PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS VIII SMP HARAPAN MANDIRI MEDAN.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TIPE

KEPRIBADIAN TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI

SISWA KELAS VIII SMP HARAPAN MANDIRI MEDAN

TESIS

OLEH

JUDIKA.A.MANIK NIM. 8126122026

Tesis ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

i ABSTRAK

Manik. A. Judika. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP Harapan Mandiri Medan. Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) hasil belajar geografi siswa SMP Harpan Mandiri Medan yang diajar dengan model pemeblajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi dibandingkan hasil belajar geografi yang diajarkan dengan model pembelajaran tipe jigsaw, (2) secara keseluruhan, siswa yang memiliki kepribadian tipe esktrovert memiliki hasil belajar geografi yang lebih tinggi dibanding siswa yang memiliki tipe kepribadian introvert, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan tipe kepribadian terhadap hasil belajar Geografi siswa SMP Harapan Mandiri Medan.

Penelitian ini dilakukan pada siswa SMP Harapan Mandiri Medan kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 terhadap hasil belajar Geogra fisiswa. Teknik pengambilan sampel digunakan dengan Cluster Random Sampling berdasarkan tipe kepribadian siswa, sehingga sampel penelitian ini pada kelompok pembelajaran masing-masing terdiri dari 42 untuk eksperimen dan 42 orang untuk kelompok kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan faktorial 2 x 2. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis varian dua jalur dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan Uji F, pengujian lanjut menggunakan Uji Scheffe.

Temuan penelitian menunjukan (1) Hasil belajar Geografi Siswa harapan madiri Medan yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran tipe Jigsaw pada taraf signifikan = 0,05 dengan Fh sebesar 4,08 dan Ftabel = 3,96, jadiFhitung> Ftabel = 4,08>3,96. Hipotesis Telah teruji kebenarannya Ha diterima dan Ho ditolak. (2) hasil perhitungan tentang perbedaan hasil belajar Geografi antara kelompok siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan Fh sebesar 27,45 dan Ftabel = 3,96jadi Fhitung> Ftabel = 27,45>3,96, maka hipotesis telah teruji kebenaranya Ha diterima dan Ho ditolak, (3) Besarnya rata-rata hasil belajar Geografi setiap pembelajaran A1B1 = 45,42dan A1B2 = 36,96 sedangkan A2B1 = 39,71dan A2B2 = 38,05. Hasil perhitungan Anava Factorial diperoleh hasil perhitungan Fh = 14,01 dan harga tabel adalah Ft(0,05)(1,80) = 3,96, sehingga dapat dinyatakan Fh(14,01) > Ft(3,96), maka hipotesis telah teruji kebenarannya Ha diterima Ho ditolak.

Dengan demikian semakin baik model pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan pembelajaran Geografi, maka semakin tinggi hasil belajar Geografi siswa, atau semakin tinggi keaktifan siswa dalam belajar dengan model pembelajaran, maka semakin tinggi pencapaian kompetensi yang diperoleh siswa, interaksi antara model pembelajaran dan tipe kepribadian akan memberikan dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar geografi siswa. Akan tetapi pengaruh model pembelajaran lebih banyak memberikan pengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa dibandingkan dengan tipe kepribadian siswa.


(5)

ii ABSTRACK

MANIK. A. JUDIKA. (2015) Effect of Cooperative Learning Models And Personality Types Of Student on the Learning Outcomes Geography Class VIII SMP Harapan Mandiri Medan. Thesis , Department of Educational Technology , Graduate University of Medan

This study aims to determine: (1) the results of junior high school students to learn geography field of Good Hope Self taught by cooperative models TSTS pemeblajaran higher than the results of learning geography is taught with jigsaw-type learning model, (2) overall, students who have a personality type esktrovert geography education outcomes are higher than students who have introverted personality type, (3) there is an interaction between cooperative learning and personality types of the junior high student learning outcomes Geography of SMP Harapan Mandiri Medan.

This research was conducted at the junior high school students of class VIII Harapan Mandiri Terrain semester academic year 2013/2014 on learning outcomes geography. The sampling technique used by cluster random sampling based on the type of personality of students, so that the study sample in each study group consisted of 42 to 42 people for the experimental and control groups. The method used is a quasi experiment with 2 x 2 factorial analysis technique used is the analysis of variance of two lanes with a significance level α = 0.05 by F test, further testing using Scheffe test.

The research findings show (1) Results of Geography Students learn self-Terrain hope taught by cooperative learning model TSTS higher than the learning model of Jigsaw at significance level = 0.05 to 4.08 and Ftabel Fh = 3.96, jadiFhitung> Ftable = 4.08> 3.96. The hypothesis has been verified Ha Ho accepted and rejected. (2) the results of the calculation of the difference between the results of learning geography students who have personality types extrovert and introvert personality type at significance level α = 0.05 at 27.45 and Ftabel Fh = 3,96jadi F count> F table = 27.45 > 3.96, the hypothesis has been tested kebenaranya Ha Ho accepted and rejected, (3) the average size of each learning outcome study Geography 45,42dan A1B2 A1B1 = = 36.96 while 39,71dan A2B2 A2B1 = = 38.05. Factorial ANOVA calculation results obtained calculation results Fh = 14.01 and the price table is Ft (0.05) (1.80) = 3.96, so that it can be stated Fh (14.01)> Ft (3.96), then hypothesis has been verified accepted Ha Ho is rejected.

