

otot yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena adanya sifat viscoelastic dari serabut otot sehingga apabila diberikan suatu gaya maka serabut tersebut akan memanjang dan apabila gaya tersebut dihilangkan panjang dari otot tersebut akan berkurang seiring waktu.

Dalam tendon otot terdapat reseptor (proprioceptors) bertugas mendeteksi adanya setiap perubahan di dalam otot yang kemudian diinformasikan ke susunan saraf pusat, dan dari susunan saraf pusat dikeluarkan perintah untuk menyesuaikan kondisi otot. Sehingga akan timbul gerakan tubuh baru yang telah disesuaikan dengan gerakan tubuh secara sistemik. Proprioceptors berperan menginformasikan stimulus secara konstan ke susunan saraf pusat.

Proprioceptors berada di dalam otot, tendon, dan sambungan-sambungan

termasuk di sekitar jaringan pelindung seperti kapsul, ligamen, serta selaput-selaput lain dan dalam labirin dari telinga dalam.

Proprioceptors dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : (1)muscle

proprioceptors yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs, (2) joint

and skin proprioceptors, dan (3) labyrinthine and neck proprioceptors.Muscle


(33)

otot, dimana terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs. Jadi setiap pergerakan otot tidak lepas dari peranan muscle spindle dan golgi tendo organs.

Muscle spindle bertugas menerima rangsang dari regangan otot yang

terletak di dalam otot. Regangan yang cepat akan menghasilkan impuls yang kuat pada muscle spindle. Adanya rangsangan yang kuat akan menyebabkan refleks

muscle spindle dengan cara mengirim impuls ke spinal cord menuju jaringan otot

dengan cepat, yang akan menimbulkan kontraksi otot yang cepat dan kuat. Peranan dari muscle spindle yaitu dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik. Peran muscle spindle dalam pengaturan motorik adalah mendeteksi adanya suatu perubahan panjang serabut otot dan kecepatan perubahan panjang otot. Muscle spindle bekerja sebagai pembanding dari panjang kedua jenis serabut otot intrafusal dan ekstrafusal. Bila panjang serabut ekstrafusal lebih besar daripada panjang serabut intrafusal, maka spindle menjadi terangsang untuk berkontraksi. Sebaliknya, bila panjang serabut ekstrafusal lebih pendek daripada serabut intrafusal, maka spindle menjadi terinhibisi (keadaan yang menyebabkan refleks seketika untuk menghambat terjadinya kontraksi otot). Jadi spindle

tersebut dapat dirangsang atau dihambat. Peregangan suatu kelompok otot hendaknya dilakukan secara perlahan dan jangan dilakukan secara tiba – tiba, karena akan merangsang muscle spindle dan menyebabkan reflek regang.

Stretch receptor letaknya di dalam tendon otot yang disebut golgi tendon

organs (GTO), tepat di luar perlekatan pada serabut otot. Tegangan otot yang

berlebihan mengakibatkan munculnya refleks GTO. Impuls dari GTO dihantarkan ke medula spinalis kedalam PHC langsung dijawab oleh AHC


(34)

berupa hambatan respon( negative feed-back) terhadap kontraksi otot yang terjadi. Proses tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya sobekan otot sebagai akibat tegangan yang berlebihan. Jadi dapat disimpulkan bahwa refleks GTO merupakan pelindung untuk mencegah terjadinya kerobekan otot, namun dapat juga bekerja sama dengan muscle spindle untuk mengontrol seluruh kontraksi otot dalam pergerakan tubuh. Golgi tendon organjuga memiliki fungsi dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik yakni mendeteksi ketegangan selama kontraksi otot atau peregangan otot. Golgi tendon organs dengan muscle

spindle memiliki perbedaan fungsi.

Pada golgi tendon organ memiliki fungsi sebagai pendeteksi adanya ketegangan otot, sedangkan muscle spindle berfungsi untuk mendeteksi perubahan panjang serabut otot. Golgi tendon organ memunculkan sinyal yang dihantarkan ke medula spinalis untuk menyebabkan efek refleks pada otot yang bersangkutan. Efek inhibisi dari golgi tendon organ menyebabkan rileksasi seluruh otot secara tiba-tiba. Efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi atau regangan yang kuat pada suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suatu refleks seketika yang menghambat kontraksi otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tegangan ini berfungsi sebagai suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek pada otot atau lepasnya tendon dari perlekatannya ke tulang.

