Teori Efektivitas Hukum Teori Gabungan atau Teori Modern Vereningings Theorien

fasilitas ini, Soerjono Soekanto 14 memprediksi patokan efektivitas elemen-elemen tertentu dari pasarana, dimana prasarana tersebut harus secara jelas memang menjadi bagian yang memberikan kontribusi untuk kelancaran tugas-tigas di tempat atau lokasi kerjanya. Adapun elemen-elemen tersebut adalah : 1. Prasarana yang telah ada apakah telah terpelihara dengan baik. 2. Prasarana yang belum ada perlu diadakan dengan memperhitungkan angka waktu pengadaannya. 3. Prasarana yang kurang perlu segera dilengkapi. 4. Prasarana yang rusak perlu segera diperbaiki. 5. Prasarana yang macet perlu segera dilancarkan fungsinya. 6. Prasarana yang mengalami kemunduran fungsi perlu ditingkatkan lagi fungsinya. Kemudian ada beberapa elemen pengukur efektivitas yang tergantung dari kondisi masyarakat, yaitu : 1. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi aturan walaupun peraturan yang baik. 2. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi peraturan walaupun peraturan sangat baik dan aparat sudah sangat berwibawa. 3. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi peraturan baik, petugas atau apara berwibawa serta fasilitas mencukupi. Elemen tersebut di atas memberikan pemahaman bahwa disiplin dan kepatuhan masyarakat tergantung dari motivasi yang secara internal muncul. Internalisasi faktor ini ada pada tiap individu yang menajdi elemen terkecil dari komunitas 14 Ibid, hlm. 82 sosial. Oleh karena itu pendekatan paling tepat dalam hubungan disiplin ini adalah melalui motivasi yang ditanamkan secara individual. Dalam hal ini, derajat kepatuhan hukum masyarakat menjadi salah satu parameter tentang efektif atau tidaknya hukum itu diberlakukan sedangkan kepatuhan masyarakat tersebut dapat dimotivasi oleh berbagai penyebab, baik yang ditimbulkan oleh kondisi internal maupun eksternal. Kondisi internal muncul karena ada dorongan tertentu baik yang bersifat positif maupun negatif. Dorongan positif dapat muncul karena adanya rangsangan yang positif yang menyebabkan seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu yang bersifat positif. Sedangkan yang bersifat negatif dapat muncul karena adanya rangsangan yang sifatnya negatif seperti perlakuan tidak adil dan sebagainya. Sedangkan dorongan yang sifatnya eksternal karena adanya semacam tekanan dari luar yang mengharuskan atau bersifat memaksa agar warga masyarakat tunduk kepada hukum. Pada takaran umum, keharusan warga masyarakat untuk tunduk dan menaati hukum disebabkan karena adanya sanksi atau punishment yang menimbulkan rasa takut atau tidak nyaman sehingga lelah memilih taat hukum daripda melakukan pelanggaran yang pada gilirannya dapt menyusahkan mereka. Motivasi ini biasanya bersifat sementara. Teori efektivitas hukum yang dikemukakan Soerjono Soekanto tersebut relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Romli Atmasasmita 15 yaitu bahwa faktor- faktor yang menghambat efektivitas penegakan hukum tidak hanya terletak pada sikap mental aparatur penegak hukum, akan tetapi juga terletak pada faktor sosialisasi hukum yang sering diabaikan. 15 Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia Penegakan Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2001. hlm. 55 Menurut Soerjono Soekanto 16 efektif adalah taraf sejauh mana suatu kelompok dapat mencapai tujuannya. Hukuum dapat dikatakan efektif jika terdapat dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai sasarannya dalam membimbing ataupun merubah perilaku mausia sehingga menjadi perilaku hukum. Sehubungan dengan persoalan efektivitas hukum, pengidentikkan hukum tidak hanya dengan unsur paksaan eksternal namun juga dengan proses pengadilan. Ancaman paksaan pun merupakan unsure yang mutlak ada agar suatu kaidah dapat dikategorikan sebagai hukum, maka tentu saja unsur paksaan inipun erat kaitannya dengan efektif atau tidaknya suatu ketentuan atau aturan hukum. Jika suatu aturan hukum tidak efektif, salah satu pertanyaan yang dapat muncul adalah apa yang terjadi dengan ancaman paksaannya? Mungkin tidak efektifnya hukum karena ancaman paksaannya kurang berat, mungkin juga karena ancaman paksaan itu tidak terkomunikasi secara memadai pada warga masyarakat. 17

4. Konseptual

Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan dalam melaksanakan penelitian. 18 Batasan pengertian dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata dari pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan rancangan, keputusan 19 16 Soekanto, Soerjono, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, Bandung: CV. Ramadja Karya, 1988. hlm. 80 17 Achmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum. Jakarta: Yarsif Watampone, 1998. hlm.186. 18 Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta:UI Press. 1986. hlm. 103 2. Pembinaan: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan adalah proses, cara, perbuatan membina Negara, pembaharuan, penyempurnaan usaha, tindakan, dan kegiatan yg dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yg lebih baik. 20 3. Educatif: Edukatif berasal dari kata bahasa Inggris to educate yang artinya mendidik kt. kerja menjadi educative kt.sifat atau education kt.benda. Sehingga edukatif educative bisa diartikan segala sesuatu yang bersifat mendidik atau berhubungan dengan pendidikan. proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.. 21 4. Narapidana: Narapidana menurut Kamus Hukum adalah, orang yang tengah menjalani masa hukuman atau pidana dalam lembaga pemasyarakatan. Narapidana sedikit beda dengan Narapidana Politik, tetapi tidak boleh ada pembedaandiskriminasi yang didasarkan pada ras,warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendirian politik atau lainnya, asal kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya. Pengertian Narapidana menurut Pasal 1 ayat 7 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. 5. Lembaga Pemasyarakatan: Menurut Pasal 1 ayat 3 UU No.12 tahun 1995 Tentang Pemasyrakatan, pengertian Lembaga Pemasyrakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. 19 https:kbbi.web.idpelaksanaan, Rabu 10 Agustus 2016 pukul 19:42 WIB 20 https:kbbi.web.idbina, Rabu 10 Agustus 2016 pukul 19:50 WIB 21 https: kbbi.web.ideducatifdidik, Rabu 10 Agustus 2016 pukul 20:20 WIB

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan mempelajari, melihat dan menelaah mengenai beberapa hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi, pandangan, doktrin-doktrin hukum, peraturan hukum dan sistem hukum yang berkenaan dengan permasalahan penelitian ini. Pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan atau berdasarkan fakta yang didapat secara objektif dilapangan, baik berupa pendapat, sikap dan perilaku aparat penegak hukum yang didasarkan pada identifikasi hukum dan efektifitas hukum. 22

2. Sumber dan Jenis Data

Jenis data dilihat dari sumbernya dapat dibedakan antara dua yang diperoleh dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka. 23 Data tersebut yaitu: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber, untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. 22 Soerjono Soekanto.Op Cit. hlm. 5 23 Ibid, hlm. 11 b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data sekunder penelitian ini, terdiri dari: 1 Bahan Hukum Primer, bersumber dari : a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Juncto Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana c Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Sistem Pemasyarakatan d Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional e Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. 2 Bahan Hukum Sekunder, bersumber dari bahan hukum yang menggambarkan lebih lanjut hukum primer dan peraturan perundang-undangan lain yang sesuai dengan masalah dalam penelitian ini 3 Bahan Hukum Tersier, bersumber dari berbagai bahan seperti teori dan pendapat para ahli dalam berbagai literaturbuku hukum, kamus hukum dan sumber dari internet.