1
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan, lebih dari 80 wilayahnya merupakan perairan, baik perairan laut maupun perairan tawar. Berdasarkan
Statistika Kelautan dan Perikanan 2009, luas laut Indonesia sebesar 5,8 juta km
2
sedangkan luas daratan hanya 1,9 juta km
2
. Tidak salah jika Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan Indonesia sebagai produsen penghasil
produk perikanan dan kelautan terbesar di tahun 2015 dengan target peningkatan produksi nasional dalam perikanan budidaya sebesar 353. Secara teoritis, upaya
peningkatan produksi perikanan budidaya air tawar dapat dilakukan melalui dua pendekatan utama yaitu; 1 perluasan lahan dan 2 peningkatan produktivitas.
Peningkatan produktivitas perikanan dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu memperbaiki genetik multi genetik dan perbaikan lingkungan, seperti teknik
pengelolaan lingkungan, komposisi pakan. Target peningkatan produksi nasional di atas tentu memerlukan lahan
budidaya yang luas sebagai pendukungnya. Salah satu lahan budidaya yang masih luas dan belum termanfaatkan secara optimal adalah perairan umum seperti danau
dengan KJA sebagai sistem budidayanya. Berdasarkan Statistika Kelautan dan Perikanan 2009, potensi perairan umum untuk usaha perikanan mencapai
139.336 Ha, namun yang telah termanfaatkan baru mencapai 943 Ha. Artinya, masih ada 138.393 Ha luas perairan umum yang masih bisa dimanfaatkan.
Penggunaan sistem budidaya karamba jaring apung dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Jumlah perusahaan perikanan yang menggunakan sistem
KJA pada tahun 2005 mencapai 48.968 unit. Tahun 2009 jumlah ini meningkat hingga mencapai 56.670 unit. Artinya, terjadi kenaikan selama tahun 2005-2009
mencapai 3.94. Sedangkan jumlah pembudidaya ikan dengan sistem KJA juga mengalami kenaikan dari tahun 2005-2009 mencapai 7.70 Statistika Kelautan
dan Perikanan, 2009. Oleh karena itu, untuk mendukung kenaikan jumlah sistem KJA di perairan danau dibutuhkan spesies ikan yang mampu hidup dan tumbuh
dengan optimal pada kondisi sistem budidaya KJA agar produksi perikanan Indonesia mencapai target.
2 Salah satu varietas yang mempunyai toleransi luas terhadap kondisi
pemeliharaan KJA yang fluktuatif adalah ikan nila Oreochromis niloticus. Selain itu, ikan nila juga menjadi komoditas unggulan untuk mencapai target
peningkatan produksi perikanan budidaya nasional. Sebagai gambaran, proyeksi kebutuhan akan benih ikan maupun udang tahun 2009-2014, komoditas nila
berada dalam urutan ke-3 setelah udang dan catfish yaitu sebesar 5.401.000 benih. Berdasarkan Statistika Kelautan dan Perikanan 2009, produksi ikan nila
mencapai 378.300 ton, jumlah ini meningkat dari tahun 2005 dengan kenaikan rata-rata 26,76.
Beberapa strain ikan nila telah dikembangkan di Indonesia. Salah satu strain ikan nila yang berpotensi untuk dikembangkan di KJA adalah ikan nila BEST.
ikan nila BEST dikembangkan dari generasi ke-6 nila GIFT hasil evaluasi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar BRPBAT dalam kurun waktu 2004-2008
Gustiano, 2009. P
engujian varietas ikan nila ini juga telah dilakukan secara multi lokasi. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa dengan berbagai tipe pemeliharaan dan skala usaha berbeda, ikan nila BEST tetap lebih unggul dan
hasilnya lebih baik dibandingkan dengan ikan nila jenis lainnya yang ada di
masyarakat. Hal ini disebabkan karena nila BEST memiliki tingkat pertumbuhan
dan daya tahan terhadap lingkungan yang lebih baik daripada jenis nila lainnya Arifin et al., 2009; Ath-thar et al., 2009; Gustiano, 2009; Huwoyon et al., 2009.
Setelah dilakukan rilis pada bulan November 2009, pengawalan terhadap kualitas akan dilakukan terus-menerus dengan melakukan pengamatan terhadap
laju pertumbuhan ikan, keragaman populasi dan genetis. Diharapkan material ikan nila BEST yang dimiliki ini dapat dijadikan sebagai bahan dasar bagi
pengembangan populasi atau varietas baru untuk tujuan khusus, seperti lingkungan dan sistem budidaya tertentu, termasuk di dalamnya pemeliharaan
dalam sistem KJA. Pemuliaan ikan adalah ilmu terapan yang mempelajari bagaimana
mengeksploitir komponen keanekaragaman yang dapat diturunkan dari induk ke anaknya untuk mengubah populasi demi keuntungan manusia Alawi et al., 2006.
Hal tersebut terbagi menjadi dua kategori utama yaitu seleksi perkawinan dan persilangan. Seleksi perkawinan adalah program pengembangbiakan yang
3 mencoba memperbaiki nilai perkembangbiakan suatu populasi dengan menyeleksi
dan mengawinkan hanya ikan yang unggul, dengan harapan ikan yang terpilih akan mewariskan keunggulan mereka kepada keturunannya.
Tujuan utama dari setiap program penyeleksian melalui perkawinan adalah untuk meningkatkan mutu dari keturunan suatu populasi yang sangat ditentukan
oleh gen ikan tersebut Tave, 1995. Nilai dari pemuliaan ditentukan oleh gen ikan tersebut, dimana saat pembudidaya memperbaiki nilai dari pemuliaan maka akan
diperoleh keuntungan yang ditentukan oleh fenotipe dari ikan. Berdasarkan sifat yang ingin diperbaiki pada program seleksi, perbaikan pertumbuhan merupakan
sasaran yang paling utama. Melihat spesies target riset genetik pada budidaya perikanan, ikan nila memiliki peluang yang cukup tinggi Gustiano et al., 2008.
Dua tipe seleksi terpenting yang dapat diterapkan pada perbaikan kualitas genetik karakter kuantitatif ikan yaitu seleksi individu atau massa mass selection dan
seleksi famili atau keluarga family selection. Pada tahun ini dilakukan seleksi famili ikan Nila BEST spesifik KJA di perairan Danau Lido.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaan pertumbuhan beberapa famili ikan nila BEST sebagai parameter seleksi dalam perbaikan mutu
genetik ikan nila BEST spesifik karamba jaring apung.
4
II. BAHAN DAN METODE