Thus the better the learning model used in delivering learning Geography, the higher the Geography student learning outcomes, or the higher the activity of students in learning with the learning model, the higher the student achievement of competencies acquired, the interaction between the model of learning and personality type will provide positive impact in improving student learning outcomes geography. However, the influence of the learning model more influence on student learning outcomes geography compared with the type of personality of students.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP Harapan Mandiri Medan ”. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar master kependidikan di Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Penelitiaan ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi pembelajaran. Sejak mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Tuhan memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Kepada Ayahanda Albert Manik, Ibunda Nurpina Simanullang, Kakak dan abang ku Elfrida Manik, SE, Reynhart Manik, SE, David Manik, Seprinalia Manik, S.Pd dan Adikku July Drusilla Manik, SE. ananda ucapkan terima kasih yang tak terhingga yang telah memberikan dorongan, motivasi dan nasehatnya


(7)

yang menyejukkan hati serta cinta kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang, M. Pd, selaku Dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Binsar Panjaitan, M. Pd selaku Dosen Pembimbing II. Untuk membimbing dan mengarahkan penulisan. Sumbangan pikiran yang amat berharga sejak awal pemunculan ide dan kritik demi kritik serta pertanyaan kritis guna mempertajam gagasan telah membuka dan memperluas cakrawala berpikir penulis dalam penyusunan tesis ini. Juga untuk dorongan beliau agar penulis segera menyelesaikan studi secepatnya.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd , Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd , Bapak Dr. Restu Hariadi, M. Pd selaku Narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd dan Bapak Dr. R. Mursid, M. Pd, selaku

Ketua dan Sekretaris Program Teknologi Pendidikan yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis. 5. Direktur, Asisten Direktur I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana

UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan tesis ini, Bapak Asrul, S. Pdi sebagai staf Prodi Teknologi Pendidikan yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam administrasi perkuliahan di Unimed 7. Kepala Sekolah SMP Harapan Mandiri Medan, Rusmayadi S.pd,MM yang telah


(8)

8. Serta rekan-rekan satu angkatan 2012 dari Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua yang telah diberikan oleh Bapak/Ibu serta saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya Teknologi Pendidikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Februari 2014

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi Masalah ………. 9

C. Batasan Masalah ……… 9

D. Rumusan Masalah ………. 10

E. Tujuan Penelitian ……….. 10

F. Manfaat Penelitian ……… 11

BAB II : KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Hasil Belajar geografi ... 12

2. Hakikat Model Pembelajaran kooperatif ... 23

a. Model Pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray 30

b. Model Pembelajaran Kooperatif Jiggsaw ... 42

3. Hakikat Tipe Kepribadian Siswa ... 49

B. Penelitian Yang Relevan ... 60

C. Kerangka Berpikir ... 62

D. Pengajuan Hipotesis ... 68

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 69

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 69

C. Metode Penelitian dan Rancangan penelitian ... 70

D. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan 1. Prosedur Perlakuan ... 71

2. Pelaksanaan Perlakuan ... 71

E. Pengontrolan Perlakuan 1. Validitas Internal ... 73

2. Validitas Eksternal ... 74

F. Defenisi Operasional ... 75

G. Teknik dan Alat Pengumpul Data 1. Instrumen Pengumpulan Data ... 78

2. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data ... 81


(10)

b. Taraf Kesukaran ... 81

c. Uji Reliabilitas ... 82

H. Teknik Analisis Data ... 82

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 85

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 95

1. Uji Normalitas Data ... 95

2. Homogenitas Varian Sampel ... 97

C. Pengujian Hipotesis ... 99

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 106

E. Keterbatasan Penelitian ... 124

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.

Simpulan

B.

Implikasi

C.

Saran

D

AFTAR PUSTAKA ………

129


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Rata- rata geografi SMP Harapan Mandiri Tahun ajaran 2012/2013 7

2. Pelaksanaan Model Pembelajaran TSTS ... 38

3. kelebihan dan Kekurangan Model TSTS ... 41

4. Pelaksanaan Model Jigsaw ... 45

5. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 70

6. Prosedur Model Kooperatif Tipe TSTS ... 72

7. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Geografi ... 78

8. Kisi-kisi Instrumen Tipe Kepribadian ... 80

9. Hasil belajar geografi yang dibelajarkan dengan tipe Kooperatif TSTS 85

10.Hasil Belajar geografi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran tipe Jigsaw ... 87

11.Hasil belajar Geografi siswa dengan tipe kepribadian Ekstrovert ... 88

12.Hasil belajar Geografi siswa dengan tipe kepribadian Introvert ... 89

13.Hasil belajar geografi siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif TSTS dengan tipe kepribadian Ekstrovert ... 90

14.Hasil belajar geografi siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif TSTS dengan tipe kepribadian Introvert ... 91

15.Hasil belajar geografi siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif Jigsaw dengan tipe kepribadian Ekstrovert... 93

16.Hasil belajar geografi siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif Jigsaw dengan tipe kepribadian Introvert ... 94

17.Hasil belajar geografi siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif TSTS Dan model pembelajaran Jigsaw ... 95

18.Rangkuman uji normalitas hasil belajar geografi siswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert ... 96

19.Rangkuman uji normalitas hasil belajar geografi siswa untuk model pembelajaran berdasarkan tipe kepribadian ... 96


(12)