Peregangan mempengaruhi sistem refleks pada otot, yang mengontrol efek neural, meliputi refleks regang, refleks regang terbalik dan persepsi dan kontrol rasa nyeri oleh pacinian corpuscles. Ketiga refleks ini aktif ketika melakukan


(35)

teknik peregangan, menyebabkan kontraksi secara refleks dari musculotendinous

unit (MTU), menyebabkan persepsi nyeri.

Hal ini menyebabkan teraktivasinya Golgi Tendon Organ (GTO) yang memiliki efek inhibisi terhadap kontraksi dan pacinian corpuscles. Kedua refleks ini menyebabkan relaksasi pada MTU dan berkurangnya persepsi nyeri. Pada gerakan peregangan yang dilakukan berulang terjadi perubahan dari tingkat eksitabilitas neuron akibat paparan yang memanjang dari masukan afferen. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan toleransi terhadap maneuver peregangan yang dilakukan. (Schwellnus, 2009).

2.4.3 Mekanisme Pemanjangan Otot

Terjadinya kontraksi otot dimulai dengan adanya beda potensial pada

motor end plate akibat suatu stimulus sehingga tercetusnya suatu potensial aksi

pada serat otot. Penyebaran depolarisasi terjadi ke dalam tubulus T dan mengakibatkan pelepasan Ca2+ dari sisterna terminal retikulum sarkoplasmik serta difusi Ca2+ ke filamen tebal dan filamen tipis. Selanjutnya terjadi suatu pengikatan Ca2+ oleh troponin C, yang membuka tempat pengikatan myosin dari aktin. Gambar Mekanisme Kontraksi Otot disajikan pada Gambar 2.4


(36)

Gambar 2.3 Mekanisme Kontraksi Otot Sumber: (Huxley and Hansen, 2010)

Proses diatas tersebut menyebabkan terbentuknya ikatan silang (cross

links) antara actin dan myosin dan terjadi pergeseran filamen tipis pada filamen

tebal (pemendekan atau kontraksi). Pada tahap relaksasi Ca2+ akan dipompakan kembali kedalam retikulum sarkoplasmik dan terjadi pelepasan Ca2+ dari troponin sehingga interaksi antara actin dan myosin berhenti. Saat proses otot berkontraksi dan relaksasi maka otot akan mengalami perubahan panjang yang dihasilkan serabut otot. Stretching akan memberikan efek langsung pada muscle

spindle. Muscle spindle akan menyampaikan stimulus ke medula spinalis

kemudian sistem saraf pusat. Impuls yang diproses menimbulkan stretch reflex

atau refleks miostatis untuk mencoba menahan perubahan panjang otot yang terjadi oleh tendon golgi dengan cara otot yang diulur akan mengalami kontraksi.


(37)

Apabila perubahan panjang otot berlangsung secara tiba-tiba maka kontraksi akan semakin kuat.

2.5 Active Isolated Stretching (AIS).

Active Isolated Stretchingmerupakan suatu teknik atau metode stretching

yang menggunakan adaptasi suatu kontraksi otot agonis secara aktif dan merelaksasikan otot antagonisnya melalui inhibisi timbal balik (Reciprocal

Inhibition) yang menyebabkan terjadinya peregangan pada otot antagonis tanpa

meningkatkan ketegangan otot (Muscle Tension) pada otot agonis (Longo, 2009). Teknik Active Isolated Stretchingatau yang biasa disebut dengan metode Mattes merupakan suatu pengembangan metode myofascial technique yang memiliki tujuan untuk pemulihan fisiologis dan fungsi otot, tendon, ligamen, dan persendian untuk memfasilitasi mobilitas dari permukaan jaringan fascia. Menurut Longo (2009) Active Isolated Stretching sangat baik untuk mengoptimalkan fleksibilitas pada otot, gerakan aktif yang memungkinkan otot antagonis untuk relaksasi, sehingga terjadi peningkatan fleksibilitas tanpa hambatan pada otot antagonisnya. Adapun tujuan dari pemberian Active Isolated

Stretchingadalah untuk mencegah dan atau mengurangi tightness serta mengulur

struktur jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas pada struktur soft tissue.

