PROSES PEMERIKSAAN DUGAAN PELANGGARAN DAN

C. PROSES PEMERIKSAAN DUGAAN PELANGGARAN DAN

PEMBERIAN SANKSI BAGI HAKIM YANG MELANGGAR KODE ETIK PROFESI Setiap dugaan pelanggaran kode etik danatau pedoman profesi hakim yang dilaporkan oleh siapapun juga wajib diteliti lebih lanjut untuk memeriksa laporan mengenai dugaan pelanggaran. Adapun tahapan-tahapan pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik danatau pedoman perilaku hakim terdiri dari: 1. Pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa Komisi Yudisial Dalam rangka melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim, Tim Pemeriksa KY melakukan hal-hal berikut ini: a. melakukan verifikasi terhadap laporan; b. melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran; c. melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari Hakim yang diduga melanggar pedoman kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku Hakim untuk kepentingan pemeriksaan; d. melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari saksi; dan e. menyimpulkan hasil pemeriksaan. Pasal 22A ayat 1 Undang-Undang Nomor Nomor 18 Tahun 2011 tentang KY Pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa memiliki tahapan yang terdiri dari: a. pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran Kode Etik danatau Pedoman Perilaku Hakim dilakukan dengan terlebih dahulu meminta klarifikasi terhadap Hakim yang diduga melakukan pelanggaran dalam jangka waktu paling lama 14 empat belas hari sejak diterimanya pemanggilan, dimana setiap pemeriksaan harus dibuatkan berita acara pemeriksaan yang disahkan dan ditandatangani oleh terperiksa dan pemeriksa. b. Hasil pemeriksaan atas dugaan pelanggaran Kode Etik danatau Pedoman Perilaku Hakim dapat menyatakan bahwa dugaan terbukti ataupun tidak terbukti. Jika dugaan terbukti, maka KY dapat mengusulkan penjatuhan sanksi terhadap Hakim yang diduga melakukan pelanggaran kepada Mahkamah Agung. Pasal 22B – 22D ayat 1 Undang-Undang Nomor Nomor 18 Tahun 2011 tentang KY 2. Pemeriksaan oleh Majelis Kehormatan Hakim 13 Majelis Kehormatan Hakim dapat dikatakan sebagai forum pembelaan diri bagi hakim yang akan diusulkan tim pemeriksa KY ataupun MA untuk diberhentikan sementara ataupun diberhentikan dengan tidak hormat berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh tim yang bersangkutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Majelis Kehormatan Hakim dibentuk apabila Ketua MA dan Ketua KY menerima laporan hasil pemeriksaan yang mengusulkan agar hakim terlapor dijatuhi sanksi pemberhentian yang termasuk ke dalam kategori sanksi berat. Keanggotaan Majelis Kehormatan Hakim terdiri dari 3 orang hakim agung dan 4 orang anggota Komisi Yudisial. Adapun langkah-langkah untuk melakukan pemeriksaan oleh Majelis Kehormatan Hakim antara lain sebagai berikut: a. Penetapan Majelis Kehormatan Hakim melalui penetapan bersama antara Ketua MA dan Ketua KY; b. Majelis yang telah ditetapkan wajib mempelajari dengan seksama hasil pemeriksaan yang diberikan oleh tim pemeriksa; c. Majelis menetapkan hari sidang dan memerintahkan kepada Sekretaris Majelis untuk memanggil hakim terlapor agar hadir untuk membela diri pada hari sidang yang telah ditetapkan dengan membawa surat-surat dan saksi-saksi yang dianggap perlu. Panggilan harus sampai pada hakim terlapor paling lama 3 hari kerja sebelum hari sidang. d. Pemeriksaan dalam persidangan dengan mendengarkan keterangan dari hakim terlapor serta memeriksa bukti dan saksi yang diajukannya. e. Keputusan harus dibacakan paling lama 14 hari kerja sejak Majelis dibentuk. f. Keputusan diserahkan kepada Ketua MA dan Ketua KY paling lama 7 hari kerja sejak tanggal pemeriksaan selesai. Keputusan Bersama Ketua MA dan Ketua KY tentang Tata Cara Pembentukan, Tata Kerja, dan Tata Cara Pengambilan Keputusan Majelis Kehormatan Hakim. 3. Pemeriksaan Bersama Pemeriksaan bersama adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh satu tim pemeriksa yang merupakan tim gabungan yang dibentuk bersama oleh MA dan KY untuk melakukan pemeriksaan guna mendapatkan 14 keyakinan terbukti atau tidaknya suatu pelanggaran. Pemeriksaan bersama diatur di dalam Peraturan Bersama Ketua MA dan Ketua KY tentang Tata Cara Pemeriksaan Bersama. Pemeriksaan bersama dilakukan dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara MA dan KY mengenai usulan KY tentang hasil pemeriksaan danatau penjatuhan sanksi ringan, sedang. berat selain sanksi pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian tidak dengan hormat. Selain itu, pemeriksaan bersama dapat pula dilakukan dalam hal: a. terdapat laporan yang sama yang diajukan atau ditembuskan kepada MA dan KY; b. diketahui terdapat satu permasalahan sama yang masih dilakukan pemeriksaan oleh MA atau KY; atau c. terdapat informasi danatau laporan yang menarik perhatian publik dan masing-masing Lembaga memandang perlu untuk melakukan pemeriksaan bersama. Tata cara pemeriksaan bersama diatur di dalam Pasal 5 - 8 Peraturan Bersama MA dan KY tentang Pemeriksaan Bersama, yang pada pokoknya adalah sebagai berikut: a. Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan dari Tim Pemeriksa KY, dugaan dinyatakan terbuti, maka KY mengusulkan sanksi terhadap hakim terlapor kepada MA; b. Jika MA tidak sependapat mengenai usulan sanksi yang seharusnya dijatuhkan, maka MA dapat menyampaikan pendapatnya kepada KY paling lama 30 hari kerja sejak usulan diterima. c. Apabila KY tidak sependapat juga dengan MA, maka KY dapat mengusulkan untuk dilakukannya pemeriksaan bersama paling lama 30 hari kerja sejak pendapat MA diterima. Jika KY tidak mengusulkan pemeriksaan bersama dalam jangka waktu itu, maka KY dianggap menyetujui pendapat MA. d. Apabila ada usulan pemeriksaan bersama, maka tanggapan harus disampaikan paling lama 14 hari kerja sejak sampainya usulan. e. Kemudian dibentuklah tim pemeriksa yang terdiri dari 2 orang anggota MA dan 2 orang anggota KY, dimana tim ini akan memeriksa laporan 15 hasil pemeriksaan dari tim pemeriksa KY untuk memastikan apakah sudah sesuai dengan kaidah-kaidah pemeriksaan. f. Dalam hal laporan dari tim pemeriksa KY tidak sesuai dengan kaidah pemeriksaan, maka tim pemeriksa akan melakukan pemeriksaan lapangan. g. Pemeriksaan harus selesai dalam jangka waktu 30 hari sejak penetapan tim pemeriksa. Kesimpulan dan rekomendasi dari tim pemeriksa bersama diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat tim. h. Tim pemeriksa memberikan hasil kesimpulan dan rekomendasi kepada MA agar bisa dilaksanakan oleh MA. Setelah melalui tahap pemeriksaan, maka akan diperoleh keputusan dan kesimpulan akhir mengenai benar tidaknya dugaan pelanggaran. Jika dugaan tidak terbukti, maka akan dilakukan rehabilitasi nama baik pada hakim terlapor. Namun, apabila terbukti benar bahwa ada pelanggaran, maka sanksi yang dapat dijatuhkan antara lain: 1. Sanksi dari IKAHI Sanksi dari IKAHI dikenakan apabila hakim yang menjadi anggota dari IKAHI melanggar kode etik yang telah dibentuk oleh IKAHI. Sanksinya antara lain: a. Teguran. b. Skorsing dari keanggotaan IKAHI; c. Pemberhentian sebagai anggota IKAHI. Pasal 9 Kode Etik Hakim 2. Sanksi dari MA Sanksi berdasarkan Pasal 19 Peraturan Bersama MA dan KY tentang Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim adalah sebagai berikut : 1 Sanksi terdiri dari: a. Sanksi Ringan b. Sanksi Sedang c. Sanksi Berat 2 Sanksi ringan terdiri dari: a. Teguran Lisan b. Teguran Tertulis c. Pernyataan tidak puas secara tertulis 3 Sanksi Sedang terdiri dari: a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 satu tahun 16 b. Penurunan gaji selama 1 satu kali kenaikan gaji berkala selama 1 satu tahun c. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 satu tahun d. Hakim non palu paling lama 6 enam bulan e. Mutasi ke pengadilan lain dengan kelas yang lebih rendah f. Pembatalan atau penagguhan promosi 4 Sanksi Berat terdiri dari : a. Pembebasan dari jabatan b. Hakim non palu paling lama 6 enam bulan dan lebih dari 2 dua tahun c. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 3 tiga tahun d. Pemberhentian tetap dengan hak pension e. Pemberhentian dengan tidak hormat Sanksi di atas berlaku untuk hakim pada pengadilan tingkat pertama dan banding. Terhadap hakim ad hoc dan hakim agung, tingkat dan jenis sanksinya terdiri dari: a. Sanksi ringan berupa teguran tertulis; b. Sanksi sedang berupa non palu paling lama 6 enam bulan; c. Sanksi berat berupa pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat dari jabatan. Dalam hal terjadi penyimpangan atas kode etik yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan pidana, maka dalam hukum pidana kita dapati ketentuan- ketentuan yang mengatur perbuatan tercela dan dinyatakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum. Dan hal tersebut diatur didalam Pasal 210, Pasal 420 ayat 1 dan 2 serta Pasal 418 KUHP. 19 Dengan adanya sanksi-sanksi tersebut di atas, diharapkan para hakim lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertindak agar tak melanggar kode etik dan pedoman perilaku hakim yang pada akhirnya justru akan merugikan dirinya sendiri. 19 Wildan Suyuthi Mustofa. Op. Cit., halaman 217 17

BAB III PENUTUP