20.Perhitungan homogenitas hasil belajar geografi siswa ang dibelajarkan dengan model pemebelajaran koperatif tipe TSTS dan Model pembelajaran

tipe Jigsaw ... 97

21.Uji homogenitas ... 98

22.Ringkasan hasil perhitungan uji homogenitas kelompok model pembelajaran menurut tipe kepribadian ekstrovert dan introvert ... 98

23.Rangkuman Data Hasil Perhitungan Ananlisis Deskriptif... 99

24.Ringkasan Hasil Perhitungan ANAVA Faktorial 2 x 2 ... 100


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Histogram Hasil belajar geografi yang dibelajarkan dengan tipe TSTS 86 2. Histogram Hasil belajar geografi yang dibelajarkan dengan tipe Jigsaw… 87 3. Histogram Hasil belajar geografi yang dibelajarkan dengan tipe kepribadian

ekstrovert ... 88 4. Histogram Hasil belajar geografi yang dibelajarkan dengan tipe kepribadian

introvert ... 89 5. Histogram Hasil belajar geografi yang dibelajarkan dengan tipe TSTS dengan tipe kepribadian ekstrovert ... 91 6. Histogram Hasil belajar geografi yang dibelajarkan dengan tipe TSTS dengan tipe kepribadian Introvert ... 92 7. Histogram Hasil belajar geografi yang dibelajarkan dengan tipe Jigsaw

dengan tipe kepribadian ekstrovert ... 93 8. Histogram Hasil belajar geografi yang dibelajarkan dengan tipe TSTS dengan tipe kepribadian Introvert ... 95 9. Interaksi model pemebelajaran dan tipe kepribadian terhadap hasil belajar


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif Tipe TSTS ... 130

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw ... 166

3. Instrumen Tes Hasil Belajar geografi ... 191

4. Instrumen Tes Tipe kepribadian ... 198

5. Skenario Model Pembelajaran ... 200

9. Analisis Butir Soal Hasil Belajar Geografi ... 201

10. Data Induk Penelitian ... 202


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendas ar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

Setelah diamati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenu hi pembangunan bangsa di berbagai bidang.


(16)

Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP). Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu: (1). Rendahnya sarana fisik,(2).Rendahnya kualitas guru, (3). Rendahnya kesejahteraan guru, (4).Rendahnya prestasi siswa,(5).Renda hnya kesempatan pemerataan pendidikan, (6) .Rendahnya relevansi pendidikan de ngan kebutuhan,(7). Mahalnya biaya pendidikan.

Model pemebelajaran Kooperatif khususnya Mata pelajaran Geografi perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan geografi kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran geografi cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan geografi kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang


(17)

direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

Menurut Muchit (2007) menyatakan bahwa tidak semua guru memiliki kemampuan dalam penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik. Guru juga tidak semuanya memiliki kemampuan dalam melakukan model pemebelajaran, apalagi dalamkonteks pemelajaran kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) akibatnya pembelajaran dilakukan asal jalan, asal materi disampaikan, dan asal materi habis, soal peserta didik memahami materi atau kurang mendapat perhatian dari guru. Pada kenyataan yang terjadi dilapangan guru yang menggunakan model pembelajaran ekspositori terlalu banyak memberikan arahan dan mengabaikan salah satu langkah penting yaitu menarik perhatian siswa dengan cara memaparkan manfaat informasi yang terdapat dalam materi yang dipelajari sehingga infomasi tersebut lebih bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas dasar prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu didasari atas pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah karena pertimbangan lain sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat? Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul


(18)

memperoleh label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik. Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu.

Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam pendidikan kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran Jigsaw). Pada pembelajaran Jigsaw, guru menjadi pusat pembelajaran, berperan mentransfer dan meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya. Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan dikelaspun juga individual.

Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.

Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran


(19)

yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Wagitan (2006:88) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif karena banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.

Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.

Selain model pembelajaran sebagai faktor luar yang mendukung hasil belajar siswa, juga terdapat faktor- faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar salah satu diantaranya tipe kepribadian . Tiap orang memiliki kepribadian yang berbeda antara satu dengan yang lainya sehingga


(20)

kepribadian yang ada pada diri seseorang sedikit banyaknya mempengaruhi hasil belajarnya.

Banyak ahli mendefinisikan kepribadian dan masing – masing memiliki perbedaan pandangan . Jung seperti dikutip oleh Hall & Lindzey,(2005 : 181) melihat kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur, Jung menekankan asal usul kepribadian pada ras. Manusia membawa banyak kecenderungan yang diwariskan oleh leluhurnya, kecenderungan ini membimbing tingkah lakunya dan sebagian menentukan apa yang akan disadari dandirespon dalam dunia pengalaman. Kepribadian menimbulkan hal –hal positif yang ada pada diri siswa. Hal ini sangat penting dalam mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa.

Setiap individu terjadi variasi individual dalam perkembangan yang menyangkut variasi yang terjadi pada aspek fisik maupun psikologis. Hal ini terjadi karena perkembangan itu sendiri merupakan suatu proses perubahan yang kompleks, melibatkan berbagai unsur yang saling berpengaruh satu sama lain. Perbedaan yang paling mudah dikenali adalah perbedaan fisik, seperti bentuk badan, warna kulit, bentuk muka, tinggi badan, sikap perilaku seperti kelincahan, banyak bergerak, suka bicara, pendiam, tidak aktif, dan nada suaranya rendah.