2.5.1 Respon Fisiologis Active Isolated StretchingTerhadap Peningkatan Panjang Otot.


(38)

Secara umum Active Isolated Stretching dilakukan untuk mendapatkan penambahan panjang dari otot dan jaringan ikat. Dalam prosedur Active Isolated

Stretching pasien menunjukkan suatu kontraksi isotonik pada otot agonis dan pada

otot yang mengalami pemendekan (shortness), secara aktif akan memanjang. Alasan penerapan teknik ini adalah bahwa kontraksi isotonik yang dilakukan saat

Active Isolated Stretching secara fisiologis akan merespon otot antagonis untuk

menghasilkan pemanjangan secara maksimal dan juga tanpa perlawanan. Adanya kontraksi isotonik akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari Muscle

Spindel untuk segera mengulur panjang otot yang maksimal. GTO akan terlibat

dan menghambat ketegangan otot bila otot sudah mengulur maksimal sehingga otot dapat dengan mudah di stretching.

Menurut Wismanto (2011), pemberian Active Isolated Stretching dapat

mengurangi iritasi terhadap saraf Aδ dan saraf tipe C yang menimbulkan nyeri

akibat adanya abnormal cross link. Hal ini dapat terjadi karena pada saat diberikan

Active Isolated Stretching serabut otot ditarik keluar sampai panjang sarkomer

penuh. Ketika hal ini terjadi maka akan membantu meluruskan kembali beberapa serabut atau abnormal cross link pada otot yang memendek. Active Isolated

Stretching dapat bermanfaat pada serabut otot yang mengalami pemendekan.

Serabut otot yang terganggu akan menyebabkan penurunan elastisitas otot akibat adanya taut band dalam serabut otot. Sarkomer sebagai komponen elastis di dalam serabut otot akan mengalami gangguan. Pemberian Active Isolated

Stretchingyang dilakukan secara perlahan akan menghasilkan peregangan pada


(39)

terganggu. Active Isolated Stretching dapat mencegah dan atau mengurangi

tightness atau pemendekan otot dan perasaan yang tidak nyaman. Active Isolated

Stretchin gmerupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap semua

otot hamstring yang membatasi gerakan.

2.5.2 Prosedur Pelaksanaan Metode Active Isolated Stretching.

Prosedur tindakan metode Aktive Isolated Stretching adalah sebagai berikut: 1. Sampel diminta untuk berbaring diatas matras dalam posisi yang nyaman 2. Sampel diminta untuk memasang yoga strap yang direkatkan permukaan

telapak kaki.

3. Sampel diminta untuk mengangkat kakinya (dengan lutut dalam posisi full

extensi dan ankle dalam posisi dorsi flexion) sehingga membentuk hip dalam

posisi fleksi.

4. Sampel menahan posisi tersebut selama 2 detik dan dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali dan 2 set.

5. Sebelumnya sampel diberi demo terlebih dahulu oleh Fisioterapis.


(40)

Gambar 2.5 Penguluran Otot Hamstring (Amin, 2015).

2.6 Massage

Kata masase atau massage berasal dari bahasa Arab “mash” yang berarti

menekan dengan lembut, atau dari Yunani “massien” yang berarti memijat atau

melulut. Massage merupakan salah satu manipulasi sederhana yang pertama-tama ditemukan oleh manusia untuk mengelus-elus rasa sakit. Hampir setiap hari manusia melakukan pemijatan sendiri. Semenjak 3000 tahun sebelum masehi,

massage sudah digunakan sebagai terapi.

Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,

biasanya otot tendonatau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya (Simkin, 2007).


(41)

2.6.1 Manfaat Massage

Priyonoadi (2008) mengungkapkan, tujuan dan manfaat Massage secara umum adalah :

1) Melancarkan peredaran darah, terutama dorongan terhadap darah veneus atau darah yang menuju ke jantung. Kelancaran peredaran darah ini selanjutnya akan mempercepat proses pembuangan sisa-sisa pembakaran dan penyebaran sari makanan ke jaringan-jaringan tubuh.

