BAB II Tindakan Operasional Penyidikan Pencurian Dana Kartu Kredit Melalui
Pembelanjaan Di Internet
Tindak pidana cybercrime cukup marak di Indonesia dan Kepolisian Republik
Indonesia menyadari betul kerusakan yang diakibatkan oleh tindak pidana yang bersifat borderless ini. Untuk sementara ini, perhatian terutama diarahkan pada
tindak pidana credit card fraud atau yang populer dengan istilah carding.
20
Cybercrime dasarnya adalah penyalahgunaan komputer dengan cara hacking komputer ataupun dengan cara-cara lainnya merupakan kejahatan yang perlu
ditangani dengan serius, dan dalam mengantisipasi hal ini perlu rencana persiapan yang baik sebelumnya. Karena kejahatan ini potensial menimbulkan kerugian
pada beberapa bidang: politik, ekonomi, sosial budaya yang siginifikan dan lebih memprihatinkan dibandingkan dengan ledakan bom atau kejahatan yang
berintensitas tinggi lainnya bahkan di masa akan datang dapat mengganggu perekonomian nasional melalui jaringan infrastruktur yang berbasis teknologi
elektronik perbankan, telekomunikasi satelit, jaringan listrik, dan jaringan lalu lintas penerbangan dan sebagainya.
Polri secara serius mengantisipasi cycbercrime dan permasalahan lainnya
yang berhubungan dengan kejahatan internasional yang menggunakan hi-tech
20
Drs. Rusbagio Ishak, seminar tentang hacking, NeoTek, Semarang., Agustus
2002.
karena kejahatan ini sangat intens, jangkauannya sangat luas serta pelaku rata- rata mempunyai intelektualitas yang tinggi dan mempunyai komunitas tersendiri,
serta memerlukan penanganan secara komprehensif. Kemudahan dalam transaksi perdagangan secara elektronik ternyata
membawa beberapa masalah serius sehubungan dengan masalah keamanan dalam pembayaran secara elektronik yang diterapkan. Sistem pembayaran secara
elektronik telah begitu mendominasi dalam era teknologi seperti sekarang dan banyak menarik minat para pemodal, pebisnis, perusahaan jasa pembayaran
elektronik, perusahaan kartu kredit. Namun demikian kemudahan ini diiringi pula oleh resiko yang harus
ditanggung dalam menggunakan sistem transaksi perdagangan seperti ini. Masalah utama yang dihadapi adalah begitu banyak penyalahgunaan teknologi
untuk kejahatan, mengingat transaksi elektronik umumnya mengandalkan teknologi internet, maka kasus-kasus kejahatan internet secara langsung
berhubungan dengan kerentanan transaksi dan pembayaran elektronik yang dilakukan melalui internet ini.
Mengingat transaksi elektronik umumnya dilakukan dengan menggunakan pembayaran melalui kartu kredit sebagai aktivasi atau otentifikasi transaksi, maka
tentu saja kejahatan teknologi internet berhubungan pula dengan sistem pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan kartu kredit, sehingga
munculah apa yang dinamakan dengan tindak penipuan atau penyalah gunaan kartu kredit credit card fraud.
Kejahatan penyalahgunaan kartu kredit ini muncul dengan berbagai versi. Kasus yang umum terjadi adalah kasus pemalsuan kartu kredit dengan berbagai
tehnik terbaru, misalnya dengan teknik “Cardholder-Not-Present CNP Si Pemilik Kartu tidak Hadir saat transaksi yang banyak terjadi di banyak negara
akhir-akhir ini. Dengan semakin banyaknya jasa perbankan dan situs dagang yang menawarkan kemudahan jasa pembayaran dan finansial secara elektronik seperti
internet banking, phone banking, dan e-commerce diiringi dengan penggunaan kartu kredit sebagai otorisasi transaksi maka para pelaku kejahatan yang mulanya
bertindak secara fisik begal, perampok, pencopet, dsb kini mulai beralih ke dunia maya dengan harapan memperoleh target sasaran yang lebih besar, lebih
menguntungkan dan resiko yang lebih kecil. Dengan berbagai cara mereka berusaha untuk mencari celah dan jalan yang bisa mereka susupi untuk
menjalankan aksi-aksi kejahatan mereka. Ide pembayaran transaksi perdagangan secara elektronik bukanlah hal yang
baru. Bahkan sejak tahun 1970-an dan awal 1980-an, berbagai metode dan tehnik pembayaran melalui jaringan komputer dan kartu kredit sudah mulai
diperkenalkan, terutama di negara-negara maju. Semakin tidak mengherankan lagi bahwa beberapa tahun terakhir ini para pengguna internet dunia meningkat
dengan pesat hingga mencapai 930 juta pengguna dan jumlah ini terus meningkat secara eksponensial dari waktu ke waktu. Sistem pembayaran secara elektronik
baru benar-benar mendunia sekitar akhir tahun 1996 dan awal tahun 1997, dimana begitu banyak lembaga komersial maupun lembaga pendidikan mulai berlomba-
lomba mengembangkan sistem pembayaran baru ini dengan berbagai cara dan
variasi yang unik pula. Beberapa banyak pula yang gagal dalam menerapkan sistem pembayaran elektronik ini. Misalnya sistem cyber cash dan Digi cash yang
mengalami kerugian saat memperkenalkan cara pembayaran elektronik dan kemudahan penarikan uang tunai.