Dalam setiap pertemuan belajar geografi sebagian peserta didik tidak terlalu bergairah dan cenderung pasif,sikap kurang antusias ketika pelajaran berlangsung disebabkan salah satunya adalah problem yang bersifat metodologis, yaitu problem yang berkaitan dengan upaya atau proses pemebelajaran yang menyangkut masalah kualitas penyampaian materi, kualitas interaksi antara guru dan peserta didik,kualitas pemberdayaan sarana dan elemen dalam pembelajaran.


(21)

Materi akan mudah diterima dan dipahami peserta didik jika guru tidakmemilki problem metodologis dalam pembelajaran.

Pemahaman materi geografi pada setiap pertemuan dikelas masih sangat kurang maksimal, urutan pembelajaran yang dilakuakan di SMP Harapan Mandiri Medan sesuai dengan rencana pembelaran yang sudah disediakan guru. Proses pemebelajaran yang dilakukan selama beberapa tahun cenederung melakukan pemebajaran ekspositori dan pembelajaran langsung. Hal ini dilihat dari rata- rata nilai geogrfi peserta didik SMP Harapan Mandiri Medan kelas VII pada tahun 2012/2013

Tabel 1. Nilai rata-rata geografi kelas VII SMP Harapan Mandiri Medan No Kelas Nilai rata-rata Geografi KKM

1 VIII A 68 70

2 VIII B 66 70

3 VIII C 66 70

Data empirik hasil belajar geografi di SMP Harapan Mandiri Medan masih tergolong cukup, namun hakekat belajar bukan hanya berorientasi pada hasil tetapi juga diperhatikan bagaimana proses pembelajaran tersebut berlangsung, apakah proses pembelajaran tersebut benar-benar menggali dan menghargai peserta didik, atau apakah semata-mata mengejar target angka untuk kelulusan peserta didik.

Penekanan yang lebih kuat pada pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan berpikir, mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman dan menggali potensi yang ada pada dirinya sehingga peserta didik mampu menempatakan dirinya baik sebagai objek


(22)

maupun sebagai subjek dalam kegiatan belajar yang tentunya akan berdampak pada meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami dan mendalami materi.

Dalam meningkatkan hasil belajar geografi peserta didik dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang mampu untuk lebih memberdayakan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat memakssimalkan pemahamana peserta didik adalah model pembelajaran kooperatif yang merupakan model pembelajaran yang berorientasi kepada saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal keahlian kerjasama, dan proses kelompok antara peserta didik (Djamarah, 2010). Model pembelajaran kooperatif menekan pada pola kerjasama peserta didik dalam membantu kelompok kecil dan lebih menginginkan penghargaan kelompok daripada penghargaan individual. Kerjasama yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar dapat memberi berbagai pengalaman belajar yang baik serta menarik perhatiannya, karena peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, menentukan pilhan, dan mengembangkan kebiasaan yang baik.

Tipe kepribadian ini memiliki ciri-ciri yang saling bertolak belakang satu dengan lainnya. Eysenck (dalam McFatter, 1994) menyatakan bahwa salah satu sifat individu yang bertipe extrovert adalah bersifat sosial, individu yang bersifat sosial suka berkenalan dengan teman-teman baru dan lebih sering terlibat dalam kegiatan- kegiatan organisasi sosial. Dilihat dari ciri aktivitas sosial, maka siswa yang extrovert memiliki kecenderungan untuk terlibat


(23)

dalam aktivitas sosial yang berdampak pada banyaknya waktu dan perhatian yang tercurah dalam aktivitas sosial tersebut.

Aktivitas sosial yang dimaksud termasuk kesukaan bergaul dengan banyak orang. Siswa extrovert dengan mudah membangun suatu hubungan .Hal ini mengakibatkan kurangnya perhatian dan waktu yang cukup untuk belajar, dalam hal ini belajar mata pelajaran geografi. Eysenck (Eysenck & Wilson, 1976) juga menegaskan bahwa individu yang bertipe kepribadian extrovert lebih menyukai orang daripada buku. Hal ini mempertegas bahwa siswa yang extrovert lebih cenderung menggunakan waktunya untuk bersosialisasi dengan siswa lain dari pada menggunakan waktunya untuk belajar mata pelajaran Geografi, Sementara individu yang bertipe introvert memiliki ciri menarik diri dari lingkungan pergaulan kecuali dengan teman yang cukup dikenalnya/akrab karena mengandung sifat pemalu juga. Hal ini membuka peluang yang lebih besar bagi siswa yang introvert untuk menggunakan waktu untuk belajar, Hal ini sesuai dengan ciri individu yang memiliki kecenderungan tipe introvert lebih menyukai buku daripada orang,

Pemecahan masalah geografi diyakini merupakan salah satu materi penting dalam kehidupan sehari-hari. Menyadari akan hal tersebut, maka sebagai pendidik harus senantiasa mengusahakan agar pemecahan masalah geografi dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pendekatan kepada peserta didik lebih secara pribadi, melalui kesadaran bahwa setiap manusia berbeda, baik perbedaan tingkah laku maupun terlebih pada perbedaan proses berpikir. Pendidik seharusnya mengetahui proses berpikir peserta didiknya, agar dapat merancang pembelajaran


