KETENTUAN PERILAKU HAKIM MENURUT UNDANG-UNDANG

BAB II PEMBAHASAN

A. KETENTUAN PERILAKU HAKIM MENURUT UNDANG-UNDANG

DAN KODE ETIK Hakim adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman yakni pejabat peradilan yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Istilah pejabat membawa konsekuensi yang berat oleh karena kewenangan dan tanggungjawabnya terumuskan dalam rangkaian tugas, kewajiban, sifat, dan sikap tertentu, yaitu penegak hukum dan keadilan. 3 Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan kekuasaan kehakiman. 4 Untuk menjadi seorang hakim, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti: a. Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil , negarawan yang menguasi konstitusi dan ketatanegaraan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. b. Bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, setia pada Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 berwibawa, jujur, adilm dan berkelakuan tidak tercela Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. c. Memiliki integritas dan kepribadian tidak tercela, jujur, adil, profesional, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta berpengalaman di bidang hukum, wajib menaati kode etik dan pedoman perilaku Pasal 13 B Undang-Undang Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentan Peradilan Umum. 5 3 Wildan Suyuthi Mustofa. 2013. Kode Etik Hakim. Jakarta: Prenadamedia Group, halaman 56 4 Devi Nurfiyah. 2014. Analisis Yuridis Terhadap Tidak Diterapkannya Kewenangan Ex Officio Hakim Tentang Nafkah Selama Iddah Dalam Perkara Cerai Talak Studi Putusan Nomor:1110Pdt.G2013Pa.Mlg. Skripsi Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, halaman 21 5 Wildan Suyuthi Mustofa. Op. Cit., halaman 116 3 Dalam hal melaksanakan kekuasaan kehakiman, hakim memiliki tanggung jawab tertentu. Tanggung jawab dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu: 1. Tanggung jawab moral, yaitu tanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kehidupan profesi yang bersangkutan, baik bersifat pribadi maupun bersifat kelembagaan bagi suatu lembaga yang merupakan wadah para aparat bersangkutan. Secara filosofis, tujuan akhir profesi hakim adalah ditegakkannya keadilan. Cita hukum keadilan yang terdapat dalam das sollen kenyataan normatif harus dapat diwujudkan dalam das sein kenyataan alamiah melalui nilai-nilai yang terdapat dalam etika profesi. Salah satu etika profesi yang telah lama menjadi pedoman profesi ini sejak masa awal perkembangan hukum dalam peradaban manusia adalah The Four Commandments for Judges dari Socrates. Kode etik hakim tersebut terdiri dari empat butir di bawah ini: a. To hear corteously mendengar dengan sopan dan beradab. b. To answer wisely menjawab dengan arif dan bijaksana. c. To consider soberly mempertimbangkan tanpa terpengaruh apapun. d. To decide impartially memutus tidak berat sebelah. 6 Dalam bertingkah laku, sikap dan sifat hakim tercermin dalam lambang kehakiman dikenal sebagai Panca Dharma Hakim, yaitu: a. Kartika, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa; b. Cakra, berarti seorang hakim dituntut untuk bersikap adil; c. Candra, berarti hakim harus bersikap bijaksana atau berwibawa; d. Sari, berarti hakim haruslah berbudi luhur atau tidak tercela; dan e. Tirta, berarti seorang hakim harus jujur. 7 Sebagai perwujudan dari sikap dan sifat di atas, maka sebagai pejabat hukum, hakim harus memiliki etika kepribadian, yakni: a. percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. menjunjung tinggi citra, wibawa, dan martabat hakim; c. berkelakuan baik dan tidak tercela; d. menjadi teladan bagi masyarakat; 6 Rizky Argama. 2006. Tanggung Jawab Profesi Hakim Sebagai Aktor Utama Penyelenggara Kekuasaan Kehakiman Di Indonesia. Makalah Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, halaman 12 7 C.S.T. Kansil. 1996. Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum. Jakarta: Pradnya Pramita, halaman 50 4 e. menjauhkan diri dari perbuatan asusila dan kelakuan yang dicela oleh masyarakat; f. tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim; g. bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab; h. berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu; i. bersemangat ingin maju meningkatkan nilai peradilan; j. dapat dipercaya; dan k. berpandangan luas. 8 Selain itu, Mahkamah Agung bersama dengan Komisi Yudisial pada tahun 2009 telah membentuk Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang merupakan pegangan bagi para Hakim seluruh Indonesia serta Pedoman bagi Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI dalam melaksanakan fungsi pengawasan internal maupun eksternal. Prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim diimplementasikan dalam 10 sepuluh aturan perilaku sebagai berikut: Berperilaku Adil, Berperilaku Jujur, Berperilaku Arif dan Bijaksana, Bersikap Mandiri, Berintegritas Tinggi, Bertanggung Jawab, Menjunjung Tinggi Harga Diri, Berdisplin Tinggi, Berperilaku Rendah Hati, dan Bersikap Profesional. 