WBR sebagai Karya Sastra Wawacan Pendekatan Struktur

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analisis, metode ini digunakan untuk mendeskripsikan, mengklasifikasi, menganalisis data, kemudian mengabstraksi hasil analisis dalam bentuk simpulan. Penyajian wawacan sebagai genre puisi tradisional memiliki tradisi tertentu, WBR ini dikaji dari sudut struktur formalnya. WBR merupakan puisi naratif. Sebagai karya sastra naratif WBR memiliki unsur-unsur dasar dari narasi yakni, plot, tokoh, dan tema. WBR sebagai struktur naratif akan dikaji dari segi alur, tokoh, dan tema. Dalam pandangan struktural WBR sebagai karya memiliki struktur yang padu, WBR merupakan kesatuan yang dibangun oleh unsur struktur, dan unsur struktur saling kait-mengait dalam membangun kesatuan karya. Keterjalinan struktur WBR dikaji dengan sturktur peran dari A.J Greimas BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 WBR sebagai Karya Sastra Wawacan

WBR merupakan karya sastra tradisional seperti halnya karya-karya sastra Sunda yang lain yang tertulis dalam naskah, karya tersebut hampir menyeluruh termasuk karya-sastra tradisional. Setiap jenis karya sastra tradisional memiliki ciri- ciri khusus baik dilihat dari segi wadahwahana yakni sarana perwujudan bahasanya maupun dari ide-ide yang terkandung di dalamnya. Ciri-ciri yang termuat dalam wahana karya sastra beserta ide-ide yang terkandung di dalamnya, memunculkan genre dalam konvensi sastra masyarakatnya. Hal yang berkaitan dengan genrejenis sastra, Wellek Austin Warren mengemukakan 1977 dalam terjemahan 1989: 298 sebagai berikut: “Jenis sastra bukan hanya sekedar nama, karena konvensi sastra yang berlaku pada suatu karya membentuk ciri karya tersebut. Jenis sastra dapat dianggap sebagai suatu perintah kelembagaan yang memaksa pengarangnya. ” Jadi pada dasarnya jenis-karya-sastra-apa-pun terdapat konvensi dalam penyajiannya, apalagi WBR karya sastra tradisional wawacan, yang memang wawacan memiliki matra yang harus dipatuhi.

2.2 Pendekatan Struktur

Menurut pandangan strukturalisme, karya sastra adalah sebuah struktur. Konsep dasar pandangan strukturalisme Piaget 1968 terjemahan 1995; Hawkes, 1978: 16 meliputi 1. the idea of wholeness konsep totalitas yakni sebuah struktur terbentuk dari serangkaian unsur-unsur yang merupakan kesatuan. 2 the idea self-regulation konsep pengaturan diri yang mengisyaratkan bahwa struktur terlindungi atau tertutup, dengan demikian WBR memiliki self-sufficient rules aturan yang mencukupi dirinya yang tidak membutuhkan apa pun di luar dirinya, 3 in the idea of transformation konsep transformasi yakni ide yang menjadikan sebuah struktur tidak keluar dari perbatasannya melainkan sekadar melahirkan unsur-unsur yang tetap menjadi milik struktur tersebut dan melahirkan kaidah-kaidahnya. Teks WBR sebagai sebuah struktur merupakan sebuah kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang memiliki konsep pengaturan diri, mencukupi dirinya sebagai sebuah kesatuan dalam arti tak membutuhkan apa pun di luar karya itu. “Dalam sebuah struktur kelihatan tata susunan serta keberkaitan intern. Bagian- bagian baru memperoleh arti kalau dipandang dari keseluruhan, dan keseluruhan baru dapat dimengerti kalau kita memperhatikan bagian-bagiannya” Luxemburg., cs, 1982: 57. Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semenditel, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh Teeuw, 1984: 135. Teks WBR sebagai teks naratif dibangun oleh sejumlah struktur yang tumpang tindih. Struktur yang akan dianalisis adalah: Pertama, struktur formal, pengkajian struktur formal meliputi dua sudut pandang. Sudut pandang pertama struktur formal dilihat dari sudut pandang penyajian. Penyajian WBR dapat dibedakan ke dalam 3 bagian, a manggala, b kisah, c epilog atau penutup yang di dalamnya terdapat kolofon. Sudut pandang kedua mengkaji WBR sebagai karya wawacan yang dibangun oleh sejumlah pupuh. Kedua, struktur naratif tradisional. WBR merupakan salah satu sambutan terhadap kisah Rama. Kisah Rama tertua dalam bentuk tulisan yakni KR. “Kakawin memiliki struktur naratif yang khas yang terdiri dari: manggala, lukisan berupa pemandangan alam, wajah, dan percintaan, ajaran, dan perang” Pradotokusumo, 2005. Struktur naratif tradisional kakawin masih sangat jelas dalam WBR. Struktur naratif tradisional yang masih tersisa dalam WBR ini terutama ajaran, sangat penting dibahas dengan tujuan, penggalian makna WBR secara lengkap. Pengkajian unsur ajaran akan dikaitkan dengan pengkajian struktur formal. Menurut Robson 1994 dalam edisi terjemahan: 16 pemahaman sastra klasik yakni, mencoba merekonstruksi keaslian sebuah teks agar bentuk yang pertama kali diciptakan oleh penulisnya dipahami sedekat mungkin. Kedua struktur naratif. “Meskipun karya seni tidak bisa dibagi menjadi unsur-unsur, masih mungkin menganalisis struktur artistiknya melalui faktor- faktornya” Fokkema, 1998: 27, Edisi terjemahan. Faktor pembangun teks naratif adalah plot, tokoh, dan latar ruang Fokkema, 1998: 25, Edisi terjemahan. Faktor konstruktif sentral pada karya sastra naratif adalah plot Ibid. “Plot atau alur ialah konstruksi deretan peristiwa yang secara logik kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku” Luxemburg., Cs, 1984: 149. Tokoh adalah para pelaku dalam narasi, dan ruang adalah tempat peristiwa tertentu terjadi Ibid: 137-142. Penelitian struktur ini hanya meliputi plotalur, tokoh, dan tema, karena dengan mengungkap ketiga unsur tersebut dapat mengungkap kebulatan dari karya. Dari pengkajian alur dan tokoh dikaji temanya sebagai ide dasar dari sebuah karya.

2.3 Struktur Naratif