(24)

yang bersesuaian sehingga suasana belajar lebih terasa mudah dan menyenangkan bagi peserta didik. Perbedaan yang muncul pada setiap manusia, diyakini oleh para ahli psikologi akibat perbedaan kepribadian. Kepribadian yang berbeda pada setiap manusia, ternyata dapat digolongkan berdasar kesamaan kecenderungannya, hingga membuahkan penggolongan tipe kepribadian. Pada penelitian kali ini, penggolongan tipe kepribadian dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipr ekstrovert dan introvert, setiap tipe kepribadian mempunyai perbedaan profil proses berpikir dalam menyelesaikan masalah. Berdasar profil proses berpikir yang didapat, akan dibuat model pembelajaran berbasis tipe kepribadian. Dengan merancang Model Pembelajaran kooperatif. Tipe Kepribadian, maka model pembelajaran yang dibuat diharapkan membantu peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal, karena model pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing peserta didik menyebabkan peserta didik merasa segala sesuatunya berjalan dengan lancar, hingga diharapkan dapat menaikkan keaktifan, dan pemahaman peserta didik pada bidang studi geografi.

Penyesuaian Diri pada peserta didik amatlah dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hubungan antara individu dengan individu lainnya dan hubungan individu dengan lingkungannya. Adjustment itu sendiri adalah mencakup aspek kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan social dan tanggung jawab. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yang baik (Well Adjustment) adalah kepribadian ekstrovert, yaitu mempunyai orientasi diri keluar atau ekstrovert, siswa yang mempunyai kepribadian ekstrovert bersikap respek, empati terhadap orang lain mempunyai kepedulian


(25)

terhadap situasi, atau masalah-masalahnya dan bersifat fleksibel dalam berpikirnya

Model kooperatif yang akan dikembangkan dalam penelitian ini diduga dapat lebih mengoptimalkan kemampuan peserta didik untuk bekerjasama dan saling membantu dalam memahami materi pembelajaran dan dapat juga menarik minat dan perhatian peserta didik melaluiperanan guru sebagai motivator yang kreatif dalam upayanya meningkatkan motivasi peserta didik.

Model kooperatif yang akan dikembangkan dalam peneliyian ini diduga dapat lebih mengoptimalkan kemampuan peserta didik untuk bekerjasama dan saling membantu dalam memahami materi pembelajaran dan dapat juga menarik minat dan perhatian peserta didik melaluiperanan guru sebagai motivator yang kreatif dalam upayanya meningkatkan motivasi pesrta didik.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat didentifikasikan masalah sebagai berikut: (1) bagaimanakah urutan penyampaian materi geografi yang baik? (2) Bagaimana strategi/nodel mempertimbangkan karakteristik/ hakikat dari mata pelajaran yang diasuhnya menyamapaikan pembelajaran kepada siswa ? (4) Adakah guru mengetahui berbagai model pembelajaran dalam pemebelajaran geografi ? (4) Apakah guru telah memanfaatkan bahan-bahan bacaan atau pustaka yang tersedia untuk memperkaya bahan ajar siswa? (5) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar jika diajarkan dengan model pembelajaran yang berbeda? (6) Apakah model pembelajaran two stay two stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa (7) Apakah hasil belajar siswa yang diterapkan dengan model


(26)

TSTS lebih tinggi dari pada yang diterapkan dengan model JIGSAW ? Adakah pengaruh tipe kepribadian terhadap hasil belajar siswa?

C.Pembatasan Masalah

Bertitik tolak dari identifikasi masalah, maka masalah yang akan dikaji pada penelitian ini dibatasi masalah yang berkaitan dengan (1) Hasil belajar geografi siswa Kelas VIII SMP Harapan mandiri Medan. (2) Model Pembelajaran dalam penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan TSTS (two stay two Stray) dan model pembelajaran Jigsaw dan pengaruhnya terhadap hasilbelajar siswa. (3) Karakteristik siswa terdiri atas tipe keprbadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert (4) Hasil belajar siswa dibatasi pada mata pelajaran Geografi siswa SMP Harapan Mandiri kelas VII semester genap.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah hasil belajar Geografi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ?

2. Apakah hasil belajar Geografi siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert lebih tinggi dari siswa yang memiliki tipe kepribadian introvert?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kepribadian dalammemepengaruhi hasilbelajar siswa ?


(27)

E. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh model pembelajaran tipe TSTS dan model pembelajaran Jigsaw serta motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar geografi siswa SMP Kelas VIII. Sedangkan secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar geografi yang dibelajarkan dengan model TSTS dan yang dibelajarkan dengan model Jigsaw.

2. Untuk menngetahui hasil belajar geografi siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert

3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan tipe kepribadia siswa terhadap hasil belajar geografi siswa.

F.Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis penelitian ini memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pemebelajaran khususnya yang berkaitan dengan penerapan model pemeblajaran kooperatif tipe TSTS dan Jigsaw. Selain itu manfaat seagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi mahasiswa dan dosen,pengelola, pengembang, lembaga pendidkan dan peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji secara lebih mendalam tentang hasil penerapan model pemebelajaran kooperatif dan tipe kepribadian siswa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar geografi siswa, memebrikan gambaran bagi guru dan para peneliti lainya tentang efektifitas dan efisiensi model pemebelajaran kooperatif TSTS dan model Jigsaw terhadap hasil belajar geografi SMP kelas VII


(28)

136 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan

1. Hasil belajar Geografi siswa SMP Harapan MandiriMedanyang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kewirausahaan yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipejigsaw

