anggota dalam koperasi kewajiban dan hak tersebut tidak dapat dikurangi atau dihilangkan oleh para pengurus koperasi, karena hak-hak tersebut melekat pada
keanggotaan setiap anggota koperasi. Adanya kewajiban dan hak anggota koperasi itu adalah cerminan bahwa koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi
yang demokratis.
2.2.3. Partisipasi Anggota Koperasi
Ada beberapa definisi dari partisipasi. Apabila diteliti lebih dalam semua definisi dari partisipasi tidak lepas dari keterlibatan seseorang dalam suatu
kegiatan. Adapun beberapa pengertian dari partisipasi itu adalah sebagai berikut: Menurut Wang dalam Sugiharsono 2009: 2, partisipasi adalah proses
tindakan yang
diambil seseorang
atau sekelompok
orang untuk
mengaktualisasikan kepentingan atau mengkoordinasikan masukan-masukan yang dimilikinya kepada suatu lembagasistem yang mengaturnya. Menurut Santoso
Sastropoetra dalam Ripai 2013: 31, berpendapat bahwa:
“
Partisipasi di definisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya
untuk memberikan sumbangan kepada laporan kelompok dalam uasaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang
bersangkutan” Sementara itu menurut Husni Syahrudin dalam Sugiharsono 2009: 2
partisipasi anggota adalah semua tindakan yang dilakukan oleh anggota dalam melaksanakan kewajiban dan memanfaatkan hak-haknya sebagai anggota
organisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi merupakan keterlibatan seseorang baik berupa tindakan maupun
pemikiran dalam berbagai kegiatan. Menurut KEMENKOP dan UKM 2010: 2, Partisipasi merupakan
keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong orang-orang tersebut memberikan kontribusinya terhadap tujuan
kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi anggota koperasi berarti anggota memiliki keterlibatan mental dan
emosional terhadap koperasi, memiliki motivasi berkontribusi kepada koperasi, dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan organisasi maupun usaha
koperasi. Partisipasi anggota dapat diartikan sebagai keikutsertaan anggota dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik kedudukan
anggota sebagai pemilik maupun sebagai penggunapelanggan. Keikutsertaan anggota ini diwujudkan dalam bentuk pencurahan pendapat dan pikiran dalam
pengambilan keputusan, dalam pengawasan, kehadiran dan keaktifan dalam rapat anggota, pemberian kontirbusi modal keuangan, serta pemanfaatan pelayanan
yang diberikan oleh koperasi. Sementara itu Ropke 2003: 52 membedakan demensi partisipasi anggota
menjadi tiga, yaitu: 1 partisipasi anggota dalam mengkontribusikan atau menggerakkan sumber daya; 2 partisipasi anggota dalam mendapatkan manfaat
layanan; dan 3 partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya Ia menjelaskan bahwa partisipasi anggota merupakan hasil interaksi dari tiga
variabel utama, yaitu : the members of beneficiaries, the management of organization, and the program.
Menurut Sugiharsono 2009: 13 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa partisipasi anggota dalam koperasi mejadi hal yang sangat penting dalam
pencapaian keberhasilan usaha koperasi. Hal ini disebabkan oleh kedudukan anggota yang sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan koperasi. Sebagai
pemilik koperasi, anggota harus berupaya mendukung manajemen organisasi dan permodalan koperasi. Sementara itu, sebagai pelanggan koperasi, anggota harus
menjamin keberlangsungan usaha koperasi dengan selalu memanfaatkan potensi dan layanan usaha koperasi. Partisipasi anggota dalam menejemen organisasi,
permodalan, dan pemanfatan layanan usaha koperasi ini akan menjadi salah satu kunci keberhasilan usaha koperasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa bentuk partisipasi anggota koperasi menurut KEMENKOP dan UKM 2010, yaitu sebagai berikut:
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota kehadiran,
keaktifan, dan penyampai mengemukakan pendapat saran ide gagasan kritik bagi koperasi.
2. Partisipasi dalam kontribusi modal dalam berbagai jenis simpanan,
simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela manasuka, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal.
3. Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan dalam berbagai jenis unit usaha,
jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan,
besaran pembelian atau penjualan barang maupu jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan.
4. Partisipasi dalam pengawasan koperasi dalam menyampaikan kritik, tata
cara penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha koperasi.
Partisipasi dari anggota sangatlah penting untuk menunjang kualitas serta kinerja dari koperasi itu sendiri. Ruopke, 2003: 39 menyebutkan, tanpa adanya
partisipasi anggota, kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektifitas anggota dalam rangka mencapai kinerja koperasi,akan lebih besar.
Selanjutnya Castilo dalam Roupke, 2003: 39 menyatakan bahwa partisipasi dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah penyimpangan dan
membuat pemimpin koperasi bertanggung jawab.
2.2.4.
Tujuan Koperasi
Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan UU 17 Thn 2012 Pasal 4. Dari Undang-undang ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Koperasi
pada hakikatnya dimaksudkan untuk dapat melayani semua kebutuhan anggota pada tingkat terbaik, baik dalam tingkat kondisi ekonomi, sosial maupun kondisi
politikyang beragam Untung, 2004: 5. Dari pengertian di atas maka keberhasilan koperasi dalam mencapai
tujuannya dapat diukur daripeningkatan kesejahteraan anggota. Kesejahteraan bermakna sangat luas dan juga bersifat relatif, karena ukuran sejahtera bagi
sseseorang dapat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya., hal ini karena pada umumnya sifat dar manusia yang tidak akan pernah puas terhadap keadaan,
maka dari itu kesejahteraan selalu dikejar tanpa batas. Walaupun
demikian, keberhasilan
koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggotanya akan lebih mudah diukur, apabila
aktivitas ekonomi yang dilakukan anggota melibatkan koperasi. Menurut pengertian teori ekonomi klasik, tingkat kesejahteraan itu dapat ditandai dengan
tinggi rendahnya pendapatan riil. Apabila pendapatan riil seseorang atau masyarakat meningkat, maka kesejahteraan ekonomi seseorang atau masyarakat
tersebut juga meningkat. Dengan demikian, tujuan koperasi itu diwujudkan dalam bentuk meningkatnya pendapatan riil para anggotanya. Pengertian kesejahteraan
yang bersifat abstrak dan relatif tersebut dapat diubah menjadi pengertian yang lebih nyata dalam bentuk pendapatan, sehingga pengukurannya dapat dilakukan
dengan lebih baik Arifin dkk, 2001: 19. Dengan demikian maka dapat diperoleh pengertian bahwa tujuan utama dari
koperasi adalah untuk menyejahterakan anggotanya melalui pelayanan usaha, dalam hal ini maka pelayanan anggota merupakan prioritas utama dibandingkan
dengan masyarakat umum.
2.2.5. Peran Koperasi