Pengelolaan Sumberdaya Perairan HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

141 Jakarta, Muara Angke, Cengkareng, dan Muara Sunter telah mengalami pencemaran berat, zona C yakni Muara Kamal, Muara Karang, Muara Ancol, Muara Cakung, dan Muara Merunda mengalami pencemaran sedang, serta zona B dan A yaitu Muara Gembong mengalami pencemaran ringan. Penurunan kualitas lingkungan perairan Teluk Jakarta akan mengurangi fungsi yang menunjang pembangunan dan kesejahteraan penduduk yang mendapatkan manfaat dari perairan tersebut. Keadaan ini disebabkan oleh seringnya terjadi pencemaran baik yang berasal dari kegiatan di daratan maupun kegiatan di perairan itu sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya dugaan bahwa perairan Teluk Jakarta telah tercemar oleh berbagai masukan dari daratan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Ada beberapa indikator yang mendukung berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Indikator-indikator tersebut adalah : - Konsentrasi nutrien utama N, P, Si yang diperoleh selama penelitian memiliki nilai yang tinggi. Selama penelitian didapatkan konsentrasi nitrat yang berkisar antara 0,0072-0,0982 mg.L -1 Lampiran 7. Konsentrasi nitrat yang didapatkan tersebut telah melewati kondisi normal sebagaimana pernyataan Brotowidjoyo et al. 1995 bahwa kadar nitrat di perairan permukaan akan berada pada keadaan normal jika memiliki kisaran antara 0,01-0,50 µg NO 3 -N.L -1 0,00001-0,0005 mg NO 3 -N.L -1 . Kandungan nutrien yang tinggi tersebut merupakan dampak dari beragamnya aktivitas yang bermuara ke perairan ini. - Terdapat spesies predominan yang ditemukan selama penelitian. Timbulnya spesies predominan ini merupakan salah satu indikasi bahwa komunitas fitoplankton yang ada di perairan bersangkutan mengalami situasi lingkungan yang ekstrim sehingga jenis-jenis yang ada cenderung terdiri atas sejumlah kecil spesies. Hanya jenis-jenis yang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan ekstrim tersebut yang mampu bertahan. - Terjadinya pertumbuhan pesat blooming dari jenis-jenis fitoplankton tertentu pada lokasi dan waktu pengamatan yang berbeda. Implikasi dari pengayaan nutrien di perairan Teluk Jakarta ini adalah adanya peristiwa pertumbuhan pesat blooming dari jenis-jenis fitoplankton tertentu. Selama 142 penelitian ditemukan bahwa genus-genus yang mengalami pertumbuhan pesat adalah genus Skeletonema, Chaetoceros, dan Rhizosolenia ketiga genus tersebut merupakan kelas Bacillariophycea. Selain itu, ditemukan pula rata- rata kelimpahan yang tinggi dibandingkan dengan pengamatan sebelum dan sesudah pertumbuhan tinggi tersebut dari genus Noctiluca kelas Dinophyceae. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan di perairan Teluk Jakarta dari hasil penelitian ini, maka upaya pengelolaan sumberdaya perairan di wilayah ini sangat dibutuhkan, mengingat kawasan ini merupakan wilayah yang sangat besar peranannya dan berperanan penting bagi berbagai jenis biota yang hidup di dalamnya. Upaya pengelolaan sumberdaya perairan di Teluk Jakarta dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu pengendalian pencemaran limbah, peningkatan program-program yang berkaitan dengan pengelolaan laut, serta penerapan kebijakan. Upaya pengelolaan tersebut selanjutnya diuraikan sebagai berikut : 1. Pengendalian Pencemaran Dalam usaha pengendalian pencemaran Teluk Jakarta yang semakin besar sebagai dampak dari semakin bertambahnya jumlah penduduk dengan beragam aktivitas yang ada di dalamnya, maka dilakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran dengan melibatkan semua pihak yaitu pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Upaya pengendalian ini dimaksudkan agar fungsi lingkungan perairan Teluk Jakarta dapat ditingkatkan kembali. Ada beberapa upaya alternatif pengendalian pencemaran Teluk Jakarta yang dapat dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : - Penekanan beban masukan ke perairan dengan mengadakan program kali bersih pada sungai-sungai yang akan masuk ke perairan Teluk Jakarta, serta menekan bahan buangan limbah yang dibuang ke sungai sampai batas yang sesuai dengan standar baku maksimum bahan buangan yang diperbolehkan dibuang ke sungai. Hal ini penting karena kemampuan lingkungan untuk memperbaharui diri self purification tidak akan mampu mengembalikan 143 keseimbangan alam seperti keadaan semula, jika bahan pencemar yang masuk sangat banyak melebihi kapasitas asimilasi perairan tersebut. - Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang pencemaran limbah logam berat, B3, red tide serta peran serta masyarakat. