Latar belakang PREPARASI KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DAN OPTIMASI APLIKASINYA SEBAGAI ANTIMIKROBA

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kitosan adalah produk terdeasetilasi dari kitin yang merupakan biopolimer alami kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Biopolimer ini merupakan bahan yang memiliki sumber melimpah dan dapat diperbarui maka dalam situasi pengurangan sumber alam yang berkelanjutan serta perkembangan bioteknologi yang demikian pesat menjadikan pemanfaatan sumber daya alam alternatif seperti kitosan merupakan hal yang sangat perlu dilakukan. Kitosan memiliki sifat fungsional yang potensial serta kemungkinan pemanfaatan yang sangat luas diberbagai bidang. Pemanfaatan kitosan diantaranya dalam industri farmasi, biokimia, bioteknologi, pangan, gizi, kertas, tekstil, pertanian, kosmetik, membran dan kesehatan. Pemanfaatan tersebut didasarkan atas sifat-sifatnya yang dapat digunakan sebagai bahan pengemulsi, pengkoagulasi, pengkelat termasuk memiliki sifat fisik yang khas yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan, gel, pasta serat yang bermanfaat dalam aplikasinya Yuliati Adiarto, 2007. Hasil laut yang mengandung kitin dan dapat diolah menjadi kitosan banyak terkandung pada cangkang kepiting, kulit udang atau hewan laut lainnya. Selama ini limbah cangkang udang belum tertangani secara maksimal sehingga banyak yang terbuang sia-sia akhirnya menimbulkan masalah lingkungan. Di Indonesia sebagian limbah udang telah dimanfaatkan untuk pembuatan kerupuk udang, terasi, dan bahan pencampur pakan ternak. Pada negara maju seperti Amerika dan Jepang, limbah udang telah dimanfaatkan antara lain pada industri farmasi, biokimia, biomedikal, pangan, pertanian, dan kesehatan Sedjati, 2006. Kulit udang mengandung protein 25-40, kalsium karbonat 45-50, dan kitin 15- 20, tetapi besarnya kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udang dan tempat hidupnya Marganov, 2003. Menurut hasil penelitian Nicholas 2003, penggunaan kitosan untuk pengawetan hasil perikanan dengan menggunakan larutan kitosan 1 dalam asam asetat 1 mampu menurunkan jumlah mikroba pada fillet ikan salmon yang disimpan pada suhu 4ÂșC selama 6 hari. Pada kontrol jumlah bakteri mencapai 1,97 x 10 8 , sedangkan yang diberi perlakuan kitosan jumlah bakteri hanya 53 x 10 3 . Pencelupan dilakukan selama 30 detik, ditiriskan selama 15 detik dan dikemas dalam plastik sebelum dimasukkan dalam wadah styrofoam. Uji aktifitas antimikroba juga telah diteliti oleh Mahatmanti et al., 2010 yang menunjukkan bahwa reaksi deasetilasi kitin oleh NaOH 50 dengan perbandingan 1:10 pada temperatur 100 C selama 30 menit menjadi kitosan nilai DD 81,11 efektif memperpanjang umur simpan pada ikan nila selama 10 jam dengan jumlah mikroba sebesar 38 x 10 4 selmL. Berbagai penelitian tentang antimikroba yang aman digunakan tidak diimbangi dengan pengetahuan masyarakat yang lebih memilih menggunakan bahan kimia berbahaya. Pengawet yang lagi ramai dibicarakan dikalangan masyarakat adalah penggunaan formalin sebagai pengawet bahan makanan. Beberapa bahan makanan tersebut diantaranya seperti tahu, bakso, mie basah, kerupuk, dan ikan segar. Ikan laut yang lama waktu penangkapannya masih dijumpai menggunakan formalin sebagai bahan pengawet Departemen Kesehatan RI, 1989. Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernafasan, di dalam tubuh cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di hati dan sel darah merah. Pemakaian pada makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau kegagalan peredaran darah Effendi Supli, 2009. Kasus penggunaan bahan pengawet berbahaya yang marak di pasaran, mendorong peneliti untuk memanfaatkan limbah kulit udang sebagai alternatif pengawet pada ikan hasil tangkapan nelayan khususnya di daerah Tambakrejo. Seperti halnya produk ikan lainnya, keberadaan mikroba dalam ikan bandeng adalah merupakan faktor utama penyebab kerusakan dan menjadi permasalahan yang harus ditanggulangi. Kulit udang yang melimpah yang ada di daerah Tambakrejo biasanya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan pembuat terasi. Oleh karena keterkaitan satu dengan yang lain bahwa kawasan yang juga terkenal sebagai sentra bandeng presto ini, pemanfaatan limbah kulit udang sangat cocok sebagai antimikroba pada ikan bandeng. Dari permasalahan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah preparasi kitosan dari kitin yang berasal dari limbah kulit udang vannamei dengan NaOH 60 pada temperatur 120 C selama 4 jam serta mencari konsentrasi larutan kitosan yang optimum dalam aplikasi sebagai antimikroba pengawet pada ikan bandeng.

1.2 Rumusan masalah