Sistem pembayaran elektronik E-Payment mengandalkan pada sistem pentransferan nilai mata uang melalui jaringan internet dan teknologi komunikasi
sebagai sarana lalu lintas data finansial sehubungan dengan sistem perdagangan elektronik yang diberlakukan e-commerce. Sistem pembayaran elektronik E-
Payment yang umum dilakukan ada beberapa jenis, yaitu menurut kategori Business to Business B2B, Business to Consumer B2C, Consumer to Business
C2B dan Consumer to Consumer C2C. Masalah keamanan masih saja menjadi isu utama dalam hal sistem
pembayaran seperti ini karena resiko penipuan dan pemalsuan data elektronik masih saja ditemui sebagai kendala utama dalam sistem pembayaran elektronik
ini. Bahkan dari tahun ke tahun jumlah kejahatan elektronik ini bukannya menurun malah semakin bertambah. Hal ini terutama terjadi karena semakin
bertambahnya penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran secara luas, dimana celah ini dimanfaatkan oleh berbagai pelaku kejahatan terorganisir yang
semakin merajalela melibatkan diri dalam berbagai aksi. Sebagai contoh, lebih dari satu dekade yang lalu kejahatan penipuan dan pemalsuan kartu kredit yang
terjadi di Inggris mencapai jumlah kerugian sekitar 96.8 juta poundsterling. Dewasa ini angka itu meledak berkali lipat mencapai 402.4 juta poundsterling
per tahun. Ini baru nilai nyata kerugian yang terlihat, belum nilai lain yang tidak
langsung tampak seperti biaya yang harus ditanggung untuk pemulihan reputasi suatu lembaga finansial atau perusahaan, juga ongkos yang harus dikeluarkan
untuk membiayai berbagai proses hukum sehubungan dengan kasus kejahatan yang menimpa suatu lembaga jasa finansial pembayaran atau perusahaan dagang
yang menggunakan jasa pembayaran elektronik dalam transaksinya. Sistem pembayaran dengan kartu kredit merupakan sistem pembayaran
populer yang banyak diterapkan di jasa perdagangan online di internet. Penggunaan sistem pembayaran dengan kartu kredit pertama kali diperkenalkan
sekitar antara tahun 1949 kartu kredit Diner’s Club dan tahun 1958 kartu kredit American Express. Kedua kartu kredit ini menggunakan strip atau pita magnetik
dengan data yang tidak terenkripsi serta berbagai informasi yang hanya bisa dibaca read-only information. Namun seiring dengan perkembangan teknologi,
jenis-jenis kartu kredit yang ada sekarang merupakan jenis “kartu kredit berteknologi pintar” yang dilengkapi dengan ekripsi data dan kapasitas
penampungan data yang lebih besar daripada jenis-jenis pendahulunya. Pada tahun 1996 Visa dan Master Card mengumumkan bahwa mereka
telah bekerjasama mengembangkan sebuah protokol tertentu yang menjamin keamanan transaksi perbankan di internet. Proses ini melibatkan penggunaan
teknologi enkripsi digital signature tingkat tinggi, juga sertifikat keamanan yang menyatu dengan proses transaksi itu sendiri sehingga tidak bisa diotak-atik oleh si
pengguna sendiri atau bahkan orang lain yang berniat jahat. Biaya keamanan yang harus ditanggung oleh pengguna kartu kredit tentu saja tidak murah akibat adanya
penggunaan teknologi yang berbasis keamanan ini, ini tercermin dari biaya transaksi yang tidak kecil setiap kali kartu kredit itu digunakan untuk transaksi.