2) Merangsang persarafan, terutama saraf tepi (perifer) untuk meningkatkan kepekaan terhadap rangsang

3) Membersihkan dan menghaluskan kulit.

4) Menurunkan ketegangan otot dan relaksasi otot untuk mempertinggi daya kerjanya.

5) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit atau nyeri

2.6.2 Efek Massage

Menurut Wijanarko dan Riyadi (2010), ada beberapa efek massage yaitu efek terhadap peredaran darah, lymphe, otot, kulit, dan saraf

1) Efek massage terhadap peredaran darah dan lymphe

Massage menimbulkan efek memperlancar peredaran darah. Manipulasi

yang dikerjakan dengan gerakan yang menuju kearah jantung, secara mekanis akan membantu mendorong pengaliran darah dalam pembuluh vena menuju kejantung. Massage juga membantu pengaliran cairan limfe menjadi lebih cepat,


(42)

ini berarti membantu penyerapan sisa-sisa pembakaran yang tidak diperlukan lagi.

2) Efek Massage Terhadap Otot

Massage memberi efek memperlancar proses penyerapan sisa-sisa

pembakaran yang berada didalam jaringan otot yang dapat menimbulkan kelelahan. Dengan manipulasi yang memberikan penekanan dan peremasan kepada jaringan otot maka darah yang ada didalam jaringan otot, yang mengandung zat-zat sisa pembakaran yang tidak diperlukan lagi terlepas keluar dari jaringan otot dan masuk kedalam pembuluh vena. Kemudian saat penekanan kendor maka darah yang mengandung bahan bakar baru mengalirkan bahan tersebut kejaringan, sehingga kelelahan dapat dikurangi. Selain itu massage juga memberi efek bagi otot yang mengalami ketegangan atau pemendekan karena

massage pada otot berfungsi mendorong keluarnya sisa-sisa metabolisme,

merangsang saraf secara halus dan lembut agar mengurangi atau melemahkan rangsang yang berlebihan pada saraf yang dapat menimbulkan ketegangan. 3) Efek Massage Terhadap Kulit

Massage memberi efek melonggarkan perlekatan dan menghilangkan

penebalan-penebalan kecil yang terjadi pada jaringan dibawah kulit, dengan demikian memperbaiki penyerapan.

4) Efek Massage Terhadap Saraf

Sistem Saraf Parifer adalah bagian dari sistem saraf yang didalam sarafnya terdiri dari sel-sel yang membawa informasi ke sel saraf sensorik dan dari sel saraf motorik yang terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang.


(43)

Sel-sel sistem saraf sensorik mengirimkan informasi ke sistem saraf pusat dari organ-organ internal atau dari rangsangan eksternal. Sel-sel sistem saraf motorik tersebut membawa informasi dari SSP ke organ, otot, dan kelenjar. Sistem saraf parifer dibagai menjadi dua cabang yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf somatik terutama merupakan sistem motorik, yang semua sistem saraf ke otot, sedangkan sistem saraf otonom merupakan adalah sistem saraf yang mewakili persarafan motorik dari otot polos, otot jantung dan sel-sel kelenjar. Sistem otonom ini terdiri dari dua komponen fisiologis dan anatomis yang berbeda, yang saling bertentangan yaitu sistem simpatik dan parasimpatik. Dapat melancarkan sistem saraf dan meningkatkan kinerja saraf sehingga tubuh dapat lebih baik.

2.6.3 Indikasi dan Kontraindikasi Massage

2.6.3.1 Indikasi Massage

Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat diberikan manipulasi massage, serta massage tersebut akan memberikan pengaruh yang positif terhadap tubuh. Indikasi dalam massage adalah:

1) Keadaan tubuh yang sangat lelah.

2) Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja yang kelewat batas (sehingga otot menjadi kaku dan rasa nyeri pada persendian serta gangguan pada persarafan).


