a. Faktor Eksternal
Hidrooseanografi
Hidrooseanografi termasuk di dalamnya sifat fisik perairan merupakan faktor yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perkembangan
fitoplankton. Oleh karena itu, variabilitas fitoplankton sangat tinggi pada lingkungan yang memiliki dinamika fisik yang komplek, sebagai contoh perairan
pantai. Perairan pantai dicirikan dengan perairan yang dangkal, terjadi pengkayaan nutrien, adanya pengaruh arus pasang surut, dan penerima beban
sungai May et al. 2003. Pasang surut merupakan salah satu sifat perairan yang dominan berpengaruh
pada komunitas pantai Parsons et al. 1984. Kelimpahan plankton dan nekton menjadi berfluktuasi karena adanya pengaruh pasang surut. Bersama dengan
angin dan gelombang, pengaruh pasang surut menciptakan turbulen perairan dekat permukaan yang dapat mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan
permukaan. Air laut umumnya bergerak dalam aliran turbulen dan jarang sekali dalam
aliran laminarbersifat teratur Thorpe 2007. Turbulensi di dekat permukaan laut biasanya digerakkan oleh angin dan berfungsi untuk mentransmisikan bahang ke
dalam dan ke luar laut. Turbulensi di dekat dasar laut mempengaruhi deposisi, transfer momentum, resuspensi partikel organik dan inorganik, serta pergerakan
sedimen. Pada dasar laut yang dangkal, turbulen ini mencegah hilangnya nutrien ke lapisan perairan yang lebih dalam. Menurut Mackas et al. 1985 dalam
Kaswadji 1999, angin dapat menyebabkan pergerakan secara vertikal massa air turbulen di samping dapat mendorong pengangkutan massa air secara horizontal.
Pergerakan fluida secara vertikal, mengakibatkan fluks nutrien dari lapisan bawah ke lapisan yang lebih atas. Hal ini menyebabkan proses percampuran memiliki
peranan yang sangat penting bagi kehidupan fitoplankton untuk menopang pasokan nutrien yang sangat dibutuhkan untuk malakukan proses fotosintesis
Thorpe 2007. Arus merupakan gerakan horizontal dan vertikal suatu massa air laut secara
terus menerus hingga menuju kestabilan. Gerakan tersebut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya
arus adalah angin. Selain itu, arus merupakan faktor fisik yang mempengaruhi keberadaan dan distribusi kista serta memberi konstribusi terhadap laju
pengendapan sedimen. Arus yang besar akan menyebabkan sedimen dan kista akan sulit untuk mengendap serta kista yang ada dapat tersebar dengan jarak yang
jauh Gross 1990. Arus adalah salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya blooming. Pada
kondisi arus yang lemah perairan tenang peluang terjadinya blooming lebih besar dibandingkan dengan kecepatan arus yang kuat. Hal ini disebabkan oleh
arus yang terlalu tinggi dapat menyebabkan sel-sel pecah sehingga akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton.
Beban Masukan Nutrien Jenis dan Beban Masukan Bahan Organik
Meningkatnya kandungan bahan organik di perairan sering diikuti dengan meningkatnya kandungan nitrogen dan fosfat serta nutrien lainnya dalam bentuk
anorganik yang dipergunakan kembali untuk menunjang fitoplankton. Bahan masukan organik merupakan faktor yang secara signifikan berpotensi
mempengaruhi dinamika fitoplankton melalui peningkatan danatau menciptakan variabilitas kekeruhan May et al. 2003. Secara klasik jenis-jenis dan beban
masukan bahan organik ke dalam perairan laut terdiri atas karbohidrat, lipida, asam-asam nukleat, asam-asam amino, substansi humik, hasil ekskresi
nitrogeneus, asam-asam karbosilik, serta senyawa yang mengandung fosfor dan sulfur Libes 1992. Lebih lanjut dijelaskan oleh Tebbut 1992 dalam Effendi
2003 bahwa bahan-bahan organik yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kualitas air adalah karbohidrat CHO, senyawa nitrogen CHONS, dan lemak.
Selain itu, limbah organik juga merupakan jenis bahan organik yang mengandung bahan-bahan organik sintesis yang toksik, seperti minyak, fenol, pestisida,
surfaktan, polychlorinated
biphenyl PCBs,
dan polycyclic
aromatic hydrocarbons PAH. Setiap bahan organik tersebut mempunyai sifat fisik,
kimia, dan toksisitas yang berbeda. Secara umum sumber nutrien yang masuk dan ada dalam laut berasal dari
masukan bahan organik. Melalui aktivitas bakteri dan organisme pengurai
lainnya, bahan ini mengalami dekomposisi menjadi bahan-bahan inorganik yang dapat dimanfaatkan oleh organisme autotrof Chester 1990, seperti nitrat dan
fosfat. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Savenkoff et al. 1996 dan Cebrian 2002 bahwa unsur hara didapatkan dari proses degradasi bahan organik
yang berlangsung dalam kolom air atau sedimen yang berasal dari berbagai sumber.
Dampak Masukan Nutrien terhadap Blooming Fitoplankton
Pengaruh daratan terhadap Teluk Jakarta sangat besar. Pengaruh ini makin besar pada saat musim barat, karena volume air sungai, dengan segala macam
cemaran yang terkandung di dalamnya, bertambah banyak oleh curah hujan yang tinggi. Pada musim tersebut masukan nitrogen dan fosfat dari daratan lebih
tinggi. Akibat dari pengaruh daratan ini bisa positif, yaitu mengakibatkan terjadinya pengayaan zat hara di lingkungan laut. Pengayaan ini memberikan
kesempatan kepada fitoplankton untuk tumbuh lebat, sehingga perairan tersebut menjadi sangat subur.
Di Teluk Jakarta konsentrasi nutrien fosfat dan nitrat meningkat selama 20 tahun terakhir. Fosfat ortofosfat meningkat 10 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan dua dekade sebelumnya. Konsentrasi nutrien secara umum lebih tinggi di lokasi yang kurang dari 5 km dari pantai dibandingkan dengan yang 10 km dari
pantai Arifin 2004. Peningkatan fosfat sekitar 0,10 µm di atas konsentrasi normal optimal dapat menyebabkan blooming populasi mikroalga Lapinte et al.
1993 dalam Suharsono 2004. Walaupun hujan lebat yang turun di Kota Jakarta menyebabkan naiknya
kadar zat hara di perairan ini, tetapi kenaikan zat hara ini tidak langsung dimanfaatkan oleh fitoplankton. Turunnya salinitas air laut menjadi faktor
penghambat. Menurut Arifin 2004, pada musim hujan hanya dua marga yang dapat tumbuh dengan lebat blooming yaitu marga Skeletonema dan Chaetoceros,
tetapi pada musim kemarau lebih banyak marga yang dapat tumbuh dengan lebat, yaitu
selain kedua
marga tadi
juga marga-marga
Bacteriastrum, ThalassiothrixThalassionema, Dinophysis, dan Noctiluca
b. Faktor Internal