Setiap kali akan bertransaksi di internet, seorang pengguna kartu kredit haruslah menyediakan data detil pribadinya sebagai salah satu otorisasi transaksi
baik untuk layanan jasa maupun jual beli barang yang diaksesnya di internet. Celah keamanan saat pengisian data pribadi yang berisi detil data si pemilik kartu
kredit ini tampaknya menjadi semacam senjata makan tuan. Celah inilah yang banyak digunakan oleh para pelaku kejahatan internet untuk memalsukan otorisasi
transaksi sehingga seakan-akan transaksi tersebut benar-benar telah valid disetujui oleh si pemilik kartu kredit.
Namun demikian selain berbagai resiko keamanan, penggunaan kartu kredit masih mempunyai beberapa keunggulan seperti antara lain:
- Kartu kredit memungkinkan Anda untuk membeli barang atau jasa tanpa
harus membawa sejumlah uang secara tunai. -
Setiap transaksi pembelian atau pengeluaran dana akan selalu tercatat dengan baik.
- Anda bisa memesan suatu barang melalui surat mail-order dan kemudian
dibayar dengan menggunakan kartu kredit -
Kartu kredit memungkinkan Anda membeli barang berharga mahal dengan cara mencicil setiap bulannya.
- Pada suatu kasus tertentu, Anda bisa menangguhkan pembayaran terhadap
- suatu barang yang sudah Anda beli bila Anda meragukan keamanan
pembayaran yang akan Anda lakukan.
- Memiliki kartu kredit berarti Anda tidak perlu merasa khawatir bepergian
- dan berbelanja ke luar negeri tanpa membawa mata uang lokal.
- Dengan memiliki kartu kredit akan memudahkan anda untuk pembayaran
- tagihan bulanan atau pun tagihan pajak secara otomatis.
Dengan kehadiran cara pembayaran online menggunakan kartu kredit, kemudahan belanja jarak jauh semakin mungkin untuk dilakukan. Anda tidak
perlu keluar negeri hanya untuk membeli barang produk buatan luar negeri. Cukup berbelanja melalui internet, dan melakukan pembayaran dengan kartu
kredit, maka barang akan diantarkan sampai ke alamat Anda dengan selamat. Upaya-upaya pendeteksian dan pencegahan terhadap tindak penipuan dan
penyalahgunaan kartu kredit semakin perlu dipertimbangkan dalam hal manajemen resiko yang diterapkan di berbagai industri kartu kredit dan
perusahaan jasa layanan e-commerce. Menurut sebuah studi mengenai profitabilitas layanan kartu kredit oleh
bank sehubungan dengan aspek Manajemen Kartu Kredit, industri perdagangan online dan jasa pembayaran online mengalami kerugian mencapai satu milyar
dolar setiap tahunnya akibat adanya tindak penipuan dan penyalahgunaan kartu kredit. Ini baru dihitung dari besarnya kerugian akibat adanya kartu-kartu kredit
yang kebobolan, belum dihitung berapa besar kerugian yang dibebankan kepada para merchant pedagang akibat tindak penipuan melalui mail-order atau
telephone order ; biasa disebut MOTO layanan jual beli melalui transaksi surat menyurat; semacam katalog dan jual beli melalui telepon ; biasa dilakukan di
negara-negara maju.
Tingkat kerugian ini meningkat dengan drastis dalam beberapa tahun terakhir ini, dimana tindak penipuan dan pemalsuan kartu kredit biasanya
menggunakan tehnik terbaru yaitu dengan mengakali sistem pembayaran Cardholder-Not-Present CNP yang biasa diterapkan dalam sistem pembayaran
transaksi online di internet, kemudian dikenal dengan istilah CNP Fraud. Di Inggris sendiri pada tahun 2004,kejahatan CNP fraud sendiri telah menyebabkan
kerugian senilai 116.4 juta poundsterling, sementara itu di Amerika hal yang sama menyebabkan kerugian sebesar 428.2 juta dolar, sementara di Perancis
menyebabkan kerugian sekitar 126.3 juta frank dalam periode yang sama. Financial Times, January 2005; UN World Report on Electronic Fraud,
December 2004.
1. Strategi Kepolisian Dalam Mengatasi Kendala Penyidikan