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyadarkan masyarakat agar tidak membuang limbah ke sungai yang nantinya bermuara ke Teluk Jakarta. - Peningkatan kesadaran publik dan mobilisasi partisipasi masyarakat dalam usaha penanggulangan pencemaran. Hal tersebut dimaksudkan agar mengingatkan kepada masyarakat terhadap perilaku mereka yang tidak ramah lingkungan. Perilaku masyarakat demikian itu telah menyebabkan tingginya tingkat pencemaran dan gagalnya berbagai program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi permasalahan pencemaran di Teluk Jakarta. - Pengadaan atau pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan limbah waste water treatment sebagai salah satu syarat agar proses atau berbagai aktivitas industri ataupun rumah tangga dapat berjalan dengan tidak semakin menambah beban pencemaran pada Teluk Jakarta. - Pengelolaan pencemaran dari limbah industri dilakukan dengan penerapan teknologi yang berupaya meminimalkan limbah atau bahkan meniadakan limbah dari setiap proses industri zero waste discharge yang dimaksudkan guna mengurangi beban limbah yang masuk ke perairan Teluk Jakarta. - Penerapan metode reuse, recycle, dan reduce pada berbagai aktivitas industri yang berada di sekitar Teluk Jakarta atau yang berada di sekitar DAS yang bermuara ke Teluk ini, dengan demikian maka jumlah dari limbah atau beban masukan yang masuk ke perairan ini dapat dikurangi. 2. Peningkatan Program yang Berkaitan dengan Laut Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan berbagai upaya pengelolaan lingkungan perairan sehingga tidak terjadi pencemaran yang dampak lanjutannya sangat merugikan bagi biota yang berasosiasi di dalam perairan Teluk Jakarta dan terhadap masyarakat di sekitar perairan bersangkutan. Program-program yang dapat dilakukan adalah : 144 - Program laut lestari yaitu program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan pesisir dalam hal ini lingkungan pantai dan lingkungan daratan pantai. Hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan pesisir dan air laut dengan cara mengurangi beban pencemaran yang masuk dan mengendalikan pencemaran terhadap lingkungan perairan. - Peningkatan kegiatan pantai wisata. Hal ini dimaksudkan agar terwujudnya kondisi dan pelayanan pariwisata yang andal dalam keseluruhan sistem, serta tercapainya dan terjaganya perairan pantai sesuai dengan baku mutunya. - Peningkatan kegiatan bandar indah. Dengan program ini diharapkan terwujudnya pelabuhan berwawasan lingkungan yang sesuai dengan fungsinya. Pada program ini sumber pencemar dan perusakan lingkungan yang akan ditangani untuk kegiatan ini adalah limbah padat dan cair dari kegiatan-kegiatan di dalam area pelabuhan baik di wilayah daratan maupun perairan. 3. Penerapan Kebijakan Penerapan kebijakan-kebijakan pokok sangat penting dilakukan untuk menjaga kondisi perairan Teluk Jakarta agar tidak semakin tercemar. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam hubungannya dengan penerapan kebijakan adalah kegiatan konservasi. Konservasi dilakukan terhadap perairan Teluk Jakarta dan biota-biota yang hidup di dalamnya. Selain itu, dilakukan pula konservasi atau pelestarian alam dan biota laut dalam konteks Taman Laut Nasional serta meningkatkan pariwisata dan kegiatan kenelayanan. Demikian pula, penerapan kebijakan sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam hal ini memberikan ruang gerak terhadap pembangunan yang memiliki nilai khusus dalam konteks kepentingan nasional misalnya pelabuhan Tanjung Priok atau proyek-proyek khusus lainnya, mengembangkan sarana-sarana rekreasi bagi kepentingan umum Pluit, Ancol, Kapuk, dan sebagainya, tanpa menambah beban pencemaran baru pada lingkungan sekitarnya. 145