(44)

2.6.3.2 Kontraindikasi Massage

Kontraindikasi terhadap massage adalah sebagai keadaan atau kondisi tidak tepat diberikan massage, karena justru akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi tubuh itu sendiri. Kontra- indikasi dalam massage adalah:

1. Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka-luka baru atau cedera akibat berolahraga atau kecelakaan.

2. Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas cedera, yang belum sembuh betul.

3. Pada daerah yang mengalami pembengkakan atau tumor yang diperkirakan sebagai kanker ganas atau tidak ganas

4. Pasien dalam keadaan menderita penyakit menular. 2.6.4 Shaking Massage

2.6.4.1 Pengertian Shaking Massage

Manipulasi shaking dapat dilakukan menggunakan seluruh permukaan

tapak tangan dan jari-jari dengan cara bersamaan pada bagian otot yang tebal dan lebar. Otot yang panjang dan sempit cukup dengan menggunakan jari-jari atau satu tapak tangan saja, seolah-olah menjepit otot dengan ujung-ujung jari kemudian digoncang kekanan dan kekiri atau ke atas dan bawah. Manipulasi

ShakingMassage diberikan beberapa saat dengan singkat dan kuat karena berat

dalam melakukannya . Manfaat dari manipulasi shaking adalah: (1) meningkatkan kelancaran peredaran darah, terutama dalam penyebaran sari-sari makanan kedalam jaringan, (2) memacu serabut-serabut otot untuk siap menghadapi tugas


(45)

yang lebih berat, tanpa memberi pengaruh yang merugikan pada persarafan maupun serabut-serabut otot itu sendiri.

Shaking adalah gerakan tangan untuk mengangkat dan menekan otot

dengan menggunakan tiga jari, ibu jari, atau tangan dan siku. Manfaat dari

shaking massage yaitu :

1. Dengan bergantian meremas dan santai, pembuluh darah dan pembuluh limfatik dikosongkan dan diisi, membawa nutrisi segar ke otot-otot.

2. Membantu untuk memecah dan membuang deposit lemak disekitar paha. 3. Memperlancar aliran darah.

4. Setiap racun yang telah terakumulasi dikeluarkan dari jaringan yang lebih dalam.

5. Membantu untuk mencegah kekakuan otot. 6. Menenangkan saraf.

7. Membawa suplai darah yang lebih banyak ke otot.

8. Membantu melindungi otot agar tidak kaku atau rileksasi otot. 9. Membebaskan perlengketan jaringan.

Gambar manipulasi shaking disajikan pada Gambar 2.7

Gambar 2.6 Manipulasi shaking


(46)

2.6.4.2Prosedur pelaksanaan manipulasi shaking massage 1) Pasien dalam posisi tengkurap dan rileks

2) Fisioterapis memberikan teknik manipulasi shaking kepada pasien dengan cara melakukannya adalah dengan jari-jari membengkok pada bagian paha khususnya otot hamstring yang dilakukan dengan gerakan-gerakan ke samping, ke atas dan ke bawah (menggoncangkan). Manipulasi dilakukan dengan irama yang hidup serta tangan berpindah-pindah dan berdekatan. 3) Pemberian manipulasi ini dilakukan selama 10 menit.


(1)

2.6.1 Manfaat Massage

Priyonoadi (2008) mengungkapkan, tujuan dan manfaat Massage secara umum adalah :

1) Melancarkan peredaran darah, terutama dorongan terhadap darah veneus atau darah yang menuju ke jantung. Kelancaran peredaran darah ini selanjutnya akan mempercepat proses pembuangan sisa-sisa pembakaran dan penyebaran sari makanan ke jaringan-jaringan tubuh.

2) Merangsang persarafan, terutama saraf tepi (perifer) untuk meningkatkan kepekaan terhadap rangsang

3) Membersihkan dan menghaluskan kulit.

4) Menurunkan ketegangan otot dan relaksasi otot untuk mempertinggi daya kerjanya.

5) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit atau nyeri

2.6.2 Efek Massage

Menurut Wijanarko dan Riyadi (2010), ada beberapa efek massage yaitu efek terhadap peredaran darah, lymphe, otot, kulit, dan saraf

1) Efek massage terhadap peredaran darah dan lymphe

Massage menimbulkan efek memperlancar peredaran darah. Manipulasi yang dikerjakan dengan gerakan yang menuju kearah jantung, secara mekanis akan membantu mendorong pengaliran darah dalam pembuluh vena menuju kejantung. Massage juga membantu pengaliran cairan limfe menjadi lebih cepat,


(2)

ini berarti membantu penyerapan sisa-sisa pembakaran yang tidak diperlukan lagi.

2) Efek Massage Terhadap Otot

Massage memberi efek memperlancar proses penyerapan sisa-sisa pembakaran yang berada didalam jaringan otot yang dapat menimbulkan kelelahan. Dengan manipulasi yang memberikan penekanan dan peremasan kepada jaringan otot maka darah yang ada didalam jaringan otot, yang mengandung zat-zat sisa pembakaran yang tidak diperlukan lagi terlepas keluar dari jaringan otot dan masuk kedalam pembuluh vena. Kemudian saat penekanan kendor maka darah yang mengandung bahan bakar baru mengalirkan bahan tersebut kejaringan, sehingga kelelahan dapat dikurangi. Selain itu massage juga memberi efek bagi otot yang mengalami ketegangan atau pemendekan karena massage pada otot berfungsi mendorong keluarnya sisa-sisa metabolisme, merangsang saraf secara halus dan lembut agar mengurangi atau melemahkan rangsang yang berlebihan pada saraf yang dapat menimbulkan ketegangan. 3) Efek Massage Terhadap Kulit

Massage memberi efek melonggarkan perlekatan dan menghilangkan penebalan-penebalan kecil yang terjadi pada jaringan dibawah kulit, dengan demikian memperbaiki penyerapan.

4) Efek Massage Terhadap Saraf

Sistem Saraf Parifer adalah bagian dari sistem saraf yang didalam sarafnya terdiri dari sel-sel yang membawa informasi ke sel saraf sensorik dan dari sel saraf motorik yang terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang.


(3)

Sel-sel sistem saraf sensorik mengirimkan informasi ke sistem saraf pusat dari organ-organ internal atau dari rangsangan eksternal. Sel-sel sistem saraf motorik tersebut membawa informasi dari SSP ke organ, otot, dan kelenjar. Sistem saraf parifer dibagai menjadi dua cabang yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf somatik terutama merupakan sistem motorik, yang semua sistem saraf ke otot, sedangkan sistem saraf otonom merupakan adalah sistem saraf yang mewakili persarafan motorik dari otot polos, otot jantung dan sel-sel kelenjar. Sistem otonom ini terdiri dari dua komponen fisiologis dan anatomis yang berbeda, yang saling bertentangan yaitu sistem simpatik dan parasimpatik. Dapat melancarkan sistem saraf dan meningkatkan kinerja saraf sehingga tubuh dapat lebih baik.

2.6.3 Indikasi dan Kontraindikasi Massage 2.6.3.1 Indikasi Massage

Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat diberikan manipulasi massage, serta massage tersebut akan memberikan pengaruh yang positif terhadap tubuh. Indikasi dalam massage adalah:

1) Keadaan tubuh yang sangat lelah.

2) Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja yang kelewat batas (sehingga otot menjadi kaku dan rasa nyeri pada persendian serta gangguan pada persarafan).


(4)

2.6.3.2 Kontraindikasi Massage

Kontraindikasi terhadap massage adalah sebagai keadaan atau kondisi tidak tepat diberikan massage, karena justru akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi tubuh itu sendiri. Kontra- indikasi dalam massage adalah:

1. Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka-luka baru atau cedera akibat berolahraga atau kecelakaan.

2. Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas cedera, yang belum sembuh betul.