2. Secara keseluruhan, siswa yang memilki tipe kepribadain ekstrovet lebih tinggi hasil belajar Geografi siswa SMP Harapan MandiriMedan, dibandingkan dengan siswa yang memilki tipe kepribadain introvet

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tipe kepribadainsiswa terhadap hasil belajar Geografi siswa SMP Harapan MandiriMedan

B. Implikasi

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, beberapa implikasi dari hasil penelitian ini yaitu

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTSlebih baik dari model kooperatif tipe jigsawdalam meningkatkanhasil belajar Geografi. Hal ini dikarenakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTSTSsiswa SMP memberi pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Geografi. model pembelajaran kooperatif tipeTSTSmampu memotivasi siswa agar mampu membangun dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya


(29)

123

dalam menyelesaikan persoalan belajarnya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Materi pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang berorientasi terhadap mata pelajaran geografi. Pembelajaran didasarkan pada karakteristik siswa, guru perlu mengetahui tipe kepribadian yang dimiliki siswa sebagai salah satu karakteristik yang turut mempengaruhi hasil belajar, dengan demikian guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran matapelajaran Geografi.

3. Siswa yang memiliki tipe kepribadaian ekstrovet akan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi jika diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTSdibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.Penggunaan model pemebelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, Tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran TSTS ini karena terdapat pemebagian kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temanya, dapat megangatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Model pemebelajaran Kooperatif khususnya Mata pelajaran Geografi perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.. Pembelajaran geografi adalah memberikan fasilitas dan bantuan kepada manusia (peserta didik) untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, dimanapun dia berada.


(30)

124

Proses penyesuaiannya itu, diarahkan untuk menciptakan keseimbangan baru, dan atau keharmonisan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sehingga manusia dan lingkungan dapat berdaya secara maksimalPembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengupayakan semua siswa memiliki tanggung jawab, sebab setiap siswa dari kelompok asal akan menjadi anggota kelompok ahli. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa yang lebih dominan menentukan proses pembelajaran.

4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan Jigsawbukan difokuskan terhadap Teacher-Centered tetapi lebih difokuskan terhadap Student-Centered karena dengan model penyampaian dan pengelola pengajaran dalam model pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTSdiharapkan adanya perpaduan antara siswa dan gurunya sebagaimana filosofi model pembelajaran Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdimodelkan dengan sebuah simfoni. Dalam hal ini siswa bukan saja terdidik belajar mandiri secara individu, sebaliknya adanya kebersamaan antara siswa untuk maju bersama diharapkan tidak ada siswa yang tidak termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.

5. Dalam upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan situasi yang kondusif dalam pembelajaran, guru hendaknya mengambil posisi sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Peran sebagai fasilittaor dan mediator pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dan argumentasinya, sehingga siswa terhindar dari cara belajar menghafal.


(31)

125

6. Hasil penelitian ini juga dapat memotivasi guru dalam mengembangkan model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan Jigsaw dan mempublikasikannya ke media cetak dan jaringan internet. Pengembangan model pembelajaran yang tepat harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Hasil penelitian ini diharapkan guru dapat mengembangkan kemampuannya untuk merancang pembelajaran dengan memperhatikan materi yang tepat yang dapat digunakan dalam pembelajaran, penyusanan skenario dan pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran akan membuat tercapai tujuan pembelajaran yang bermakna.

7. Dalam mengembangkan khasanah pengetahuan di bidang pendidikan dalam upaya pengenalan model pembelajaran Penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdapat dikembangkan melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) ataupun pelatihan-pelatihan bagi guru, workshop ataupun seminar yang memacu guru dalam menggunakan strategi pembelajaran yang menyenangkan dan disesuaikan dengan karakteristik siswa.

C. Saran

Beradasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan, maka disarankan beberapa hal berikut ini :

1. Para guru Geografi disarankan untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.Sebagai model belajar alternatif dalam pembelajaran mata pelajaran Geografi


(32)

126

2. Guru SMP Harapan Mandiri Medan perlu memperhatikan tipe kepribadian siswa yang merupakan aspek kognitif memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa

3. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka guru perlu merancang dan mengembangkan model pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran.

4. Untuk kesempurnaan penelitiaan ini, disarankan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel moderator lain seperti IQ, gaya belajar, motivasi, dan lain-lain. Perlu juga menambah populasi dan sampel yang lebih besar lagi, untuk mengecilkan tingkat kesalahan dan meningkatkan ketelitian hasil dari penelitian


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Asri, Budiningsih. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Aritonang, Mandarisan.2013 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Gaya belajar Terhadap Hasil Belajar Pengantar Bisnis Mahasiswa universitas Methodist Indonesia.Tesis: Universitas Negeri Medan

Arif. 2009. “Penerapan Pemebelajaran koperatif Model Two Stray Two Stay untuk Meningkatkan Aspekkognitif dan Aspek Afektif Siswa Kelas VII SMP N 1 Singosari”. Model_pemebelajaran_kooperatif pdf (diakses 22 Agustus 2014)

Anggi, Nuraini. 2012. “Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap PemahamanKonsep pada Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi: Studi EksperimenPada Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung”. Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 10 No.2 halaman 78. Bandung: Repository UPI. Http:// jurnalunnes.ac.id /index.php/JPFI. Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 10 No.2Halaman 78. Universitas Negeri Bandung (Diakses 25 Oktober 2014)

Artzt, A. dan Newman, C. (1990), How to Use Cooperative Learning in the Mathematics Class, Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics Carl. G. Jung. Psychology and Alchemy. Terj. R.F.C. Hull. London: Routledge,

1968(1953).