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Jenis-jenis nutrien dan parameter fisika-kimia perairan yang berperan terhadap perkembangan pesat blooming dari masing-masing genus fitoplankton di Teluk Jakarta yakni Skeletonema adalah silika, nitrat, ortofosfat, dan suhu. Chaetoceros yaitu pH dan silika, serta genus Rhizosolenia hanya pH. 2. Pertumbuhan fitoplankton yang sangat pesat terjadi pada kisaran konsentrasi nutrien yaitu nitrat : 0,0105 - 0,0829 mg.L -1 , ortofosfat : 0,0114 - 0,3010 mg.L -1 , dan silika 0,2787 - 5,9946 mg.L -1 . 3. Rasio N : P yang kurang dari 16 mengakibatkan perkembangan sangat pesat blooming dari genus Skeletonema, Chaetoceros, dan Rhizosolenia kelas Bacillariophyceae serta genus Noctiluca kelas Dinophyceae di perairan Teluk Jakarta. Nilai rasio N : P yang menyebabkan blooming tersebut berturut-turut adalah genus Skeletonema berkisar antara 2,21 - 13,97, genus Chaetoceros pada kisaran 4,36 - 12,68, Rhizosolenia dengan kisaran 2,08 - 11,83, serta genus Noctiluca pada rasio 8,09. 4. Genus-genus fitoplankton yang mengalami pertumbuhan pesat blooming pada musim kemarau adalah Skeletonema dan Rhizosolenia, pada musim peralihan yaitu genus Skeletonema, Chaetoceros, Rhizosolenia, dan Noctiluca. Sedangkan pada musim hujan tidak ada genus fitoplankton yang bertumbuh dengan sangat pesat.

B. Saran

Disarankan agar hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam mencermati dinamika komunitas fitoplankton di perairan laut. Serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengendalian beban nutrien sehingga perairan ini tetap dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dengan kondisi ekosistem perairan yang tetap terjaga. 146 DAFTAR PUSTAKA Abdulgani N, Zuhdi A, Sukesi. 2007. Potensi Mikroalga Skeletonema costatum, Chlorella vulgaris, dan Spirulina platensis sebagai Bahan Baku Biodiesel. In http:www.digilib.its.ac.idpublicITS-Research-10983-131879378- Paper.pdf. [17 Juni 2012]. Abowei JFN, George ADI. 2009. Some Physical and chemical characteristics in Okpoka Creek, Niger Delta, Nigeria. Res. J. Envi. Earth. Sci. 1 2: 45-53. Adnan Q. 2003. Kondisi kelimpahan dan sebaran fitoplankton di perairan Selat Sunda bulan Juli 2001. Prosiding seminar nasional perikanan Indonesia 2003. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Vol. III: 21-27. Alianto. 2011. Kajian dinamika pertumbuhan fitoplankton dan keterkaitannya dengan variabilitas intensitas cahaya matahari dan nutrient inorganic terlarut di perairan Teluk Banten. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 198p. Alvarez et al. 2006. Hydrographic behavior of the Galician Rias Baixas NW Spain under the spring intrusion of the Min˜o River. J. Mar. Syst. 60: 144- 152. Andarias I. 1990. Pengaruh pupuk UREA dan TSP terhadap produksi klekap. Disertasi. Program Pascasarjana, IPB, Bogor. Andersen P. 1996. Design and implementation of some harmful algal monitoring systems. IOC-UNESCO. 110p. Andriani. 2009. Pemetaan produktivitas perairan sebagai basis data untuk perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan di perairan Bojo Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Lutjanus Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep 14 1: 16 -24. Anonim. 2000. Manual for marine monitoring in the combine programme of helcom annex C-6 phytoplankton species composition, abundance, and biomass. [APHA] American Public Health Association. 2005. Standard methods for the examination of water and wastewater, 21 th edition. Washington: APHA, AWWA American Waters Works Association and WPCF Water Pollution Cobtrol Federation. Pp: 3-42. Arifin Z. 2004. Local millenium ecosystem assessment: condition and trend of the Greater Jakarta Bay ecosystem. The ministry of environment, Republic of Indonesia, Jakarta.