3. Pada daerah yang mengalami pembengkakan atau tumor yang diperkirakan sebagai kanker ganas atau tidak ganas

4. Pasien dalam keadaan menderita penyakit menular. 2.6.4 Shaking Massage

2.6.4.1 Pengertian Shaking Massage

Manipulasi shaking dapat dilakukan menggunakan seluruh permukaan

tapak tangan dan jari-jari dengan cara bersamaan pada bagian otot yang tebal dan

lebar. Otot yang panjang dan sempit cukup dengan menggunakan jari-jari atau

satu tapak tangan saja, seolah-olah menjepit otot dengan ujung-ujung jari kemudian digoncang kekanan dan kekiri atau ke atas dan bawah. Manipulasi ShakingMassage diberikan beberapa saat dengan singkat dan kuat karena berat dalam melakukannya . Manfaat dari manipulasi shaking adalah: (1) meningkatkan kelancaran peredaran darah, terutama dalam penyebaran sari-sari makanan kedalam jaringan, (2) memacu serabut-serabut otot untuk siap menghadapi tugas


(5)

yang lebih berat, tanpa memberi pengaruh yang merugikan pada persarafan maupun serabut-serabut otot itu sendiri.

Shaking adalah gerakan tangan untuk mengangkat dan menekan otot dengan menggunakan tiga jari, ibu jari, atau tangan dan siku. Manfaat dari shaking massage yaitu :

1. Dengan bergantian meremas dan santai, pembuluh darah dan pembuluh limfatik dikosongkan dan diisi, membawa nutrisi segar ke otot-otot.

2. Membantu untuk memecah dan membuang deposit lemak disekitar paha. 3. Memperlancar aliran darah.

4. Setiap racun yang telah terakumulasi dikeluarkan dari jaringan yang lebih dalam.

5. Membantu untuk mencegah kekakuan otot. 6. Menenangkan saraf.

7. Membawa suplai darah yang lebih banyak ke otot.

8. Membantu melindungi otot agar tidak kaku atau rileksasi otot. 9. Membebaskan perlengketan jaringan.

Gambar manipulasi shaking disajikan pada Gambar 2.7

Gambar 2.6 Manipulasi shaking (Sumber: Priyonoadi, 2008)


(6)

2.6.4.2Prosedur pelaksanaan manipulasi shaking massage

1) Pasien dalam posisi tengkurap dan rileks

2) Fisioterapis memberikan teknik manipulasi shaking kepada pasien dengan

cara melakukannya adalah dengan jari-jari membengkok pada bagian paha

khususnya otot hamstring yang dilakukan dengan gerakan-gerakan ke

samping, ke atas dan ke bawah (menggoncangkan). Manipulasi dilakukan

dengan irama yang hidup serta tangan berpindah-pindah dan berdekatan.


Dokumen yang terkait

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LATIHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING Pengaruh Latihan Active Isolated Stretching dan Auto Stretching dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring pada Penjahit di Desa Kaliprau.

0 1 15

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING Pengaruh Latihan Active Isolated Stretching dan Auto Stretching dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring pada Penjahit di Desa Kaliprau.

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Active Isolated Stretching dan Auto Stretching dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring pada Penjahit di Desa Kaliprau.

0 10 4

SKRIPSI PENGARUH ACTIVE STRETCHING DAN HOLD RELAX STRETCHING Pengaruh Active Stretching Dan Hold Relax Stretching Terhadap Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Pemain Futsal.

0 1 19

PENGARUH ACTIVE STRETCHING DAN HOLD RELAX STRETCHING TERHADAP FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN Pengaruh Active Stretching Dan Hold Relax Stretching Terhadap Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Pemain Futsal.

0 1 13

PENAMBAHAN PASSIVE STRETCHING PADA AUTO STRETCHING MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING

0 2 9

PENGARUH PENAMBAHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING PADA CONTRACT RELAX STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PEMAIN FUTSAL UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENAMBAHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING PADA CONTRACT

0 2 11

PERBEDAAN PENGARUH ACTIVE ISOLATED STRETCHING DENGAN SELF-MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA UKM BASKET DI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH ACTIVE ISOLATED STRETCHING DENGAN SELF

0 1 15

Perbedaan Pengaruh Active Isolated Stretching Dan Static Stretching Terhadap Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Penjahit - DIGILIB UNISAYOGYA

0 1 12

PERBEDAAN PENGARUH BALLISTIC STRETCHING DAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN FUTSAL NASKAH PUBLIKASI - Perbedaan Pengaruh Ballistic Stretching Dan Active Isolated Stretching Terhadap Peningkatan Flek

0 1 12