Cohen, Louis, Lawrence Manion and Keith Morrison (1994). Research Methodsin Education,Routledge Falmer: London, UK

Davidson, N. (ed.) (1990), Cooperative Learning in Mathematics: A Handbook for Teachers, Menlo Park: Addison Wesley

Djali. 2011. Psikologi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Dick and Carey 2005. Thes Systematic Design of Distruction. New York : Happer Collins Publisher

Gagne,Robert M. Leslie J.Briggs,And Walter W. Wager. 1992. Principles of instructional Design.New York: Holt, Rinerhart and Winston Inc

Hambali. 2013. Psikologi Kepribadian (lanjutan). Bandung: Pustaka Setia.

Hasan, S. Hamid. 2007. Pendidikan Ilmu social. Jakarta: Dikjjen Dikti Depdikbud Joice Bruce and Weil Marsha.2009.Models of Teaching. Yokyakarta : Pustaka Pelajar Karto, Kartini. 2006. Teori Kepribadian. Jakarta: Mandar Maju


(34)

Khadafi. 2005. Perbedaan penerimaan Diri Pada Mahasiswa Dengan Tipe Kepribadian Esktrovert dan Introvert.Skripsi .Online. http://gunadarma.ac.id. Diakses 5 Agustus 2014

Lie ,Anita. 2008. Cooperatve Learning.Jakarta: Grasindo

Miarso (2011). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Panjaitan, B. 2007. Karakteristik Pebelajar dan Kontribusinya terhadap Hasil Belajar.Medan : Poda

Slavin, E Robert.2009. cooperative Learning. Bandung : Nusamedia

Samosir, Pancer.2012. Pengaruh Model Pembelajaran kooperatif Dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa SMP Negeri 1 Paranginan Kabupaten HumbangHasundutan. Tesis: Universitas Negeri Medan

Suparman, Atwi.2004 . Design Isntructional. Jakarta: PAU- PPAIUT

Suryabrata, Sumadi. 1983. Psikologi Kepribadian.Jakarta: RajaGrafindo persada

Syaiful, Aswan. 2006. Pengertian Hasil Belajar Menurut Ahli. (http://www.inforppsilab

us.com/2014/10/12).

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Walgito, Bimo.2001. Psikologi social suatu pengantar. Jokjakarta: Andi

______Kelemahan & Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif.http://ww.Scibd.com/d oc/28143712/ Bab-2-cevi-Baru. ( online ). Diakses Oktober 2014

_____Prinsip prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif http.//ww. Scribd.Com /doc000/d /641198881/33 prinsip prinsip dasar pembelajarankooperatif.(online).Diakses 18

oktober 2014.

Kelemahan dan kelebihan TGT http://gurupkn.wordprees.com/2012/03/10/meto

de-team gamestournament-tgt

http://nurhikmaa.blogspot.com/2012/04/sejarah-geografi-dan-tokoh-geografi.html diakses pada tanggal 05 desember 2014


(1)

dalam menyelesaikan persoalan belajarnya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Materi pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang berorientasi terhadap mata pelajaran geografi. Pembelajaran didasarkan pada karakteristik siswa, guru perlu mengetahui tipe kepribadian yang dimiliki siswa sebagai salah satu karakteristik yang turut mempengaruhi hasil belajar, dengan demikian guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran matapelajaran Geografi.

3. Siswa yang memiliki tipe kepribadaian ekstrovet akan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi jika diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTSdibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.Penggunaan model pemebelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, Tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran TSTS ini karena terdapat pemebagian kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temanya, dapat megangatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Model pemebelajaran Kooperatif khususnya Mata pelajaran Geografi perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.. Pembelajaran geografi adalah memberikan fasilitas dan bantuan kepada manusia (peserta didik) untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, dimanapun dia berada.


(2)

124

Proses penyesuaiannya itu, diarahkan untuk menciptakan keseimbangan baru, dan atau keharmonisan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sehingga manusia dan lingkungan dapat berdaya secara maksimalPembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengupayakan semua siswa memiliki tanggung jawab, sebab setiap siswa dari kelompok asal akan menjadi anggota kelompok ahli. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa yang lebih dominan menentukan proses pembelajaran.

4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan Jigsawbukan difokuskan terhadap Teacher-Centered tetapi lebih difokuskan terhadap Student-Centered karena dengan model penyampaian dan pengelola pengajaran dalam model pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTSdiharapkan adanya perpaduan antara siswa dan gurunya sebagaimana filosofi model pembelajaran Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdimodelkan dengan sebuah simfoni. Dalam hal ini siswa bukan saja terdidik belajar mandiri secara individu, sebaliknya adanya kebersamaan antara siswa untuk maju bersama diharapkan tidak ada siswa yang tidak termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.

5. Dalam upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan situasi yang kondusif dalam pembelajaran, guru hendaknya mengambil posisi sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Peran sebagai fasilittaor dan mediator pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dan argumentasinya, sehingga siswa terhindar dari cara belajar menghafal.


(3)

6. Hasil penelitian ini juga dapat memotivasi guru dalam mengembangkan model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan Jigsaw dan mempublikasikannya ke media cetak dan jaringan internet. Pengembangan model pembelajaran yang tepat harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Hasil penelitian ini diharapkan guru dapat mengembangkan kemampuannya untuk merancang pembelajaran dengan memperhatikan materi yang tepat yang dapat digunakan dalam pembelajaran, penyusanan skenario dan pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran akan membuat tercapai tujuan pembelajaran yang bermakna.