2. Tanggung jawab hukum, yang diartikan sebagai tanggung jawab yang menjadi beban aparat untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan tidak melanggar rambu-rambu hukum. Beberapa peraturan perundang-undangan yang memiliki kaitan dengan hakim dan peradilan mencantumkan dan mengatur pula hal-hal seputar tanggung jawab hukum profesi hakim 9 , salah satu yang mengatur adalah Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang pada intinya menguraikan bahwa tugas dan kewajiban hakim antara lain: 8 Abdulkadir Muhammad. 2001. Etika Profesi Hukum. Cet. ke-2. Bandung: Citra Aditya Bakti, halaman 102 9 Rizky Argama. Op. Cit., halaman 15 5 a. Peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” Pasal 2 ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009. b. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib menjaga kemandirian peradilan Pasal 3 ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009. Hakim di dalam menjalankan tugas dan fungsinya wajib menjaga kemandirian peradilan. Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana dimaksud 14 dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 10 c. Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat Pasal 5 ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009. Dalam masyarakat yang masih mengenal hukum tidak tertulis, serta berada dalam masa pergolakan dan peralihan, hakim merupakan perumus dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup di kalangan masyarakat. Untuk itu ia harus “terjun” ke tengah-tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. 11 10 Agus Prasetyo Tupanto. 2013. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Tindak Pidana Perrbuatan Tidak Menyenangkan Studi Kasus Perkara No.39Pid.B2010PN.Mgl. Skripsi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung, halaman 13-14 11 E. Sumaryono. 1995. Etika Profesi Hukum. Yogyakarta: Kanisius, halaman 149 6 d. Hakim dan hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum Pasal 5 ayat 2 UU No. 48 Tahun 2009. e. Hakim dan hakim konstitusi wajib menaati kode etik dan pedoman perilaku hakim Pasal 5 ayat 3 UU No. 48 Tahun 2009. f. Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan Pasal 14 ayat 2 UU UU No. 48 Tahun 2009. 12 Di samping tugas hakim secara normatif sebagaimana ditentukan dalam perundang-undangan, hakim juga mempunyai tugas secara konkret dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara melalui tiga tindakan secara bertahap, yaitu: a. Mengonstair mengonstatasi, yaitu menetapkan dan merumuskan peristiwa konkret. b. Mengualifisir mengualifikasi, yaitu menetapkan atau merumuskan peristiwa hukumnya. c. Mengkonstituir mengkonstitusi, atau memberikan konstitusinya, yaitu hakim menetapkan hukumnya dan memberi keadilan kepada para pihak yang bersangkutan. 12 Wildan Suyuthi Mustofa. Op. Cit., halaman 106 7 3. Tanggung jawab teknis profesi, yang merupakan tuntutan bagi aparat untuk melaksanakan tugasnya secara profesional sesuai dengan kriteria teknis yang berlaku dalam bidang profesi yang bersangkutan, baik bersifat umum maupun ketentuan khusus dalam lembaganya. 13 Setiap hakim diharuskan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional sesuai dengan tanggung jawabnya. Setiap hakim dituntut mampu mempertanggungjawabkan tindakannya sebagai profesional di bidang hukum, baik di dalam maupun di luar kedinasan, secara materil dan formil. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang mutlak bagi para hakim untuk memahami secara mendalam aturan-aturan mengenai hukum acara di persidangan. Ketidakmampuan hakim dalam mempertanggungjawabkan tindakannya secara teknis atau dikenal dengan istilah unprofessional conduct dan dianggap sebagai pelanggaran. 14 Tanggung jawab yang diemban oleh hakim ini sekaligus mencerminkan apa- apa saja ketentuan perilaku hakim baik menurut Undang-Undang maupun menurut kode etik, karena ketentuan perilaku hakim menurut Undang-Undang tercantum dalam tanggung jawab hukum, sedangkan ketentuan perilaku hakim menurut kode etik tercantum di dalam tanggung jawab moral. 13 Iskandar Kamil. 2006. “Kode Etik Profesi Hakim” Dalam Pedoman Perilaku Hakim Code Of Conduct, Kode Etik Hakim Dan Makalah Berkaitan, Jakarta: Mahkamah Agung RI, halaman 2 14 Ma’ruf Amin. 2013. Peran dan Tanggung Jawab Hakim dalam Mewujudkan Keadilan Bagi Masyarakat. Makalah yang disampaikan dalam Pelatihan “Hukum Acara Perdata” Bagi Hakim di Lingkungan Peradilan Umum, yang diselenggarakan oleh Komisi Yudisial Indonesia, di Bogor pada tanggal 12 Juni 2013, halaman 1 8

B. BENTUK PENGAWASAN KETAATAN HAKIM TERHADAP KODE