7. Dalam mengembangkan khasanah pengetahuan di bidang pendidikan dalam upaya pengenalan model pembelajaran Penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdapat dikembangkan melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) ataupun pelatihan-pelatihan bagi guru, workshop ataupun seminar yang memacu guru dalam menggunakan strategi pembelajaran yang menyenangkan dan disesuaikan dengan karakteristik siswa.

C. Saran

Beradasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan, maka disarankan beberapa hal berikut ini :

1. Para guru Geografi disarankan untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.Sebagai model belajar alternatif dalam pembelajaran mata pelajaran Geografi


(4)

126

2. Guru SMP Harapan Mandiri Medan perlu memperhatikan tipe kepribadian siswa yang merupakan aspek kognitif memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa

3. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka guru perlu merancang dan mengembangkan model pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran.

4. Untuk kesempurnaan penelitiaan ini, disarankan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel moderator lain seperti IQ, gaya belajar, motivasi, dan lain-lain. Perlu juga menambah populasi dan sampel yang lebih besar lagi, untuk mengecilkan tingkat kesalahan dan meningkatkan ketelitian hasil dari penelitian


(5)

Asri, Budiningsih. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Aritonang, Mandarisan.2013 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Gaya belajar Terhadap Hasil Belajar Pengantar Bisnis Mahasiswa universitas Methodist Indonesia.Tesis: Universitas Negeri Medan

Arif. 2009. “Penerapan Pemebelajaran koperatif Model Two Stray Two Stay untuk Meningkatkan Aspekkognitif dan Aspek Afektif Siswa Kelas VII SMP N 1 Singosari”. Model_pemebelajaran_kooperatif pdf (diakses 22 Agustus 2014) Anggi, Nuraini. 2012. “Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Student

Teams Achievement Division (STAD) Terhadap PemahamanKonsep pada Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi: Studi EksperimenPada Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung”. Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 10 No.2 halaman 78. Bandung: Repository UPI. Http:// jurnalunnes.ac.id /index.php/JPFI. Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 10 No.2Halaman 78. Universitas Negeri Bandung (Diakses 25 Oktober 2014)

Artzt, A. dan Newman, C. (1990), How to Use Cooperative Learning in the Mathematics Class, Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics Carl. G. Jung. Psychology and Alchemy. Terj. R.F.C. Hull. London: Routledge,

1968(1953).

Cohen, Louis, Lawrence Manion and Keith Morrison (1994). Research Methodsin Education,Routledge Falmer: London, UK

Davidson, N. (ed.) (1990), Cooperative Learning in Mathematics: A Handbook for Teachers, Menlo Park: Addison Wesley

Djali. 2011. Psikologi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Dick and Carey 2005. Thes Systematic Design of Distruction. New York : Happer Collins Publisher

Gagne,Robert M. Leslie J.Briggs,And Walter W. Wager. 1992. Principles of instructional Design.New York: Holt, Rinerhart and Winston Inc

Hambali. 2013. Psikologi Kepribadian (lanjutan). Bandung: Pustaka Setia.

Hasan, S. Hamid. 2007. Pendidikan Ilmu social. Jakarta: Dikjjen Dikti Depdikbud Joice Bruce and Weil Marsha.2009.Models of Teaching. Yokyakarta : Pustaka Pelajar Karto, Kartini. 2006. Teori Kepribadian. Jakarta: Mandar Maju


(6)

Khadafi. 2005. Perbedaan penerimaan Diri Pada Mahasiswa Dengan Tipe Kepribadian Esktrovert dan Introvert.Skripsi .Online. http://gunadarma.ac.id. Diakses 5 Agustus 2014

Lie ,Anita. 2008. Cooperatve Learning.Jakarta: Grasindo

Miarso (2011). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Panjaitan, B. 2007. Karakteristik Pebelajar dan Kontribusinya terhadap Hasil Belajar.Medan : Poda

Slavin, E Robert.2009. cooperative Learning. Bandung : Nusamedia

Samosir, Pancer.2012. Pengaruh Model Pembelajaran kooperatif Dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa SMP Negeri 1 Paranginan Kabupaten HumbangHasundutan. Tesis: Universitas Negeri Medan

Suparman, Atwi.2004 . Design Isntructional. Jakarta: PAU- PPAIUT

Suryabrata, Sumadi. 1983. Psikologi Kepribadian.Jakarta: RajaGrafindo persada

Syaiful, Aswan. 2006. Pengertian Hasil Belajar Menurut Ahli. (http://www.inforppsilab us.com/2014/10/12).

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Walgito, Bimo.2001. Psikologi social suatu pengantar. Jokjakarta: Andi

______Kelemahan & Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif.http://ww.Scibd.com/d oc/28143712/ Bab-2-cevi-Baru. ( online ). Diakses Oktober 2014

_____Prinsip prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif http.//ww. Scribd.Com /doc000/d /641198881/33 prinsip prinsip dasar pembelajarankooperatif.(online).Diakses 18

oktober 2014.

Kelemahan dan kelebihan TGT http://gurupkn.wordprees.com/2012/03/10/meto de-team gamestournament-tgt

http://nurhikmaa.blogspot.com/2012/04/sejarah-geografi-dan-tokoh-geografi.html diakses pada tanggal 05 desember 2014